Anda di halaman 1dari 32

KELOMPOK 1

ANDRE HANDIKA PUTRA (190701079)


MUJIBURRAHMAN (190701054)
RIFQI REYHAND (190701082)

PERKOTAAN DAN
PERMUKIMAN
TANGGAP BENCANA
TABLE OF
CONTENTS
1.Dasar Perancangan Kawasan Perkotaan
• Pendekatan Perancangan Kawasan Perkotaan
• Proses Perancangan Kawasan Perkotaan
2.Pendekatan Ekologikal
• Teori Konsentris
• Teori Ketinggian Bangunan
• Teori Sektor
• Teori Konsektoral Tipe Eropa
• Teori Konsektoral Tipe Amerika Latin
• Teori Poros
• Teori Pusat Kegiatan Banyak
• Teori Ukuran Kota
• Teori Historis
• Terori Struktural
3.Studi Kasus Bangunan
DASAR PERANCANGAN
KAWASAN PERKOTAAN

Arsitektur kota tidak terjadi secara alami, karena merupakan buatan manusia. Sebuah kota yang
baik harus dibangun dengan baik, dan apa yang dibangun dengan baik harus dipikirkan serta
dirancang dengan baik dulu, baik secara formal atau non formal.

Proses perancangan dimulai pada saat semua ide dan pikiran terhadap masalah tertentu sudah
agak terwujud, sehingga tugas perancangan hanya berfokus pada penerapan ide dan pikiran
tersebut ke dalam desain. Jika demikian halnya, para ahli perancangan hanya berfungsi sebagai
kelompok tukang atau lebih parah lagi sebagai kelompok tukang atau lebih parah lagi sebagai
kelompok budak yang memiliki keterampilan menggambar saja, yang perhatiannya hanya
terkonsentrasikan pada masalah-masalah lahiriah saja, misalnya gaya dan keindahan, tanpa
pertanggungjawaban terhadap kebenaranya secara arsitektural
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Istilah perancangan Kota (Urban design)


Istilah Urban design di terjemahkan kedalam bahasa indonesia sebagai
perancangan kota mempunyai arti yang berbeda-beda dinegara yang satu dengan
negara yang lain, bahkan juga berbeda-beda antarpribadi.

Hubungan antara arsitektur, perencanaan kota dengan perancangan kota terlihat pada diagram
berikut ini :

ARSITEKTUR PERENCANAAN KOTA

PERANCANGAN KOTA
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Beberapa pengertian tentang perancangan kota antara lain :


• Perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota
sehingga dapat berfungsi baik, ekonomi untuk dibangun, dan memberi
kenyamananuntuk dilihat dan layak untuk hidup di dalamnya.
• Perancangan kota merupakan bagian dari perencanan kota (urban planning)
yang menagani aspek estetika dan yang menetapkan tatanan (order) dan
bentuk (from) kota.

Dari beberapa definisi di atas dapat di Tarik beberapa “kata kunci” tentang
perancangan kota, yaitu:
• Pereturan unsur fisik lingkungan kota.
• Berkaitan dengan tanggapan inderawi, yaitu aspek estetika/ keindahan,
penampilan visual.
• Merupakan bagian dari peerancangan kota.
KARAKTERISTIK PERANCANGAN KOTA

• Perancangan kota seringkali perlu dilakukan secara anonym, berbeda dengan perancangan arsitektur yang nama arsiteknya lebih ditonjolkan.
• Perancangan kota memiliki dimensi publik (dalam lingkup masyarakat luas), dan hal ini tidak bergantung pada tempat pelaksanaannya, baik di atas
tanah milik umum ataupun di atas tanah milik pribadi.
• Perancagan kota lebih bersifat memungkinkan perubahan lingkungan buatan daripada malaksakan perubahan tersebut.
• Jangka waktu pelaksanaan hasil perancangan kota memiliki jangka waktu yang lebih lama dari pada hasil perancangan arsitektur bangunan maupun
arsitektur lansekap.
• Perancangan kota berorientasi ke proses nilai ( social, ekonomi, politik, budaya dan lingkungan).
• Perhatian perancangan kota lebih tertuju kepada komposisi bangunan-bangunan dalam lingkungan visual publik serta hubungannya dengan ruang
terbuka dari pada ke bangunan tunggal.
• Hasil perancangan kota bersifat lebih relavitis dibanding produk arsitektur, tapi lebih pasti disbanding hasil perancangan kota.
• Tidak seperti Pendidikan arsitektur, perancangan kota memberi nilai yang lebih pada program (proses) dari pada terhadap artefak (produk berupa
fisik).
• Dalam sejarah, ranacangan kota yang baik tidak selalu dihasilkan oleh perancangan kota yang hebat.
• Pendidikan perancangan kota akan mencakup materi tentang ilmu-ilmu social, hukum, ekonomi, dan lingkungan.
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Dinamika Pokok Di Dalam Proses Perancangan Kota


Penciptaan suatu kota memperhatikan sebagai suatu proses buatan. Proses tersebut sering kurang diperhatikan dan
kurang dipahami karena bersifat abstrak, sedangkan produk buatan bersifat konkret (fisik). Perhatian kota hanya
dianggap produk belum lengkap jika tidak memperhatikan proses dalam dinamika kota. Perancangan kota yang hanya
berkosentrasi secara formal yang hanya pada bentuk kota saja, belum bisa dikatakan berhasil jika tidak adanya proses
yang struktural yaitu sistem didalam ruang dan waktu yang besifat dinamis.

Terdapat dua pernyataan tentang perancangan perkotaan yang lebih baik menganggap dirinya Arsitektur kota berfokus pada produk pembuatannya, dan pendekatan yang berfokus pada kegiatan
sebagai suatu permulaan saja dari pada peyelesain, yaitu: aktivitas di dalamnya sebagai proses. Pendekatan perancangan kota sebagai berikut:
• Bentuk sebuah kota tidak akan pernah ‘selesai’ suatu perancangan kota yang berfokus pada • Perancangan kota yang memiliki pendekatan pada kota sebagai produk:
bentuk kota yang ‘terakhir’ sudah dapat dianggap gagal karena sebuah bentuk kota akan • Penekanan perancangan kota pada tingkat penataan kota secara makro dan mikro
terus-menerus dilanjutkan. • Penekanan perancangan kota secara visual dan spasial
• Bentuk sebuah kota tidak pernah dianggap ‘sempurna’, karena suatu perancangan kota yang • Penekanan perancangan kota secara spasial dan social
berfokus pada bentuk kota yang sudah sempeurna, akan mengalami kegagalan karena 2.Perancangan kota yang memiliki paendekatan pada kota sebagai proses:
sebuah bentuk kota akan terus-menerus dikembangkan. Di dalam hal tersebut lebih baik • Penekanan perancangan kota sebagai proses atau produk
diambil sikap untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan perkotaan yang baik dari • Penekanan perancangan kota pada sector publik atau produk
pada mencoba untuk menetukan serta merumuskan semua detail pembangunannya. • Penekanan perancangan kota secara objektif/ rasional atau subjektif/ ekspresif
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Pendekatan Pokok Terhadap ‘Formal/ Sturktural’ di dalam Proses


Perancangan Kota
Krisis perkotaan juga diakibatkan oleh pemahaman tentang nilai-nilai estetika kota. Taman kota, misalnya, lebih
dipahami secara ekologis sebagai fasilitas yang berfungsi reaktif dan tidak dipahami secara ekologis sebagai tempat
untuk mengembangkan Tindakan yang diambilnya untuk menaggapi dan merancangnya.

• Pendekatan pragmatis. Proses yang memakai Tindakan ‘liniear’ perlu dialihkan ke arah Tindakan ‘sirkular’
• Pendekatan mental. Proses yang memakai Tindakan ‘antroposentris’ perlu dialihkan ke arah pikiran secara
‘terpadu’ (integral)
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Dinamika Ekonomi dan Ekologi

1. Status Tanah
Di dalam perancangankota perlu diperhatikan bahwa kota sebagau artefak (buatan) diatas tanah yang bersifat lahan
alam. Keadaan status tanah bisa berbeda sekali. Misalnya, status tanah yang berada di pusat kota jauh berbeda dengan
tanah di pusat hutan, karena status tanah sangat bergantung pada potensi terhadap kemungkinan penggunaannya.
Karakter lanskap dan iklim sangat menentukan kondisi kota sehingga tanah alam memiliki potensi ekonome yang
berbeda pula.
Para perancang kota perlu memahami tentang dinamika tersebut serta meneliti faktor-faktor mana yang lebih penting.
Kemudian, secara khusus diperlukan analisi yang difokuskan pada potensi status sebuah tempat serta lingkungannya
dengan tujuan, sasaran, serta strategi bagaimana kualitasnya bisa ditingkatkan.

2. Hierarki Nilai
Pembangunan kota meliputi banyak faktor dan kriteria bermacam-macam yang masing-masing memiliki nilai
tersendiri. Biasanya dibidang ekonomi nilai-nilai dibagi dalam dua pendekatan dasar, yaitu nilai pakai (use value)
dan nilai tukar (exchange value). Kedua pendekatan terhadap nilai tersebut memiliki hierarki yang berbeda dengan
dinamika tersendiri yang sangat penting untuk diperhatikan di dalam perancangan kota.

3. Tingkat Struktur
Tingkat struktur membutuh perhatian dalam dinamika tersebut. Dinamika ekonomi berjalan dua tingkat, yaitu
tingkat global dan tingkat local, yang dimana setiap dinamika memiliki keterkaitan yang perlu dipahami. Dalam
menjalankan proses pembangunan kota dibutuhkan sumber-sumber (resources), baik dari segi bahan mentah,
Teknik, maupun energi, maka para perancang kota juga perlu mengetahui system produksi bangunan (building
production) yang ada didalam kota modern dan bangaimana pengaruhnya terhadap lingkungan.
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Dinamika Politik dan Ekologi

1. Hubungan Politik Kota Dengan Ekologi Kota


Setiap system politik yang baik (yaitu pengelolaan hidup bersama secara baik) membutuhkan orientasi pada suatu
focus yang jelas supaya pelaksanaan implikasinya jelas sehingga hasil proses pelaksanaannya tidak cenderung fatal
karena kacau. Selain terdapat tiga aspek tersebut, juga terdapat lima parameter dalam pengembangan kota yaitu :
a. tata guna tanah (land-use),
b. bentuk bangunan dan sisa lahan (building form and missing),
c. prasarana teknis dan social (technical and social infrastructure),
d. lalu lintas: sirkulasi, parkir, pedestrian (parking, traffic),
ruang public (public space).

2. Pendekatan Kontekstual
Istilah-istilah teknis untuk mengontrol kriteria-kriteria dan sangat penting untuk merancang Kawasan perkotaan,
maka harus menentukan dahulu peraturan tentang rencana bentuk bangunan yang berisi tentang:
a. Koefisien dasar bangunan (KDB) atau building coverage (BC),
b. Koefisien lantai bangunan (KLB) atau floor area ratio (FAR),
c. Ketinggian bangunan maksimum,
d. Garis sempadan pagar (GSP),
e. Garis sempadan bangunan (GSB), sudut bangunan terhadap jalan (SBJ),
Sky exposure plan (SEb); dll.
PENDEKATAN PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Proses Perancangan Kota Dari Segi Budaya Kota Dengan


Ekologi Kota

1. The city is not a tree


Christopher Alexander (1977) melawan suatu usaha determinasi kota yang biasanya menginterprestasikan morfologi
berdasarkan struktur 'pohon'. Penelitian yang dia lakukan terhadap kota-kota tradisional di berbagai daerah di dunia
menunjukkan struktur kota yang lain, yaitu sebuah struktur himpuninan atau jaringan yang lebih luas dimana sistem
hubungannya lebih kompleks.

2. A pattern language
Christopher Alexander (1977) mengemukakan teorinya, yang sudah menjadi teori standar perancangan kota, yang tidak berfokus pada
kriteria perancangan kota yang linear melainkan pada kriteria yang sifatnya berpola-pola. Ia mengemukakan bahwa banyak pola tersebut
semua berlaku secara umum, tetapi hubungan serta penerapanyannya tidak selalu sama sehingga didalam setiap kasus perlu disesuaikan
menurut konteksnya.

3. The problem of space


Pengalaman terhadap ruang adalah landasan dan bingkai dari semua pengetahuan terhadap dunia kita yang bersifat
spasio-temporal, dan setiap pikiran yang bersifat abstrak adalah usaha untuk menyeberangi (transcend) bingkai
tersebut. Sampai-sampai ada usaha untuk menghilangkan dimensi ruang dalam pengalaman manusia.
Empat kelompok utama urban design
Berbagai permasalahan urban desain jika disederhanakan, dapat dikategorikan dalam empat
kelompok utama

• Sosio ekonomis dan sosio-kultural


• Teknis-kerekayasaan
• Natural-ekologis
• Estetika-desain
PROSES PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Roger Trancik

Merancang adalah suatu tindakan untuk menstrukturkan ruang-ruang perkotaan, sehingga dapat tercipta tatanan,
keindahan, dan skala.
Dasar proses perancangan menurut Trancik (1986) yaitu:
• Mempelajari kawasan yang akan dirancang
• Analisa keruangan
• Identifikasi lost space dan upaya menstruktur kembali
• Perancangan kawasan, dengan beberapa arahan menjaga kontituitas pelingkup jalan

Dalam merancang, menurut Trancik (1986), perlu mempertimbangkan :


• Menghargai struktur utama kawasan,
• Menghargai pola-pola karakteristik kawasan,
• Menghargai genius loci, mengartikan suatu tempat, sebagai suatu tempat hidup,
• Partisipasi kreatif terhadap public domain dan privat domain dalam kaitannya sebagai Shared environment.
PROSES PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Kevin Lynch

Salah satu bentuk keberhasilan pembentuk place menurut Kevin Lynch untuk desain ruang kota:

• Legibillity (kejelasan) Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya.
• Identitas dan tersusun yang artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan objek dimana didalamnya
harus tersirat perbedaan objek tersebut dengan objek yang lainnya.
• Imageability artinya kualitas secara fisik suatu objek yang memberikan peluang besar untuk timbulnya image
yang kuat diterima orang.

Aspek-aspek perkotaan menurut Lynch (1960) :


a. Konteks kota
• Dua elemen perkotaan yang kontekstual
• Tipologi
• Skala
• Morfologi
• Identitas
b. Citra kota
• Definisi dan prinsip citra perkotaan
• Lima elemen citra kota
• Estetika kota
PROSES PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Hamid Shirvani

Dalam merumuskan unsur-unsur bentuk fisik kota, perlu dirumuskan terlebih dahulu domain atau lingkup bidang
perancangan kota. perencana dan perancangan kota tidak akan dapat merancang seluruh unsur bentuk fisik kota,
kecuali bila yang dihadapi kota baru atau kawasan kosong yang akan direncanakan( Shirvani, 1985).

dalam perancangan kota menampilkan muka bangunan (eksterior) ke luar. Berkaitan dengan ini, Barnett (1974, dalam
Shirvani, 1985) mengatakan bahwa domain perancangan kota sebagai "merancang kota tanpa merancang bangunan-
bangunan". Dengan kata lain domain tersebut mencakup ruang-ruang antar bangunan. Ruang-ruang dikelompokan
menjadi empat kelompok:

• Pola dan citra interval


• Bentuk dan citra eksternal
• Sirkulasi dan perkiran
• Kualitas lingkungan
PROSES PERANCANGAN KAWASAN PERKOTAAN

Proses Perancangan Kawasan Perkotaan Menurut Hamid Shirvani

Problematik pada kedelapan elemen perancangan kota yang terjadi di Indonesia :

• Land Use (tata guna lahan)


• Building Form & Massing (bentuk dan masa bangunan)
• Circulation & parking (sirkulasi dan parkir)
• Open space (ruang terbuka publik)
• Pedestrian Ways (area pejalan kaki)
• Activity Support (aktivitas pendukung)
• Signage (penanda/reklame)
• Preservation (konservasi terhadap bangunan bersejarah)
PENDEKATAN
EKOLOGIKAL

Pendekatan ini mula-mula dikembangkan antara 1916-1940 oleh masyarakat lmiah di Chicago
school of urban sociology. Ide analisis untuk sebuah kota, pertama kali di ilhami oleh proses
persaingan alami yang terjadi pada masyrakat tumbuhan dan binatang.
Kota yang di pandang sebagai suatu objek studi dimana didalamnya terdapat masyarakat manusia
yang sangat kompleks, telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antar manusia dengan
lingkunganya. Produk hubungan tersebut mengakibatkan terciptanya pola keteraturan dari pada
pengunaan lahan.
Teori Konsentris

TEORI KONSENTRIS dikemukakan oleh E.W. BURGES. Teori ini menyatakan bahwa
Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business District (CBD) adalah pusat kota yang
letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan
sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas
tinggi dalam suatu kota

PENJELASAN :
1. DAERAH PUSAT KEGIATAN (CENTRAL BUSINESS DISCRIT)
2. ZONA PERALIHAN (TRANSITION ZONE)
3. ZONA PERUMAHAN PARA PEKERJA (ZONE OF WORKING MEN’S HOMES)
4. ZONA PERMUKIMAN YG LEBIH BAIK (ZONE OF BETTER RESIDENCE)
5. ZONA PARA PENGLAJU (ZONE OF COMMTERS)
Teori Konsentris

DESKRIPSI ANATOMIS TEORI KOSENTRIS

Zona 1 : daerah pusat kegiatan (DPK) atau central business discrit (CDB)
Daerah merupakan pusat dari sehala kegiatan kota antra lain politik, social budaya, ekonomi dan teknologi. DPK atau CBD
Zona 4 : zona permukiman yang lebih baik (ZPB) atau “zone of better residences” (ZBR)
tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu:
Zona ini dihuni oleh penduduk yang berstatus ekonomi menengah-tinggi, walaupun tidak berstatus ekonomi sangat baik, namun
1) Bagian paling inti (the heart of area) atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran
mereka kebanyakan mengusahakan sendiri “business” kecil-kecilan, para profesional, para pegawai, dan lain sebagainya.
dan jasa
Kondisi ekonomi umumnya stabil sehingga lingkungan permukimannya menunjukan derajad keteraturan yang cukup tinggi.
2) bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan
ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage
buildings).

Zona 5 : zona penglaju (ZP) atau commuters zone 9 (CZ)


Zona 2 : daerah peralihan (DP) atau transition zone (TZ) Timbulnya penglaju merupakan suatu akibat adanya proses desentralisasi permukiman sebagai dampak sekunder dari aplikasi
Zona ini merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang terus-menerus dan makin lama teknologi di bidang transportasi dan komunikasi. Di daerah pinggiran kota mulai bermunculan perkembangan permukiman baru
makin hebat. Penyebabnya antara lain karena adanya intrusi fungsi yang berasal dari zona pertama sehingga perbauran yang berkualitas tinggi sampai luxurious. Kecenderungan penduduk yang oleh Turner (1970) disebut sebagai “status seekers” ini
permukiman dengan bangunan bukan untuk permukiman seperti gudang kantor dan lain-lain sangat mempercepat terjadinya memang didorong oleh kondisi lingkungan daerah asal yang dianggap tidak nyaman dan tertarik oleh kondisi lingkungan zone 5
deteriorisasi lingkungan permukiman. yang menjanjikan kenyamanan hidup.

Zona 3: zona perumahan para pekerja yang bebas (ZPPB) atau “zone of independent workingmen’s homes
Zona ini paling banyak ditempati oleh perumahan pekerja-pekerja baik pekerja pabrik, industri dan lain sebagainya. Di
antaranya adalah pendatang-pendatang baru dari zona kedua, namun masih menginginkan tempat tinggal yang dekat dengan
tempat kerjanya. Belum terjadi invasi dari fungsi industri dan perdagangan ke daerah ini karena letaknya masih dihalangi oleh
zona peralihan.
Teori Ketinggian Bangunan

Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955). Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota
dapat dilihat dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan daerah
dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan membangun struktur
perkotaan secara vertikal. Dalam hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan
perdagangan (retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang tersebut akan
ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
Teori Sektor

Secara konseptual, model teori sector yang di kembangkan oleh hoyt, dalam beberapa hal
menjukan persebaran zona-zona konsentrisnya. Jalur traspotrtasi yang menjari
(menghububgkan pusat kota ke bagian-bagian yang lebih jauh) yang memberi peranan besar
dala mpembentukan pola struktur internal kotanya.

KETERANGAN :
1. DAERAH PUSAT KEGIATAN (DPK) ATAU CBK
2. ZONE OF WHOLESALE LIGHT MANUFACTURING
3. ZONA PEMUKIMAN KELAS RENDAH
4. ZONA PEMUKIMAN KELAS MENENGAH
5. ZONA PEMUKIMAN KELAS TINGI
Teori Konsektoral Tipe Eropa
Model struktur keruangan dari kota-kota di inggris

1) City center (pusat Kota)


2) Transitional Zone (Zona Peralihan)
3) Untuk sektor C dan D
-Zona yang di tempati “small terace houses” (rumah ukuran kecil)
Untuk sector B
-Zona yang di tempati rumah-rumah yang lebih besar (bye law houses)
Untuk sector A
-Zona yang di tempati rumah-rumah tua yang besa-besar
4) Daerah permukiman sesudah 1918 dan emudian mulai 1945 berkembang pada pinggiranya .
5) Desa-desa yang di huni para penglaju
a. Sektor yang di tempati “middle Class” (kelas menengah)
b. Sektor yang di tempati kelas “menengah ke bawah”
c. Sektor yang di tempati kelas pekerja-pekerja
d. Sektor yang di tempati industri-industri dan pekerja-pekerja kelas terbawah.
Teori Konsektoral Tipe Amerika Latin

Dalam model griffin-fond ini jelas terlihat kombinasi unsur-unsur traditional dan
modern yang menggubah citra kotanya. Modelnya dicirikan oleh adanya sector
permukiman kelas elit, jalur perdagangan dan juga zona konsentris melingkar yang
menggambarkan “distant principles” mengenai kualitas pemukimannya

Keterangan :
1. Central Bussines Distrec (CDB)
2. Zona perdagangan / industri
3. Zona pemukiman kelas elit
4. Zone of maturity (zona permukiman yang lanjut perkembanganya)
5. Zone of in situ accretion (zona yang mengalami perkembangan setempat)
6. Zone of peripheral squatter settlements (zona yang banyak di temoati ole permukiman liar)
Teori Poros

Pada dasarnya pandangan ini menekankan peranan transportasi dalam mempengarui


struktur keruangan kota. Ide pertama kali di kemukakan oleh babcok (1932) sebagai
suatu ide penyempurna teori konsentris.

Menurut teori ini factor utama yang mempengarui mobilitas adalah poros trasportasi
yang menghuungkan CDB dengan daerah bagian luarnya. Aksesibilitas memperhatikan
biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada.Sepanjang poros transportasi akan
mengalami perkembangan lebih besar dibanding zone diantaranya. Zone yang tidak
terlayani dengan fasilitas transport.

Keterangan :
Central Bussines Distrec (CDB)
1. Transition zone
2. Major roads
3. Railways
4. Middle income housing
Teori Pusat Kegiatan Banyak

Pertama kali di usulkan oleh C.D Haris dan F.L Ullmann (1945) dalam
artikelnya yang berjudul “the nature of cities”.

Menurut pendapatnya bahwa, bahwa keberadaan kota-kota besar tidak tumbuh dalam ekspresi ke
ruangan yang sederhana, yang hanya ditandai oleh satu pusat kegiatan saja (unicentered theory)
namun terbentuk sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut terus menerus
dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam suatu system perkotaan (multi
centered theory).

Factor-faktor penyebab aglomerasi/dasaglomerasi fungsi

Beberapa factor penyebab dapat di kemukaan, yaitu :


a) Fasilitas-fasilitas yang khusus tertentu (specialized facilities)
b) Factor ekonomi eksternal (external economies)
c) Factor saling merugikan antar fungsi yang tidak serupa
d) Fktor kemampuan ekonomi fungsi yg berbeda
Teori Pusat Kegiatan Banyak

Keterangan :
1. CDB
2. Whole-sale lightmanufacturing
3. Low-clss residential
4. Medium class residential
5. High class residential
6. Heavy manufacturing
7. Outaying business district (OBD)
8. Residential sub-urb.
9. Industrial sub-urb.
Teori Pusat Kegiatan Banyak

Deskripsi anatomis teori pusat kegiatan banyak

Zone 1 : Central business district Zone 6 : Heavy manufacturing


Seperti halnya dengan teori konsentris dan sektor, zone ini berupa pusat kota yang menampung sebagian besar kegiatan Zona ini merupakan konsentrasi pabrok-pabrik besar. Berdekatan dengan zone ini biasanya mengalami berbagai pemasalahan
kota. Zone ini berupa pusat fasilitas trasnportasi dan didalamnya tedapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik lingkungan seperti pencemaran, kebisingan, kesemrawutan lalu lintas dan sebagainya, sehingga untuk kenyamanna tepat tinggal
khusus perbankan, theater dan lain-lain. tidak baik, namun didaerah ini terdapat berbagai lapangan kerja ya g banyak.

Zone 2 : Wholesale light manufacturing


Keberadaan fungsi sangat membutuhkan jasa angkutan besar maka fungsi ini banyak mengelompok sepanjang jalan kareta Zone 7 : Business District lainnya
api dan dekat dengan CBD. Sebagaimana “wholesaling”, “light manufacturing” juga membutuhkan persyaratan yang sama Zone ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zone 4 dan 5 dan sekaligus akan menarik fungsi-fungsi lain untuk berada
dengan “wholesaling” yaitu : transportasi yang baik, ruang yang memadai, dekat dengan pasar dan tenaga kerja. di dekatnya.

Zone 3 : Daerah pemukiman klas rendah


Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk pemukiman sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah Zone 8 : Zone tempat tinggal di daerah pinggiran
dan pemukiman juga relatif lebih jelek dari zone 4. Zona ini dekat dengan pabrik-pabrik, jalan kereta api dan drainasenya jelek. Zone ini membentuk komunitas tersendiri dalam artian lokasinya. Zona ini semata-mata digunakan untuk tempat tingal.
Proses perkembangannya akan serupa dengan
kota lama.

Zone 4 : Daerah pemukiman klas menengah


Zone ini tergolong lebih baik dari pada zone 3 baik dari segi fisik maupun penyediaan fasilias kehidupannya. Penduduk yang
ada disini padaumumnya mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dari penduduk zone 3. Zone 9 : Zone industri di daerah pinggiran
Walaupun terletak didaerah pinggiran zone ini dijangkau jalur transrportasi yang memadai. Sebagai salah satu pusat
( nucleus) pada perkembangan selanjutnya dapat menciptakan pola-pola persebaran keruangannya sendiri dengan proses serupa.

Zone 5 : Daerah pemkiman klas tinggi


Zone ini mempunyai kondisi paling baik untuk pemukiman dalam arti fisik maupun penyediaan fasilitas. Lingkungan
alamnyapun menjanjikan kehidupan yang tentram, aman, sehat dan menyenangkan.
Teori Ukuran Kota

Taylor (1949) yang secara khusus menyoroti kota-kota berdasarkan ciri-ciri petumbuhanya
dan ternyata hasilnya jauh bebeda degan ciri-ciri konsentris dari pada suatu kota. Menurut
taylor,ada 5 tingkat pertumbuhan kota yaitu :
• Infantile towns dicirikan oleh didtribusi took-toko dan rumah-rumah yang serawut dan
belum ada pabrik-pabrik.
• Juvenile towns ditandai dengan gejala diferensiasi zona dan toko-toko mulai terpisah.
• Adolescent towns mulai memiliki pabrik-pabrik, tetapi belm menunjukan adanya rumah-
rumah kelass tinggi.
• Earli mature towns menunjukan adanya segregasi yang jelas tentang rumah-rumah kelas
tinggi.
• Mature towns menunjukan adanya pemisahan daerah perdagangan dan industry dan zona-
zona perumahan yang berbeda-beda kualitasnya.
Teori Historis

Dalam teori ini Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang berkaitan
dengan perubahan tempat tingal kota.

• Proses desentrilisasi yang terus menerus mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan
terhadap kehidupan kota, antara lain pemborosan dalam hubungannya dengan pembangunan fasilitas
kehidupan baru pada daerah pinggiran.
• Upaya perbaikan daerah-daerah permukiman disekitar CDB kmudian mendapat perhatian lebih baik
sehingga daerah ini menjadi menarik lagi untuk ditempati .
• Program perbaikan yang semula dikerjakan pada zona 2, menyebar ke zona 3. Disamping itu proses
sentralisasi (perpindahan penduduk ke pusat kota) tetap berlangsung terus .

Keterangan :
1. CDB
2. Zone of transition
3. Zone of low status
4. Zone of middle staus
Zone of high status
Teori Historis

Teori structural ini ditekankan pada obilitas tempat inggal yang dikaitkan dengan
“tastes, preferences dan life styles” pada suatu kota.

• Menurut Alonso proses “centrifugal flow” dari pada penduduk ini menandai hampier semua golongan
penduduk yang semula bertempat tinggal di zona 2.
• Adanya proses “renwal” pada bagian-bagian dari zona 2 mendorong terjadinya perpindahan
penduduk dari bagian pingiran kota (urban fringe areas) kebagian dekat dengan pusat kota.
• Upaya menciptakan kenyaman tempat tingal yang memadai bagi penghuni. Dengan “hight rise
apartemens” seperti tempat tinggal penduduk lebih terkonsentrasi, pembangunan fasilitas dan
penyediaan “open space” lebih mudah.

Penjelasan :
1. CDB
2. Zone-in-teransition
3. Low status
4. Middle status
5. High status
STUDI KASUS
BANGUNAN

RTRW KOTA BANDA ACEH MASJID RAYA BAITURAHMAN BANDA ACEH


ARSITEKTUR MASJID RAYA BAITURRAHMAN

Masjid Raya Baiturrahman awalnya dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Gerrit Bruins.
Desainnya kemudian diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang juga mengawasi pekerjaan konstruksi yang
dilakukan oleh kontraktor Lie A Sie. Desain yang dipilih adalah gaya kebangkitan Mughal, yang
dicirikan oleh kubah besar dengan menara-menara. Kubah hitam uniknya dibangun dari sirap kayu keras
yang digabung menjadi ubin.

Memasuki area masjid, tampak dari depan Anda akan melihat 5 kubah yang berwarna hitam.
Kemudian, terpasang pula 12 payung raksasa, sehingga saat siang hari pun tidak akan terasa
panas. Di bagian pelataran, terdapat lantai marmer berwarna putih yang diimpor langsung dari
dataran Tiongkok yang menjadikan pelataran masjid sebagai tempat yang sejuk.

Ketika melangkah menuju bangunan utama, Anda akan disambut Pintu-pintu yang unik. Pintu
tersebut berupa 3 pintu besar yang berkesan gigantis. Banyak ornamen menghiasi pintu itu.
Hal tersebut tentu menambah nilai artistik bangunan ini.

Masuk ke bangunan utama, Anda akan merasa terkesan dengan interior Masjid Raya
Baiturrahman. Interiornya dihiasi dengan dinding, jendela kaca dan lampu hias serta batu-
batu bangunan yang berasal dari Belanda. Setiap detail bangunan dibuat semenarik
mungkin agar setiap jamaah merasa nyaman dan khusyu saat beribadah.

Anda mungkin juga menyukai