Anda di halaman 1dari 14

Arsitek

Pariwisata
Rendika adi putra - 18120004
Pengertian arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam
merancang bangunan dan struktur lainnya. Dalam
artian yang lebih luas, arsitektur mencakup
merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu
desain bangunan, desain perabot dan desain
produk. Arsitektur juga merujuk pada hasil-hasil
proses perancangan tersebut.

2
Tugas & Ruang Lingkup Arsitek
3
1. Mengonsep Rancangan
• Pada tahap ini arsitek melakukan konsep rancangan
yang meliputi seluruh data dan informasi yang
diterima dengan mengolah dan menganalisis data. 4. Pembuatan Gambar Kerja
2. Membuat Skematik Desain • Arsitek selanjutnya menerjemahkan konsep
• Pada tahap selanjutnya, arsitek menyusun pola dan rancangannya dalam pengembangan pancangan ke
gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dengan dalam gambar kerja dan uraian teknis yang terinci.
membuat gambar-gambar berdasarkan konsep Sehingga disini semua pihak yang terlibat dapat
rancangan yang telah disusun. menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan
konstruksi.
3. Pengembangan Rancangan
5. Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi
• Pada tahap ketiga ini, arsitek bekerja atas dasar
prarancangan dari tahap kedua yang telah disetujui • Pada tahap ini, arsitek mengolah hasil gambar kerja
oleh pengguna jasa untuk menentukan sistem yang telah dibuat ke bentuk format dokumen
konstruksi, biaya yang dikeluarkan, struktur bangunan, pelelangan serta dilengkapi dengan Rancangan Kerja
dan bahan bangunan. dan Syarat Teknis Pelaksanaan Kerja serta RAB
(Rencana Anggaran Biaya) termasuk daftar bill of
quantity.
6. Pengawasan Berkala
• Arsitek melakukan peninjauan dan pengawasan secara
berkala di lapangan dan mengadakan pertemuan teratur
dengan pengguna jasa.

4
Apa yang Dipelajari Seorang Arsitek

Setelah mengetahui rincian tugas dan ruang lingkung arsitek. Kita juga mendapati bahwa ada
tanggung jawab dari seorang arsitek, lalu apa yang dipelajari seorang arsitek? Tentunya program studi arsitek
memuat seluruh pembelajaran tugas dan pelatihan-pelatihan. Mulai dari pembelajaran seni rupa, desain,
matematika, akuntansi, manajemen, dan lain sebagainya.
Bukan hanya mempelajari struktur bangunan saja, karena seluruh lingkungan dan isi dari bangunan
itu sendiri menjadi tanggung jawab seorang arsitek. Arsitek kemudian juga mempertanggung jawabkan kepada
pengguna jasa, termasuk mengkomunikasikannya.

5
Fungsi Arsitektur
• Fungsi dari seorang arsitektur, tidak hanya untuk membangun suatu konstruksi bangunan
saja agar menjadi bangunan yang estetik dan kokoh. Arsitektur secara umum berfungsi sebagai suatu
tata bina yang ikut menyeimbangkan lingkungan di sekitarnya, termasuk faktor sosial, alam, manusia.

• Berikut ini adalah fungsi arsitektur secara kompleks :


• Arsitektur sebagai jawaban atas kebutuhan tuntutan fungsional badani, rohani, emosional
(spiritual dan intelektual).
• Arsitektur sebagai jawaban atas tantangan seperti : Iklim, teknologi, masyarakat, kebudayaan.
• Sebagai pembatas atau filter antara tubuhnya dengan lingkungan alamnya.
• Penyeimbang biologis dan psikologis yang merupakan kelanjutan dari adaptasi manusia kepada
dunia.
• Ruang tempat manusia hidup dengan berbagi dan kaitannya dengan pengalaman kehidupan
yang sederhana, dapat diwujudkan dengan arsitektur.

6
Arsitektur harus senantiasa memperhatikan bagaimana
mewujudkan cita-cita sekaligus memuaskan hati pengguna
jasanya. Arsitektur pada hakikatnya merupakan suatu bidang teknis,
sehingga bangunan terancang dengan struktur yang baik. Pandangan yang
lain ialah bahwa tujuan utama dari arsitektur ini adalah bersifat
kemasyarakatan.

7
ARSITEKTUR, PARIWISATA
DAN PERUBAHAN BUDAYA

8
Seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai kebudayaan pun mengalami
perubahan. Hal ini dapat dilihat dari manifestasi perilaku masyarakat dalam berbagai hal
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dengan arsitektur rumah atau tempat tinggal.
Wangsadinata dan Djajasudarma (1995) menyebutkan perkembangan arsitektur
merupakan manifestasi dari keinginan (hasrat) manusia ke arah yang lebih baik. Mereka
menyebutkan:

“architecture is a product of complex process of human development in response to


cultural, socio-economic and environmental factors, architectural styles and appearances
appreciated by the people would be the ones satisfying most desire for countinuous betterment
of the natural as well as built environment”.

9
Dalam contoh kasus masyarakat Indonesia, perubahan nilai budaya juga memberikan dampak
dalam apresiasi terhadap nilai-nilai tradisional dalam arsitektur rumah tinggal dalam masyarakat
beberapa daerah di Indonesia. Beberapa contoh yang disebutkan pada awal tulisan ini memberikan
gambaran bahwa terdapat peran nilai budaya dalam membentuk dan mewarnai arsitektur rumah
tinggal masyarakat tradisional pada saat itu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Crystal di
dalam Masyarakat Toraja (Crystal, 1987) terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan budaya yang
mempengaruhi arsitektur tempat tinggal masyarakat Toraja.

• Pertama, permukiman masyarakat Toraja pada awalnya sangat menyatu dengan satu atau lumbung padi.
Lokasinya terpencar dalam kawasan yang luas namun berada dekat pada ladang/persawahan. Sebelum
masa kolonial, beberapa masyarakat juga membuat tempat tinggal pada lereng dan puncak-puncak bukit
sebagai upaya preventif dan pertahanan dalam menghindari konflik perang fisik. Lokasi ini saat ini masih
dapat dijumpai pada masa sekarang ini meskipun saat ini lokasi permukiman lebih banyak berada pada
lokasi yang lebih mudah diakses.

• Kedua, desain atap rumah tinggal masyarakat Toraja bervariasi dari desain atap bambu yang sederhana
ini hingga desain atap dari bambu dan kayu yang rumit.

• Ketiga, rumah tinggal masyarakat Toraja secara geometris/mata angin berorientasi menghadap timur laut.
Dalam masyarakat Toraja, Utara dan Timur mempunyai makna kosmis yang penting bagi sosial budaya
masyarakat Toraja pada saat itu. Arah utara diasosiasikan dengan Sungai Sa’dan yang mempunyai nilai
sakral sebagai mata air kehidupan, sedangkan arah Timur diasosiakan dengan kesuburan pertanian.
Desain rumah tinggal dan orientasi arah mata angin pada
permukiman masyarakat Toraja pun mengalami perubahan. Atap bambu
tergantikan dengan atap alumunium/seng yang tentunya lebih mudah
dalam desain dan konstruksi rumah tinggal. Perubahan ini ternyata tidak
terjadi pada masyarakat Toraja saja tetapi juga terjadi pada masyarakat
lainnya seperti pada masyarakat Minangkabau dan Batak Toba. Oliver (2006)
menyebutkan setidaknya terdapat beberapa faktor [budaya] yang
mempengaruhi perubahan arsitektur tradisional antara lain:

1) Inovasi

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat terus berinovasi seiring dengan berkembangnya budaya yang
dimiliki oleh masyarakat. Berkembangnya pengetahuan tentunya juga diiringi dengan perkembanganya teknologi dan
bahan yang digunakan dalam merancang dan membangun tempat [rumah] tinggal. Beberapa contoh perubahan yang
dapat dilihat adalah penggunaan bahan-bahan bangunan yang siap pakai (pre-fabricated) sehingga dalam beberapa
kasus craftmanship tradisional pada beberapa desain rumah menjadi terabaikan.
2) Penaklukan militer (Kolonialisme)

Pengaruh kolonialisme ini secara gamblang paling mudah dapat dilihat pada desain-desain rumah terutama
pada daerah-daerah yang menjadi pusat pemerintahan kolonial. Di Indonesia sangat mudah ditemukan
arsitektur bergaya Eropa pada rumah-rumah tinggal dan perkantoran. Hal ini bisa dimaklumi mengingat
Bangsa Eropa cukup lama berkoloni di Indonesia, sehingga banyak pengaruh arsitektur Eropa dalam desain
rumah masyarakat Indonesia hingga saat ini.

3) Proses adaptasi

Dalam kehidupan bermasyarakat dalam komunitas tertentu, satu komunitas akan berhubungan dengan komunitas
lainnya. Dalam masyarakat tradisional hal ini diistilahkan saling berbagi dengan masyarakat sekitar komunitas
elemen-elemen yang dianggap dapat diterima dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang arsitektur. Elemen-elemen
adaptasi ini dapat bersifat praktis, simbol-simbol, maupun kedua elemen tersebut. Contoh ini dapat dilihat dari
beberapa contoh elemen dalam konstruksi atap rumah yang menggunakan atap dari alumunium atau dari seng yang
tentunya lebih banyak karena alasan praktis. Sedangkan contoh yang berhubungan dengan simbol-simbol dekoratif
contohnya adalah ukiran-ukiran atau lukisan serta ornamen pada bagian-bagian rumah yang tidak mewakili
kepercayaan atau budaya tertentu namun dijadikan sebagai bagian dari adaptasi seni kontemporer.
4) Alasan geologis (alam)

Pada beberapa kawasan tertentu kondisi alam menyebabkan arsitektur bangunan menyesuaikan dengan kondisi alam
agar mudah beradaptasi dengan perubahan kondisi alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Peristiwa tsunami pada
tahun 2005 menyebabkan struktur dan desain pada bangunan fisik yang ada di Aceh saat ini sebagai salah satu contoh
bagaimana kondisi alam dapat mempengaruhi perubahan arsitektur di kawasan ini.

5) Pengembangan Kawasan Permukiman (Settlement)

Pada masa kekinian pengembangan kawasan permukiman dapat berupa bagian dari pengembangan dan penyediaan
perumahan bagi masyarakat. Terdapat beberapa alasan mengapa “settlement” dapat menjadi faktor yang dapat
merubah arsitektur tradisional. Sebagai contoh, kehancuran masif yang diakibatkan oleh tsunami menyebabkan
pemerintah Indonesia dalam waktu yang relatif singkat harus kembali membangun pemukiman penduduk yang hancur
diterjang tsunami. Dengan skala pembangunan kembali pemukiman yang besar serta potensi bahaya gempa bumi dan
tsunami tentunya arsitektur tradisional akan berubah mengikuti desain yang tentunya akan dibuat dalam
mengantisipasi hal-hal yang tersebut di atas. Contoh lain adalah transmigrasi. Untuk alasan praktis arsitektur
dirancang sesuai dengan kebutuhan pemukim sekadarnya. Selain itu, pengembangan pemukiman ini juga dapat
memberikan warna bagi arsitektur setempat dimana biasanya pengembangan pemukiman baru membawa teknologi
serta desain dan pola yang baru pula.
6) Pressure to “modernize”

Pada beberapa kawasan permukiman, masyarakat (kultur) ditekan untuk lebih maju. Contoh kasus yang menarik
adalah pemukiman tradisional di Papua yang dianggap tidak cukup layak untuk kesehatan, sehingga dalam
keadaan tertentu masyarakat mendapat “tekanan” untuk mendesain rumah tinggal yang lebih layak. Tekanan-
tekanan seperti ini juga biasanya berhubungan dengan sanitasi dan higienitas publik. Saat ini masih banyak
kawasan pemukiman di Indonesia yang masih memanfaatkan sungai serta sarana MCK komunal, sehingga hal ini
juga berpengaruh pada desain rumah tinggal.

Namun pada masa sekarang ini muncul


kembali kesadaran untuk mengembalikan
budaya tradisional Toraja yang tentunya dengan
cara pandang yang berbeda. Pariwisata, menjadi
pemicu masyarakat Toraja menilai kembali
(reassessment of value) budaya tradisional
mereka.Selain itu melalui aktivitas
kepariwisataan, masyarakat juga mendapatkan
keuntungan secara ekonomi yang pada akhirnya
dapat dimanfaatkan dalam melestarikan budaya
[arsitektur] yang dimiliki sebagai artefak dari
budaya.

Arsitektur rumah tradisional di Toraja

Anda mungkin juga menyukai