Anda di halaman 1dari 10

JUDUL : ROH DAN CITRA KOTA PERAN PERANCANGAN KOTA SEBAGAI KEBIJAKAN PUBLIK PENULIS : Bambang Heryanto PENERBIT

: Brilian Internasional, Surabaya TAHUN TERBIT : 2011 BAGIAN I. JIWA DAN KOTA Semangat dan Wajah Kota Wajah kota-kota selalu berubah dan bentuk akhirnya mencerminkan karakter budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang dianut masyarakatnya. Kerangka Pikir dan Organisasi Dalam setiap bagian dibahas pengertian tentang kota, ciri-ciri karakteristik bentuk kota, perancangan kota sebagai kebijakan publik, sifat dan pengaruh perancangan kota dalam membentuk kota, ideologi, dan konsep dasar perancangan kota dan perkembangan bentuk kota di masa pra kolonial sampai masa pasca kolonial. Dari isuisu tersebut kerangka pikir pembahasan isi disusun. Organisasi buku ini dibagi menjadi lima bagian : bentuk kota, kebijakan publik, perancangan kota, perancangan kota sebagai kebijakan publik, dan pasang surut perkembangan kota di Indonesia. BAGIAN II. BENTUK KOTA Sifat Dasar dan Karakteristik Bentuk kota sebagai struktur bangunan dan ruang yang nyata dan sebagai aspekaspek kehidupan masyarakat yang tidak nyata dari suatu kota. Unsur tangible (nyata) : bangunan, penggunaan tanah, lapangan terbuka dan taman, jalan setapak maupun jalan bebas hambatan,garis langit yang terbentuk dari ketinggian bangunan. Unsur intangible berupa kebijakan dan peraturan. Ciri-ciri Bentuk Kota 1. Bentuk bangunan 2. Pola Jalan 3. Tata Guna Tanah 4. Ruang Terbuka 5. Garis Langit

Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Lingkungan alam dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : a. Lingkungan alam b. Topografi c. Iklim d. Bahan konstruksi dan teknologi dari bangunan Lingkungan Buatan dipengaruhi oleh : a) Pengaruh politik pada bentuk kota b) Pengaruh ekonomi pada bentuk kota c) Pengaruh sosial pada bentuk kota BAGIAN III. KEBIJAKAN PUBLIK Pengertian Dasar Kebijakan Publik Tujuan dari kebijakan publik adalah untuk mencegah agar supaya isi kekayaan dari kota tidak hilang dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota. Kebijakan tersebut berupa undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan, maupun pedoman pedoman perencanaan dan perancangan kota. Pandangan Luas Kebijakan Publik Kebijakan publik adalah berkaitan dengan keputusan pemerintah yang disusun untuk penyelesaian berbagai masalah politik, ekonomi, sosial, keamanan, lingkungan dan lain-lainnya yang berkaitan dengan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Bentuk dan Jenis Kebijakan Publik Berbagai bentuk kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah kota dapat diamati menurut sifatnya. Lima sifat kebijakan tersebut adalah : 1. Kebijakan distributif 2. Kebijakan regulasi kompetitif 3. Kebijakan regulasi distributif 4. Kebijakan substantif 5. Kebijakan prosedural Secara garis besar beberapa tujuan dari kebijakan publik suatu pemerintah kota antara lain untuk : 1. Membangun sarana pendidikan 2. Membangun sarana kesehatan 3. Menyediakan sarana-sarana ekonomi 4. Menyediakan sarana olahraga 5. Menyediakan sarana hiburan dan rekreasi

6. Menyediakan ruang terbuka hijau 7. Menanggulangi pencemaran udara 8. Menjaga kelestarian tepian air 9. Menanggulangi bencana alam 10. Menanggulangi bencana kebakaran 11. Menata bangunan 12. Melestarikan pusaka kota. BAGIAN IV. PERANCANGAN KOTA Sifat Dasar Perancangan Kota Hippodamus sebagai perancang kota pertama dan yang menemukan jalur jalan berpola gridiron atau papan catur. PENGERTIAN DAN LINGKUP KEGIATAN Berdasarkan produk dan prosesnya perancangan kota dapat dikategorikan menurut skala geografis dimana ia melayaninya, meliputi : 1. Penekanan perlakuan terhadap lingkungan; 2. Hubungan antara keragaman lingkup kerja; 3. Hubungan antara penganut dan lingkup kerjanya; 4. Hubungan kerja dengan kelompok masyarakat; 5. Pendekatan operasional. Cook mengelompokkan perancangan kota menjadi 4 aspek : 1. Seperti skala dari proyek 2. Kawasan dari proyek 3. Disiplin dari para perancang 4. Lingkup dari proyek. Subyek dari perancangan kota, seperti Gary Hack sarankan dapat berupa: 1. Seluruh kawasan metropolitan 2. Distrik tertentu yang membutuhkan perhatian 3. Aspek sarana kota tertentu 4. Pusat-pusat kegiatan kota. Gerald Crane, arsitek dan perancang kota, mengkategorikan kliennya menjadi : 1. Institusi pemerintah 2. Institusi swasta 3. Pengembang 4. Organisasi masyarakat 5. Profesional 6. Perorangan.

UNSUR-UNSUR KARAKTERISTIK KOTA Shirvani menyatakan bahwa perancangan kota mempunyai 2 produk : 1. Proyek berorientasi proses 2. Proyek berorientasi produk. Munson menyatakan bahwa orientasi produk perancangan kota berkaitan dengan 5 kawasan pembangunan fisik sarana perkotaan : 1. Kawasan pusat perbelanjaan 2. Kawasan perkotaan 3. Kawasan perumahan 4. Kawasan pariwisata 5. Kawasan industri. Secara garis besar 6 tahap proses perancangan kota sebagai berikut : 1. Definisi proyek 2. Kajian isu manusia dan lingkungan serta peluang 3. Sintesis isu dan peluang 4. Pengembangan alternatif perancangan 5. Evaluasi alternatif perancangan 6. Implementasi perancangan. FUNGSI DAN PERAN Perancangan pembangunan kota atau sebagai kenijakan untuk publik adalah perangkat pengawasan dan peraturan mengelola proses pertumbuhan

perkembangan kota dalam mencapai kebutuhan masyarakat untuk suatu lingkungan yang meliputi aspek : 1. Aman 2. Nyaman 3. Sehat 4. Sejahtera
5. Estetis.

Mengamati Peran Perancangan Kota PENGARUH PERANCANGAN KOTA Keragaman maksud serta tujuan dari pedoman perancangan kota seperti aspek ekonomi, estetika, sosial dan masalah perkotaan adalah beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaannya.

PERAN DAN PERILAKU AKTOR Beberapa pihak terlibat dalam perubahan dan pengembangan bentuk kota, antara lain : 1. Pemilik tanah 2. Arsitek 3. Perencana dan perancang 4. Konsultan 5. Kontraktor dan pengembang 6. Penguasa setempat 7. Politisi 8. Kalangan pengusaha 9. Birokrat. Individu-individu dan institusi-institusi ini, publik atau privat adalah aktor-aktor atau agen-agen perubahan yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses perubahan dan pengembangan bentuk fisik lingkungan kota. Mekanisme Administrasi, Aktor dan Peranannya MEKANISME ADMINISTRASI Mekanisme bentuk proses tersebut antara lain : 1. Model pemerintah kota 2. Model pihak ketiga 3. Model campuran pemerintah AKTOR DAN KEGIATAN Pihak-pihak ini adalah aktor-aktor perubahan dan pembangunan kota dan mereka dapat dikategorikan dalam 4 kelompok : 1. Pemilik tanah 2. Arsitek, perencana dan perancang serta konsultan 3. Kontraktor dan pengembang 4. Pemerintah kota dan politisi. BAGIAN V. PERANCANGAN KOTA SEBAGAI KEBIJAKAN PUBLIK Ideologi dan Tradisi Kegiatan masyarakat yang timbul di kota tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pola tata ruang kotanya dan wilayah serta kota di sekitarnya. Bentuk kota, fungsi sesungguhnya, dan gagasan-gagasan serta nilai-nilai yang melekat pasa masyarakat dijadikan suatu fenomena yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan membentuk kota, antara lain : 1. Tata letak rumah berkelompok

2. Bentuk bangunan 3. Pola jalan 4. Bangunan religi 5. Ruang komunal 6. Unsur-unsur kota lainnya. Paradigma dan Rasionalitas Pola bentuk kota-kota Romawi banyak dipengaruhi dari prinsip-prinsi perancangan bangunan dan kota bangsa pendahulunya. Pada tahun 33 dan 14SM penataan kwalitas bangunan ditentukan oleh : a. Kekuatan b. Kegunaan c. Keindahan Penemuan mesin uap pada akhir 1800an adalah awal dari kehidupan modern di lingkungan perkotaan. Fenomena keadaan kota yang buruk akibat dari revolusi industri memicu konsep Garden City. Pada tahun 1933 dideklarasikan Athena Charter yang isi pokoknya bahwa konsep perencanaan dan perancangan kota berdasarkan 5 aspek kehidupan masyarakat : 1. Perumahan 2. Pekerjaan 3. Transportasi 4. Rekreasi 5. Preservasi. Perkembangan konsep Golden Section yang berkembang pada peralihan abad dua puluh menjabarkan sebagai suatu hubungan unik yang timbal balik antara dua bagian yang sama dari keseluruhan bagian, dimana yang kecil berdiri dengan proporsi yang sama terhadap bagian yang besar sedangkan bagian besar berdiri sebagai keseluruhan. Gagasan, paradigma dan ideologi perancangan yang dikembangkan oleh pergerakan arsitektur modern atau internasionalisme mendapat tantangan dari sekelompok arsitek dan perancang kota muda di Amerika yang tergolong dalam gerakan Neo-urbanisme (NU) yang dipelopori oleh Duany dan Elizabeth Platter Zyberk. Gerakan itu mengutamakan pelayanan bagi warga penghuni konsep permukiman NU : 1. Pejalan kaki 2. Sarana transportasi yang mudah, murah dan terjangkau 3. Penggunaan lahan yang tidak berlebihan 4. Berorientasi pada budaya setempat 5. Kearifan lokal

6. Tidak ada segregasi antara hunian sosial 7. Tidak ada segregasi maupun ekonomi 8. Pengadaan kegiatan ekonomi berskala kecil 9. Ramah lingkungan. Sedangkan pengembangan transpostasinya yang populer dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) Kepercayaan dan Risalah Masyarakat di belahan dunia Timur memberlakukan unsur-unsur dari kepercayaan dan tradisi masyarakat pada kedudukan geografis tertentu. India memiliki konsep perencanaan dan perancangan kota yang disebut Mandala. Feng-shui adalah kitab tentang perancangan bangunan yang sampai kini masih digunakan baik oleh masyarakat Cina. Perancangan kota-kota Islam sebagianbesar dipengaruhi oleh peradaban sebelumnya yang berasal dari luar. Bentuk kota Islam dapat dibagi dalam 3 kategori : 1. Kota yang terdiri permukiman yang didirikan oelh penduduk asli. 2. Kota yang direncanakan oleh bangsa Yunani dan Romawi. 3. Kota-kota yang direbut dan dikembangkan oleh pasukan Muslim. Kebijakan-kebijakan yang dianut masyarakat Jawa merupakan ilmu tradisional yang berasal dari Kitab Manasara yang dibawa pendeta Hindu ke Indonesia. Masyarakat Bugis-Makasar memiliki pedoman Sulapa Eppa dalam mendirikan bangunannya. Aluk Todolo adalah kepercayaan masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan yang mempunyai peranan penting di dalam menjalankan kehidupannya di tempat tinggal mereka di Tongkonan. Nawa Sanga dan Tri Hita Karana adalah pedoman yang merupakan kebijakan yang dianut masyarakat Bali dalam menentukan letak dan mendirikan bangunan. Kebijakan untuk mendirikan rumah dan permukiman juga dianut oleh masyarakat Batak Mandaling. BAGIAN VI. PASANG SURUT PERKEMBANGAN KOTA INDONESIA Peran Perancangan Kota dalam Perkembangan Bentuk Kota Indonesia Masa Prakolonial KOSMOLOGI DAN MORFOLOGI Konsep kosmologi dualistik religius dan kosmologi dualistik hirarkis mempengaruhi transformasi dan perkembangan bentuk kota-kota awal Indonesia. Secara mendasar terdapat dua jenis bentuk kota yang dapat diperbedakan pada masa prakolonial yaitu

1. Kota kramat atau kota administratif.

Berfungsi sebagai kota administratif pemerintahan dan sebagai tempat pusat keagamaan, maka kebanyakan penduduknya adalah hamba dari penguasa. 2. Kota-kota sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Biasanya mengadopsi pola perkembangan kota bentuk linier atau bentuk pita sepanjang pantai atau tepian sungai Masa Kolonial PERPADUAN TIMUR DAN BARAT Kebijakan Belanda dalam membangun kota adalah bertumpu untuk menciptakan kekuasaan dalam kegiatan ekonomi, politik dan administrasi. Faktor-faktor penentu kebijakan perencanaan kota yang tipologik, maka dibangun jalan berpola gridiron atau papan catur yang dipengaruhi oleh : 1. Topografi 2. Pengawasan kegiatan politik 3. Pengawasan keamanan 4. Pemisahan kegiatan perdagangan 5. Pemisahan kehidupan sosial 6. Pemisahan kehidupan budaya 7. Pemisahan ras 8. Agama Arsitektur Indies adalah campuran dari langgam Eropa, arsitektur jawa, arsitektur oriental dan warna lokal lainnya. Benteng adalah tempat pertama di mana pada cincin pertama dimana kegiatan administratif koloni berlangsung. Pada awal abad XX, Thomas Karsten memberikan konsep Kota Taman. Masa Awal Kemerdekaan LANGKAH AWAL KOTA MODERN Kebayoran Baru adalah salah satu kota baru yang dibangun sebagai kota satelit di ibukota negara di Jakarta di awal kemerdekaan. Arsitektur jengki dan arsitektur villa memberi warna tersendiri bagi perkembangan arsitektur Indonesia. Perancangan dan penataan kota selama masa awal kemerdekaan masih menggunakan sisa konsep Hindia Belanda, SVO, SVV, HO dan Bestemming Plan. Masa Demokrasi Terpimpin MONUMEN MODERNITAS

Bung Karno menekankan modernitas sebagai simbol kebebasan politik terhadap penjajahan bangsa Belanda dan pengaruh imperialisme bangsa Barat. Monumen Nasional (MONAS), Masjid Istiqlal, Kompleks Olahraga Senayan, Hotel Indonesia, Wisma Nusantara, Gedung CONEFO (sekarang GedungDPR/MPR) dan lainnya adalah unsur-unsur yang mendeliniasi kota Jakarta hasil gagasan Bung Karno menjadi salah satu kota modern di dunia. Perabotan seperti taman dan patung yang realis dan dinamis juga merupakan sumbangan pemikkiran Bung Karno dalam mengisi ruang Jakarta. Salah satu bangunan monumental yang dibangun semasa demokrasi terpimpin di luar Pulau Jawa adalah jembatan di atas sungai Musi di Kota Palembang. Masa Orde Pembangunan RAGAM BENTUK DALAM RUANG KOTA Kebijakan Rencana Pembangunan Nasional Lima Tahun (REPELITA) memacu kegiatan industri dan terbukanya sektor perkonomian membawa modal asing ke Indonesia. Pembangunan kawasan permukiman baru meningkat selaras pendapatan hidup masyarakat. Ruang terbuka dibangun di masa orde pembangunan pada tahun 1970an yaitu Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Hasil perancangan kota dengan pendekatan top-down, yang memberikan hasil antara lain kotak-kotak beton dan kaca raksasa yang tidak ramah lingkungan di kota-kota besar. Kota-kota besar di Indonesia adalah kumpulan dari kampung-kampung yang disatukan dengan kehidupan masyarakatnya yang dualistis, modern dan tradisional. Kampung di kota-kota besar umumnya merupakan berkumpulnya para urbanis. Beberapa upaya dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dampak perembetan kota dinataranya dengan model perancangan kota terpadu, antara lain : JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), GERBANGKERTSUSILO (Gresik, Bangil, Kertosono, Surabaya, Sidoarjo). Di awal tahun 1980 pada masa Orde Pembangunan proses perencanaan berdasarkan konsep bottom up top bottom mulai diperkenalkan yang menyatakan proses perencanaan dan perancangan dalam pembangunan kota berjalan 2 kutub, yaitu dari atas atau pemerintah dan dari bawah atau masyarakat.

Masa Orde Reformasi REDUPNYA KEARIFAN LOKAL Ciri-ciri perancangan arsitektur dan kota pada masa ini pada dasarnya memberi keleluasaan pada daerah, kabupaten dan kota dalam kegiatan pembangunan. Pada masa reformasi, dirasakan kearifan lokal yang mendasari perancangan bangunan dan kota hilang. Perembetan kota yang menginvasi, mendominasi dan selanjutnya mensuksesi kawasan pinggiran terus berlanjut dan meningkat. Pada masa ini, terjadi penggantian kegiatan serta merubah suasana setempat di kawasan perumahan tua, kekuatan ekonomi, juga merombak kawasan serta bangunan bersejarah di kawasan permukiman etnis. Menyusutnya keberadaan ruang dan tersedianya ruang terbuka hanya pada ruang privat, akses masyarakat untuk menikmati ruang terbuka hilang. Ruang terbuka publik yang serba hijau disediakan dan ditata bagi kelompok masyarakat golongan di permukiman elit dan kawasan ekonomi mewah oleh pemerintah. Namun, masih terdapat beberapa kota yang mempertahankan karakteristik jati dirinya yaitu kota Padang. Atap ilalang di Bali dan rumah joglo di DIY dan Jawa Tengah. Pemerintah berusaha memenuhi tempat tinggal penduduk dengan pembangunan Rumah Susun Sewa (RUSUNAWA) dan Rumah Susun Milik (RUSUNAMI). Wajah kota-kota Indonesia pada Orde Reformasi dapat dicirikan sebagai berikut : 1. Menjamurnya super blok dan ruko 2. Berubahnya kawasan pusaka kota 3. Berkurangnya kehijauan kota 4. Tumbuhnya kesemrawutan lalu lintas 5. Tingginya tingkat polusi udara.

Anda mungkin juga menyukai