Anda di halaman 1dari 36

PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW

DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

BAB V
KONSEP DASAR DAN RANCANGAN
KAWASAN PERKOTAAN AEK
KANOPAN

5.1 KONSEP DASAR RANCANGAN LAYOUT KAWASAN PERKOTAAN


AEK KANOPAN
Rancangan kawasan perkotaan Aek Kanopan di dasarkan pada
beberapa pendekatan yang selalu dipakai untuk merancang sebuah
kota yaitu :
1. Pendekatan Katalis yaitu memasukkan unsur-unsur sebagai
elemen tambahan di sebuah kota;
2. Pendekatan Utilitarian, yaitu memandang dari sudut
kemanfaatan sebuah elem pada sebuah kota;
3. Pendekatan Romantik dan Humanis, yaitu yang menitik beratkan
pada nilai-nilai kemanusiaan dan keharmonisan;
4. Pendekatan Formalis, tidak mengabaikan masa lalu;
5. Pendekatan Utopia, merupakan generator pertumbuhan kawasan
lain;
6. Pendekatan Teknokratik, mamasukkan unsur teknologi dalam
membantu dan mengontrol aktifitas masyarakat;
7. Pendekatan Organik, keseimbangan yang dinamis antara yang
lama dengan yang baru;
8. Pendekatan Fungsionalis, melihat fungsi-fungsi kawasan.
Dari pendekatan yang tersebut di atas, maka rancangan kawasan
perkotaan Aek Kanopan memiliki nuansa klasik atau
mempertahankan kearifan lokal dan modern atau memiliki nilai-nilai
peradaban masa yang akan datang, dengan konsep pembangunan
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Dengan demikian, dalam merancang kawasan perkotaan menuju
yang tersebut di atas, maka rancangan kota akan memperhatikan
unsur sebagai berikut :

V- 1
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

1. Fungsi dari lahan, yang akan dirancang berdasarkan konsep


zonasi. Konsep zonasi akan mengikuti arahan dari Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Aek Kanopan;
2. Limitasi lahan, yang akan mempertimbangkan keterbatasan
pengembangan kegiatan karena keterbatasan fisik lahan, seperti
sempadan sungai, kereta api, dan cekungan sebagai wadah
kumpul air permukaan
3. Unsur alamiah kawasan, seperti memanfaatkan kondisi kearifan
lokal kawasan yaitu kondisi permukiman dengan segala macam
fasilitas pendukung yang telah terbentuk, cekungan yang akan
dijadikan sebagai kolam retensi sekaligus dipakai untuk rekreasi
air
4. Tujuan pengembangan kawasan, dengan meninjau kebijakan
arah pembangunan dan fungsi kawasan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara terhadap
kawasan perkotaan Aek Kanopan di masa yang akan datang;
5. Keseimbangan kawasan, dengan menerapkan zona lindung dan
budidaya;
6. Keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup, malalui
pendekatan optimalisasi fungsi lahan sesuai dengan kaidah
kelestarian lingkungan hidup.
Kerangka teoritis sebagai konsep dasar dalam merancang kawasan
Perkotaan Aek Kanopan, menggunakan konsep teoritis dari Ahmad
Sirvani (pakar perancangan kota), yang menetapkan beberapa elemen
dasar perancangan kota. Menurut Shirvani, ranah {domain} Perancangan
Kota mencakup ruang-ruang antar bangunan, ruang yang diciptakan
untuk masyarakat, yang berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan.
Selain itu, Shirvani juga menetapkan delapan elemen fisik dalam
perancangan kota, seperti:

a. Tata guna lahan (Land Use), yang merupakan elemen kunci


Perancangan Kota, sebagai rencana dasar dua dimensi, dimana ruang
tiga dimensi dibentuk. Disini ia menyarankan suatu perencanaan
fungsi bersifat campuran (Mix Use), sehingga akan terjadi suatu
kegiatan 24 jam per hari, dan meningkatkan sistem infrastruktur kota.

b. Tata bangunan (Building Form and Massing), yang berkaitan dengan


bentuk fisik bangunan, seperti: ketentuan tinggi bangunan, kepejalan

V- 2
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

bangunan (Bulk), garis sempadan, penutupan lahan atau amplop


bangunan (yang meliputi KLB dan KDB), disamping hal-hal mengenai
gaya arsitektur, skala, bahan dan warna bangunan.

c. Sirkulasi dan perparkiran (Circulation and Parking). Kriteria ideal dari


elemen sirkulasi untuk dapat membentuk suatu lingkungan adalah:
Jalan harus merupaka" elemen ruang terbuka, yang enak dipandang.
Jalan tersebut mampu mernberikan orientasi yang jelas bagi para
pengemudi, serta dapat membuat lingkungan yang dilaluinya mudah
dikenali. Adanya kerjasarna dari sektor umum dan swasta, dalam
mencapai tujuan tersebut. Sedangkan masalah perparkiran, memiliki
dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan, yang meliputi
kelangsungan aktivitas koja, dan dampak visual terhadap bentuk fisik
dan struktur kota.

d. Ruang terbuka (Open Space) , mencakup semua unsur landscape


(jalan, crotoar dan sejenisnya), taman, dan ruang rekreasi didaerah
perkotaan. Dimana ruang terbuka hendaknya menjadi bagian integral
dari Perancangan Kota, bukan hanya merupakan akibat dari
penyelesaian arsitekturnya.

e. Jalur pejalan kaki (Pedestrian Ways), sebagai sarana bagi pejalan kaki
dan sebagai sarana pendukung kegiatan (sektor informal, seperti:
kaki lima, dsb), yang sekaligus dapat menghidupkan ruang-ruang
terbuka kota.

f. Aktivitas pendukung (Activity Support ), meliputi semua penggunaan


dan kegiatan yang berlangsung di dalam ruang-ruang terbuka kota.

g. Rambu, papan reklame, dan Iain-lain (Signage), seoagai suatu elemen


visual yang merupakan alat bantu untuk berorientasinya masyarakat
pemakai ruang kota, perlu diatur agar tercipta keserasian melalui
keseimbangan antara kepentingan umum dan privat, dampak visual
yang tidak berlebihan, sekaligus mengurangi kesemrawutan dan
persaingan dengan rambu-rambu lalu lintas, yang memang sangat
diperlukan.

5.2 RANCANGAN LAYOUT KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN


5.2.1 Zonasi

Untuk mencapai tingkat pemanfaatan lahan yang optimal pada kawasan


Perkotaan Aek Kanopan yang akan dirancang sebagai kawasan tertata

V- 3
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

dan berseni aksitektural tinggi, maka perlu dilakukan penzoningan


kawasan berdasarkan fungsi yang akan direncanakan pada kawasan
tersebut. Sistem penzoningan akan mengikuti arahan/tetapan zonasi
yang telah dicantumkan dalam Dokumen Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Aek Kanopan, yang secara rinci dapat dilihat pada
Tabel V.1

Zona yang telah ditetapkan di dalam RDTR Kawasan Perkotaan


Aek Kanopan yang masuk ke dalam deliniasi kawasan perencanaan
pada kegiatan layout ini sebanyak 12 zona inti dengan luas total
sebesar 164,38 Ha. Masing-masing zona sudah ditetapkan
pemanfaatannya, sehingga tinggal merancang kegiatan dan pola
sirkulasi serta sarana dan prasarana pendukung lainnya untuk
melengkapi kesempurnaan kawasan perkotaan.
Tabel V.1
Kebutuhan Ruang di Kawasan Perkotaan Aek Kanopan
A. S

No Pola Ruang Keterangan Luas (Ha)

1 Zona Perumahan Kepadatan Rendah R-4 8,53


2 Zona Perkantoran Pemerintah KT-1 5,88
3 Zona Perkantoran Swasta KT-2 28,46
4 Zona Sarana Pendidikan SPU-1 1,42
5 Zona Sarana Transportasi SPU-2 11,76
6 Zona Sarana Kesehatan SPU-3 11,34
7 Zona Sosial Budaya SPU-5 23,93
8 Zona Sarana Peribadatan SPU-6 1,09
10 Zona Perdagangan Dan Jasa Deret K-3 15,34
9 Zona Perdagangan Dan Jasa Kopel K-2 6,29
11 Zona Perumahan Dan Perkantoran C-2 2,89
12 Zona Peruntukan Lainnya PL-1 35,29
13 Zona Perlindungan Bawahannya PB 2,55
14 Zona Perlindungan Sementara 0,23
15 Zona Ruang Terbuka Hijau 1,93
16 Jalan 7,45
Total 164,38

Sumber : RDTR & Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Aek Kanopan


2017-2037
Gambar 5.1

V- 4
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Peta Zonasi Kawasan Perencanaan Sesuai RDTR Kawasan


Perkotaan Aek Kanopan

Untuk kegiatan di masing masing zona dapat diuraikan sebagai


berikut :
1. Zona perumahan kepadatan rendah (R-4), dapat dilaksanakan
kegiatan pembangunan rumah lengkap dengan sarana dan
prasarana pendukungnya;

V- 5
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 5.2 Rancangan Permukiman Kepadatan Rendah (R4)

2. Zona Perkantoran Pemerintah (KT-1) , merupakan zona dengan


peruntukan kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan,
seperti Kantor dan Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kantor-kantor dinas, kantor
DPRD Kabupaten Labuhanbatu Utara, serta sarana dan
prasarana pendukung seperti ruang terbuka hijau, gedung
serbaguna, lapangan upacara, dan lain sebagainya yang
dipandang perlu untuk meningkatkan citra kawasan kantor
pemerintahan;

V- 6
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 5.3 Rancangan Zona Perkantoran Pemerintah (KT-1)

3. Zona perkantoran swasta (KT-2), merupakan zona dengan


peruntukan kegiatan perkantoran swasta lengkap dengan
sarana dan prasarana pendukung kegiatan;
4. Zona sarana pendidikan (SPU-1), merupakan zona dengan
peruntukan kegiatan pendidikan yang sekarang sudah ada
bangunan sekolah menengah atas, dapat dilengkapi dengan
sarana dan prasarana pendukungnya;

Gambar 5.4 Rancangan Zona Perkantoran Swasta (KT-2)


yang digabung dengan Zona Kesehatan (SPU-3)

V- 7
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 5.5 Rancangan Zona Pendidikan (SPU-1)

5. Zona sarana transportasi (SPU-2), merupakan zona dengan


peruntukan bangunan terminal yang direncanakan akan
dibangun terminal tipe A (antar kota);
6. Zona sarana kesehatan (SPU-3), merupakan zona dengan
peruntukan untuk bangunan dan kegiatan yang berkaitan
dengan kesehatan, yaitu rumah sakit, yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana pendukungnya;

Gambar 5.6

Rancangan Zona Transportasi (SPU-2)

7. Zona sosial budaya (SPU-5), merupakan zona dengan


peruntukan untuk kegiatan sosial budaya, seperti lapangan

V- 8
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

olah raga, taman rekreasi, taman bacaan, balai pertemuan


warga, tempat upacara kebudayaan, dan lain sebagainya,
dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya;
8. Zona peribadatan (SPU-6), merupakan zona dengan
peruntukan kegiatan keagamaan, seperti islamic centre untuk
kegiatan umat muslim, dan lain sebagainya;
9. Zona perdagangan dan jasa kopel dan deret (K-2 dan K-3),
merupakan zona dengan peruntukan kegiatan perdagangan
dan jasa skala lokal dan regional, seperti grosir, minimarket,
supermarket, perhotelan, travel dan agensi, dan lain
sebagainya, dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pendukung;

Gambar 5.7 Rancangan Zona Peribadatan (SPU-6)

V- 9
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 5.8 Rancangan Zona Sosial Budaya (SPU-5)

Gambar 5.9 Rancangan Zona Perdagangan dan Jasa (K-3)

10. Zona perumahan dan perkantoran (C-2), merupakan zona


dengan peruntukan permukiman yang dapat bercampur
dengan kegiatan perkantoran swasta, dilengkapi dengan sarana
dan prasarana pendukung;
Gambar 5.10 Rancangan Zona Perumahan dan Perkantoran (C-2)

V- 10
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

11. Zona peruntukan lainnya (PL-1), merupakan zona dengan


peruntukan sebagai perkebunan, namun dalam matrik zonasi
RDTR Kawasan Perkotaan Aek Kanopan, dapat dijadikan area
dengan fungsi runag terbuka, sehingga pada penerapannya
direncanakan sebagai area bermain/bersantai dengan konsep
terbuka, yang dipadukan dengan pusat kuliner, rest area dan
didukung dengan wahana bermain anak-anak sebagai tempat
rekreasi kelaurga, dan juga taman bacaan, dilengkapi dengan
sarana dan prasarana pendukung;

Gambar 5.11 Rancangan Zona Peruntukan Lainnya (PL-1)

12. Zona lindung yang berupa kawasan bawahnya dan ruang


terbuka hijau, merupakan kawasan yang dilindungi dengan
fungsi ekologis dan sosial budaya. Khususnya untuk sempadan
rel kereta api, fungsi sempadan direncanakan sebagai jalur
hijau dengan jenis tumbuhan pelindung berbatang besar dan
keras, sedangkan untuk ruang terbuka hijau berupa kolam
retensi (danau buatan) yang dipadukan dengan sarana rekreasi
dan bersantai.

5.2.2 Tata Bangunan

Rancangan tata bangunan pada kawasan perencanaan akan


mengikuti arahan dari RDTR Kawasan Perkotaan Aek Kanopan
yaitu sebagai berikut :

V- 11
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

A. Jumlah Lantai dan Ketinggian Bangunan

1) Jumlah lantai bangunan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Aek


Kanopan dibatasi hanya sampai tiga (2-3) lantai.
2) Tinggi bangunan untuk tiap-tiap bagian wilayah kota
disesuaikan dengan mempertimbangkan kemampuan tanah,
daya dukung ruang, dan estetika lingkungan kota secara
keseluruhan.
Adapun lebih detailnya dapat dilihat pada penjelasan berikut:
1. Sarana Perdagangan dan Jasa
Perdagangan pada kawasan pusat kota : Tinggi
Lantai Bangunan (TLB) : 1 – 2 Lantai;
Sarana perdagangan - jasa di sepanjang jalan utama :
Tinggi Lantai Bangunan (TLB) : 1 – 2 Lantai; dan
Kegiatan perdagangan - jasa pada pusat
lingkungan dan tersebar : Tinggi Lantai Bangunan (TLB)
: 1 - 2 Lantai.
2. Sarana Perkantoran

Perkantoran pada pusat kota : Tinggi Lantai Bangunan


(TLB): 1 – 2 Lantai;

V- 12
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 5.12 Rancangan Kawasan Berdasarkan Zonasi RDTR Kawasan Perkotaan Aek Kanopan

V- 13
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Perkantoran pada lokasi lain : Tinggi Lantai Bangunan


(TLB) : 1 - 2 Lantai.
3. Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan pada pusat lingkungan dan tersebar :
Tinggi Lantai Bangunan (TBL) : 1 – 2 Lantai;
Sarana Pendidikan pada lokasi lain (Pusat Pendidikan) :
Tinggi Lantai Bangunan (TBL) : 1 – 2 Lantai.
4. Sarana Permukiman
Perumahan kapling besar, yaitu : Tinggi Lantai Bangunan
(TLB) : 1 – 2 Lantai
Perumahan kapling sedang, yaitu : Tinggi Lantai Bangunan
(TLB) 1 – 2 Lantai
Perumahan kapling kecil, yaitu : Tinggi Lantai Bangunan
(TLB) : 1 – 2 Lantai
Tinggi bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan, risiko kebakaran, teknologi, estetika, dan prasarana.
Sedangkan untuk bangunan bukan gedung ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
Ketinggian bangunan bukan gedung dapat melebihi ketentuan di
atas.

Ketinggian bangunan tidak diperkenankan


mengganggu bangunan lain, dari aspek keamanan,
kenyamanan (cahaya, sirkulasi udara), dan estetika.

B. Intensitas Pemanfaatan Ruang


Hal-hal yang diatur dalam intensitas pemanfaatan ruang
berupa KDB, KLB, KDH. Untuk intensitas pemanfaatan ruang
kawasan perencanaan dapat dilihat pada Tabel V.3
Tabel V.3
Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Aek Kanopan

V- 14
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

KETINGGIAN ARAHAN
KDB
ZONA STATUS JALAN BANGUNAN KLB (RASIO)
MAKSIMUM
(LANTAI) (KDB : LANTAI)

Arteri Primer 40 - 60 1-2 0,6 – 1,5

Perumahan Kepadatan
Lokal Primer 40 - 60 1-2 0,6 – 1,5
Rendah (R-4)

Lokal Sekunder 40 - 60 1-2 0,6 – 1,5

Arteri Primer 80 - 90 1 –3 1,2 – 2,7


Perumahan
dan Lokal Primer 80 - 90 1 –3 1,2 – 2,7
Perdagangan/ Jasa (C-1)
Lokal Sekunder 80 - 90 1 –3 1,2 – 2,7

Arteri Primer 80 - 90 1 –2 1,2 – 2,7


Perdagangan Dan
Jasa Lokal Primer 80 - 90 1 –2 1,2 – 2,7
Kopel (K-2)
Lokal Sekunder 80 - 90 1 –2 1,2 – 2,7

Arteri Primer 80 - 90 1 –2 1,2 – 2,7


Perdagangan Dan
Jasa Lokal Primer 80 - 90 1 –2 1,2 – 2,7
Deret (K-3)
Lokal Sekunder 80 - 90 1 –2 1,2 – 2,7

Arteri Primer 60 - 80 1-2 0,8 – 1,6

Perkantoran (KT-1) Lokal Primer 60 – 70 1-2 0,8 – 1,6

Lokal Sekunder 40 – 60 1-2 0,8 – 1,6

Arteri Primer 60 - 80 1-2 0,8 – 1,6

Perkantoran (KT-2) Lokal Primer 60 – 70 1-2 0,8 – 1,6

Lokal Sekunder 40 – 60 1-2 0,8 – 1,6

Pelayanan
Arteri Primer 40 - 60 1-2 1,4 – 1,6
Umum

Lokal Primer 40 - 60 1-2 1,2 – 1,4

Pendidikan (SPU-1)
Lokal Sekunder 40 - 60 1–2 0,8 – 1,6

Pelayanan Umum
Arteri Primer 40 - 60 1-2 1,4 – 1,6
Sarana
Transportasi (SPU-2) Lokal Primer 40 - 60 1-2 1,2 – 1,4

V- 15
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

KETINGGIAN ARAHAN
KDB
ZONA STATUS JALAN BANGUNAN KLB (RASIO)
MAKSIMUM
(LANTAI) (KDB : LANTAI)

Lokal Sekunder 40 - 60 1–2 0,8 – 1,6

Arteri Primer 40 - 60 1-2 0,4 – 1,2

Pelayanan Umum
Lokal Primer 40 - 60 1-2 0,4 – 1,2
Kesehatan
(SPU-3)
Lokal Sekunder 40 - 60 1-2 0,4 – 1,2

Arteri Primer 40 - 60 1-2 0,4 – 1,2

Pelayanan Umum Sosial Lokal Primer 40 - 60 1-2 0,4 – 1,2


dan
Budaya (SPU-5)
Lokal Sekunder 40 - 60 1-2 0,4 – 1,2

Arteri Primer 40 – 60 1-2 0,8 – 1,6

Pelayanan
Lokal Primer 40 – 60 1-2 0,8 – 1,6
Umum
Peribadatan (SPU-6)
Lokal Sekunder 50- 70 1-2 0,8 – 1,6

Sumber : RDTR & Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Aek Kanopan 2017-2037

C. Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Demikian juga halnya dengan garis sempadan bangunan,
mengikuti arahan dari RDTR Kawasan Perkotaan Aek Kanopan,
dengan ketentuan.

1) Zona Perumahan
a) Berada pada jalan Arteri Primer, maka:
 GSB Depan minimum 14 m;
 GSB Samping minimum 1,5 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.
b) Berada pada jalan Kolektor Primer
 GSB depan minimum 12 m;
 GSB samping minimum 1,5 m;

V- 16
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

 GSB Belakang minimum 3 m;


 Jumlah lantai maksimum 2 lantai; dan
 Tinggi bangunan maksimum 12 m.
c) Berada pada jalan lokal primer, maka:
 GSB Depan minimum 10 m;
 GSB Samping minimum 2 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 11 m.
d) Berada pada jalan lokal sekunder, maka:
 GSB Depan minimum 8 m;
 GSB Samping minimum 2 m;
 GSB Belakang minimum 1,5 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 11 m.
e) Berada pada jalan lingkunganprimer dan sekunder, maka:
 GSB Depan minimum 8 m;
 GSB Samping minimum 2 m;
 GSB Belakang minimum 1,5 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 10 m.
2) Zona Perdagangan dan Jasa
a) Berada pada jalan Arteri Primer, maka:
 GSB Depan minimum 14 m;
 GSB Samping minimum 2,5 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 3 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 18 m.
b) Berada pada jalan Kolektor Primer, maka:
 GSB depan minimum 14 m;
 GSB samping minimum 2,5 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah lantai maksimum 3 Lantai; dan
 Tinggi bangunan maksimum 18 m
c) Berada pada jalan lokal primer, maka:
 GSB Depan minimum 10 m.

V- 17
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

 GSB Samping minimum 5 m.


 GSB Belakang minimum 3 m.
 Jumlah Lantai maksimum 3 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 18 m.
d) Berada pada jalan lokal sekunder, maka:
 GSB Depan minimum 8 m;
 GSB Samping minimum 5 m;
 GSB Belakang minimum 1,5 m;
 Jumlah Lantai maksimum 3 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 18 m.
3) Zona Sarana Pelayanan Umum
a. Berada pada jalan Arteri Primer, maka:
 GSB Depan minimum 18 m;
 GSB Samping minimum 3 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 15 m.
b. Berada Pada Jalan kolektor Primer, maka:
 GSB depan minimum 14 m;
 GSB samping Minimum 3 m;
 GSB belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 lantai; dan
 Tinggi bangunan maksimum 12 m
c. Berada pada jalan lokal primer, maka:
 GSB Depan minimum 10 m;
 GSB Samping minimum 4 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.
d. Berada pada jalan lokal sekunder, maka:
 GSB Depan minimum 8 m;
 GSB Samping minimum 4;
 GSB Belakang minimum 1,5 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.

V- 18
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

4) Zona Perkantoran
a. Berada pada jalan Arteri Primer, maka:
 GSB Depan minimum 18 m;
 GSB Samping minimum 3 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.
b. Berada pada jalan lokal primer, maka:
 GSB Depan minimum 10 m;
 GSB Samping minimum 4 m;
 GSB Belakang minimum 3 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.
c. Berada pada jalan lokal sekunder, maka:
 GSB Depan minimum 8 m;
 GSB Samping minimum 4 m;
 GSB Belakang minimum 1,5 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.
5) Zona Pertanian/Perkebunan
Untuk zona pertanian/perkebunan tidak ada ketentuan tata
massa bangunan, karena berupa lahan non terbangun.
6) Zona Transportasi
a. Berada pada jalan Arteri Primer, maka:
 GSB Depan minimum 16 m;
 GSB Samping minimum 6 m;
 GSB Belakang minimum 5 m;
 Jumlah Lantai maksimum 2 Lantai; dan
 Tinggi Bangunan maksimum 12 m.
7) Zona Ruang Terbuka Hijau
Pada zona RTH tidak ada ketentuan tata massa bangunan
seperti halnya zona pertanian, karena berupa lahan non
terbangun.
Berdasarkan penjelasan mengenai standar kelayakan GSB
diatas, apabila dikaitkan dengan besaran GSB di Kawasan

V- 19
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Perkotaan Aek Kanopan, sudah mulai mengikuti peraturan yang


sudah ada. Dan diharapkan ke depannya peraturan mengenai
batas minimal GSB yang berlaku di Kawasan Perencanaan tetap
diterapkan.
5.2.3 Rancangan Aksesibilitas
A. Sirkulasi dan Perparkiran
1. Sirkulasi (PATH)

Jalur merupakan penghubung antara jalur sirkulasi manusia


dengan kendaraan dari sebuah ruang ke ruang lain di dalam
kawasan. Secara fisik paths adalah merupakan salah satu unsur
pembentuk kawasan. Paths ini akan terdiri dari eksternal akses
dan internal akses, yaitu jalan-jalan penghubung antar fungsi
wilayah dengan wilayah lain yang lebih luas. Jaringan jalan
adalah pengikat dalam suatu kawasan, yang merupakan suatu
tindakan dimana kita menyatukan semua aktivitas dan
menghasilkan bentuk fisik suatu kawasan. Bagi banyak orang
ada unsur dominan dalam citra mereka, orang mengamati
kondisi sekitar sambil bergerak melalui jalan tersebut, dan
sepanjang jalur ini unsur-unsur lingkungan lainnya yang diatur
dan terkait satu sama lain. Dengan menggunakan teori figure
ground kita dapat lebih mudah mengetahui jalur-jalur dan
massa bangunan yang ada, sehingga lebih mudah dalam
membaca sirkulasi yang ada..

Pola sirkulasi yang dibentuk di Kawasan Perkotaan Aek Kanopan


terdiri dari dua katagori yaitu jalan utama dan jalan-jalan
penguhung antar fungsi kegiatan. Jalur jalan utama merupakan
jalur jalan regional antar kota yang melintas kawasan perkotaan
dengan tipe linier dengan lebar rencana 20 meter,sedangkan
jalan penghubung yang akan membentuk pola sirkulasi dalam
ruang kawasan, merupakan jalan-jalan lokal dan lingkungan.
Jalan lokal akan menghubungkan antar fungsi dalam kawasan,
sedangkan jalan lingkungan merupakan jalur sirkulasi dalam
fungsi kawasan tertentu dengan lebar jalan disesuaikan dengan
arahan dari RDTR Kawasan Perkotaan Aek Kanopan.

Pola sirkulasi yang direncanakan adalah pola grid untuk


keseluruhan kawasan perkotaan, dan pola melingkar serta

V- 20
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

culdesac di dalam fungsi kawasan. Pola grid memberikan kesan


teratur, sehingga mambentuk image kota yang tertata rapi
dengan susunan bangunan yang memiliki kesamaan orientasi.
Khsusnya pada kawasan-kawasan dengan fungsi yang sangat
mementingkan keteraturan yang tinggi seperti zona
perkantoran, zona perdagangan dan jasa serta permukiman,
pola grid dapat membantu menciptakan keteraturan, sehingga
dapat memudahkan dalam perencanaan dan perancangan
infrastruktur pendukung seperti drainase, jaringan utilitas
lainnya, serta pengaturan perparkiran. Sedangkan untuk tipe
melingkar dan culdesac, dapat diterapkan pada zona yang
menampilkan bentuk yang unik dan tidak membuat kesan
bosan. Pola sirkulasi tersebut direncanakan pada zona ruang
terbuka hijau dan tempat-tempat bermain/rekreasi/bersantai.
Pola ini direncanakan pada zona PL-4 dan Ruang terbuka.

2. Perparkiran

Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka


waktu lama atau sebentar tergantung pada kendaraan dan
kebutuhannya (peraturan lalu lintas). Peran fasilitas parkir adalah
tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat tujuan
perjalanan dari pergerakan lalu lintas.

Di tempat tujuan kendaraan akan ditinggalakan oleh pemiliknya


selama beberapa waktu, dan pada saat inilah sebuah fasilitas
parkir memegang peranan penting. Sebuah fasilitas parkir
dikatakan berfungsi dengan baik, apabila dapat menghindari
konflik pada ruas jalan di sekitar lokasi parkir. Masalah yang
timbul pada fasilitas parkir adalah bila jumlah kendaraan
melebihi jumlah tempat parkir, sehingga kelebihan kendaraan
yang tidak tertampung, dapat mengganggu arus lalu lintas.
Selain itu, ketidak teraturan pola parkir kendaraan, dapat
mengganggu arus lalu lintas.

Untuk menghindari ketergangguan arus lalu lintas yang


disebabkan oleh parkor kendaraan, maka fasilitas parkir
dikawasan perkotaan Aek Kanopan direncanakan bersifat
offstreet. Fasilitas parkir direncanakan akan dibangun pada
setiap zona, dengan pola parkir disesuaikan dengan kondisi
ketersediaan dan bentuk lahan masing-masing zona, dapat

V- 21
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

berpola sejajar jalan, 90o, 45o, dan lain sebagainya, dengan


kebutuhan ruang parkir disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing kegiatan (lihat Table V.4)

Tabel V.4
Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir
Satuan (SRP untuk mobil Kebutuhan Ruang
No Peruntukkan
penumpang) Parkir)
1 Pusat Perdagangan
a. Pertokoan 2
SRP / 100 m luas lantai efektif 3,5 – 7,5
b. Pasar Swalayan 2 3,5 – 7,5
SRP / 100 m luas lantai efektif
c. Pasar 2 3,5 – 7,5
SRP / 100 m luas lantai efektif
2 Pusat Perkantoran
a. Pelayanan bukan 2 1,5 – 3,5
SRP / 100 m luas lantai
umum
b. Pelayanan umum 2 1,5 – 3,5
SRP / 100 m luas lantai
3 Sekolah SRP / mahasiswa 0,7 – 1,0
4 Hotel/penginapan SRP / kamar 0,2 – 1,0
5 Rumah Sakit SRP / tempat tidur 0,2 – 1,3
6 Bioskop SRP / tepat duduk 0,1 – 0,4
Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, 1998

Konsep perletakan parkir pada masing-masing zona di kawasan


perkotaan Aek Kanopan mempertimbangkan faktor morfologi
lahan dan keterjangkauan dengan pusat kegiatan.
Konsep perletakan parkir dengan mempertimbangkan morfologi
lahan adalah, tempat parkir diusahakan berada pada permukaan
yang datar, sehingga kendaraan dapat berada pada posisi stabil.
Sedangkan konsep perletakan parkir mempertimbangkan
keterjaungkauan dengan pusat kegiatan adalah, hubungan
pencapaian antar tempat parkir dengan bangunan atau tempat
kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh.

V- 22
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Konsep perparkiran di masing-masing zona akan


mempertimbangkan jenis kendaraan, sehingga pengaturan
perletakan akan mengikuti jenis kendaraan, yaitu :
1. Parkir kendaraan beroda 4 dengan jenis kendaraan bus dan
truk;
2. Parkir kendaraan beroda 4 dengan jenis kendaraan sedan,
minibus, dan jeep.
3. Parkir kendaraan beroda 3 seperti becak dan sejenisnya;
4. Parkir kendaraan beroda 2 seperyi sepeda motor dan sepeda.
Dalam konteks perancangan tempat parkir di masing-masing
zona, akan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu sebagai
berikut :
1. Waktu penggunaan dan pemanfaatan parkir. U tuk kegiatan
yang berlangsung lama, seperti di zona perdagangan dan
jasa, maka tempat parkir perlu dilengkapi dengan penerangan
yang cukup. Penerangan dapat menggunakan lampu taman
setinggi 2 meter atau penempatan lampu jalan mercuri.
2. Banyaknya jumlah kendaraan yang ditampung.luas lahan
parkir akan tergantung pada jumlah kendaraan yang
ditampung, sehingga perhitungan jumlah kendaraan yang
keluar dan masuk, menjadi variabel penentu kebutuhan luas
lahan parkir yang dibutuhkan.
3. Ukuran dan jenis kendaraan yang ditampung.
4. Mempunyai sistem keamanan yang baik dan terlindungi dari
pancaran sinar matahari. Untuk mengurangi panas sinar
matahari yang menerpa kendaraan, maka tempat parkir akan
dirancang dengan memberikan peneduh seperti pepohonan
perdu yang cukup kuat dan tidak mudah patah, tidak
mengeluarkan getah yang dapat merusak cat kendaraan,
memiliki tajuk lebar dan cukup padat, akar tidak merusak
fasilitas parkir, dan tidak menggugurkan dahan dan ranting.
Contoh pohon yang dapat ditanam pada lahan parkir seperti
biola cantik dan kiara payung.
5. Cukup pencahayaan dimalam hari;
6. Tersedia sarana pendukung seperti tempat tunggu sopir dan
tempat sampah;

V- 23
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

B. Jalur Pejalan Kaki


Jalur pejalan kaki merupakan komponen penting dalam
sebuah ruang untuk memberikan kenyamanan bagi
pengguna jalan di suatu kawasan.
Dalam rangka meningkatkan kenyamanan pejalan kaki di
kawasan perencanaan, maka jalur pejalan kaki dan konstruksi
serta kelengkapan pendukung direncanakan dengan baik.
Pada kawasan perencanaan semua zona memiliki fasilitas
jelur pejalan kaki. Pertimbangan dasarnya adalah semua zona
yang ada di kawasan perencanaan merupakan zona publik,
sehingga banyak orang yang akan berlalu lalang dari satu
kegiatan ke kegiatan linya baik antar zona maupun dalam
zona. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan
kemacetan, maka dirancang jalur pejalan kaki di sepanjang
jalan yang ada pada masing-masing zona, dengan
penempatan jalur berada antara bahu jalan dengan saluran
drainase, yang dilengkapi dengan pembatas antara bahu
jalan dengan sisi terluar jalur pejalan kaki. Pada jalur pejalan
kaki diberi peneduh dan tempat sampah. Jalur pejalan kaki
bebas dari tiang rambu lalu lintas dan papan reklame, serta
bebas dari pedagang kaki lima dan kendaraan baik roda 2
maupun sepeda. Hal ini dimaksudnkan untuk menjaga
kenyamanan dan keamanan pejalan kaki.
Untuk kebutuhan lebar lahan parkir di kawasan perencanaan
akan mengikuti standar dari BNKT No.007 tahun 1990.

Tabel V.6
Ketentuan Trotoar Berdasarkan Guna Lahan

Penggunaan Lahan Lebar Minimum


sekitarnya (m)
Perumahan 1,5
Perkantoran 2,0
Industri 2,0
Sekolah 2,0
Terminal/stop bus 2,0
Pertokoan/perbelanjaan 2,0
Jembatan/terowongan 1,0

V- 24
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar No.007/BNKT/1990

Persyaratan teknik yang harus diperhatikan dalam perencanaan


jalur pejalan kaki di kawasan perencanaan adalah : (Persyaratan
Aksesibilitas Pada Jalan Umum No. 022/T/BM/1999)
a) Tingkat kenyamanan pejalan kaki yang optimal seperti faktor
kelandaian dan jarak tempuh serta rambu-rambu petunjuk
pejalan kaki.
b) Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan jauh dari lalu
lintas kendaraan sehingga keamanan pejalan kaki lebih
terjamin, serta tersedianya prasarana pemberhentian bus
dan dekat dengan prasarana umum lainnya.
c) Keamanan terhadap kemungkinan terjadinya benturan
antara pengguna jalur pejalan kaki terutama bagi
penyandang cacat berkursi roda.
d) Penerangan yang cukup di malam hari sehingga
memungkinkan jarak pandang yang cukup.
e) Hindari terjadinya hambatan-hambatan dan
ketidaknyamanan berjalan kaki yang disebabkan oleh
adanya pedagang kaki lima pada jalur pejalan kaki.
f) Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga
pada waktu hujan permukaannya tidak licin dan tidak terjadi
genangan air serta disarankan untuk dilengkapi dengan
pohon-pohon pada jalur tepinya.
g) Drainase sebaiknya dibuat tegak lurus dengan arah jalan
dengan lubang yang dijauhkan dari tepi jalur penghubung
(ramp) sehingga tidak mendatangkan bahaya.
h) Penting adanya tepi jalur penghubung (ramp) dan batas
pegangan (handrailing) bagi tongkat tuna netra ke arah
daerah yang berbahaya. Penyetop dibuat setinggi minimum
0,1 m dan lebar 0,15 m sepanjang jalur pejalan kaki.

C. Rambu dan Papan Reklame


Signage atau papan informasi merupakan suatu elemen
kelengkapan jalan atau sebagai suatu elemen visual yang
merupakan alat bantu untuk berorientasinya masyarakat

V- 25
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

pemakai ruang kota, perlu diatur agar tercipta keserasian


melalui keseimbangan antara kepentingan umum dan
privat, dampak visual yang tidak berlebihan, sekaligus
mengurangi kesemrawutan dan persaingan dengan rambu-
rambu lalu lintas, yang memang sangat diperlukan.
Kelengkapan jalan yang diatur paling sedikit meliputi
badan jalan, trotoar dan saluran drainase serta amanat PP
No. 34 Tahun 2006 terhadap perlengkapan jalan yang teridiri
atas perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dan tidak
langsung dengan pengguna jalan. Perlengkapan jalan yang
berkaitan langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan
atau alat yang dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi
pengguna jalan dalam berlalu lintas, antara lain rambu-
rambu (termasuk nomor rute jalan), marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas, lampu jalan, alat pengendali dan
alat pengamanan pengguna jalan, serta fasilitas pendukung
kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan
dan di luar jalan seperti tempat parkir dan halte bus.
Perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan
pengguna jalan yang wajib meliputi:
a) aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan
APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas), rambu, dan
marka;
b) petunjuk dan peringatan yang dinyatakan dengan
rambu dan tanda-tanda lain; dan/atau
c) fasilitas pejalan kaki di jalan yang telah ditentukan.
Sedangkan perlengkapan jalan yang berkaitan tidak langsung
dengan pengguna jalan adalah bangunan yang
dimaksudkan untuk keselamatan penggunan jalan dan
pengamanan aset jalan, dan informasi pengguna jalan
antara lain patok-patok pengarah, pagar pengaman, patok
kilometer, patok hektometer, patok ruang milik jalan, batas
seksi, pagar jalan, fasilitas yang mempunyai fungsi sebagai
sarana untuk keperluan memberikan perlengkapan dan
pengamanan jalan, dan tempat istirahat. Berdasarkan

V- 26
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

pengamatan di lapangan, infrastruktur perlengkapan jalan


baik yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan
ataupun yang tidak berkaitan langsung sudah tersedia
walaupun belum memadai.
Dalam UU No. 22 Tahun 2009 dan PP No. 32 Tahun 2011
tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas, perlengkapan jalan,
meliputi:
A. Rambu Lalu Lintas
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan-
pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
perencanaan dan pemasangan rambu adalah:
1) Keseragaman bentuk dan ukuran rambu
Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas
memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal,
memahami dan memberikan respon. Konsistensi
dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan
menghasilkan konsistensi persepsi dan respon
pengemudi.
2) Desain rambu
Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang
memenuhi standar akan menarik perhatian pengguna
jalan, mudah dipahami dan memberikan waktu yang
cukup bagi pengemudi dalam memberikan respon.
3) Lokasi rambu
Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga
pengemudi yang berjalan dengan kecepatan normal
dapat memiliki waktu yang cukup dalam memberikan
respon.
4) Operasi rambu
Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus
memenuhi kebutuhan lalu lintas dan diperlukan
pelayanan yang konsisten dengan memasang rambu
yang sesuai kebutuhan.
5) Pemeliharaan rambu

V- 27
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap


berfungsi baik.
Jarak Penempatan :
a) Rambu di Sebelah Kiri
 Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu
lintas, di luar jarak tertentu dan tepi paling luar
bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan
tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan
kaki.
 Jarak penempatan antara
rambu yang terdekat
dengan bagian tepi
paling luar bahu jalan
atau jalur lalu lintas
kendaraan minimal 0,60
meter.
 Penempatan rambu harus mudah dilihat dengan
jelas oleh pemakai jalan.
b) Rambu di Sebelah Kanan
 Dalam keadaan tertentu
dengan mempertimbangkan
lokasi dan kondisi lalulintas
rambu dapat ditempatkan
disebelah kanan atau di atas
daerah manfaat jalan.
 Penempatan rambu di sebelah kanan jalan atau
daerah manfaat jalan harus mempertimbangkan
faktor-faktor antara lain geografis, geometris jalan,
kondisi lalu lintas, jarak pandang dan kecepatan
rencana.
 Rambu yang dipasang pada pemisah jalan
(median) ditempatkan dengan jarak 0,30 meter dari
bagian paling luar dari pemisah jala
B. Marka Jalan
Pemasangan marka pada jalan mempunyai fungsi penting
dalam menyediakan petunjuk dan informasi terhadap

V- 28
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

pengguna jalan. Pada beberapa kasus, marka digunakan


sebagai tambahan alat kontrol lalu lintas yang lain seperti -
rambu, alat pemberi sinyal lalu lintas dan marka- rambu
marka yang lain. Marka pada jalan secara tersendiri
digunakan secara efektif dalam menyampaikan peraturan,
petunjuk, atau peringatan yang tidak dapat disampaikan oleh
alat kontrol lalu lintas yang lain.

C. Alat penerangan Jalan


Alat penerangan jalan harus memenuhi persyaratan
perencanaan dan penempatan sebagai berikut :

Tabel V.7
Persyaratan Perencanaan dan Penempatan Fasilitas
Penerangan Jalan
Uraian Besara
Tinggi Tiang Lampu (H) n

Lampu standar 10 – 15m


Tinggi tiang rata-rata digunakan 13 m
Lampu Monara 20 – 50
Tinggi tiang rata-rata digunakan m
30
Jarak Interval Tiang Lampu (e) m
Jalan Arteri 3 H – 3,5
Jalan Kolektor 3,5 H – 4
Jalan Lokal 5 HH– 6
Minimum jarak interval tiang H
30
Jarak Tiang Lampu ke Tepi Perkerasan (s1) m
Minimum 0,7
Jarak dari tepi perkerasan ke titik m
penerangan jalan (s2) Minimum
oL/2 o
Sudut inklinasi (l) 20 – 30
Sumber : Pedoman Fasilitas Penerangan Jalan, Ditjen Bina Marga.

V- 29
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Tabel V.8
Ketentuan Penempatan Fasilitas Penerangan Jalan Yang Disarankan

Lokasi Penempatan
Di kiri atau kanan jalan L < 1.2
Di kiri dan kanan jalan berselang-seling 1.2 H <H L < 1.6 H
Di kiri dan kanan jalan berhadapan 1.6 H < L < 2.4 H
Di median jalan 3 L < 0.8
Sumber : Pedoman Fasilitas Penerangan Jalan, Ditjen Bina Marga.H

5.2.4 Rancangan Ruang Terbuka Hijau

Rancangan ruang terbuka hijau di kawasan perencanaan berupa


taman-taman dengan fungsi ekologis dan sosial budaya. Bentuk
ruang terbuka hijau dapat berupa taman aktif seperti taman
bermain, taman bacaan, taman edukasi seperti taman lalu lintas,
dan lain sebagainya, dan taman pasif seperti taman bunga.
Khususnya untuk taman yang ditinjau dari pemanfaatannya yang
direncanakan untuk publik. Jenis ruang terbuka hijau yang akan
direncanakan pada kawasan perencanaan adalah taman kecamatan,
taman kota, jalur hijau, RTH fungsi khusus seperti RTH sempadan
sungai dan rel kereta api.
1. Taman Kecamatan
Akan direncanakan taman setingkat kecamatan. RTH kecamatan
dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan berbagai
aktivitas di dalam satu kecamatan.
Taman ini dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama
lapangan olahraga, dengan jalur trek lari di seputarnya, atau
dapat berupa taman pasif untuk kegiatan yang lebih bersifat
pasif, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau. contoh
kelengkapan fasilitas pada ataman kecamatan dapat di lihat
pada Tabel V.9.
Tabel V.9
Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kecamatan

V- 30
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Jenis Koefisien Daerah Hijau Fasilitas Vegetasi


Taman (KDH)
Aktif 70–80% 1) lapangan terbuka; 1) minimal 50 pohon
2) lapangan basket; (sedang dan kecil);
3) lapangan volley; 2) semak;
4) trek lari, lebar 5 m panjang 3) perdu;
325 m; 4) penutup tanah.
5) WC umum;
6) parkir kendaraan;
7) termasuk sarana kios (jika
diperlukan);
8) kursi-kursi taman.
Pasif 80–90% 1) sirkulasi jalur pejalan kaki, 1) lebih dari 100 pohon
lebar 1,5–2 m; tahunan (pohon sedang
2) WC umum; dan kecil);
3) parkir kendaraan termasuk 2) semak;
sarana kios (jika 3) perdu;
diperlukan); 4) penutup tanah.
4) kursi-kursi taman.
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M2008

Gambar 5.13
Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Aktif)

V- 31
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Gambar 5.14
Contoh Taman Kelurahan (Rekreasi Pasif)

AREA PARKIR
SARANA
OLAHRAGA SARANA OLAHRAGA
KIOS
PLAZA
SARANA
OLAHRAGA

HUTAN KECIL

Gambar 5.15
Contoh Taman Kecamatan

2. Taman Kota

V- 32
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai


kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman
ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain
(anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia), fasilitas
olah raga terbatas, dan kompleks olah raga dengan minimal
RTH 30%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Contoh
kelengkapan fasilitas pada taman kota dapat di lihat pada Tabel
V.10.
Tabel V.10
Contoh Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kota

Koefisien Daerah
Fasilitas Vegetasi
Hijau (KDH)
70–80 % 1)lapangan terbuka; 1) 150 pohon (pohon
2)unit lapangan basket (14x26 m); sedang dan kecil)
3)unit lapangan volley (15 x 24 m); semak;
4)trek lari, lebar 7 m panjang 400 m; 2) perdu;
5)WC umum; 3) penutup tanah.
6)parkir kendaraan termasuk sarana kios (jika
diperlukan);
7) panggung terbuka;
8) area bermain anak;
9) prasarana tertentu: kolam retensi untuk
pengendali air larian;
10) kursi.
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M2008

3. RTH Jalur Hijau Jalan


 Pulau Jalan dan Median Jalan

Taman pulau jalan maupun median jalan selain berfungsi


sebagai RTH, juga dapat dimanfaatkan untuk fungsi lain
seperti sebagai pembentuk arsitektur kota.

Jalur tanaman tepi jalan atau pulau jalan selain sebagai


wilayah konservasi air, juga dapat dimanfaatkan untuk
keindahan/estetika kota. Median jalan dapat dimanfaatkan
sebagai penahan debu dan keindahan kota.

V- 33
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

4. RTH Jalur Pejalan Kaki


RTH jalur pejalan kaki dapat dimanfaatkan sebagai:

 Fasilitas untuk memungkinkan terjadinya interaksi sosial

baik pasif maupun aktif serta memberi kesempatan untuk


duduk dan melihat pejalan kaki lainnya;

 Sebagai penyeimbang temperatur, kelembaban, tekstur

bawah kaki, vegetasi, emisi kendaraan, vegetasi yang


mengeluarkan bau, sampah yang bau dan terbengkalai,
faktor audial (suara) dan faktor visual.

5. RTH Fungsi Tertentu


a. Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api

RTH/jalur hijau sempadan rel kereta api dapat dimanfaatkan


sebagai pengamanan terhadap jalur lalu lintas kereta api.
Untuk menjaga keselamatan lalu lintas kereta api maupun
masyarakat di sekitarnya, maka jenis aktivitas yang perlu
dilakukan berkaitan dengan peranan RTH sepanjang rel
kereta api adalah sebagai berikut:

1) Memperkuat pohon melalui perawatan dari dalam,


sehingga jaringan kayu dapat tumbuh lebih banyak yang
akan menjadi pohon lebih kuat;

2) Menghilangkan sumber penularan hama dan penyakit


serta menghilangkan tempat persembunyian ular dan
binatang berbahaya lainnya;

3) Memperbaiki citra/penampilan pohon secara keseluruhan;

4) Membuat saluran drainase.

b. RTH Sempadan Sungai

V- 34
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

Pemanfaatan RTH daerah sempadan sungai dilakukan untuk


kawasan konservasi, perlindungan tepi kiri-kanan bantaran
sungai yang rawan erosi, pelestarian, peningkatan fungsi
sungai, mencegah okupasi penduduk yang mudah
menyebabkan erosi, dan pengendalian daya rusak sungai
melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan.

Penatagunaan daerah sempadan sungai dilakukan dengan


penetapan zona-zona yang berfungsi sebagai fungsi lindung
dan budi daya.

Pada zona sungai yang berfungsi lindung menjadi kawasan


lindung, pada zona sungai danau, waduk yang berfungsi budi
daya dapat dibudidayakan kecuali pemanfaatan tanggul
hanya untuk jalan.

Pemanfaatan daerah sempadan sungai yang berfungsi budi


daya dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan-
kegiatan:

1) budi daya pertanian rakyat;

2) kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang


golongan C;

3) papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu


pekerjaan;

4) pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan


pipa air minum;

5) pemancangan tiang atau pondasi prasarana


jalan/jembatan baik umum maupun kereta api;

V- 35
PENYUSUNAN LAY OUT KAWASAN PERKOTAAN DAN FASILITAS UMUM BERDASARKAN RTRW
DI KAWASAN PERKOTAAN AEK KANOPAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

6) penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial,


keolahragaan, pariwisata dan kemasyarakatan yang tidak
menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan
keamanan fungsi serta fisik sungai dan danau; dan

V- 36

Anda mungkin juga menyukai