Anda di halaman 1dari 128

BAB I

METODOLOGI PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG


(RDTR) SISTEMATIK

Di dalam setiap institusi/organisasi/perusahaan, eksistensi manual atau


standard operating procedure (SOP) teknis adalah tulang punggung
produktivitas/kinerja organisasi. Dalam industri manufaktur, mesin analog raksasa
dirancang sesuai SOP teknis mengerjakan hampir semua proses pembuatan dan
perakitan semua komponen produk. Di era awal komputasi, robot kecil yang lebih
cepat dan efisien yang diprogram dengan perangkat lunak komputer mulai
mengambil alih mesin-mesin analog raksasa yang mahal perawatannya. Di era
Teknologi Informasi saat ini, gabungan basis data real time, input sensor aktif, dan
pemrograman berbasis internet membentuk artificial intelligent dan machine
learning, memungkinkan “robot” beradaptasi mandiri menjadi semakin cerdas.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dan arahan Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo menegaskan bahwa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
adalah satu-satunya Dasar Perizinan Berusaha dan Investasi. Permasalahan yang
kita hadapi saat ini adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) belum tersedia di
setiap kabupaten/kota dan jikapun ada, keberadaannya belum mengcover area
wilayah administrasi kabupaten/kota secara utuh. Pemerintah daerah
memprioritaskan ibukota kabupaten atau bagian wilayah kotanya dibanding
kawasan strategis ekonomi dan kawasan industri yang letaknya di luar ibukota. Hal
ini tentunya tidak salah, namun kebutuhan perizinan investasi tidak senada dengan
ketersediaan Peraturan Daerah (perda) tentang RDTR. Jumlah RDTR yang sedikit
juga diakibatkan oleh jumlah dan distribusi perencana (planner) yang masih minim
dan tidak merata. Selain itu, Pemerintah Pusat selama 2011 - 2015 fokus pada
penyelesaian perda rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang saat ini, tahun 2020
sebesar 99% sudah melingkupi seluruh wilayah administrasi
provinsi/kabupaten/kota se Indonesia.
Di masa depan, penyusunan RDTR dapat diproduksi secara massal secara
semiotomatis menggunakan pemrograman komputer. Algoritma penyusunan RDTR
harus disusun secara sistemik, sistematik, dan terukur yang digambarkan oleh 4
(empat buah flowchart yang meliputi Flowchart Penyusunan Struktur Ruang dan

1
Pola Ruang; Flowchart Penyusunan Indikasi Program Lima Tahunan; Flowchart
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan.

1.1. Prototype RDTR sesuai dengan Standar Permukiman dan Jalan


Pijakan paling awal dalam penyusunan RDTR adalah dengan mengetahui titik
pusat kegiatan dalam RTRW yang mana yang akan diRDTRkan beserta
estimasi proyeksi penduduknya pada 20 (dua puluh) tahun ke depan.
Megapolis dalam RTRW ditetapkan sebagai pusat kegiatan nasional (PKN)
dengan penduduk di atas 1 Juta jiwa, seperti Jakarta, Surabaya, Medan,
Bandung, Semarang, dan Makassar. Metropolis dalam RTRW ditetapkan
sebagai PKN atau pusat kegiatan wilayah (PKW) berupa kota-kota
administratif dengan jumlah penduduk mulai 480.000 jiwa sampai dengan
999.999 jiwa. Pusat Kecamatan Perkotaan yang berfungsi melayani kegiatan
skala kabupaten atau antar kecamatan dalam RTRW ditetapkan sebagai pusat
kegiatan lokal (PKL) dengan jumlah penduduk mulai 120.000 jiwa sampai
dengan 479.999 jiwa. Pusat Kelurahan yang melayani kegiatan antar
kelurahan/desa dalam RTRW ditetapkan sebagai pusat pelayanan kawasan
(PPKaw) dengan penduduk mulai 30.000 jiwa sampai dengan 119.999 jiwa.
Pusat Rukun Warga (RW) dalam RTRW ditetapkan sebagai pusat pelayanan
lingkungan (PPL) dengan penduduk mulai 2.500 jiwa sampai dengan 29.999
jiwa. Pendetailan rencana pola ruang pada titik-titik pusat kegiatan meliputi
pengaturan jarak/radius dan luas besrta kebutuhan jaringan prasarananya
dapat mengacu SNI 03 1733 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Lingkup SNI ini bekerja paling tajam
untuk “mengisi” kebutuhan sumber daya buatan pada level PKL dan turunan
hierarkinya, yakni PPKaw, dan PPL.

2
Gambar 1.1 Pusat Pelayanan yang menjadi Ruang Lingkup Standar Perencaanan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan

1.1.1 Penetapan Rencana Konstelasi Hierarki Titik Pusat Pelayanan dan


Hierarki Jaringan Jalan
Sebuah titik pusat pelayanan berwujud lingkaran utuh sempurna di
lapangan merupakan bentuk paling ideal dari wilayah perencanaan (WP)
karena radius pelayanannya mampu menjangkau merata ke seluruh WP.
Maksud penyusunan prototype RDTR ini adalah untuk menguji Tingkat
spasialisasi konstelasi titik pusat pelayanan sesuai Pedoman Penyusunan
RDTR (Permen ATR/Ka BPN Nomor 11 Tahun 2021), standar hierarki
jaringan pergerakan sekunder yang menghubungkannya (PP Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan) dan “isian” standar rencana pola ruang dan
jaringan prasarana lainnya sesuai dengan Standar Permukiman Perkotaan
(SNI 03 1733 2004) sesuai dengan input jumlah penduduk yang
direncanakan.
Prototype Titik Pusat Pelayanan dan Jaringan Pergerakan direncanakan
dengan kriteria sebagai berikut:
• Pusat Kecamatan Perkotaan dengan Proyeksi Penduduk: 120.000 Jiwa
(SNI 03 1733 2004 Standar Permukiman Perkotaan)
• Konsep Rencana: 1 PPK Skala Kecamatan dan 6 SPPK Skala Kelurahan
• Luas WP = Luas Lingkaran Pelayanan Kota Kecamatan Radius 3Km (SNI
03 1733 2004 Standar Permukiman Perkotaan) = 2.828,57 Ha
• Radius PPK, SPPK, PL dan Hierarki SPU dan Perdagangan Jasa dibuat
berjarak 1-3 Km sesuai SNI.

3
• Arteri Sekunder didesain dengan lebar daerah milik jalan (DAMIJA) 2 x
38,5 meter
• Kolektor Sekunder didesain dengan lebar DAMIJA 2 x 29,2 meter
• Lokal Sekunder didesain dengan lebar DAMIJA 2 x 12 meter
• Lingkungan Sekunder didesain dengan lebar DAMIJA 2 x 6,5 meter

Gambar 1.2 Rencana Struktur Ruang Hasil Simulasi Spasialisasi Standar Perencaanan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan

1.1.2 Daya Tampung dan Arahan Komposisi Distribusi Peruntukan Ruang


Utama
Diasumsikan WP berbentuk lingkaran ini hanya memeiliki satu kelas daya
tampung yakni daya tampung sedang dan dengan planning knowledge kita
rencanakan menjadi Green City yang berkontribusi pada ruang publik (RTH
+ Infrastruktur) sebesar 45% (±1.300 Ha), 45% untuk Perumahan + Fasos +
Fasum (±1.300 Ha) dan 10% untuk peruntukan lainnya (cadangan
pengembangan).

4
Gambar 1.3 Planing Knowledge Arahan Komposisi Pola Ruang dari Perhitungan Daya Tampung

1.1.3 Penetapan Rencana Jaringan Prasarana dan Rencana Pola Ruang


• Desain Kota merupakan miniaturisasi dari Garden City yang diusung
oleh Ebenezer Howard dengan ukuran blok 1-2 hektar.
• Rasio Luas Perumahan berbanding Ruang Publik (RTH dan
Infrastruktur) adalah 40:50. Sisa 10% untuk lahan cadangan
perkembangan (negotiated development)
• Luas Ruang Infrastruktur yang diwakili oleh Badan Jalan mengikuti
American Urban Standard yakni 20%.
• Kebutuhan (Sarana Pelayanan Umum (SPU) dan Perdagangan Jasa
untuk standar 120.000 jiwa dihitung berdasarkan SNI, menghasilkan
2% untuk SPU dan Perkantoran, dan 1% untuk Perdagangan Jasa.
• Luas RTH mengikuti Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yakni RTH Publik sebesar 20%. Radius dan Luas
Taman Kota di PPK dan Taman Kecamatan di SPPK mengikuti SNI dan
Permen ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan RTH.

5
Ukuran Blok:
1-2 Ha

Gambar 1.4 Rencana Pola Ruang Hasil Simulasi Spasialisasi Standar Perencaanan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan

1.1.4 Gambaran Umum Algoritma Singkat Penyusunan RDTR Sistematik


Dengan terpenuhinya Tingkat spasialisasi ketiga pedoman yang diacu, maka
Algoritma penyusunan RDTR secara semi otomatis dapat dikembangkan
menggunakan urutan kerja tersebut, yakni mulai dari tahapan poligon kelas
daya tampung – hierarki titik pusat pelayanan – hierarki jaringan pergerakan
yang menghubungkan titik tersebut – dan rencana pola ruang standar yang
mengisi kerangka struktur ruang tersebut dari standar perkotaan yang
tersedia.
Skema urutan kerja tersebut dapat diuraikan lebih lanjut menjadi sedikit
lebih rinci dalam penyusunan RDTR yang dimulai dari arahan rencana tata
ruang wilayah (RTRW) kabupaten skala 1:50.000 antara lain sebagai berikut:
1. Poligon Prioritas Arahan Makro RTRW
Titik Pusat Kegiatan dalam RTRW berupa PKN, PKW, PKL, dan PPK
umumnya berdiri di atas poligon rencana kawasan permukiman
perkotaan (dalam RTRW Kabupaten). Poligon tersebut dapat dipersempit
kembali priorotas RDTRnya dengan “mendaratkan titik-titik lokasi

6
program-program sektoral dari Kementerian/lembaga termasuk proyek
strategis nasional.
2. Poligon Delineasi WP
Delineasi WP mendetailkan poligon arahan makro RTRW di atas peta
dasar skala 1:5.000 menggunakan batas fisik (jalan dan air) dan bidang
tanah.
3. Poligon Delta Perubahan Guna Lahan Terbangun
Dengan sumber-sumber terpercaya yang ada atau dapat mengolahnya
sendiri perubahan guna lahan, khususnya lahan terbangun dalam lima
sampai dengan sepuluh tahun terakhir, dapat diperoleh pula atau
disetimasi kawasan terbangun pada 20 (dua puluh) tahun mendatang.
Ini sebagai bahan antisipasi agar kelak RDTR mampu mengarahkan
aglomerasi agar masuk dalam daya dukung daya tampung.
4. Poligon Klasifikasi Daya Tampung
Kelas daya dukung mulai kelas lindung, kelas budidaya non hunian, dan
kelas budidaya hunian dihasilkan dengan overlay kelerengan, jenistanah,
geologi, hidrologi, dan curah hujan. Kelas daya dukung tersebut
kemudian dioverlay dengan kawasan terbangun saat ini dan estimasinya
kawasan terbangun 20 tahun ke depan. Hasilnya adalah poligon-poligon
kelas daya tampung penduduk dalam satuan jiwa.
5. Konsep Konstelasi Hierarki Titik Pusat Pelayanan
Hierarki titik pusat pelayanan eksisting dapat dihitung dan diperoleh titik
lokasi pusat pelayanan kota (PPK), subpusat pelayanan kota (SPPK), dan
pusat lingkungan (PL) saat ini. Menggunakan kelas daya tampung kita
dapat mengarahkan PPK, SPPK, dan PL baru ke lokasi dengan daya
tampung yang lebih baik dan lokasi jangkauan yang lebih merata
6. Garis Jaringan Pergerakan
Setelah direncanakan titik PPK, SPPK, dan PL, selanjutnya dilakukan
analisis kapasitas beban lalu lintas, untuk kemdian direncanakan rute
atau jalan baru yang sesuai dengan hierarkinya, ada arteri sekunder
(menghubungkan PPK – SPPK), kolektor sekunder (mengubungkan antar
SPPK), Lokal Sekunder (menghubungkan SPPK ke PL), dan Lingkungan
Sekunder (menghubungkan antar PL).
7. Poligon dan Garis Sumber Daya Buatan
Setelah kerangka struktur utama kota ditetapkan selanjutnya
“mengisinya” dengan standar perumahan, sarana pelayanan umum

7
(SPU), perdagangan jasa, ruang terbuka, dan jaringan prasarana di
sekitar PPK, SPPK, dan PL menggunakan standar perencanaan
permukiman perkotaan.
8. Skenario Ekonomi
Data konsumsi, investasi pemerintah, investasi swasta, ekspor-impor,
dan zona nilai tanah dapat ditentukan sektor ekonomi yang akan menjadi
leading sector WP dan sektor-sektor penunjangnya dalam rangka target
angka pertumbuhan ekonomi tertentu.
9. Proyeksi Penduduk untuk Jalankan Skenario Ekonomi
Menggunakan target pertumbuhan ekonomi dan lokasi pusat-pusat
kegiatan ekonomi yang akan didorong, selanjutnya ditentukan target
jumlah penduduk sebagai pelaku ekonomi.
10. Sintesa Potensi dan Masalah: Planning Knowledge
Beragam analisis yang dilakukan dapat ditemukan isu pokok
pengembangan WP. Isu ini dibandingkan dengan kebijakan yang tela
berlangsung dan menghasilkan kebijakan dan strategi penataan ruang
yang data diuraikan menjadi indikator yang terukur. Selanjutnya
rumsua tujuan penataan WP adalah kunci mengubah kondisi eksisting
sesuai dengan cita-cita dan kemampuan daerah.
11. Konsep Rencana dengan Sejumlah N Pusat
Konsep rencana adalah alternatif cara penanganan isu. Beberapa cara
tersebut dapat diuraikan secara spasial seperti konstelasi titik pusat
pelayanan, dan komposisi/persentase distribusi ruang, seperti badan
jalan dan ruang terbuka hijau (RTH).
12. Finalisasi Muatan RDTR
Hasil akhir dilakukan dengan membandingkan prototype RDTR yang
mengikuti standar dengan yang telah diiterasi sesuai konsep rencana
penanganan isu dan kemampuan daerah.

8
Gambar 1.5 Alur Logika Sederhana Hubungan Antar Analisis Penyusunan RDTR

1.2. Algoritma Penyusunan RDTR Sistematik


Mengunakan Gambaran Umum Algoritma Singkat Penyusunan RDTR
Sistematik, selanjutnya kita uraikan lagi menggunakan data masukan dan
informasi keluaran di setiap tahapan analisis sampai menjadi produk final
RDTR yakni Tujuan Penataan WP, rencana struktur dan pola ruang,
Ketentuan Pemanfaatan Ruang, dan Peraturan Zonasi. Hal ini mendisiplinkan
data yang diperlukan di setiap langkahnya sekaligus mengatur strategi
pemilihan lokasinya. Penyusunan RDTR Sistematik ditandai dengan adanya
algoritma yang digambarkan oleh 4 (empat) buah flowchart yang meliputi
Flowchart Penyusunan Struktur Ruang dan Pola Ruang; Flowchart
Penyusunan Indikasi Program Lima Tahunan; Flowchart Ketentuan Kegiatan
dan Penggunaan Lahan (ITBX); dan Flowchart Intensitas Pemanfaatan Ruang
dan Ketentuan Tata Bangunan. Dengan adanya proses yang runut,
memungkinkan adanya otomatisasi dimana setiap ide peserta rapat bisa
disimulasikan. Sebelum melakukan serangkaian analisis untuk menghasilkan
informasi.

9
1.2.1 Penyusunan Tujuan, Rencana Struktur Ruang, dan Rencana Pola
Ruang secara Sistematik
1. Analisa Regional
Analisa regional dilakukan dengan menunjuk titik pusat kegiatan
mana dalam RTRW kabupaten (1:50.000) yang akan didetailkan
berikut poligon kawasan permukiman perkotaannya. Hasil seleksi
poligon tersebut disaring kembali dengan “mendaratkan” beragam
program sektoral kementerian/lembaga termasuk proyek strategis
nasional (PSN). Pekerjaan ini dilakukan pada peta rupa bumi
Indonesia (RBI) atau sumber yang memadai di skala 1:25.000 dan
hasilnya dalah poligon makro prioritas RDTR yang digunakan
sebagai area of interest (AoI) citra satelit resolusi tinggi (CSRT)
sebagai dasar penyusunan peta dasar RDTR skala 1:5.000.
Pada Poligon makro prioritas RDTR tersebut dengan
memanfaatkan peta RBI skala 1:25.000 pada sebaran titik
permukiman dapat dilakukan analisis pola kepadatan spasial
(Kernel Density). Peta Pola Kepadatan Spasial tersebut kemudian
dihampiri yang paling prioritas dan dibatasi dengan batas fisik
berupa badan jalan dan badan air dari peta citra skala1:5.000
hasil orthorektifikasi CSRT yang menghasilkan delineasi WP.
Setiap WP yang dilayani oleh satu titik PPK idealnya memiliki
dimensi 5km x 5 km.
2. Penggunaan Lahan
Delineasi WP yang dihasilkan digunakan untuk memetakan
penggunaan lahan eksisting. Penggunaan lahan dihasilkan dari
tutupan lahan dari peta dasar 1:5.000 dioverlay dengan
penggunaan tanah (bidang tanah) skala 1:5.000. Dengan
memanfaatkan sumber-sumber terkini terkait proyeksi kawasan
terbangun atau membangun pemodelan dinamika spasial mandiri
dapat diestimasi penggunaan lahan pada tahun ke 20.
3. Daya Dukung - Daya Tampung
Peta kemampuan lahan atau daya dukung lahan dihasilkan
dengan melakukan tumpang susun dengan pembobotan dengan
metode Spatial Multi Criteria Evaluation beberapa peta-peta antara
lain peta kelerengan, peta jenis tanah, peta geologi, peta hidrologi,
peta curah hujan, dan peta kerawanan bencana. Peta Daya

10
Dukung Lahan berupa klasifikasi (kelas-kelas) kemampuan lahan
antara lain kelas lindung, kelas budidaya terbatas, kelas budidaya
non hunian, dan kelas hunian. Peta Klasifikasi Kemampuan Lahan
tersebut kemudian dioverlay dengan Penggunaan Lahan Time
Series sehingga dihasilkan Peta Daya Tampung Time Series. Peta
Daya Tampung berbentuk grid 100m x100m menggambarkan
klasifikasi daya tampung penduduk dalam satuan jiwa,
menggambarkan beberapa klasifikasi toleransi daya tampung
lahan antara lain kelas daya tampung tinggi (lahan aman bencana,
dataran, dan belum terbangun) sampai kelas daya tampung yang
sudah terlewati (angka minus n jiwa).
4. Ekonomi
Data masukan: PDRB (time series); besar konsumsi, investasi
swasta, investasi pemerintah, dan ekspor-impor; dan zona nilai
tanah menghasilkan lokasi pusat-pusat kegiatan ekonomi dan
sektor ekonomi dengan Tingkat daya saing dan keterkaitannya
satu sama lain; Skenario pertumbuhan ekonomi dengan leading
sector tertentu.
5. Kependudukan dan Sosial Budaya
Peta sebaran penduduk berkalan (time series) dapat diperoleh dari
berbagai sumber (misalnya Global Human Settlement) dikalibrasi
dengan data tabular Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (DUKCAPIL) menghasilkan peta
sebaran penduduk yang valid dari waktu ke waktu. Analisis
kependudukan menghasilkan proyeksi penduduk alamiah pada
tahun ke dua puluh. Proyeksi alamiah ini kemudian dikoreksi
dengan perubahan jumlah penduduk yang diharapkan dari sektor
ekonomi sesuai dengan skenario pertumbuhan ekonomi yang
menghasilkan peta proyeksi sebaran penduduk ekspektasi.
Analisis Sosial Budaya menghasilkan arti, persepsi, dan nilai
ruang berdasarkan pemahaman masyarakat, khususnya
masyarakat asli dan masyarakat adat, berupa ruang komunal
seperti desain alun-alun, kawasan/koridor adat, cagar budaya,
maupun ruang/sumbu simetri imajiner yang menjadi aturan
sosial untuk diatur dalam peraturan zonasi.

11
6. Sintesa Potensi dan Masalah
Data primer seperti aspirasi masyarakat, kondisi sosial dan
ekonomi, dan potensi sengketa/konflik; peta proyeksi sebaran
penduduk dan kawasan/koridor adat dan cagar budaya yang
merupakan hasil analisis kependudukan dan sosial budaya
beserta seluruh hasil analisis lainnya kemudian dilakukan sintesa
untuk menghasilkan isu yang paling inti yang dapat dipecahkan
menggunakan penataan ruang. Pemecahan isu secara penataan
ruang adalah strategi penataan ruang yang disebut juga planning
knowledge. Planning knowledge berisikan indikator
pengembangan wilayah perencanaan yang terukur, misalnya
untuk mengurangi kemacetan di jalan dan pusat utama sebesar
50% dibangun dua pusat baru dan jaringan sekunder baru, atau
untuk mengurangi kemacetan sebesar 20% dibangun sistem
transit massal berbasis bus yang beroperasi di sepanjang koridor
jalan tersebut.
7. Konstelasi Pusat Pelayanan Eksisting
Konstelasi pusat pelayanan eksisting dihasilkan dengan
melakukan rangking kelengkapan fasilitas sarana pelayanan
umum (SPU), perdagangan jasa, dan kepadatan penduduk di
suatu titik. Struktur WP yang baik ada satu pusat pelayanan kota
(PPK) yang melayani WP sebagai pusat dengan orde tertinggi;
kemudian ada Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) yang melayani
Sub Wilayah Perencanaan (SWP) sebagai pusat dengan orde
tertinngi kedua; dan terakhir ada pusat lingkungan (PL) melayani
blok sebagai orde terrendah. Sehingga jumlah SPPK minimal 2 kali
jumlah PPK dan jumlah PL dua kali jumlah SPPK, atau orde yang
lebih rendah berjumlah lebih banyak dari orde yang lebih tinggi.
Kenyataan di lapangan seringkali tidak seideal itu, beberapa WP
hanya ada PPK dan PL (monosentrik), WP lainnya ada 3 SPPK
setara dan hanya 2 PL (orde terrendah harusnya lebih banyak
jumlahnya).
8. Konsep-Konsep Rencana Pusat Pelayanan
Dalam mazhab prescriptive planning, berarti seorang perencana
(planner) seperti seorang dokter yang memberikan resep obat

12
setelah mengetahui diagnose penyakit yang dihasilkan dari
analisis potensi dan masalah.
Terdapat 4 (empat) komponen dari konsep garis besar rencana
meliputi: Konstelasi pusat pelayanan (PPK, SPPK, dan PL), Bentuk
Kota/Perkotaan/WP;; ukuran blok; dan atribut berisi
kriteria/planning knowledge perencanaan. Bentuk kota satu initi
(monosentrik) yang paling ideal adalah lingkaran (circle city)
karena radius pelayanannya yang paling merata dan seimbang,
bentuk ideal berikutnya adalah persegi (square city) karena
ukuran bloknya bisa diatur berbentuk grid yang seragam. Bentuk
kota yang memiliki banyak inti (polisentrik) yang ideal adalah kota
bintang (stellar city), kemudian kota berbentuk gurita (octopus
shaped city) yang merupakan fase pengembangan lanjutan dari
kota Bintang. Bentuk kota yang tidak efisien dalam menyediakan
jaringan prasarana dan rawan kemacetan adalah kota yang
berbentuk rantai (chained city), persegi panjang (rectangular city),
dan pita (ribbon city) karena hanya bertumpu pada satu koridor
pengembangan saja. Beberapa bentuk kota yang tidak ideal adalah
Kota Kipas (fan shaped city) karena pengembangannya terhalang
oleh batasan fisik pada dua sisinya seperti kondisi topografi; Kota
terbelah (split city) dan kota yang tak berpola (unpatterned city).

Gambar 1.6.a Circle City Gambar 1.6.b Square City

13
Gambar 1.6.c Rectangular City Gambar 1.6.d Ribbon City

Gambar 1.6.e Chained City Gambar 1.6.f Fan Shaped City

Gambar 1.6.g Octopus/Star Shaped City Gambar 1.6.h Stellar City

Gambar 1.6.i Split City Gambar 1.6.j Unpatterned City

Salah satu contoh penerapan Konsep Rencana Kota adalah


Barcelona. Kota Barcelona adalah kota ideal yang berbentuk grid
paling sempurna yang setiap bloknya berukuran seragam, yakni
113meter untuk setiap blok yang yang diarsiteki oleh Ildefons
Cerda pada tahun 1903.
Masalah yang dihadapi Barcelona seiring dengan meningkatnya
lalu lintas adalah pencemaran udara yang mengakibatkan banyak
kematian. Dengan planning knowledge menyediakan ruang
terbuka hijau (RTH) dan mengurangi emisi karbon hingga 45%
yang dilengkapi hasil simulasi emisi, maka konsep rencana yang
diusung adalah mengelompokkan 3 baris x 3 kolom blok = 9 blok
menjadi sebuah sebuah superblock, dimana kendaraan bermotor

14
hanya boleh melintasi jalan yang berada di batas luar superblock
tersebut.

Gambar 1.7 Barcelona Kota Grid paling sempurna


(https://www.google.com/maps/@41.4038731,2.175041,511m/data=!3m1!1e3?hl=en&
entry=ttu)

Gambar 1.8 Konsep Ruang Superblok Barcelona untuk menekan emisi karbon
(https://citychangers.org/barcelona-superblocks/)

9. Rencana Jaringan Pergerakan dan Skema Transportasi


Perbandingan/rasio data kinerja lalu lintas dan kapasitas jalan
menghasilkan klasifikasi kinerja jaringan pergerakan/jalan yang
meliputi klasifikasi jalan yang berkinerja baik sampai yang
klasifikasi yang sudah melebihi daya tampung lalu lintas. Pada
jaringan pergerakan yang sudah melebihi daya tampung tersebut,

15
dapat dicarikan rute baru atau jaringan pergerakan baru.
Perencanaan jaringan pergerakan baru idealnya berhierarki sesuai
dengan hierarki pusat pelayanan yang dihubungkan: Arteri
sekunder menghubungkan PPK dengan SPPK; Kolektor Sekunder
menghubungkan antar SPPK; Lokal Sekunder menghubungkan
SPPK ke PL; dan Lingkungan Sekunder menghubungkan antar PL.
Lebar badan jalan berupa daerah milik jalan (DAMIJA) dan
perencanaan garis sempadan bangunan (GSB) dapat mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Jaringan pergerakan harus diikuti dengan jenis moda
transportasinya termasuk transportasi massal yang memerlukan
perencanaan angkutan pengumpan (feeder), rute/koridor, dan
titik halte.
10. Sumber Daya Buatan
Setelah Jaringan Pergerakan menjadi kerangka utama WP,
langkah selanjutnya adalah “mengisi daging”nya dengan sumber
daya buatan. Data jumlah, komposisi, dan proyeksi sebaran
penduduk, perumahan, lokasi fasos fasum, perdagangan jasa,
serta ruang terbuka eksisting dapat direncanakan kebutuhannya
ke depan menggunakan standar perencanaan permukiman
perkotaan (SNI 03 1733 Tahun 2004). Menggunakan standar
tersebut dapat ditentukan lokasi/radius dan luas bangunan dan
zona SPU dan perdagangan jasa terhadap titik pusat pelayanan
dan perumahan. Setelah perencaaan Zona SPU, Zona
Perdagangan Jasa, Zona Ruang Terbuka, dan Jaringan Prasarana
terpetakan, maka Rencana Struktur dan Pola Ruang Makro telah
terbentuk, langkah selanjutnya dalah pendetailan berupa
penataan blok dan desain rancang bangun pada lokasi priorias
yang merepresentasikan karakter/wajah utama
WP/kota/perkotaan.
11. Lingkungan Binaan
Analisis lingkungan binaan merupakan perencanaan blok yang
lebih detail pada lokasi SWP prioritas atau pada lokasi Titik PPK
dan SPPK yang perlu ditanamkan karakter visi kota seperti
tangkapan pandang (viewshed) dari satu dataran dengan
ketinggian tertentu ke objek alami seperti Pantai dan laut,

16
bukit/gunung atau objek ke arah objek buatan seperti jembatan.
Analisis lingkungan binaan menghasilkan landmark, penataan
boulevard baru, atau koridor jalan berpemandangan indah yang
perlu didesain ulang dan diberikan aturan ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang agar citra kota bisa menguat dan terjaga.
Pendetailan Lingkungan Binaan menghasilkan Rencana Struktur
Ruang dan Rencana Pola Ruang Final yang selanjutnya akan
dikoreksi kembali dengan pengidentifikasian pembiayaan
Pembangunan.

17
Gambar 1.9 Penyusunan Tujuan WP, Rencana Struktur Ruang, dan Rencana Pola Ruang secara Sistematik

18
1.2.2 Penyusunan Indikasi Program secara Sistematik
Penyusunan Indikasi Program, meliputi:
a. Prioritisasi SWP
Menggunakan Sigma Rumus Gravitasi pada masing-masing Pusat
Utama dengan data fisik Pendapatan Perkapita dibagi jarak
kuadrat, dirangking Pusat-Pusat Utama mana yang tertinggi. Pusat-
Pusat tersebut kemudian didelineasi seproporsional mungkin
berdasarkan batas fisik: jalan, sungai, jaringan/saluran baik
eksisting maupun rencana. Dihasilkan pembagian SWP. SWP pada
Pusat Utama yang punya rangking tertinggi adalah SWP Prioritas.

b. Indikasi Program Lima Tahunan


Selisih Rencana Struktur Ruang dengan Rencana Struktur
Eksisting adalah Delta Struktur. Selisih Rencana Pola Ruang
dengan Penggunaan Lahan Eksisting adalah Delta Pola. Delta
Struktur dan Delta Pola tersebut kemudian diturunkan ke dalam 4
(empat) peta berdasarkan batasan fisik, menjadi peta pembangunan
jangka menengah lima tahunan (PJM) I - IV. Dimulai pengunaan
lahan eksisting membentuk Sub BWP Prioritas pada PJM I hingga
Rencana Pola Ruang pada PJM IV. kemudian delta tersebut yang
sudah dibreakdown 4 PJM dikalikan dengan harga satuan seperti
panjang ruas jalan, pembangunan sarana pelayanan umum (SPU),
pembangunan ruang terbuka, infrastruktur dan utilitas beserta
pengadaan tanahnya. Itulah Pengembangan Program Lima
Tahunan.

19
Gambar 1.10 Penyusunan Indikasi Program secara Sistematik

1.2.3 Penyusunan Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan secara


Sistematik
a. Baris Kegiatan
Membandingkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dengan Daftar Perizinan Kegiatan Berusaha di Daerah diperoleh Daftar
Kegiatan daerah dalam format KBLI.

b. Kolom Zona
• Data hasil survey di setiap blok meliputi pengunaan lahan, intensitas
ruang dan tata bangunan disandingkan dengan klasifikasi
zona/subzona yang dihasilkan dari konsep RDTR untuk melihat
apakah ada simpangan penggunaan lahan terhadap konsep rencana
pola ruang RDTR. Jika ada simpangan, maka cek lagi apakah terdapat
pelanggaran pemanfaatan ruang (potensi pemutihan), dengan melihat
data perizinan eksisting. Jika ada pelanggaran, maka kegiatan
ditertibkan.

20
• Jika tidak ada pelanggaran, maka cek lagi apakah kegiatan tersebut
memiliki keragaman kegiatan yang memerlukan pengaturan atau
apakah memiliki dampak dan tingkat gangguan yang signifikan. Jika
tidak, maka dimasukkan ke dalam daftar kegiatan (baris matriks
ITBX).
• Jika ya, maka cek lagi apakah dapat diatasi dengan teknik pengaturan
zonasi. Jika ya, maka masukkan ke daftar kegiatan, zona/subzona
RDTR tidak diganti, dan lanjut ke jenis TPZ mana yang sesuai.
• Jika tidak, maka Kegiatan dijadikan zona/subzona, sehingga konsep
zona/subzona RDTR diganti dan masuk ke dalam daftar
zona/subzona (Kolom Matriks ITBX).

c. Matriks ITBX
• Ambil kriteria performa zona/subzona dari pedoman penyusunan
RDTR, kemudian sesuaikan dengan kriteria lokal minimal setempat.
Lengkapi dengan definisi (kompatibilitas zona/subzona) dan kajian
dampak kegiatan dengan diberlakukannya suatu zona/subzona.
• Semua daftar kegiatan diseleksi satu persatu terhadap masing-masing
zona/subzona dengan perlakuan sebagai berikut:
✓ Cek apakah Kegiatan sesuai dengan Definisi dan tidak
Mengganggu Kriteria Lokal Minimal?. Jika Ya, maka Kegiatan
Diizinkan (I);
✓ Jika tidak (mengganggu), maka simulasikan apakah Gangguan
bisa diantisipasi dengan Pembatasan Luas, Jumlah (unit); waktu
operasi; dan frekuensi. Jika Ya, maka Kegiatan bersyarat secara
Terbatas (T);
✓ Jika tidak bisa dibatasi, maka simulasikan apakah Gangguan bisa
diantisipasi dengan Pemberlakuan Syarat Tambahan/Khusus,
seperti syarat konstruksi khusus; syarat anti Kebisingan;
Pengolahan Sampah dan Limbah Khusus; dan Jalur Khusus dan
Parkir Khusus untuk hindari bangkitan lalu lintas; dan lain-lain.
Jika Ya, maka Kegiatan Bersyarat tertentu (B);
✓ Jika gangguan tidak bisa diantisipasi dengan syarat-syarat
tambahan/khusus, maka Kegiatan tersebut Dilarang ada (X) pada
zona/subzona tersebut.

21
Gambar 1.11 Penyusunan Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan secara Sistematik

1.2.4 Penyusunan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dan


Ketentuan Tata Bangunan secara Sistematik
a. Penentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
• Cari data luas zona/subzona; intensitas infiltrasi (I); Tingkat
Infiltrasi (Iinf); Koefisien Infiltrasi; Koefisien Penyimpanan Air (S).
• Hitung KDB menggunakan persamaan sebagaimana ditunjukkan
pada bagan.
b. Penentuan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
• Hitung tinggi bangunan maksimum dengan variabel Demand
ruang; Tangkapan pandang (viewshed); Jenis Bencana; Paparan
Cahaya Matahari; Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP); Angin; Standar Jarak Bangunan; Keselamatan dari

22
Kebakaran; dan Perbandingan Biaya Konstruksi vs Pengadaan
Lahan.
• Jumlah Lantai Maksimum = Tinggi Bangunan Maksimum / tinggi
1 lantai.
• KLB = Jumlah Lantai Maksimum / 100 x KDB.

c. Penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB)


GSB depan (jarak dari pagar ke bangunan) untuk Jalan Arteri = 8
meter; Jalan Kolektor = 7 meter; Jalan Lokal 3,25 m; dan Jalan
Lingkungan = 2,25 m.

d. Koreksi Data Lapangan dan Perizinan


Koreksi rumusan intensitas pemanfaatan ruang dan tata bangunan
dengan data eksting bangunan dan keabsahan perizinan, seleksi
sesuai dengan langkah Flowchart III, dan produk akhirnya adalah satu
zona satu ketentuan intensitas dan satu ketentuan tata bangunan
(zone based). Jika zone based tidak dimungkinkan untuk ketentuan
bangunan, maka ketentuan bangunan dapat diterapkan satu blok
satu aturan (block based).

23
Gambar 1.12 Penyusunan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Ketentuan Tata
Bangunan secara Sistematik

Menerapkan alur logika RDTR Sistematik tersebut dan relasi data dan
analisis yang dijelaskan pada Bab III diperoleh Rangkaian pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan RDTR yang merupakan proses yang runut
(sistematik) tersebut diilustrasikan pada Gambar 1.13 Alur Data, Analisis, dan
Keluaran yang Sistematik dan Efisien.

24
Gambar 1.13 Alur Data, Analisis, dan Keluaran yang Sistematik dan Efisien

25
BAB II
ESTIMASI BIAYA DAN DURASI PENGADAAN DATA DAN
ANALISIS PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
(RDTR)

Untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, diperlukan data yang


berkualitas. Berikut adalah kriteria data yang berkualitas menurut Kroenke &
Boyle, 2017, meliputi: Akurat; Tepat Waktu; Relevan; Cukup; dan Sebanding
dengan Biaya.
Informasi yang berkualitas berasal dari data yang benar, akurat, dan
lengkap berdasarkan hasil pengolahan data sesuai dengan yang diharapkan.
Data yang akurat sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan publik
oleh Pemerintah atau dalam menyusun strategi bisnis oleh swasta.
Pengambilan keputusan dari sebuah informasi yang tidak akurat tentunya
akan memperoleh hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
Informasi yang berkualitas membutuhkan data yang tepat waktu. Tepat
waktu merujuk pada ketersediaan data pada waktu yang diperlukan untuk
dapat digunakan dalam kebutuhan tertentu. Informasi yang berkualitas
berasal dari data yang dapat diolah dan dihasilkan secara cepat dan tepat agar
pemanfaatannya tepat guna. Contohnya, ketika kita memerlukan data
pendapat semua lapisan masyarakat atas berjalannya kawasan industri
sepanjang tahun 2021, maka data responden pada tahun 2021 harus secepat
mungkin diakses dan tersaji. Ketika kita memerlukan data perubahan
kawasan terbangun selama lima tahun terakhir, maka selain peta perubahan,
angka metrik laju perubahan kawasan terbangun juga harus secepat mungkin
dieksekusi.
Data harus dapat relevan baik dalam konteks maupun subyek. Relevansi
data berdasarkan konteks merujuk pada data yang sesuai dengan
penggunaan dalam bidang tertentu. Contoh, data penguasaan bidang tanah
bermanfaat bagi perencana untuk merencanakan blok baru, namun data
tersebut menjadi tidak relevan jika diberikan kepada masyarakat umum atau
bakal calon penanam modal.
Informasi yang berkualitas juga didukung oleh data yang cukup. Cukup
merujuk pada data yang sesuai dengan keperluan dan tidak melebihi apa yang
diperlukan dalam memproses data untuk dijadikan informasi. Perencana

26
terkadang mengolah suatu data, namun hasil pengolahan data tersebut hanya
dijadikan pertimbangan, tidak ditindaklanjuti ke analisis berikutnya. Ini
menunjukkan perencanaan data yang kurang efisien.
Data tidaklah gratis, ada biaya dalam pemrosesan sebuah data meliputi
pemeliharaan sistem yang memproses data, membayar gaji karyawan yang
mengolah data, dan sebagainya. Menyadari hal tersebut, penggunaan data
harus bijak sehingga data yang dihasilkan dapat mengimbangi biaya yang
diperlukan dalam memproses data tersebut. Misalnya dalam penentuan
delineasi, harus dihitung betul radius pusat kegiatan yang akan didetailkan
yang menjadi amanah rencana tata ruang wilayah (RTRW), pola kepadatan
spasial, ruang-ruang investasi, beserta kawasan limitasinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa data yang
berkualitas adalah yang dapat dipergunakan secara maksimal dan tepat guna
oleh proses analisis tertentu. Analisis yang berkualitas adalah yang
menghasilkan informasi tepat guna bagi analisis selanjutnya. Informasi
berkualitas adalah yang mampu dirunut tahapan pengolahan datanya di
sepanjang perjalanannya. Dengan demikian dalam penyusunan RDTR harus
tercipta kondisi dimana keluaran analisis-1 harus menjadi masukan untuk
analisis-2, keluaran analisis-2, harus menjadi masukan untuk analisis-3, dan
seterusnya sampai analisis n yang menghasilkan keluaran final berupa:
Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang, Indikasi Program, dan
Peraturan Zonasi, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.1 Alur Data dan
Analisis Penyusunan RDTR.

27
Gambar 2.1 Alur Data dan Analisis Penyusunan RDTR

2.1 Analisis Kedudukan dan Peran WP Dalam Wilayah yang Lebih Luas
Analisis Kedudukan dan Peran WP Dalam Wilayah yang Lebih Luas dikenal
pula dengan nama analisis regional yang bertujuan untuk “mendaratkan”
arahan RTRW dan seluruh kebijakan nasional dan ketetapan sektoral di level
makro dalam rangka menyeleksi titik pusat kegiatan RTRW yang punya
prioritas tertinggi untuk diRDTRkan. Data yang diperlukan meliputi:
a. Data dan informasi tentang kebijakan antara lain RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota, RPJP Kabupaten/Kota dan RPJM
Kabupaten/Kota
Data ini berbentuk Peta (*.shp) 1:50.000 s/d 1:25.000, Peraturan (*.pdf)
dan Tabel (*.pdf dan *.xlx) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi
0 hari kerja. Data diperoleh dari perangkat daerah penyusun RTRW
(Bappeda atau Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) dan
penyusun rencana pembangunan (Bappenas, Kemenko Perekonomian,
dan Bappeda).
b. RDTR kawasan yang bersebelahan dengan kawasan perencanaan (jika
ada)
Data berbentuk Peta (*.shp) 1:5.000, Peraturan (*.pdf) dan Tabel (*.pdf
dan *.xlx) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi 0 hari kerja.
Data ini diperoleh dari pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan.

28
c. Peta Pola Ruang (RTRW Bersebelahan)
Peta berbentuk Poligon 1:50.000 s/d 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp0 dan estimasi durasi 0 hari kerja. Data ini diperoleh dari
pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan.
d. Peta Struktur Ruang (RTRW, RDTR Kaw. Bersebelahan)
Peta berbentuk Titik dan Garis 1:50.000 s/d 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi 0 hari kerja. Data ini diperoleh
dari pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan.
e. Buku Tatralok (Tataran Transportasi Lokal)
Data berupa Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi
0 hari kerja. Data diperoleh dari Kementerian Perhubungan dan/atau
perangkat daerah yang mengurusi bidang perhubungan.
f. RIPIDA (Rencana Induk Pengembangan Industri Daerah)
Data berupa Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi
0 hari kerja. Data diperoleh dari Kementerian Perindustrian atau
perangkat daerah yang mengurusi bidang perindustrian.
g. RIPARDA atau RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah)
Data berupa Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi
0 hari kerja. Data diperoleh dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif atau perangkat daerah yang mengurusi bidang pariwisata.
h. Pemetaan Proyek Strategis Nasional (PSN)
Peta yang dihasilkan berbentuk Garis Trase dan Poligon Kawasan
1:25.000 s/d 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya digitasi dan layouting
Rp5 juta per unsur PSN dan estimasi durasi 0.65 hari kerja per unsur
PSN.

Keluaran analisis ini meliputi:


a. Ukuran kawasan permukiman perkotaan RTRW berbentuk Peta skala
1:25.000 (*.shp) dan Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp0.53
juta/25 km2 dan estimasi durasi 0.07 hari kerja. Keluaran ini
memerlukan ahli Perencana Wilayah dan Kota (PWK)
b. Keterkaitan fisik/lingkungan berbentuk Peta skala 1:25.000 (*.shp) dan
Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp0.53 juta /25 km2 dan estimasi
durasi Rp0.07 juta/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli
Geografi/Geologi

29
c. Keterkaitan sosial-budaya, dan demografi berupa Peta skala 1:25.000
(*.shp) dan Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp0.53 juta /25 km2 dan
estimasi durasi Rp0.07 juta/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli
Sosial Budaya
d. Keterkaitan ekonomi berupa Peta skala 1:25.000 (*.shp) dan Tabel (*.xlsx)
dengan estimasi biaya Rp0.53 juta /25 km2 dan estimasi durasi Rp0.07
juta/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli Ekonomi Wilayah
e. Keterkaitan jaringan prasarana berupa Peta skala 1:25.000 (*.shp) dan
Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp0.53 juta/25 km2 dan estimasi
durasi Rp0.07 juta/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli Teknik Sipil
f. Keterkaitan HANKAM berupa Peta skala 1:25.000 (*.shp) dan Tabel
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp0.53 juta /25 km2 dan estimasi durasi
Rp0.07 juta/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli Hukum.
g. Estimasi pendanaan berupa Telaahan (*.docx) dengan estimasi biaya
Rp0.53 juta /25 km2 dan estimasi durasi Rp0.07 juta/25 km2. Keluaran
ini memerlukan Ahli Ekonomi Wilayah.
h. Estimasi pendanaan berupa Telaahan (*.docx) dengan estimasi biaya
Rp0.53 juta /25 km2 dan estimasi durasi Rp0.07 juta/25 km2. Analisis
ini memerlukan Ahli Ekonomi Wilayah.
i. Peta Proyek Strategis Nasional (PSN) berupa Peta Garis Trase dan Poligon
Kawasan 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya digitasi peta Rp0.53 juta
/PSN dan estimasi durasi Rp0.07 juta/PSN. Keluaran ini memerlukan
Ahli Geografi/Geodesi
j. Area of Interest (AoI) dan skenario sebaran Citra Satelit Resolusi Tinggi
(CSRT) yang akan dipesan berupa Peta Poligon liputan CSRT berbentuk
kotak skala 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0.53 juta/25 km2
dan estimasi durasi 0.07/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli
Geografi/Geodesi.

2.2 Delineasi WP
Setelah titik pusat kegiatan prioritas RTRW terpilih untuk diRDTRkan, maka
tujuan dilakukannya delineasi adalah menciptakan wilayah perencanaan (WP)
yang kompak dengan batas fisik yang jelas di lapangan dan mampu dilalui
dengan berjalan kaki. Idealnya Setiap delineasi WP seluas 2.500 Ha (5 km x 5
km) dengan proyeksi penduduk mencapai 480.000 jiwa dilayani oleh satu titik

30
pusat pelayanan kota/perkotaan (PPK). Data untuk keperluan delineasi
meliputi:
a. Area of Interest (AoI) dan skenario sebaran Citra Satelit Resolusi Tinggi
(CSRT) yang akan dipesan (Hasil Analisis Regional)
Peta berbentuk poligon berbentuk kotak 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp0 dan estimasi durasi 0 hari kerja
b. Peta Rupa Bumi (RBI)1:25.000
Peta ini memiliki 8 (delapan) layer unsur RBI skala 1:25.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp 0 untuk Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,
atau Rp5 juta per 25km2 untuk daerah lainnya dengan estimasi durasi
0.65 hari kerja per 25km2. Peta RBI diperoleh dari Badan Informasi
Geospasial atau kebijakan satu peta (inageoportal)
c. Peta Penggunaan Lahan
Peta berbentuk Poligon 1:25.000 (*.shp) estimasi biaya Rp4 juta per
25km2 dengan estimasi durasi 0.52 hari kerja per 25km2. Peta
penggunaan lahan merupakan peta tematik (informasi geospasial
tematik) yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial dan diadukan
dengan Peta Penggunaan Tanah yang diperoleh dari Badan Pertanahan
Nasional yang dapat diunduh melalui Komputerisasi Kantor Pertanahan.
d. Peta Sebaran Aktivitas (Big Data)
Peta berbentuk Titik, Garis, Poligon (*.shp) 1:25.000 s/d 1:5.000 estimasi
biaya Rp8 juta per 25km2 estimasi durasi 1.04 hari kerja per25km2. Data
diperoleh dengan memesan dari Big Data dari Google, Bing, Strava,
Tripadvisor, dan lain-lain.
e. Peta Sebaran Penduduk
Peta berbentuk Raster Spot Hunian estimasi biaya Rp7.65 juta per 25km2
dengan estimasi durasi 1 hari kerja
f. Batas Administrasi
Peta berbentuk polyline atau polygon (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0
dan estimasi durasi 0 hari kerja yang diperoleh dari Direktorat Toponimi
dan Batas Daerah – Direktorat Jenderal Bina Administarsi Kewilayahan
- Kementerian Dalam Negeri dan Pusat Pemetaan Batas Wilayah – Badan
Informasi Geospasial.

31
Keluaran delineasi meliputi:
a. Pola Persebaran/Kepadatan Penduduk berupa Peta raster dan poligon
skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp20.37 juta/25 km2 dan
durasi 2.66 hari. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Geografi/Geodesi
b. Delineasi WP
Dapat dipetakan pembagian delineasi WP beserta tahapan
penyusunannya, jika dinilai terlalu luas dan melebihi kapasitas anggaran
tahunan). Delineasi berbentuk Peta Poligon 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp20.37 juta/25 km2 dan estimasi durasi 2.66 hari
kerja/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK dan Geografi/Geodesi

2.3 Analisis Penggunaan Lahan


Pada delineasi WP yang telah ditentukan, kemudian dilakukan analisis
penggunaan lahan yang bertujuan memetakan kondisi baseline perencanaan
serta kecenderungan perubahan fungsi ruang (khususnya ekspansi kawasan
terbangun) dalam kurun waktu tertentu baik secara alamiah maupun dengan
simulasi sebaran penduduk, perubahan nilai tanah, dan ekonomi makro. Data
untuk Keperluan Analisis Penggunaan Lahan meliputi:
a. Delineasi WP (Hasil Proses Delineasi)
Peta berbentuk Poligon 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0, dan
estimasi durasi 0 hari kerja
b. Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT)
Peta berbentuk Raster (*.geotiff) dengan estimasi biaya pengadaan Rp8.33
juta per 25km2 dan estimasi durasi waktu tunggu 1.09 hari kerja/25km2
c. Digital Elevation Model (DTM atau DSM)
Data berbentuk peta Raster dengan estimasi biaya Rp4.17 juta per 25km2
estimasi durasi 0.54 hari kerja skala 1:5.000 atau dapat mengunduh
DEMNAS skala 1:50.000 dengan biaya gratis (Rp0)
d. CSRT, Peta RBI, dan/atau Peta Dasar Lainnya time series
Peta berbentuk raster atau poligon berkala minimal lima tahun terakhir
skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp8.33 juta/25km2 dan
estimasi durasi 1.09 hari kerja per klasifikasi unsur per 25km2. Data
arsip citra diperoleh dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan
Badan Informasi Geospasial atau memesan dari Big Data baik
Google/Bing.

32
e. Peta Intensitas dan Tata Bangunan Eksisting
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp10
juta/25km2 dan estimasi durasi 1.30 hari kerja per klasifikasi unsur per
25km2. Peta dibuat dengan cara survey lapangan dan mensketsa
intensitas ruang dan tata bangunan pada CSRT atau peta penggunaan
lahan dan selanjutnya difinalkan dengan cara digitasi.
f. Peta Guna Bangunan Eksisting
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp10
juta/25km2 dan estimasi durasi 1.30 hari kerja per 25km2. Peta dibuat
dengan cara survey lapangan dan mensketsa penggunaan bangunan
yang homogen pada CSRT atau peta penggunaan lahan dan selanjutnya
difinalkan dengan cara digitasi.
g. Peta Bidang Tanah/P4T
Peta berbentuk poligon dengan skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya digitasi Rp4.17 juta/100 Ha estimasi durasi 0.54 hari kerja per 100
Ha. Data diperoleh dengan mengakses komputerisasi kantor pertanahan
yang memerlukan digitasi ulang.
h. Peta Izin Pemanfaatan Ruang
Peta berbentuk poligon dengan skala1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya finalisasi digitasi Rp4.17 juta/25km2 estimasi durasi 0.54 hari kerja
per 25km2. Data diperoleh dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi
Penanaman Modal dan Dinas Koordinasi Penanaman Modal Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DKMPTSP) provinsi dan DKMPTSP kabupaten/kota.

Keluaran Analisis Penggunaan Lahan meliputi:


a. Peta Dasar Garis Skala 1:5.000 dari CSRT terorthorektifikasi sesuai
standar (per 25km2) berbentuk Peta dengan 8 (delapan) layer unsur Rupa
Bumi Indonesia (RBI) skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
Rp61.12 juta/25 km2 dan estimasi durasi 7.97 hari kerja/200 Ha.
Keluaran ini memerlukan Ahli Geografi/Geodesi
b. Peta Perubahan Penggunaan Lahan dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir
berupa Peta-peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
Rp13.58 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.77 hari kerja/peta. Keluaran
ini memerlukan Ahli PWK dan Geografi/Geodesi
c. Neraca kesesuaian penggunaan lahan berupa Peta poligon skala 1:5.000
(*.shp) dan telaahan (*.docx) dengan estimasi biaya Rp13.58 juta/25 km2

33
dan estimasi durasi 1.77 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK
dan Geografi/Geodesi.
d. Neraca Ketersediaan tanah berupa Peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dan
telaahan (*.docx) dengan estimasi biaya Rp13.58/25 km2 dan estimasi
durasi 1.77 hari kerja/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli
Geografi/Geodesi.

2.4 Analisis Ekonomi


Tujuan analisis ekonomi adalah menghitung potensi ekonomi eksisting dan
tambahan pertambahan ekonomi yang dapat dimanfaatkan dengan
disusunnya RDTR, baik basis ekonomi dan sektor unggulan, ekonomi makro,
dan peningkatan nilai lahan. Data untuk Keperluan Analisis Ekonomi,
meliputi:
a. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Data berupa Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya pendalaman ke level
kelurahan sebesar Rp3.13 juta dan estimasi durasi 0.41 hari kerja yang
diperoleh dari Buku Kecamatan dalam Angka yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten/kota.
b. Peta Zona Nilai Tanah (ZNT)
Peta berbentuk poligon denga skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
digitasi Rp3.13 juta/100 Ha dan estimasi durasi 0.41 hari kerja per 100
Ha. Data diperoleh dengan mengakses komputerisasi kantor pertanahan.
c. Peta Sumber Daya Mineral, Batubara, Panas Bumi
Peta berbentuk titik dan poligon dengan skala1:50.000 s/d 1:5.000
(*.shp) estimasi biaya Rp3.13 juta/25km2 dengan estimasi durasi 0.41
hari kerja. Data diperoleh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, perangkat daerah yang mengurusi bidang Sumber Daya Mineral,
Batubara, Panas Bumi, dan untuk perizinan eksisting dapat diakses
https://momi.minerba.esdm.go.id/public/
d. Data dan Peta LP2B atau Lahan Baku Sawah (LBS)
Peta sawah update lapangan 1:5.000 (*.shp) estimasi biaya Rp3.13
juta/100 Ha dengan estimasi durasi 0.41 hari kerja per 100 Ha. Data
diperoleh dari lahan sawah dilindungi yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang – Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor Pertanahan
setempat, dan survey pada lokasi prioritas.

34
e. Data Sentra IKM
Data berupa Tabel berkoordinat (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp3.13
juta/25km2 estimasi durasi 0.41 hari kerja yang diperoleh dari perangkat
daerah yang mengurusi bidang perdagangan dan industri kecil dan
menengah.
f. Data dan Peta Lokasi Industri, Perdagangan dan Jasa
Data berupa Tabel berkoordinat (*.xlsx) dan peta (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp3.13 juta/25km2 dan estimasi durasi 0.41 hari kerja yang
dikompilasi dan diolah dari Kementerian Perindustrian, Asisten Deputi
Penataan Ruang dan Pertanahan – Deputi Bidang Koordinasi
Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang – Kementerian Koordinator
bidang Perekonomian, dan perangkat daerah yang mengurusi bidang
Perindustrian.
g. Data dan peta lokasi pariwisata dan cagar budaya
Data berupa Tabel berkoordinat (*.xlsx) dan peta titik dan poligon atraksi
dan amenitas pariwisata (*.shp) dengan estimasi biaya Rp3.13
juta/25km2 dan estimasi durasi 0.41 hari kerja yang diperoleh dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perangkat daerah yang
mengurusi bidang pariwisata, dan sosial.
h. Data produksi dan luas area sektor ekonomi lainnya
Data berupa Tabel berkoordinat (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp3.13
juta/25km2 dan estimasi durasi 0.41 hari kerja yang diperoleh dari BPS
dan perangkat-perangkat daerah terkait.

Keluaran Analisis Ekonomi, meliputi:


a. Peta Pusat-Pusat Kegiatan Ekonomi, Sektor/Komoditas, dan Besarannya
berupa Peta titik dan poligon (1:5.000) dengan estimasi biaya Rp30.56
juta/25 km2 dan estimasi durasi 3.98 hari kerja. Keluaran ini
memerlukan Ahli PWK, Ekonomi Wilayah, dan Geografi
b. Skenario Pertumbuhan Ekonomi berupa Telaahan (*.docx) dengan
estimasi biaya Rp30.56 juta/25 km2 dan estimasi durasi 3.98 hari kerja.
Keluaran ini memerlukan Ahli Ekonomi Wilayah/Pembangunan.

2.5 Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya


Setelah skenario pertumbuhan ekonomi telah ditentukan, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung proyeksi penduduk baik secara alamiah,

35
maupun rekayasa pertumbuhan penduduk sesuai dengan skenario ekonomi
tersebut. Pada analisis kependudukan dan sosial budaya juga dikaji
bagaimana masyarakat lokal memaknai ruang dari perspektif adat/budaya
dan Sejarah yang menjadi identitas masyarakat dan wilayah perencanaan.
Data untuk Keperluan Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya meliputi:
a. Peta Skenario Pertumbuhan Ekonomi (Hasil Analisis Ekonomi)
Data meliputi Tabel Telaahan (*.xlsx) dan peta (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp0, estimasi durasi 0 hari kerja yang merupakan keluaran dari
analisis ekonomi.
b. Jumlah Penduduk (time series)
Data berbentuk peta raster dan Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya
Rp6.25 juta, estimasi durasi 0.81 hari kerja. Peta raster berkala
pertumbuhan penduduk dapat diunduh dari Global Human Settlement
(https://ghsl.jrc.ec.europa.eu/download.php) dengan ketelitian grid
mulai 100meter sampai dengan 2meter mulai tahun 1975 sampai dengan
2030 (perlima tahunan) dan ditautkan dengan data penduduk dari BPS
dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DUKCAPIL)
kabupaten/kota.
c. Struktur Demografi
Data berupa Telaahan (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp6.25 juta dan
estimasi durasi 0.81 hari kerja yang diolah dari BPS dan DUKCAPIL.
d. Dinamika Pertumbuhan Penduduk
Data berpa peta dan telaahan skenario kawasan terbangun (*.pdf) dan
Tabel (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp6.25 juta dan estimasi durasi 0.81
hari kerja yang diolah dari Global Human Settlement, BPS, dan
DUKCAPIL.
e. peta lokasi bangunan bersejarah dan bernilai pusaka budaya, dari
instansi terkait
data berupa peta (*.shp) dengan estimasi biaya Rp6.25 juta dan estimasi
durasi 0.81 hari kerja yang diolah dari perangkat daerah yang mengurusi
bidang sosial dan budaya.

Keluaran Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya meliputi:


a. Peta Skenario Pertumbuhan Penduduk berupa peta poligon 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp40.75 juta/25 km2 dan estimasi durasi

36
5.31 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Geografi, dan Sosial
Budaya.
b. Peta Cagar Budaya, Kampung Adat, dan/atau arahan Koridor Pelestarian
Warisan Budaya, berupa peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp10 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.30 hari kerja.
Keluaran ini memerlukan Ahli Geografi dan Ahli Sosial Budaya.

2.6 Analisis Potensi, Masalah, dan Tema Pengembangan WP


Setelah memetakan arahan makro, melihat kecenderungan perubahan lahan,
perumusan ekonomi, proyeksi penduduk beserta karakter sosial budayanya,
maka langkah selanjutnya adalah merumuskan isu strategis yang berujung
pada penentuan visi wilayah perencanaan dan rumusan indikator-indikator
pengembangannya. Data untuk untuk Keperluan Analisis Potensi, Masalah,
dan Tema Pengembangan WP meliputi:
a. Neraca kesesuaian penggunaan lahan dan Ketersediaan tanah (Hasil
Analisis Penggunaan Lahan)
Data berupa Peta 1:5.000 (*.shp) dan Telaahan (*.pdf) dengan estimasi
biaya Rp0 juta, estimasi durasi 0 hari kerja yang merupakan keluaran
dari analisis penggunaan lahan.
b. aspirasi masyarakat, termasuk pelaku usaha dan komunitas adat serta
informasi terkait potensi dan masalah penataan ruang (per 25km2) Data
yang terkumpul berupa Kuesioner-kuesioner (*.pdf) dengan estimasi
biaya Rp5.56 juta per rukun warga (RW) dan estimasi durasi 0.72 hari
kerja per RW.
c. kondisi dan jenis guna lahan/bangunan, intensitas ruang, serta konflik-
konflik pemanfaatan ruang (jika ada), maupun infrastruktur perkotaan

Data berupa Foto/sketsa (*.jpeg) dan Tabel jenis guna lahan (*.docx) dan
koordinat (*.shp) dengan estimasi biaya Rp5.56 juta per 100 Ha dan
estimasi durasi 0.72 hari kerja per 100 Ha. Data diperoleh secara
langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah perencanaan
dan dapat dibantu dengan data sekunder gratis seperti Google Street
View.
d. kondisi fisik dan sosial ekonomi WP
Data Foto/sketsa (*.jpeg) dalam Tabel kondisi fisik, sosial, ekonomi
(*.docx) dan koordinat (*.shp) estimasi biaya Rp5.56 juta per 100 Ha,

37
estimasi durasi 0.72 hari kerja per 100 Ha. Data diperoleh secara
langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah perencanaan
dan dapat dibantu dengan data sekunder gratis seperti Google Street
View.

Keluaran Analisis Potensi, Masalah, dan Tema Pengembangan WP meliputi:


a. Tabulasi dan skoring potensi, permasalahan, peluang, dan tantangan
pembangunan WP berupa Tabel penilaian (*.xlsx) dengan estimasi biaya
Rp10.19 juta dan estimasi durasi 1.33 hari kerja. Keluaran ini
memerlukan Ahli PWK.
b. peta potensi, permasalahan, peluang, dan tantangan pembangunan WP
Telaahan (*.docx) dan Peta (*.shp) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta/25
km2 dan estimasi durasi 1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli
PWK dan Ahli Sosial Budaya.
c. Tema Pengembangan dan Tujuan Penataan Ruang berupa Telaahan
(*.docx) dengan estimasi biaya Rp10.19juta dan estimasi durasi
1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK.
d. Planning knowledge berupa Indikator Kinerja WP yang terukur berbentuk
Telaahan (*.docx) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta dan estimasi durasi
1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK dan Ahli Ekonomi
Regional/Wilayah.

2.7 Analisis Fisik/Kemampuan Lahan


Analisis Fisik/Kemampuan Lahan bertujuan untuk mengklasifikasi kondisi
fisik wilayah perencanaan ke dalam kelas lindung, budidaya terbatas, sampai
hunian yang aman sekaligus menetapkan toleransi jumlah penduduk (jiwa)
dalam kelas-kelas tersebut serta dalam setiap piksel/grid/blok peta daya
tampung. Dalam peta grid tersebut dapat terlihat grid mana yang sudah
terlampaui, grid mana yang dapat dikembangkan secara terbatas, dan grid
mana yang masih dapat dioptimalkan. Data untuk Keperluan Analisis
Fisik/Kemampuan Lahan meliputi:
a. Peta Skenario Proyeksi Penduduk (Analisis Kependudukan dan Sosial
Budaya)
peta berbentuk poligon (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi
durasi 0 hari kerja karena merupakan hasil Analisis Kependudukan dan
Sosial Budaya.

38
b. Peta Ketinggian Lahan
Peta berupa garis kontur (*.shp) dan Peta Raster Digital Elevation Model
(DEM) 1:50.000 s/d 1:5.000 dengan estimasi biaya Rp2.94 juta per
25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja. Data dapat diunduh dan
diolah dari DEMNAS (https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/)
c. Peta Kelerengan (Kemiringan Lahan)
Peta berbentuk Raster dan poligon dengan skala 1:25.000 s/d 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi
0.38 hari kerja. Peta kelerengan diolah dari peta ketinggian dengan
perangkat lunak sistem informasi geografis.
d. Peta Geologi
Peta berbentuk poligon skala 1:50.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
pendetailan skala Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari
kerja per 25km2. Data diperoleh dari Badan Geologi – Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral.
e. Peta Jenis Tanah (Skala Semi Detail)
Peta berbentuk poligon skala 1:50.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
pendetailan Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja
per 25km2. Data diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat – Kementerian Pertanian dan.atau dari Bappeda
kabupaten/kota.
f. Peta Sistem Lahan (Geomorfologi)
Peta berbentuk poligon 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
pendetailan Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja
per 25km2. Peta diperoleh dari Badan Informasi Geospasial
(https://inaland.big.go.id/)
g. Peta Rata-rata Curah Hujan Tahunan
Peta berbentuk poligon 1:50.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
pengolahan Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja
per 25km2. Peta diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) dan/atau diolah dari sumber-sumber dari luar negeri
seperti worldclim (https://www.worldclim.org/data/index.html),
Climate Hazard Center UC Santa Barbara
(https://www.chc.ucsb.edu/data/chirps), dan lain-lain.
h. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)

39
Peta berbentuk raster dan poligon 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
pengolahan Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja
per 25km2. Peta diolah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) dengan mengunduh dari inarisk.bnpb.go.id. Data lainnya dapat
diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi –
Kementerian ESDM, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Balai Wialyah Sungai setempat,) Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota, Bappeda dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang kabupaten/kota.
i. Peta Penggunaan Lahan Eksisting
Peta berbentuk poligon 1:5.000 (*.shp) yang merupakan informasi
geospasial tematik (IGT) yang satu paket pekerjaan pengadaan peta dasar
dari CSRT yang disupervisi oleh Badan Informasi Geospasial. Estimasi
biaya pengolahan dari peta dasar 1:5.000 dan peta penggunaan tanah
1:5.000 adalah Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja
per 25km2.
j. Peta Hidrologi (Sumber Daya Air Permukaan)
Peta berbentuk poligon dengan skala mulai 1:100.000 dan harapannya
dapat didetailkan ke skala 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp2.94
juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja per 25km2. Peta diolah
dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
k. Peta Batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
Peta berbentuk poligon skala 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
pengolahan Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja
per 25km2. Peta diolah dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air –
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
l. Peta Hidrogeologi
Peta berbentuk poligon dengan skala mulai 1:100.000 dan harapannya
dapat didetailkan ke skala 1:25.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp2.94
juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja per 25km2. Peta
diolah dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.Peta Kawasan
Hutan.
Peta poligon 1:250.000 s/d 1:50.000 (*.shp) estimasi biaya Rp2.94 juta,
estimasi durasi 0.38 hari kerja.
m. Buku Informasi Kinerja Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) / Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

40
Data berbentuk Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi informasi
Rp2.94 juta dan estimasi durasi 0.38 hari kerja yang diperoleh dari Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi/Kabupaten/Kota.
n. Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
Data berbentuk Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi informasi
Rp2.94 juta dan estimasi durasi 0.38 hari kerja yang diperoleh dari
BPBD.
o. Rencana Kontijensi Bencana
Data berbentuk Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi informasi
Rp2.94 juta dan estimasi durasi 0.38 hari kerja yang diperoleh dari
BPBD.
p. Masterplan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Data berupa Gambar desain (*.dwg) dan buku rencana (*.pdf) dengan
estimasi biaya ekstraksi informasi Rp2.94 juta dan estimasi durasi 0.38
hari kerja yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten/Kota.
q. Pola dan Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai
Data berupa Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi informasi
Rp2.94 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.38 hari kerja per 25km2
yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air – Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Keluaran Analisis Fisik/Kemampuan Lahan meliputi:


a. Peta Kemampuan Lahan peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp30.56 juta/25 km2 dan estimasi durasi 3.98 hari
kerja/25 km2. Keluaran ini memerlukan Ahli Geologi dan
Geografi/Geodesi.
b. Peta Daya Tampung berupa peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi durasi Rp30.56 juta/25 km2 dan estimasi durasi 3.98 hari kerja.
Keluaran ini memerlukan Ahli Geologi, Klimatologi, Hidrologi, dan
Geografi/Geodesi
c. Peta Mitigasi Bencana berupa peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp30.56 juta/25km2 dan estimasi durasi 3.9 hari kerja
yang memerlukan ahli Geologi, Klimatologi, Hidrologi, dan
Geografi/Geodesi.

41
d. Peta Arahan Grid Koefisien Wilayah Terbangun Peta poligon 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp30.56 juta/25 km2 dan estimasi durasi
3.98 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli Ilmu/Teknik Lingkungan,
Geologi, dan Geografi/Geodesi.

2.8 Analisis Pusat Pelayanan (Struktur Internal WP)


Analisis Pusat Pelayanan bertujuan untuk mengklasifikasi kinerja pusat-
pusat aktivitas yang memiliki hierarki paling tinggi (pusat pelayanan kota),
menengah (sub pusat pelayanan kota), dan terrendah (pusat lingkungan) dari
kelengkapan fasilitasnya, bangkitan, dan tarikan lalu lintas, serta menyiapkan
pusat-pusat baru berdasarkan grid daya tampung hasil analisis
fisik/kemampuan lahan sehingga tercipta pusat-pusat pelayanan baru yang
menjangkau wilayah perencanaan, sub wilayah perencanaan, sampai blok
dengan lebih optimal, lebih merata dan berhierarki. Data untuk Keperluan
Analisis Pusat Pelayanan (Struktur Internal WP) meliputi:
a. Peta Arahan Grid Koefisien Wilayah Terbangun (Hasil Analisis
Kemampuan Lahan)
Peta ini berbentuk poligon klasifikasi daya tampung WP skala 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp0 dan estimasi durasi 0 hari kerja
karena merupakan keluaran dari analisis kemampuan lahan.
b. Peta penggunaan fungsi bangunan
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
digitasi Rp7 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.91 hari kerja per
25km2. Peta dihasilkan dari digitasi CSRT dan pengisian atribut peta
dasar skala 1:5.000.
c. Peta jaringan jalan (kedalaman jalan lokal dan jalan lingkungan)
Peta berbentuk garis dan poligon 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
digitasi Rp7 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.91 hari kerja per
25km2. Peta dihasilkan dari digitasi CSRT dan pengisian atribut peta
dasar skala 1:5.000.
d. Data dan peta sebaran fasum dan fasos (data toponim)
Peta berbentuk titik 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp7 juta per
2.5km2 dan estimasi durasi 0.91 hari kerja per 2.5km2. Peta dihasilkan
dari survey ke lapangan dengan GPS handheld dan dokumentasi objek
dengan kamera.
e. Data dan peta sebaran fasilitas komersial

42
Peta berbentuk titik 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp7 juta per
2.5km2 dan estimasi durasi 0.91 hari kerja per 2.5km2. Peta dihasilkan
dari survey ke lapangan dengan GPS handheld dan dokumentasi objek
dengan kamera.
f. Data/peta status penguasaan dan pemilikan tanah
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
digitasi Rp7 juta per 25km2 dan estimasi durasi 0.91 hari kerja per 25km2.
Peta diperoleh dengan mengakses Komputerisasi Kantor Pertanahan.

Keluaran Analisis Pusat Pelayanan (Struktur Internal WP) meliputi:


a. Tabulasi Penilaian Hierarki Pusat Pelayanan Eksisting berupa Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp12.22 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.59 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK.
b. Peta Hierarki Pusat Pelayanan Eksisting berupa Peta titik skala 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp12.22 juta/25 km2 dan estimasi durasi
1.59 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK dan
Geografi/Geodesi.
c. Peta Rencana Titik Pusat Pelayanan Kota; Titik Sub Pusat Pelayanan
Kota; dan Titik Pusat Lingkungan berupa Peta titik skala 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp12.22 juta/25 km2 dan estimasi durasi
1.59 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK dan
Geografi/Geodesi.
d. Peta Rencana Delineasi SWP dan Blok berupa Peta poligon 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp12.22 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.59
hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK dan Geografi/Geodesi
e. Peta Kinerja dan Kapasitas Arus Lalu Lintas Harian berupa Peta garis
skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta/25 km2 dan
estimasi durasi 1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK,
Teknik Sipil, dan Geografi/Geodesi.

2.9 Analisis Transportasi


Setelah titik pusat pelayanan yang berhierarki dan merata telah ditentukan,
langkah selanjutnya adalah menghubungkan pusat-pusat tersebut dengan
rencana jaringan pergerakan yang juga berhierarki dan pemilihan moda
transportasi yang paling efisien. Data untuk Keperluan Analisis Transportasi
meliputi:

43
a. Peta Arahan Grid Koefisien Wilayah Terbangun (Hasil Analisis
Kemampuan Lahan)
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) estimasi biaya Rp0 dan
estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari Analisis
Kemampuan Lahan.
b. Peta Pusat Pelayanan Sekunder (Hasil Analisis Pusat Pelayanan)
Peta berbentuk titik skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0 dan
estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari Analisis
Pusat Pelayanan.
c. Peta Capaian dan Pengembangan Jaringan Jalan
Peta berbentuk garis dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
estimasi biaya Rp8.33 juta per 25 km2 dan estimasi durasi 1.09 hari kerja
per 25 km2. Peta ini diolah dari Balai Jalan Nasional Wilayah terdekat –
Direktorat Jenderal Bina Marga – Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
d. Peta Prasarana Transportasi Darat, Laut, dan Udara
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
terminal, halte, pelabuhan, bandar udara dan lain-lain dengan estimasi
biaya Rp8.33 juta dan estimasi durasi 1.09 hari kerja.
e. Peta Volume Lalu Lintas Pejalan Kaki dan Jalur Pejalan Kaki dan Sepeda

Peta garis berbentuk garis skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
Rp8.33 juta dan estimasi durasi 1.09 hari kerja. Peta dapat diolah dari
Big Data baik Google, Strava, Map My Ride GPS Cycling Riding, Cyclemeter
Cycling Running GPS, Relive: Your Outdoor 3D Videos, Runtastic Road Bike
GPS, Komoot – Cycling & Hiking Maps, Endomondo, dan lain-lain
f. Peta Volume Lalu Lintas Kendaraan Bermotor, Lokasi Parkir on street dan
off street
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp8.33 juta dan estimasi durasi 1.09 hari kerja. Peta
diolah dari Dinas Perhubungan Provinsi/Kabupaten/Kota dan dapat
memanfaatkan Big Data Google, Open Street Map: Traffic Map, dan lain-
lain.

Keluaran Analisis Transportasi meliputi:

44
a. Kerangka Makro Sirkulasi dan Estetika Kota berupa Peta garis dan
poligon skala 1:5.000 (*.shp) dan Gambar desain (*.dwg) dengan estimasi
biaya Rp10.19 juta/25 km2 dengan estimasi durasi 1.33 hari kerja.
Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Arsitek, dan Teknik Sipil
b. Arteri Sekunder/Sejenis berupa Peta garis dan poligon skala 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta/25 km2 dan estimasi durasi
1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Arsitek, dan Teknik
Sipil.
c. Kolektor Sekunder/Sejenis berupa Peta garis dan poligon skala 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta/25 km2 dan estimasi durasi
1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Arsitek, dan Teknik
Sipil
d. Lokal Sekunder/Sejenis berupa Peta garis dan poligon skala 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.33 hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Arsitek, dan
Teknik Sipil
e. Lingkungan Sekunder/Sejenis berupa Peta garis dan poligon 1:5.000
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp10.19 juta/25 km2 dan estimasi durasi
1.33hari kerja. Keluaran ini memerlukan Ahli PWK, Arsitek, dan Teknik
Sipil.
f. Infrastruktur dan Moda Transportasi berupa Peta titik dan garis skala
1:5.000 (*.shp) Simulasi Pemilihan Moda dengan estimasi biaya
Rp10.19juta /25 km2 dan estimasi durasi 1.33 hari kerja. Keluaran ini
memerlukan Ahli Teknik Sipil.

2.10 Analisis Sumber Daya Buatan


Setelah rencana struktur ruang utama kota terbentuk berupa titik pusat
pelayanan dan jaringan pergerakannya, langkah selanjutnya adalah “mengisi
kerangka kosong” tersebut dengan “daging” kebutuhan fasos/fasum,
perdagangan jasa, ruang terbuka, dan jaringan prasarana yang luas, panjang,
dan radiusnya mampu menjangkau proyeksi penduduk yang telah ditetapkan
pada analisis kependudukan. Data untuk Keperluan Analisis Sumber Daya
Buatan meliputi:
a. Peta Arahan Grid Koefisien Wilayah Terbangun (Hasil Analisis
Kemampuan Lahan)

45
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0,
dan estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari
Analisis Kemampuan Lahan.
b. Peta Pusat Pelayanan Sekunder (Hasil Analisis Pusat Pelayanan)
Peta berbentuk titik skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0, dan
estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari Analisis
Pusat Pelayanan.
c. Peta Rencana Trase Jaringan Jalan Sekunder (Hasil Analisis
Transportasi)
Peta berbentuk garis dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp0 juta dan estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan hasil
dari Analisis Transportasi.
d. Peta Sebaran Tipologi Perumahan
Peta berbentuk titik dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp6 juta dan estimasi durasi 0.78 hari kerja. Peta ini dibuat dengan
melengkapi atribut Peta Dasar Layer Bangunan yang dapat
menggunakan bantuan sumber tidak berbayar seperti Google Street View.
e. Peta Permukiman Kumuh
Peta berbentuk titik dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp5 juta dan estimasi durasi 0.65 hari kerja. Peta ini diolah dari
Kawasan Kumuh yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Provinsi/Kabupaten/Kota, dapat pula dibantu dengan bantuan sumber
tidak berbayar seperti Google Street View, dan memvalidasinya secara
langsung di lapangan.
f. Peta Jaringan Air Minum
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) skala 1:5.000 (*.shp) baik perpipaan maupun non perpiaan
dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja.
Peta diolah dari Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Provinsi/Kabupaten/Kota.

g. Peta Jaringan Listrik

46
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
Infrastruktur Pembangkitan Tenaga Listrik, Jaringan Infrastruktur
Penyaluran Tenaga Listrik, beserta Sarana Pendukung dengan estimasi
biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari
Peta Dasar berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
h. Peta Jaringan Telekomunikasi
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
jaringan tetap (sentral telepon otomat dan jaringan tersetrial) dan
jaringan bergerak, seperti Menara Base Transceiver Station (BTS) dengan
estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta
diolah dari peta dasar berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi
dan Informatika, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi
Selular (Telkomsel), dan lain-lain.
i. Peta Jaringan Pengelolaan Air Limbah
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
Sistem
Pengelolaan Air Limbah (SPAL) dan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan
estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta dasar berdasarkan
data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
j. Peta Jaringan Persampahan
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
Stasiun Peralihan Antara (SPA), Tempat Pengelolaan Sampah Reuse,
Reduce, Recycle (TPS3R), Tempat Penampungan Sementara (TPS),
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi
0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta dasar menggunakan data dari Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota
k. Peta Jaringan Sumber Daya Air
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
sistem jaringan irigasi, situ, danau, waduk, dan embung dengan estimasi
biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja.

l. Peta Jaringan Drainase

47
Peta garis skala 1:5.000 (*.shp) berupa Jaringan Drainase Primer,
Sekunder, dan Tersier dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi
durasi 0.61 hari kerja Peta diolah dari peta dasar menggunakan data dari
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten/Kota.
m. Peta Prasarana Lainnya
Peta berbentuk titik dan garis skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja berupa Tempat
Evakuasi Sementara, Tempat Evakuasi Akhir, dan Jalur Evakuasi
Bencana. Peta diolah dari peta dasar menggunakan data dari BPBD
kabupaten/kota.
n. Peta Fasilitas Kesehatan
Peta berbentuk titik dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa rumah
sakit, puskesmas, klinik Kesehatan, dan lain-lain dengan estimasi biaya
Rp4.67 juta, estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta dasar
menggunakan data dari Dinas Kesehatan.
o. Peta Fasilitas Pendidikan
Peta berbentuk titik dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa perguruan
tinggi, sekolah, serta pusat pendidikan dan latihan dengan estimasi biaya
Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta
dasar menggunakan data dari Dinas Pendidikan.
p. Peta Fasilitas Peribadatan
Peta berupa titik dan poligon 1:5.000 (*.shp) berupa masjid, gereja,
vihara, pura, dan klenteng berbagai skala pelayanannya dengan estimasi
biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari
peta dasar menggunakan pemutakhiran data lapangan yang dapat pula
memanfaatkan Google Street View.
q. Peta Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
atraksi, amenitas, dan akses pariwisata/rekreasi kota dan cagar budaya
dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja.
Peta diolah dari peta dasar menggunakan data dari Dinas Pariwisata dan
Dinas Sosial dan dapat pula memanfaatkan sumber tidak berbayar
seperti Google Street View, Trip Advisor, dan lain-lain.

r. Peta Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

48
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
perkantoran pemerintah kabupaten, kantor camat, kantor lurah/desa,
dan lain-lain dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61
hari kerja. Peta diolah dari peta dasar menggunakan data dari
pemutakhiran lapangan.
s. Peta Fasilitas Pertahanan dan Keamanan
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) berupa
satuan/pos pertahanan dan keamanan (LANUD, LANAL, KODAM,
KODIM, KORAMIL, BABINSA, PUSDIK dan tempat latihan perang,
gudang amunisi, dan lain-lain) dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan
estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta dasar menggunakan
data dari pemutakhiran lapangan dengan berkonsultasi dengan
satuan/pos pertahanan setempat.
t. Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau Publik
Peta berbentuk poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta
dasar menggunakan data dari pemutakhiran lapangan dengan
berkonsultasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
Kantor Desa/Lurah, dan Kantor Pertanahan.
u. Peta Sebaran Ruang Terbuka non Hijau
Peta berbentuk poligon 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp4.67 juta
dan estimasi durasi 0.61 hari kerja. Peta diolah dari peta dasar
menggunakan data dari pemutakhiran lapangan dengan berkonsultasi
dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Kantor
Desa/Lurah, dan Kantor Pertanahan.
v. Masterplan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Data berupa Gambar desain (*.dwg), buku (*.pdf), dan peta sebaran
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp4.67 juta, estimasi durasi 0.61 hari kerja
yang diolah dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota.
w. Masterplan Drainase
Data berupa Gambar desain (*.dwg), buku (*.pdf), dan peta (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja yang
dikstrak informasinya dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota.

49
x. Buku Putih Sanitasi
Data berupa Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi
durasi 0.61 hari kerja yang diekstrak informasinya dari Dinas
Lingkungan Hidup.
y. Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Data berupa Gambar desain (*.dwg), buku (*.pdf), dan peta (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja yang
diekstrak informasinya dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten/Kota.
z. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP) dan Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
Data berupa Gambar desain (*.dwg), buku (*.pdf), dan peta (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja yang
diekstrak informasinya dari Direktorat Jenderal Cipta Karya –
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten/Kota.
Masterplan Persampahan
Data berupa Gambar desain (*.dwg), buku (*.pdf), dan peta (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp4.67 juta dan estimasi durasi 0.61 hari kerja yang
diekstrak informasinya dari Dinas Lingkungan Hidup.
aa. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
Data berupa buku (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp0 dam estimasi durasi
0 hari kerja yang dapat diunduh dari PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) melalui tautan https://web.pln.co.id/stakeholder/ruptl

Keluaran Analisis Sumber Daya Buatan meliputi:


a. Tabel proyeksi kebutuhan Perumahan dalam bentuk Tabel analisis
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04
hari kerja yang memerlukan Ahli PWK.
b. Tabel proyeksi kebutuhan Sarana Pelayanan Umum dalam bentuk Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK.

50
c. Tabel proyeksi kebutuhan Perdagangan dan Jasa dalam bentuk Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK.
d. Tabel proyeksi kebutuhan Perkantoran dalam bentuk Tabel analisis
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04
hari kerja yang memerlukan Ahli PWK.
e. Tabel proyeksi kebutuhan RTH dan RTNH dalam bentuk Tabel analisis
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04
hari kerja yang memerlukan Ahli PWK.
f. Tabel proyeksi kebutuhan Zona Khusus dalam bentuk Tabel analisis
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04
hari kerja yang memerlukan Ahli PWK.
g. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan energi dalam bentuk Tabel analisis
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04
hari kerja yang memerlukan Ahli, Geologi dan Teknik Elektro.
h. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi dalam bentuk Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK, Geologi, dan Teknik
Elektro
i. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan sumber daya air dalam bentuk Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK, Geologi, dan Teknik
Sipil/Hidrologi
j. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan air minum dalam bentuk Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK dan Teknik
Lingkungan
k. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan air limbah dan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam bentuk Tabel analisis (*.xlsx)
dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04 hari
kerja yang memerlukan Ahli PWK dan Teknik Lingkungan
l. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan drainase dalam bentuk Tabel analisis
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi durasi 1.04
hari kerja yang memerlukan Ahli PWK, Geologi, dan Teknik
Sipil/Hidrologi

51
m. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan persampahan dalam bentuk Tabel
analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan estimasi
durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK dan Teknik
Lingkungan
n. Tabel proyeksi kebutuhan jaringan prasarana lainnya dalam bentuk
Tabel analisis (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp8 juta/25 km2 dan
estimasi durasi 1.04 hari kerja yang memerlukan Ahli PWK, Geologi, dan
Teknik Sipil
o. Peta Zona Perumahan dalam bentuk Peta poligon skala 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi durasi 1.24 hari kerja
yang memerlukan ahli PWK dan Geografi/Geodesi
p. Peta Zona Sarana Pelayanan Umum dalam bentuk Peta poligon skala
1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi durasi
1.24 hari kerja yang memerlukan ahli PWK dan Geografi/Geodesi
q. Peta Zona Perdagangan dan Jasa dalam bentuk Peta poligon skala
1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi durasi
1.24 hari kerja yang memerlukan ahli PWK dan Geografi/Geodesi
r. Peta Zona Perkantoran dalam bentuk Peta poligon skala 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi durasi 1.24 hari kerja
yang memerlukan ahli PWK dan Geografi/Geodesi
s. Peta Zona RTH dan RTNH dalam bentuk Peta poligon skala 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi durasi 1.24 hari kerja
yang memerlukan ahli PWK, Arsitek, dan Geografi/Geodesi
t. Peta Zona Khusus dalam bentuk Peta poligon skala 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi durasi 1.24 hari kerja
yang memerlukan ahli PWK dan Geografi/Geodesi
u. Peta Rencana Jaringan Transportasi dalam bentuk Peta titik, garis dan
poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Teknik Sipil dan
Geografi/Geodesi
v. Peta Rencana Jaringan Energi dalam bentuk Peta titik, garis dan poligon
skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi
durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Geologi, Teknik Elektro, dan
Geografi/Geodesi
w. Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi dalam bentuk Peta titik, garis
dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan

52
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Teknik Elektro dan
Geografi/Geodesi
x. Peta Rencana Jaringan Sumber Daya Air dalam bentuk Peta titik, garis
dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Sipil/Hidrologi,
Geografi/Geodesi
y. Peta Rencana Jaringan Air Minum dalam bentuk Peta titik, garis dan
poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Teknik Lingkungan
dan Geografi/Geodesi
z. Peta Rencana Jaringan Air Limbah dan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dalam bentuk Peta titik, garis dan poligon
skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan estimasi
durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Teknik Lingkungan dan
Geografi/Geodesi
aa. Peta Rencana Jaringan Drainase dalam bentuk Peta titik, garis dan
poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Teknik
Sipil/Hidrologi, Geografi/Geodesi.
bb. Peta Rencana Jaringan Persampahan dalam bentuk Peta titik, garis dan
poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Geografi/Geodesi.
cc. Peta Rencana Jaringan Prasarana Lainnya dalam bentuk Peta titik, garis
dan poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp9.51 juta dan
estimasi durasi 1.24 hari kerja yang memerlukan ahli Geografi/Geodesi.

2.11 Analisis Lingkungan Binaan (Perancangan Perkotaan)


Setelah kerangka utama wilayah perencanaan diisi oleh sumber daya buatan,
langkah selanjutnya adalah merancang desain estetika yakni penataan blok
khususnya di sekitar PPK dan SPPK yang menjadi landmark baru, koridor,
dan/atau kawasan berpemandangan indah yang menjadi elemen
identitas/citra wilayah perencanaan. Data untuk Keperluan Analisis
Lingkungan Binaan (Perancangan Perkotaan) meliputi:
a. Peta Arahan Grid Koefisien Wilayah Terbangun (Hasil Analisis
Kemampuan Lahan)

53
Peta berbentuk poligon 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0 dan
estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari Analisis
Kemampuan Lahan
b. Peta Pusat Pelayanan Sekunder (Hasil Analisis Pusat Pelayanan)
Peta berbentuk titik 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0 dan
estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari Analisis
Pusat Pelayanan.
c. Peta Rencana Trase Jaringan Jalan Sekunder (Hasil Analisis
Transportasi)
Peta berupa garis dan poligon 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp0
dan estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari
Analisis Transportasi.
d. Peta 3D blok bangunan eksisting
Data berupa Gambar desain (*.dwg) dan peta (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp6 juta dan estimasi durasi 0.78 hari kerja yang diperoleh dari
pengolahan peta dasar berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang.
e. Digital Terrain Model (DTM)
Peta berbentuk raster dengan estimasi biaya pendetailan Rp6 juta dan
estimasi durasi 0.78 hari kerja menggunakan data olahan DEM.
f. Digital Surface Model (DSM)
Peta berbentuk raster dengan estimasi biaya Rp6 juta dan estimasi durasi
0.78 hari kerja diperoleh dengan mengolah data arsip Light Imaging Radar
(LIDAR) maupun data fotogrametri yang tersedia.
g. Peta sebaran kegiatan dan infrastruktur utama kota di atas guna lahan
eksisting
Peta berbentuk titik dan garis 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya Rp12
juta dan estimasi durasi 1.56 hari kerja yang diperoleh dari survey
lapangan.
h. Peta dan foto sebaran jalur (path), kawasan (district), tengeran (landmark),
titik (node), tepian (edge) di atas guna lahan eksisting
Peta berbentuk titik, garis, dan poligon yang ditautkan dengan foto
(*.jpeg) dengan estimasi biaya Rp10 juta, estimasi durasi 1.30 hari kerja
yang diperoleh dari survey lapangan.

54
Keluaran Analisis Lingkungan Binaan (Perancangan Perkotaan) meliputi:
a. Peta Kawasan Pelestarian Pelataran Pandang (viewshed) dan
ketentuannya berupa Peta poligon skala 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi
biaya Rp7.64 juta/60 Ha dengan estimasi durasi 1.00 hari kerja yang
memerlukan ahli Arsitek Landscape dan Geografi/Geodesi.
b. Konsep Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang berupa Tabel Nilai
Intensitas (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp20 juta dan estimasi durasi
2.61 hari kerja yang memerlukan ahli PWK, Arsitek, dan Teknik Sipil.
c. Konsep Ketentuan Tata Massa Bangunan Tabel Nilai Tata Bangunan
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp15 juta dan estimasi durasi 1.96 hari
kerja yang melibatkan ahli PWK, Arsitek, dan Teknik Sipil.
d. Rencana jaringan pergerakan baru berestetika yang membentuk citra
kawasan dalam bentuk Peta garis dan poligon skala 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp7.64 juta /25km2 dengan estimas durasi 1.00
hari kerja yang memerlukan ahli Arsitek Landscape, Geografi/Geodesi.
e. Animasi 3D Landmark dan Koridor Prioritas (jika diperlukan) dalam
bentuk gambar desain (*.dwg) dan video (*.avi) dengan estimasi biaya
Rp7.64 juta/60Ha dengan estimasi durasi 1.00 hari kerja/60Ha yang
memerlukan Ahli Desain Komunikasi Visual.
f. Arahan Fasade Bangunan (jika diperlukan) dalam bentuk gambar desain
(*.dwg) dengan estimasi biaya Rp7.64 juta/60 Ha dan estimasi durasi
1.00 hari kerja yang dikerjakan oleh Arsitek.
g. Peta 3D Konsep Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (jika
diperlukan) berupa gambar desain (*.dwg) dan peta skala 1:5.000 (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp8.72 juta/60 Ha dan estimasi durasi 1.14 hari
kerja yang memerlukan Arsitek Landscape dan ahli Geografi/Geodesi.
h. Peta 3D Konsep Ketentuan Tata Massa Bangunan (jika diperlukan)
berupa gambar desain (*.dwg) dan peta skala 1:5.000 (*.shp) dengan
estimasi biaya Rp8.72 juta/60 Ha dengan estimasi durasi 1.14 hari kerja
yang memerlukan Arsitek Landscape dan Geografi/Geodesi.

2.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan


Setelah Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang telah dipilih dan disepakati
dari beragam alternatif konsep rencana yang diajukan, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung kemampuan fiskal daerah untuk membiayai
perwujudannya, sehingga tersaji empat peta pentahapan perwujudan ruang

55
yang jelas setiap lima tahunan mulai penggunaan lahan eksisting sampai
rencana pola ruang disertai volume perwujudan, besaran biaya, dan instansi
pelaksananya. Data untuk Keperluan Analisis Pembiayaan Pembangunan
meliputi:
a. Data dan informasi tentang peluang ekonomi
Data berbentuk Tabel (*.xlsx) dan telaahan (*.pdf) dengan estimasi biaya
Rp12.5 juta dan estimasi durasi 1.63 hari kerja yang bersumber dari
Badan Pusat Statistik dan kajian yang ada.
b. Data kemampuan keuangan pembangunan daerah
Data berbentuk Tabel (*.xlsx) dan telaahan (*.pdf) dengan estimasi biaya
Rp12.5 juta dan estimasi durasi 1.63 hari kerja yang bersumber dari
Badan Pusat Statistik dan kajian yang ada.
Keluaran Analisis Pembiayaan Pembangunan adalah Data dan informasi
tentang peluang ekonomi berbentuk Tabel (*.xlsx) dan telaahan (*.pdf) dengan
estimasi biaya Rp12.5 juta dan estimasi durasi 1.63 hari kerja yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik dan kajian yang ada.

2.13 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang dan
Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang
Langkah ini adalah bagian dari penentuan aturan main (peraturan zonasi) dari
setiap subzona dalam rencana pola ruang, yang keluarannya berupa daftar
kegiatan/perizinan baik saat ini maupun yang akan potensi yang akan
berkembang. Daftar kegiatan terpilih menjadi baris di dalam Matriks ITBX.
Data untuk Keperluan Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini
Berkembang dan Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang meliputi:
a. Data perizinan (spasial dan atribut) dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir
Data berupa Peta poligon perizinan sektoral, bidang tanah, dan KKPR
(*.shp) dengan estimasi biaya Rp5 juta dan estimasi durasi 0.65 hari kerja
yang diperoleh dari Kementerian Investasi/BKPM, Direktorat Jenderal
Tata Ruang – Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanaan
Nasional, dan DPMPTSP provinsi dan kabupaten/kota, serta kajian
terkait.
b. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) paling mutakhir
Data berupa Daftar KBLI (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp0 juta, estimasi
durasi 0 hari kerja dari Badan Pusat Statistik atau dengan mengunduh
dari tautan https://oss.go.id/informasi/kbli-berbasis-risiko.

56
Keluaran Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang
dan Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang yaitu Data perizinan
(spasial dan atribut) dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir berupa Peta poligon
perizinan sektoral, bidang tanah, dan KKPR (*.shp) dengan estimasi biaya Rp5
juta dan estimasi durasi 0.65 hari kerja yang diperoleh dari Kementerian
Investasi/BKPM, Direktorat Jenderal Tata Ruang – Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanaan Nasional, dan DPMPTSP provinsi dan
kabupaten/kota, serta kajian terkait.

2.14 Analisis Karakteristik Peruntukan Zona/Subzona


Sebelum menentukan suatu kegiatan akan diizinkan (I), diizinkan terbatas (T),
bersyarat tertentu (B), atau sepenuhnya dilarang (X) dalam suatu subzona,
harus dideskripsikan terlebih dahulu kualitas lokal minimal yang diharapkan
di setiap subzona. Langkah ini juga menyeleksi poligon mana yang menjadi
blok peruntukan (subzona) yang tersaji sebagai kolom dalam matriks ITBX
atau cukup menjadi baris kegiatan. Data untuk Keperluan Analisis
Karakteristik Peruntukan Zona/Subzona meliputi:
a. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi RTRW
Data berupa Tabel (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp0 juta, estimasi durasi
0 hari kerja dengan mengutip dari Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten/Kota.
b. perubahan penggunaan bangunan dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir
Data berupa Peta-peta poligon 1:5.000 (*.shp) dengan estimasi biaya
Rp23.04 juta dan estimasi durasi 3 hari kerja dapat memanfaatkan
sumber tidak berbayar seperti Google.
c. Standar sektoral terkait kawasan/zona dan aturan mainnya
Data berbentuk Buku (*.pdf) dengan estimasi biaya Rp9.04 juta dan
estimasi durasi 1.18 hari kerja dengan mengunduh peraturan dan
Keputusan Menteri terkait termasuk Estate Regulation dari pengelola
kawasan industri/pariwisata/perumahan/pertambangan/energi.
d. Zona khusus
Data berupa Peta poligon 1:5.000 (*.shp) dan buku (*.pdf) dengan estimasi
biaya Rp10 juta dan estimasi durasi 1.30 hari kerja dengan mengunduh
peraturan dan Keputusan Menteri terkait termasuk Estate Regulation dari
pengelola kawasan industri/pariwisata/perumahan/pertambangan/energi.

57
Keluaran Analisis Karakteristik Peruntukan Zona/Subzona meliputi:
a. Tabel Kriteria Lokal Minimal Subzona
Data berupa Tabel (*.pdf) disertai ilustrasi penampang bangunan untuk
masing-masing subzona dengan estimasi biaya Rp30.56 juta dan
estimasi durasi 3.98 hari kerja yang dikerjakan oleh tenaga ahli
PWK dan arsitek.
b. Delineasi Blok Peruntukan
Data berupa Peta pendetailan delineasi fisik/blok/subblok membatasi
subzona pola ruang skala 1:5.000 berbatas persil, jalan, dan air (*.shp)
dengan estimasi biaya Rp30.56 juta dan estimasi durasi 3.98 hari kerja
yang dikerjakan oleh PWK, Geografi, Geodesi

2.15 Analisis Kesesuaian Kegiatan terhadap Peruntukan/Zona/Subzona


Analisis Kesesuaian Kegiatan terhadap Peruntukan/Zona/Subzona dilakukan
untuk mensimulasi pemenuhan kegiatan-kegiatan terhadap kriteria lokal
minimal setiap subzona. Jika kompatibel maka diizinkan (I), jika mengganggu
namun bisa dibatasi, maka diizinkan terbatas (T), jika tidak bisa dibatasi,
maka diberi persyaratan khusus, maka diizinkan bersyarat tertentu (B), dan
jika tidak bisa diberi pembatasan dan persayarat apapun tetap mengganggu
kriteria lokal minimal, maka kegiatan tersebut dilarang (X). Keluaran dari
analisis ini adalah Matriks ITBX. Data yang diperlukan untuk analisis ini
meliputi:
a. Daftar Kegiatan dan padanannya dengan KBLI (untuk kegiatan berusaha)
Data berupa Tabel Daftar KBLI Digit 5 terpilih (*.xlsx) dengan estimasi
biaya Rp0 juta, estimasi durasi 0 hari kerja
b. Daftar Subzona beserta Kualitas Lokal Minimalnya
Data berupa Tabel (*.docx) disertai sketsa subzona (*.jpeg) dengan
estimasi biaya Rp0, estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan
keluaran dari Analisis Karakteristik Peruntukan Zona/Subzona
c. Konsep Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (Hasil Analisis
Perancangan Perkotaan)
Data berupa Tabel Nilai Intensitas (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp0,
estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari Analisis
Perancangan Perkotaan.

58
d. Konsep Ketentuan Tata Massa Bangunan (Hasil Analisis Perancangan
Perkotaan)
Data berupa Tabel Nilai Tata Bangunan (*.xlsx) dengan estimasi biaya
Rp0 juta, estimasi durasi 0 hari kerja karena merupakan keluaran dari
Analisis Perancangan Perkotaan.

Keluaran dari analisis ini meliputi:


a. Dampak masing-masing kegiatan terhadap masing-masing subzona
dalam bentuk Perhitungan (*.xlsx) dan telaahan (*.docx) dengan estimasi
biaya Rp30.56 juta/25km2 dan estimasi durasi 3.98 hari kerja yang
dikerjakan oleh ahli PWK dan ahli Teknik Lingkungan
b. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan (Matriks ITBX) dan
Ketentuan Khusus berupa Matriks ITBX (*.xlsx) dengan estimasi biaya
Rp30.56 juta/25km2 dan estimasi durasi 3.98 hari kerja yang dikerjakan
oleh ahli PWK
c. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang berupa Tabel Nilai Intensitas
(*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp15juta/25km2 dan estimasi durasi 1.96
hari kerja yang dikerjakan oleh PWK, Arsitek, dan Teknik Sipil
d. Ketentuan Tata Massa Bangunan berupa Tabel Nilai Tata Massa
Bangunan (*.xlsx) dengan estimasi biaya Rp15juta/25km2 dan estimasi
durasi 1.96 hari kerja yang dikerjakan oleh PWK, Arsitek, dan Teknik
Sipil

2.16 Analisis Kelembagaan


Analisis Kelembagaan dilakukan untuk mengukur subyek/pelaku
implementasi perwujudan rencana struktur dan pola ruang, yakni
kelembagaan daerah di wilayah perencanaan dan intervensi apa untuk
mengaktivasi peran stakeholder agar optimal bersinergi mewujudkan ruang
sesuai cita-cita RDTR. Data untuk Keperluan Analisis Kelembagaan meliputi:
a. Kelembagaan penataan ruang formal dan informal skala kabupaten/kota
Data berupa Buku (*pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi informasi
Rp5.17 juta dan estimasi durasi 0.67 hari kerja yang diperoleh dari
peraturan terkait struktur organisasi dan tata kelola perangkat daerah
kabupaten/kota termasuk kelembagaan swasta.
b. Profil pemangku kepentingan yang terkait dengan WP

59
Data berupa Buku (*pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi informasi
Rp5.17 juta dan estimasi durasi 0.67 hari kerja yang diperoleh dari data
struktur organisasi dan tata kelola perangkat daerah kabupaten/kota
termasuk kelembagaan swasta.
Keluaran Analisis Kelembagaan yaitu Profil pemangku kepentingan yang
terkait dengan WP berupa Buku (*pdf) dengan estimasi biaya ekstraksi
informasi Rp5.17 juta dan estimasi durasi 0.67 hari kerja yang diperoleh dari
data struktur organisasi dan tata kelola perangkat daerah kabupaten/kota
termasuk kelembagaan swasta.

60
TABEL TAHAPAN PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS RENCANA DETAIL TATA RUANG DISERTAI ESTIMASI BIAYA DAN DURASI
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
1 Analisis Kedudukan dan Peran WP Dalam Wilayah Yang Lebih Luas
Analisis ini dikenal pula dengan nama analisis regional yang bertujuan untuk “mendaratkan” arahan RTRW dan seluruh kebijakan nasional dan ketetapan sektoral di level
makro dalam rangka menyeleksi titik pusat kegiatan RTRW yang punya prioritas tertinggi untuk diRDTRkan.

Peta (*.shp)
data dan informasi tentang
1:50.000 s/d
kebijakan antara lain RTRW Peta dan Tabulasi kedudukan titik pusat kegiatan RTRW yang akan
1:25.000,
Provinsi/Kabupaten/Kota, 0 0 diRDTRkan dengan wilayah sekitarnya berdasarkan:
Peraturan (*.pdf)
RPJP Kabupaten/Kota dan
dan Tabel (*.pdf
RPJM Kabupaten/Kota
dan *.xlx)

Peta (*.shp)
RDTR kawasan yang
1:5.000, ukuran kawasan Peta 1:25.000 Perencana
bersebelahan dengan
Peraturan (*.pdf) 0 0 permukiman (*.shp) dan 0.53 0.07 Wilayah dan Kota
kawasan perencanaan
dan Tabel (*.pdf perkotaan RTRW; Tabel (*.xlsx) (PWK)
(jika ada)
dan *.xlx)

Peta Poligon Peta 1:25.000


Peta Pola Ruang (RTRW keterkaitan Geografi/
1 1:50.000 s/d 0 0 (*.shp) dan 0.53 0.07
Bersebelahan) fisik/lingkungan; Geologi
1:25.000 (*.shp) Tabel (*.xlsx)

Peta Titik dan


Peta Struktur Ruang keterkaitan sosial- Peta 1:25.000
Garis 1:50.000
(RTRW, RDTR Kaw. 0 0 budaya, dan (*.shp) dan 0.53 0.07 Sosbud
s/d 1:5.000
Bersebelahan) demografi; Tabel (*.xlsx)
(*.shp)

Peta 1:25.000
Buku Tatralok (Tataran Buku
0 0 keterkaitan ekonomi; (*.shp) dan 0.53 0.07 Ekonomi Wilayah
Transportasi Lokal) (*.pdf)
Tabel (*.xlsx)

RIPIDA (Rencana Induk Peta 1:25.000


Buku keterkaitan jaringan
Pengembangan Industri 0 0 (*.shp) dan 0.53 0.07 Teknik Sipil
(*.pdf) prasarana;
Daerah) Tabel (*.xlsx)

61
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)

RIPARDA atau RIPPDA


Peta 1:25.000
(Rencana Induk Buku keterkaitan HANKAM;
0 0 (*.shp) dan 0.53 0.07 Hukum
Pengembangan Pariwisata (*.pdf) dan
Tabel (*.xlsx)
Daerah)

Telaahan
Estimasi pendanaan. 0.53 0.07 Ekonomi Wilayah
(*.docx)
Peta Garis
Peta Garis Trase
Pemetaan Proyek Strategis Trase dan
dan Poligon Geografi/
Nasional (PSN)/tiap satu 5 0.65 Peta PSN Poligon 0.53 0.07
Kawasan 1:25.000 Geodesi
PSN Kawasan
s/d 1:5.000 (*.shp)
1:5.000 (*.shp)

Area of Interest (AoI) Peta Poligon


dan skenario sebaran berbentuk
Geografi/
Citra Satelit Resolusi kotak 0.53 0.07
Geodesi
Tinggi (CSRT) yang 1:25.000
akan dipesan (*.shp)

2 Delineasi WP
Setelah titik pusat kegiatan prioritas RTRW terpilih, maka tujuan dilakukannya delineasi adalah meciptakan WP wilayah perencanaan yang kompak dengan batas fisik yang jelas
di lapangan dan mampu dilalui dengan berjalan kaki. Idealnya Setiap delineasi WP seluas 2.500 Ha (5 km x 5 km) dengan proyeksi penduduk mencapai 480.000 jiwa dilayani oleh
satu titik pusat pelayanan kota/perkotaan (PPK).

Area of Interest (AoI) dan


Peta raster
skenario sebaran Citra Peta Poligon Pola
dan poligon PWK, Geografi/
Satelit Resolusi Tinggi berbentuk kotak 0 0 Persebaran/Kepadatan 20.37 2.66
1:5.000 Geodesi
(CSRT) yang akan dipesan 1:25.000 (*.shp) Penduduk
(*.shp)
(Hasil Analisis Regional)

Peta 8 (delapan) Delineasi WP


Peta Rupa Bumi Peta PWK, Geografi/
unsur RBI 5 0.65 (Dapat dipetakan 20.37 2.66
(RBI)1:25.000 Poligon Geodesi
1:25.000 (*.shp) pembagian delineasi

62
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
WP beserta tahapan 1:5.000
penyusunannya, jika (*.shp)
dinilai terlalu luas dan
Peta Poligon melebihi kapasitas
Peta Penggunaan Lahan 4 0.52 anggaran tahunan) 0.00
1:25.000 (*.shp)

Peta Titik, Garis,


Peta Sebaran Aktivitas (Big Poligon (*.shp)
8 1.04 0.00
Data) 1:25.000 s/d
1:5.000
Peta Raster Spot
Peta Sebaran Penduduk 7.65 1.00 0.00
Hunian
Peta Poligon Geografi/
Batas Administrasi 0 0 0.00
(*.shp) Geodesi
3 Analisis Penggunaan Lahan
Pada delineasi WP yang telah ditentukan, kemudian dilakukan analisis penggunaan lahan yang bertujuan memetakan kondisi baseline perencanaan serta kecenderungan perubahan
fungsi ruang (khususnya ekspansi kawasan terbangun) dalam kurun waktu tertentu baik secara alamiah maupun dengan simulasi sebaran penduduk, perubahan nilai tanah, dan
ekonomi makro.

Delineasi WP (Hasil Proses Peta Poligon


0 0 Peta Dasar Garis
Delineasi) 1:5.000 (*.shp) Peta 8
Skala 1:5.000 dari
(delapan)
CSRT
unsur RBI 61.12 7.97 Geografi/
terorthorektifikasi
1:5.000 Geodesi
Citra Satelit Resolusi Peta Raster sesuai standar (per
8.33 1.09 (*.shp)
Tinggi (CSRT) per 25km2 (*.geotiff) 25km2)

Digital Elevation Model


Peta Raster 4.17 0.54
(DTM atau DSM)
Peta Perubahan Peta-peta
Penggunaan Lahan poligon
13.58 1.77 PWK, Geografi/
dalam 10 (sepuluh) 1:5.000
Geodesi
CSRT, Peta RBI, dan/atau tahun terakhir (*.shp)
Peta 1:5.000
Peta Dasar Lainnya time 8.33 1.09
(*.shp)
series per 25km2

63
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Peta Intensitas dan Tata Peta 1:5.000
10 1.30 Peta poligon
Bangunan Eksisting (*.shp)
Neraca kesesuaian 1:5.000 PWK, Geografi/
13.58 1.77
penggunaan lahan (*.shp) dan Geodesi
Peta Guna Bangunan Peta 1:5.000
10 1.30 telaahan
Eksisting (*.shp)
(*.docx)
Peta 1:5.000 Peta poligon
Peta Bidang Tanah/P4T 4.17 0.54
(*.shp) 1:5.000
Neraca Ketersediaan (*.shp) dan
13.58 1.77 Geografi/
Peta Izin Pemanfaatan Peta 1:5.000 tanah telaahan
4.17 0.54 Geodesi
Ruang (*.shp) (*.docx)

4 Analisis Ekonomi
Tujuan analisis ini adalah menghitung potensi ekonomi eksisting dan tambahan pertambahan ekonomi yang dapat dimanfaatkan dengan disusunnya RDTR, baik basis ekonomi
dan sektor unggulan, ekonomi makro, dan peningkatan nilai lahan.

Peta Pusat-Pusat
Peta titik
Data PDRB Tabel (*.xlsx) 3.13 0.41 Kegiatan Ekonomi,
dan poligon
Sektor/Komoditas, PWK, Ekonomi
(1:5.000)
dan Besarannya 30.56 3.98 Wilayah,
Geografi
Peta Zona Nilai Tanah Peta poligon
3.13 0.41
(ZNT) 1:5.000 (*.shp)

Peta titik dan


Peta Sumber Daya
poligon 1:50.000
Mineral, Batubara, Panas 3.13 0.41 0.00
s/d 1:5.000
Bumi
(*.shp)

Peta sawah
Data dan Peta LP2B atau
update lapangan 3.13 0.41 0.00
Lahan Baku Sawah (LBS)
1:5.000 (*.shp)
Tabel
Data Sentra IKM berkoordinat 3.13 0.41 0.00
(*.xlsx)
Tabel Skenario Pertumbuhan
Data dan Peta Lokasi
berkoordinat Ekonomi Telaahan
Industri, Perdagangan dan 3.13 0.41 3.98
(*.xlsx) dan peta (*.docx) 30.56 Ekonomi
Jasa
(*.shp) Wilayah

64
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Tabel
Data dan peta lokasi
berkoordinat
pariwisata dan cagar 3.13 0.41
(*.xlsx) dan peta
budaya
(*.shp

Data produksi dan luas Tabel


area sektor ekonomi berkoordinat 3.13 0.41
lainnya (*.xlsx)
5 Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya
Setelah skenario pertumbuhan ekonomi telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung proyeksi penduduk baik secara alamiah, maupun rekayasa pertumbuhan
penduduk sesuai dengan skenario ekonomi tersebut. Pada analisis ini juga dikaji bagaimana masyarakat lokal memaknai ruang dari perspektif adat/budaya dan Sejarah yang
menjadi identitas masyarakat dan wilayah perencanaan.
Peta Skenario Tabel Telaahan
Pertumbuhan Ekonomi (*.xlsx) dan peta 0 0
(Hasil Analisis Ekonomi) (*.shp)

Jumlah Penduduk (time peta


Tabel (*.xlsx) 6.25 0.81 Peta Skenario poligon
series) 40.75 5.31
Pertumbuhan Penduduk 1:5.000 PWK, Geografi,
(*.shp) Sosbud
Struktur Demografi Telaahan (*.pdf) 6.25 0.81

Dinamika Pertumbuhan
Telaahan (*.pdf) 6.25 0.81
Penduduk

peta lokasi bangunan Peta Cagar Budaya peta


bersejarah dan bernilai dan/atau arahan poligon Geografi,
peta (*.shp) 6.25 0.81 10 1.30
pusaka budaya, dari Koridor Pelestarian 1:5.000 Sosbud
instansi terkait Warisan Budaya (*.shp)

6 Analisis Potensi, Masalah, dan Tema Pengembangan WP


Setelah memetakan arahan makro, melihat kecenderungan perubahan lahan, perumusan ekonomi, proyeksi penduduk beserta karakter sosial budayanya, maka langkah
selanjutnya adalah merumuskan isu strategis yang berujung pada penentuan visi wilayah perencanaan dan rumusan indikator-indikator pengembangannya.
Neraca kesesuaian
Tabulasi dan skoring
penggunaan lahan dan
potensi,
Ketersediaan tanah (Hasil Peta 1:5.000 Tabel
permasalahan,
Analisis Penggunaan (*.shp) dan 0 0 penilaian 10.19 1.33 PWK
peluang, dan
Lahan) Telaahan (*.pdf) (*.xlsx)
tantangan
pembangunan WP

65
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
aspirasi masyarakat,
termasuk pelaku usaha
peta potensi,
dan komunitas adat serta
permasalahan, Telaahan
informasi terkait potensi Kuesioner
5.56 0.72 peluang, dan (*.docx) dan 10.19 1.33 PWK, Sosbud
dan masalah penataan (*.pdf)
tantangan Peta (*.shp)
ruang (per 25km2)
pembangunan WP

kondisi dan jenis guna


lahan/bangunan,
intensitas ruang, serta
konflik-konflik
Foto/sketsa
pemanfaatan ruang (jika
(*.jpeg) dalam
ada), maupun Tema Pengembangan
Tabel jenis guna Telaahan
infrastruktur perkotaan 5.56 0.72 dan Tujuan Penataan 10.19 1.33 PWK
lahan (*.docx) (*.docx)
yang didapat melalui Ruang
dan koordinat
metode observasi lapangan
(*.shp)
(per 25km2)

Foto/sketsa
kondisi fisik dan sosial
(*.jpeg) dalam
ekonomi WP secara
Tabel kondisi
langsung melalui
fisik, sosial, Planning knowledge
kunjungan ke semua
ekonomi (*.docx) berupa Indikator Telaahan PWK, Ekonomi
bagian dari wilayah 5.56 0.72 10.19 1.33
dan koordinat Kinerja WP yang (*.docx) Wilayah
kabupaten/kota (per
(*.shp) terukur
25km2)

7 Analisis Fisik/Kemampuan Lahan


Analisis ini bertujuan untuk mengklasifikasi kondisi fisik wilayah perencanaan ke dalam kelas lindung, budidaya terbatas, sampai hunian yang aman sekaligus menetapkan
toleransi jumlah penduduk (jiwa) dalam kelas-kelas tersebut serta dalam setiap piksel/grid/blok peta daya tampung. Dalam peta grid tersebut dapat terlihat grid mana yang
sudah terlampaui, grid mana yang dapat dikembangkan secara terbatas, dan grid mana yang masih dapat dioptimalkan.
Geologi,
Peta Skenario Proyeksi Geografi/
Penduduk (Analisis Peta Kemampuan Geodesi
peta (*.shp) 0 0 peta 30.56 3.98
Kependudukan dan Sosial Lahan
poligon
Budaya)
1:5.000
(*.shp)

66
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Peta garis
kontur (*.shp)
Peta Ketinggian Lahan dan Peta Raster 2.94 0.38
1:50.000 s/d
1:5.000
Peta Raster dan
Peta Kelerengan
poligon 1:25.000 2.94 0.38
(Kemiringan Lahan)
s/d 1:5.000 (*.shp)
Peta
Peta Geologi poligon 1:50.000 2.94 0.38
(*.shp)

Peta Jenis Tanah (Skala Peta poligon


2.94 0.38
Semi Detail) 1:50.000 (*.shp)

Peta Sistem Lahan Peta poligon


2.94 0.38
(Geomorfologi) 1:25.000 (*.shp)

Peta
Peta Rata-rata Curah Geologi,
poligon 1:50.000 2.94 0.38 peta
Hujan Tahunan Klimatologi
(*.shp) poligon
Peta Daya Tampung 30.56 3.98 Hidrologi,
1:5.000
Peta raster dan Geografi/
Peta Kawasan Rawan (*.shp)
poligon 1:25.000 2.94 0.38 Geodesi
Bencana (KRB)
(*.shp)
Peta
Peta Penggunaan Lahan
poligon 1:5.000 2.94 0.38
Eksisting
(*.shp)
Geologi,
Klimatologi
Peta Hidrologi (Sumber Peta poligon
2.94 0.38 3.98 Hidrologi,
Daya Air Permukaan) 1:25.000 (*.shp)
Geografi/
peta
poligon Geodesi
Peta Mitigasi Bencana 1:5.000 30.56
Peta Batas Daerah Aliran Peta poligon
2.94 0.38 (*.shp)
Sungai (DAS) 1:25.000 (*.shp)

Peta
Peta Hidrogeologi poligon 1:25.000 2.94 0.38
(*.shp)

67
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Peta
poligon 1:250.000
Peta Kawasan Hutan 2.94 0.38
s/d 1:50.000
(*.shp)

Buku IKPLHD (Informasi


Kinerja Lingkungan Hidup
Buku (*.pdf) 2.94 0.38
Daerah) /SLHD (Status
Lingkungan Hidup Daerah)

RPBD (Rencana
Penanggulangan Bencana Buku (*.pdf) 2.94 0.38 Ilmu/Teknik
Daerah) Lingkungan,
Peta Arahan Grid Geologi, Geografi/
Peta
Rencana Kontijensi Koefisien Wilayah 30.56 3.98 Geodesi
Buku (*.pdf) 2.94 0.38 poligon
Bencana Terbangun
1:5.000
(*.shp)
Gambar desain
Masterplan RTH (Ruang
(*.dwg) dan buku 2.94 0.38
Terbuka Hijau)
rencana (*.pdf)

Pola dan Rencana


Pengelolaan SDA Wilayah Buku (*.pdf) 2.94 0.38
Sungai

8 Analisis Pusat Pelayanan


Analisis ini bertujuan untuk mengklasifikasi kinerja pusat-pusat aktivitas yang memiliki hierarki paling tinggi (pusat pelayanan kota), menengah (sub pusat pelayanan kota),
dan terrendah (pusat lingkungan) dari kelengkapan fasilitasnya, bangkitan, dan tarikan lalu lintas, serta menyiapkan pusat-pusat baru berdasarkan grid daya tampung hasil
analisis fisik/kemampuan lahan sehingga tercipta pusat-pusat pelayanan baru yang menjangkau wilayah perencanaan, sub wilayah perencanaan, sampai blok dengan lebih
optimal, lebih merata dan berhierarki.

Peta Arahan Grid Koefisien


Peta
Wilayah Terbangun (Hasil
poligon 1:5.000 0 0
Analisis Kemampuan
(*.shp) Tabulasi Penilaian
Lahan) Tabel
Hierarki Pusat 12.22 1.59 PWK
analisis
Pelayanan Eksisting
(*.xlsx)
Peta
Peta penggunaan fungsi
poligon 1:5.000 7 0.91
bangunan
(*.shp)

68
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)

Peta jaringan jalan Peta garis dan Peta titik


Peta Hierarki Pusat PWK, Geografi/
(kedalaman jalan lokal dan poligon 1:5.000 7 0.91 1:5.000 12.22 1.59
Pelayanan Eksisting Geodesi
jalan lingkungan) (*.shp) (*.shp)

Peta Rencana Titik


Pusat Pelayanan Kota;
Data dan peta sebaran Peta titik
Peta titik 1:5.000 Titik Sub Pusat PWK, Geografi/
fasum dan fasos (data 7 0.91 1:5.000 12.22 1.59
(*.shp) Pelayanan Kota; dan Geodesi
toponim) (*.shp)
Titik Pusat
Lingkungan

Peta Rencana Peta poligon


Data dan peta sebaran Peta titik 1:5.000 PWK, Geografi/
7 0.91 Delineasi SWP dan 1:5.000 12.22 1.59
fasilitas komersial (*.shp) Geodesi
Blok (*.shp)

Data/peta status Peta Kinerja dan Peta garis PWK, Teknik


Peta poligon
penguasaan dan pemilikan 7 0.91 Kapasitas Arus Lalu 1:5.000 10.19 1.33 Sipil, Geografi/
1:5.000 (*.shp)
tanah Lintas Harian (*.shp) Geodesi

9 Analisis Transportasi
Setelah titik pusat pelayanan yang berhierarki dan merata telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menghubungkan pusat-pusat tersebut dengan rencana jaringan
pergerakan yang juga berhierarki dan pemilihan moda transportasi yang paling efisien.
• Bangkitan dan
Tarikan dari
Peta garis dan pusat eksisting
poligon dan dari
Peta Arahan Grid Koefisien 1:5.000 rencana pusat
Kerangka Makro
Wilayah Terbangun (Hasil Peta poligon (*.shp) pelayanan PWK, Arsitek,
0 0 Sirkulasi dan Estetika 10.19 1.33
Analisis Kemampuan 1:5.000 (*.shp) dan • Matriks Asal Teknik Sipil
Kota
Lahan) Gambar Tujuan (Origin-
desain Destination)
(*.dwg) dapat dibantu
Network
Analyst GIS
Peta garis • Volume
Peta Pusat Pelayanan Capacity
Peta titik 1:5.000 Arteri Sekunder/ dan poligon PWK, Arsitek,
Sekunder (Hasil Analisis 0 0 Ratio (VCR) 10.19 1.33
(*.shp) Sejenis 1:5.000 Teknik Sipil
Pusat Pelayanan) ruas jalan
(*.shp)

69
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Peta garis eksisting dan
Peta Capaian dan Peta garis dan rencana
Kolektor dan poligon PWK, Arsitek,
Pengembangan Jaringan poligon 1:5.000 8.33 1.09 • Kecepatan 10.19 1.33
Sekunder/Sejenis 1:5.000 Teknik Sipil
Jalan (*.shp) Arus Jalan
(*.shp)
• Kapasitas
Peta garis Jalan
Peta Prasarana Peta titik, garis dan
Lokal dan poligon • Derajat PWK, Arsitek,
Transportasi Darat, Laut, poligon 1:5.000 8.33 1.09 10.19 1.33
Sekunder/Sejenis 1:5.000 Kejenuhan Teknik Sipil
dan Udara (*.shp)
(*.shp)
• Pemilihan
Rute atau
jalan baru
Peta garis (network
Lingkungan
Peta Jalur Pejalan Kaki Peta garis dan poligon analyst GIS) PWK, Arsitek,
8.33 1.09 Sekunder/ 10.19 1.33
dan Sepeda 1:5.000 (*.shp) 1:5.000 • Perencanaan Teknik Sipil
Sejenis
(*.shp) Hierarki
Jalan (PP
34/2006)
Peta titik dan Simulasi
Peta titik dan
Peta Lokasi Parkir on street Infrastruktur dan garis Pemilihan
poligon 1:5.000 8.33 1.09 10.19 1.33 Teknik Sipil
dan off street Moda Transportasi 1:5.000 Moda
(*.shp)
(*.shp)
10 Analisis Sumber Daya Buatan
Setelah rencana struktur ruang utama kota terbentuk berupa titik pusat pelayanan dan jaringan pergerakannya, langkah selanjutnya adalah “mengisi kerangka kosong”
tersebut dengan “daging” kebutuhan fasos/fasum, perdagangan jasa, ruang terbuka, dan jaringan prasarana yang luas, panjang, dan radiusnya mampu menjangkau proyeksi
penduduk yang telah ditetapkan pada analisis kependudukan.
Proyeksi
Peta Arahan Grid kebutuhan
Tabel proyeksi Tabel
Koefisien Wilayah Peta poligon jaringan
0 0 kebutuhan analisis 8 1.04 PWK
Terbangun (Hasil Analisis 1:5.000 (*.shp) prasarana, luas
Perumahan (*.xlsx)
Kemampuan Lahan) dan radius zona-
zona budidaya
berdasarkan
proyeksi
Peta Pusat Pelayanan Tabel proyeksi Tabel
Peta titik penduduk
Sekunder (Hasil Analisis 0 0 kebutuhan Sarana analisis 8 1.04 PWK
1:5.000 (*.shp) menggunakan
Pusat Pelayanan) Pelayanan Umum (*.xlsx)
SNI 03-1733-
2004 Tata Cara

70
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Perencanaan
Peta Rencana Trase Lingkungan
Peta garis dan Tabel proyeksi Tabel Perumahan di
Jaringan Jalan Sekunder
poligon 1:5.000 0 0 kebutuhan analisis Perkotaan 8 1.04 PWK
(Hasil Analisis
(*.shp) Perdagangan dan Jasa (*.xlsx)
Transportasi)

Peta titik dan Tabel proyeksi Tabel


Peta Sebaran Tipologi
poligon 1:5.000 6 0.78 kebutuhan analisis 8 1.04 PWK
Perumahan
(*.shp) Perkantoran (*.xlsx)
Peta titik dan Tabel proyeksi Tabel
Peta Permukiman Kumuh poligon 1:5.000 5 0.65 kebutuhan RTH dan analisis 8 1.04 PWK
(*.shp) RTNH (*.xlsx)
Peta titik, garis,
Tabel proyeksi Tabel
dan poligon
Peta Jaringan Air Minum 4.67 0.61 kebutuhan Zona analisis 8 1.04 PWK
1:5.000
Khusus (*.xlsx)
(*.shp)
Peta titik, garis,
Tabel proyeksi Tabel
dan poligon PWK, Geologi,
Peta Jaringan Listrik 4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04
1:5.000 Teknik Elektro
energi; (*.xlsx)
(*.shp)
Peta titik, garis,
Tabel proyeksi Tabel
Peta Jaringan dan poligon PWK, Geologi,
4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04
Telekomunikasi 1:5.000 Teknik Elektro
telekomunikasi; (*.xlsx)
(*.shp)
Peta titik, garis,
Tabel proyeksi Tabel PWK, Geologi,
Peta Jaringan Pengelolaan dan poligon
4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04 Teknik Sipil/
Air Limbah 1:5.000
sumber daya air; (*.xlsx) Hidrologi
(*.shp)
Peta titik, garis,
Tabel proyeksi Tabel
Peta Jaringan dan poligon PWK, Teknik
4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04
Persampahan 1:5.000 Lingkungan
air minum; (*.xlsx)
(*.shp)
Tabel proyeksi
Peta titik, garis, kebutuhan jaringan
Tabel
Peta Jaringan Sumber dan poligon air limbah dan PWK, Teknik
4.67 0.61 analisis 8 1.04
Daya Air 1:5.000 pengelolaan limbah Lingkungan
(*.xlsx)
(*.shp) bahan berbahaya dan
beracun (B3);
Peta titik Tabel proyeksi Tabel PWK, Geologi,
Peta Jaringan Drainase dan garis 1:5.000 4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04 Teknik Sipil/
(*.shp) drainase; (*.xlsx) Hidrologi

71
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Peta titik Tabel proyeksi Tabel
PWK, Teknik
Peta Prasarana Lainnya dan garis 1:5.000 4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04
Lingkungan
(*.shp) persampahan; dan (*.xlsx)
Peta titik, garis,
Tabel proyeksi Tabel
dan poligon PWK, Geologi,
Peta Fasilitas Kesehatan 4.67 0.61 kebutuhan jaringan analisis 8 1.04
1:5.000 Teknik Sipil
prasarana lainnya. (*.xlsx)
(*.shp)
Peta titik, garis, Integrasi dan
Peta poligon
dan poligon simulasi PWK, Geografi/
Peta Fasilitas Pendidikan 4.67 0.61 Peta Zona Perumahan 1:5.000 9.51 1.24
1:5.000 kebutuhan Geodesi
(*.shp)
(*.shp) jaringan
Peta titik, garis, prasarana,
Peta poligon
dan poligon Peta Zona Sarana luas dan PWK, Geografi/
Peta Fasilitas Peribadatan 4.67 0.61 1:5.000 9.51 1.24
1:5.000 Pelayanan Umum radius zona- Geodesi
(*.shp)
(*.shp) zona budidaya
Peta titik, garis, pada peta
Peta poligon dasar dan peta
Peta Fasilitas Kebudayaan dan poligon Peta Zona PWK, Geografi/
4.67 0.61 1:5.000 tematik 9.51 1.24
dan Rekreasi 1:5.000 Perdagangan dan Jasa Geodesi
(*.shp)
(*.shp)
Peta titik, garis,
Peta Fasilitas Peta poligon
dan poligon PWK, Geografi/
Pemerintahan dan 4.67 0.61 Peta Zona Perkantoran 1:5.000 9.51 1.24
1:5.000 Geodesi
Pelayanan Umum (*.shp)
(*.shp)
Peta titik, garis,
Peta poligon Arsitek,
Peta Fasilitas Pertahanan dan poligon Peta Zona RTH dan
4.67 0.61 1:5.000 9.51 1.24 Geografi/
dan Keamanan 1:5.000 RTNH
(*.shp) Geodesi
(*.shp)
Peta titik dan Peta poligon
Peta Sebaran Ruang PWK, Geografi/
poligon 1:5.000 4.67 0.61 Peta Zona Khusus 1:5.000 9.51 1.24
Terbuka Hijau Publik Geodesi
(*.shp) (*.shp)
Peta titik,
Peta titik dan garis dan Teknik
Peta Sebaran Ruang Peta Rencana
poligon 1:5.000 4.67 0.61 poligon 9.51 1.24 Sipil, Geografi/
Terbuka non Hijau Jaringan Transportasi;
(*.shp) 1:5.000 Geodesi
(*.shp)
Peta titik,
Gambar desain Geologi, Teknik
garis dan
Masterplan RTH (Ruang (*.dwg), buku Peta Rencana Elektro,
4.67 0.61 poligon 9.51 1.24
Terbuka Hijau) (*.pdf), dan peta Jaringan Energi; Geografi/
1:5.000
sebaran (*.shp) Geodesi
(*.shp)

72
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Peta titik,
Gambar desain
Peta Rencana garis dan Teknik Elektro,
(*.dwg), buku
Masterplan Drainase 4.67 0.61 Jaringan poligon 9.51 1.24 Geografi/
(*.pdf), dan peta
Telekomunikasi; 1:5.000 Geodesi
(*.shp)
(*.shp)
Peta titik,
Teknik
Peta Rencana garis dan
Sipil/Hidrologi,
Buku Putih Sanitasi Buku (*.pdf) 4.67 0.61 Jaringan Sumber poligon 9.51 1.24
Geografi/
Daya Air; 1:5.000
Geodesi
(*.shp)
Peta titik,
Gambar desain Teknik
RISPAM (Rencana Induk garis dan
(*.dwg), buku Peta Rencana Lingkungan,
Pengembangan Sistem 4.67 0.61 poligon 9.51 1.24
(*.pdf), dan peta Jaringan Air Minum; Geografi/
Penyediaan Air Minum) 1:5.000
(*.shp) Geodesi
(*.shp)
RP3KP (Rencana
Pembangunan dan
Pengembangan Peta Rencana
Peta titik,
Perumahan dan Kawasan Gambar desain Jaringan Air Limbah Teknik
garis dan
Permukiman) dan (*.dwg), buku dan Pengelolaan Lingkungan,
4.67 0.61 poligon 9.51 1.24
RP2KPKP (Rencana (*.pdf), dan peta Limbah Bahan Geografi/
1:5.000
Pencegahan dan (*.shp) Berbahaya dan Geodesi
(*.shp)
Peningkatan Kualitas Beracun (B3);
Permukiman Kumuh
Perkotaan)
Gambar desain Peta titik dan Teknik
(*.dwg), buku Peta Rencana garis Sipil/Hidrologi,
Masterplan Persampahan 4.67 0.61 9.51 1.24
(*.pdf), dan peta Jaringan Drainase; 1:5.000 Geografi/
(*.shp) (*.shp) Geodesi
Peta titik,
Peta Rencana garis dan
RUPTL (Rencana Usaha buku (*.pdf) Geografi/
0 0 Jaringan poligon 9.51 1.24
Penyediaan Tenaga Listrik) Geodesi
Persampahan; dan 1:5.000
(*.shp)
Peta Rencana
Jaringan Prasarana Peta titik dan
Lainnya. garis
1:5.000 Geografi/
9.51 1.24
(*.shp) Geodesi

73
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
11 Analisis Lingkungan Binaan (Perancangan Perkotaan)
Setelah kerangka utama wilayah perencanaan diisi oleh sumber daya buatan, langkah selanjutnya adalah merancang desain estetika yakni penataan blok khususnya di sekitar
PPK dan SPPK yang menjadi landmark baru, koridor, dan/atau kawasan berpemandangan indah yang menjadi elemen identitas/citra wilayah perencanaan.
Peta Arahan Grid Peta Kawasan Arsitek
Peta poligon
Koefisien Wilayah Peta poligon Pelestarian Pelataran Landscape,
0 0 1:5.000 7.64 1.00
Terbangun (Hasil Analisis 1:5.000 (*.shp) Pandang (viewshed) Geografi/
(*.shp)
Kemampuan Lahan) dan ketentuannya Geodesi

Peta Pusat Pelayanan Konsep Ketentuan Tabel Nilai


Peta titik 1:5.000 PWK, Arsitek,
Sekunder (Hasil Analisis 0 0 Intensitas Intensitas 20 2.61
(*.shp) Teknik Sipil
Pusat Pelayanan) Pemanfaatan Ruang (*.xlsx)

Peta Rencana Trase


Peta garis dan Tabel Nilai Tata
Jaringan Jalan Sekunder Konsep Ketentuan PWK, Arsitek,
poligon 1:5.000 0 0 Bangunan 15 1.96
(Hasil Analisis Tata Massa Bangunan Teknik Sipil
(*.shp) (*.xlsx)
Transportasi)

Rencana jaringan
Peta garis Arsitek
Gambar desain pergerakan baru
Peta 3D blok bangunan dan poligon Landscape,
(*.dwg) dan peta 6 0.78 berestetika yang 7.64 1.00
eksisting 1:5.000 Geografi/
(*.shp) membentuk citra
(*.shp) Geodesi
kawasan
Gambar
Animasi 3D Landmark Desain
desain
Digital Terrain Model (DTM) Peta raster 6 0.78 dan Koridor Prioritas 7.64 1.00 Komunikasi
(*.dwg) dan
(jika diperlukan) Visual
video (*.avi)

Arahan Fasade Gambar


Digital Surface Model
Peta raster 6 0.78 Bangunan (jika desain 7.64 1.00 Arsitek
(DSM)
diperlukan) (*.dwg)

Gambar
Peta sebaran kegiatan dan Peta 3D Konsep desain Arsitek
Peta titik dan
infrastruktur utama kota Ketentuan Intensitas (*.dwg) dan Landscape,
garis 1:5.000 12 1.56 8.72 1.14
di atas guna lahan Pemanfaatan Ruang peta Geografi/
(*.shp)
eksisting (jika diperlukan) 1:5.000 Geodesi
(*.shp)

74
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)

Gambar
Peta dan foto sebaran jalur Peta titik, garis,
Peta 3D Konsep desain Arsitek
(path), kawasan (district), dan poligon
Ketentuan Tata Massa (*.dwg) dan Landscape,
tengeran (landmark), titik ditautkan 10 1.30 8.72 1.14
Bangunan (jika peta Geografi/
(node), tepian (edge) di dengan foto
diperlukan) 1:5.000 Geodesi
atas guna lahan eksisting (*.jpeg)
(*.shp)

12 Alternatif Konsep Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang


Langkah ini dilakukan dengan menghadirkan alternatif lain konsep, misalnya dengan penambahan pusat pelayanan baru yang akan berkonsekuensi menambah jaringan pergerakan dan sumber
daya buatan, serta mengubah skenario daya dukung-daya tampung. Alternatif-alternatif tersebut diseleksi berdasarkan Tingkat efisiensi dalam pemenuhan indikator pengembangan WP dan
pemenuhan toleransi daya tampung, sampai dihasilkan Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Final.
Peta-peta
titik, garis,
dan poligon
Hasil Simulasi 1:5.000
Semua hasil analisis 1 – Alternatif Rencana (*.shp),
0 0 60 7.82 PWK
11 di atas Struktur Ruang dan pemenuhan
Rencana Pola Ruang indikator
(*.xlsx) dan
telaahan
(*.docx)

13 Analisis Pembiayaan Pembangunan


Setelah Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menghitung kemampuan fiskal daerah untuk membiayai perwujudannya,
sehingga tersaji empat peta pentahapan perwujudan ruang yang jelas setiap lima tahunan mulai penggunaan lahan eksisting sampai rencana pola ruang disertai volume
perwujudan, besaran biaya, dan instansi pelaksananya
Kecenderungan
kemampuan
pembiayaan
pemerintah yang Perhitungan
Ekonomi
bersumber dari dana (*.xlsx) dan
12.22 1.59 Wilayah,
APBN dan ABPD telaahan
Hukum
untuk membiayai (*.docx)
Data dan informasi Tabel (*.xlsx) dan
12.5 1.63 program dan kegiatan
tentang peluang ekonomi telaahan (*.pdf)
yang terkait dengan
penataan ruang
Ekonomi
Dampak bagi fiskal Perhitungan
Wilayah,
pemerintah daerah (*.xlsx) dan
12.22 1.59 Hukum,
berdasarkan telaahan
Geodesi
perubahan nilai lahan (*.docx)
(Pertanahan)

75
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Kebutuhan Ekonomi
Perhitungan
pembiayaan Wilayah,
(*.xlsx) dan
pembangunan 12.22 1.59 Teknik Sipil,
telaahan
berdasarkan hasil Geodesi
(*.docx)
proyeksi/estimasi (Pertanahan)
Gap antara
Ekonomi
kemampuan Perhitungan
Wilayah,
data kemampuan pembiayaan dengan (*.xlsx) dan
Tabel (*.xlsx) dan 12.22 1.59 Teknik Sipil,
keuangan pembangunan 12.5 1.63 kebutuhan telaahan
telaahan (*.pdf) Geodesi
daerah pembiayaan (*.docx)
(Pertanahan)
pembangunan
Ketentuan
Pemanfaatan Ruang Tabel
PWK, Ekonomi
yang telah dilengkapi Indikasi
12.22 1.59 Wilayah,
dengan potensi Program
Teknik Sipil
sumber pendanaan (*.xlsx)
untuk setiap program
14 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang dan Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang
Langkah ini adalah bagian dari penentuan aturan main (peraturan zonasi) dari setiap subzona dalam rencana pola ruang, yang keluarannya berupa daftar kegiatan/perizinan
baik saat ini maupun yang akan potensi yang akan berkembang. Daftar kegiatan terpilih menjadi baris di dalam Matriks ITBX.

Peta poligon
perizinan sektoral,
Data perizinan (spasial 5 0.65 3.98 PWK, Hukum
bidang tanah, dan
dan atribut) dalam 10
KKPR (*.shp)
(sepuluh) tahun terakhir

Tabel
Daftar KBLI
Daftar Kegiatan dan
Digit 5
padanannya dengan 30.56
terpilih
KBLI (untuk kegiatan
(*.xlsx)
berusaha)
Klasifikasi Baku Lapangan
Daftar KBLI
Usaha Indonesia (KBLI) 0 0
(*.pdf)
paling mutakhir

76
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
15 Analisis Karakteristik Peruntukan Zona/Subzona
Sebelum menentukan suatu kegiatan akan diizinkan (I), diizinkan terbatas (T), bersyarat tertentu (B), atau sepenuhnya dilarang (X) dalam suatu subzona, harus dideskripsikan
terlebih dahulu kualitas lokal minimal yang diharapkan di setiap subzona. Langkah ini juga menyeleksi poligon mana yang menjadi blok peruntukan (subzona) yang tersaji sebagai
kolom dalam matriks ITBX atau cukup menjadi baris kegiatan.
Peta Blok
Ketentuan Umum Subzona
Tabel (*.pdf) 0 0
Peraturan Zonasi RTRW 1:5.000
Delineasi Blok berbatas
30.56 3.98 PWK, Geografi,
perubahan penggunaan Peruntukan persil,
Peta-peta poligon Geodesi
bangunan dalam 10 23.04 3.00 jalan, dan
1:5.000 (*.shp) air (*.shp)
(sepuluh) tahun terakhir

Tabel
Standar sektoral terkait
(*.docx)
kawasan/zona dan aturan Buku (*.pdf) 9.04 1.18
Daftar Subzona disertai
mainnya
beserta Kualitas Lokal sketsa 30.56 3.98
PWK, Arsitek
Peta poligon Minimalnya subzona
Zona khusus 1:5.000 (*.shp) 10 1.30 (*.jpeg)
dan buku (*.pdf)
16 Analisis Kesesuaian Kegiatan terhadap Peruntukan/Zona/Subzona
Analisis ini dilakukan untuk mensimulasi pemenuhan kegiatan-kegiatan terhadap kriteria lokal minimal setiap subzona. Jika kompatibel maka diizinkan (I), jika mengganggu
namun bisa dibatasi, maka diizinkan terbatas (T), jika tidak bisa dibatasi, maka diberi persyaratan khusus, maka diizinkan bersyarat tertentu (B), dan jika tidak bisa diberi
pembatasan dan persayarat apapun tetap mengganggu kriteria lokal minimal, maka kegiatan tersebut dilarang (X). Keluaran dari analisis ini adalah Matriks ITBX.
Dampak masing- Perhitungan
Daftar Kegiatan dan Tabel Daftar
masing kegiatan (*.xlsx) dan PWK, Teknik
padanannya dengan KBLI KBLI Digit 5 0 0 30.56 3.98
terhadap masing- telaahan Lingkungan
(untuk kegiatan berusaha) terpilih (*.xlsx)
masing subzona (*.docx)
Ketentuan Kegiatan
Tabel (*.docx) dan Penggunaan Matriks
Daftar Subzona beserta
disertai sketsa 0 0 Lahan (Matriks ITBX) ITBX 30.56 3.98 PWK
Kualitas Lokal Minimalnya
subzona (*.jpeg) dan Ketentuan (*.xlsx)
Khusus
Konsep Ketentuan
Tabel Nilai
Intensitas Pemanfaatan Tabel Nilai Intensitas Ketentuan Intensitas PWK, Arsitek,
0 0 Intensitas 15 1.96
Ruang (Hasil Analisis (*.xlsx) Pemanfaatan Ruang Teknik Sipil
(*.xlsx)
Perancangan Perkotaan)

77
Biaya
Pengadaan/ Biaya
Sumber/ Durasi
Pengolahan Analisis Durasi
Data dan Informasi Bentuk Data dan Cara Pengadaan Bentuk Metode Kebutuhan
No Data/ Keluaran Analisis (Juta Analisis Keterangan
yang Diperlukan Informasi Perolehan Data Keluaran Analisis Personil
Informasi Rupiah/ (Hari)
Data (Hari)
(Juta 25Km2)
Rupiah)
Konsep Ketentuan Tata
Massa Bangunan (Hasil
Tabel Nilai
Analisis Perancangan Tabel Nilai Tata
Ketentuan Tata Massa Tata Massa PWK, Arsitek,
Perkotaan) Bangunan 0 0 15 1.96
Bangunan Bangunan Teknik Sipil
(*.xlsx)
(*.xlsx)

17 Analisis Kelembagaan
Analisis ini dilakukan untuk mengukur subyek/pelaku implementasi perwujudan rencana struktur dan pola ruang, yakni kelembagaan daerah di wilayah perencanaan dan
intervensi apa untuk mengaktivasi peran stakeholder agar optimal bersinergi mewujudkan ruang sesuai cita-cita RDTR.
Peran kelembagaan
Penilaian
Kelembagaan penataan dan stakeholder dalam
Peran (*.xlsx)
ruang formal dan informal Buku (*pdf) 5.17 0.67 mewujudkan rencana 8 1.04 PWK, Hukum
dan telaahan
skala kabupaten/kota struktur dan pola
(*.docx)
ruang
Strategi dan aksi Penilaian
Profil pemangku pelibatan strategi
kepentingan yang terkait Buku (*pdf) 5.17 0.67 kelembagaan dan (*.xlsx) dan 8 1.04 PWK, Hukum
dengan WP pemangku telaahan
kepentingan (*.docx)

500 65.19 1200 156.45

78
79
BAB III
KENDALI MUTU RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

Kawasan yang belum terlalu padat memiliki peluang untuk ditata lebih baik
melalui perencanaan blok-blok baru yang memperkuat citra dan estetika ruang
wilayah perencanaan (WP). Sebaliknya WP pusat kota yang sudah didominasi blok-
blok terbangun hanya bisa kita intervensi melalui pengaturan zonasi. Jadi ibarat
menggambar dan mewarnai, kawasan yang belum padat memungkinkan kita lebih
banyak menggambar dan mewarnai, sedangkan untuk WP padat, lebih banyak
mewarnai saja.
Disamping itu WP yang merupakan bagian dari kabupaten, mewajibkan proses
delineasi, karena RTRW kabupaten dibuat dalam skala 1:50.000, dimana hanya ada
Kawasan Permukiman Perkotaan dan Kawasan Permukman Perdesaan, yang perlu
didetailkan dengan lebih cermat. Berbeda dengan WP yang merupakan bagian dari
kota, dimana RTRW Kota dibuat dalam skala 1:25.000 dengan klasifikasi kawasan
yang hampir sama dengan RDTR skala 1:5.000. Dalam RTRW Kota sudah ada
klasifikasi Kawasan Perumahan, Perdagangan Jasa, Perkantoran, Fasos Fasum,
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sebagian besar sama dengan klasifikasi zona-zona
dalam RDTR. Mendetailkan RTRW Kota skala 1:25.000 ke RDTR skala 1:5.000 adalah
proses mendetailkan blok-blok besar yang dibatasi jalan lokal ke dalam blok-blok
kecil yang dibatasi jalan lingkungan, sehingga proses delineasi untuk RDTR kota
tidak terlalu signifikan diperlukan.

80
Gambar III.1. RTRW Kabupaten Skala 1:50.000

Gambar III.2. Pendetailan Permukiman Perkotaan ke RTRW Kota Skala


1:25.000

81
Gambar III.3. RTRW Kota Skala 1:25.000

Kendali Mutu RDTR dilakukan dengan beberapa langkah dari proses


penyusunan sampai dengan penetapan RDTR yang secara garis besar terdiri atas:
a. Delineasi Wilayah Perencanaan;
b. Keterkaitan dengan RTRW;
c. Peta Potensi, Masalah, dan Perumusan Tema/Tujuan serta Konsistensinya
dengan Substansi Lainnya;
d. Daya Dukung dan Daya Tampung;
e. Bidang Tanah dan Zona Nilai Tanah (Ekonomi Perkotaan);
f. Alternatif Konsep Pusat-Pusat Pelayanan;
g. Jaringan Pergerakan, Skema Transportasi dan Kerangka Estetika;
h. Standar Kebutuhan Ruang (Sumber Daya Buatan);
i. Alternatif Konsep Rencana;
j. Pengembangan Program;
k. Delineasi Blok Peruntukan;
l. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan;
m. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang;
n. Kebijakan Strategis Nasional;
o. Kawasan Hutan;

82
p. Ruang Terbuka Hijau;
q. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B);
r. Mitigasi Bencana;
s. Batas Administrasi;
t. Garis Pantai;
u. Standar Geodatabase;
v. Rencana Perubahan Rencana Pola Ruang dengan Usulan Revisi;
w. Standar Database Peraturan Zonasi;
x. Legal Drafting Rancangan Peraturan Bupati;
y. Konsistensi Horizontal (antara raperkada dengan lampiran); dan
z. Rekapitulasi Penilaian Kualitas Rencana Detail Tata Ruang.

3.2.1.1. Delineasi Wilayah Perencanaan (WP)


Delineasi yang baik menciptakan wilayah perencanaan yang kompak
dengan batas fisik yang jelas di lapangan dan mampu dilalui dengan nyaman
berjalan kaki dari titik stasiun antar moda. Setiap delineasi WP seluas 2.500 Ha (5
km x 5 km) dengan proyeksi penduduk 480.000 jiwa idealnya dilayani oleh satu titik
pusat wilayah perencanaan (WP) perkotaan.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp WP dan shp rencana pola ruang. Pastikan keduanya punya delineasi
yang sama
b. Hitung luas WP
c. Buka CSRT dan shp WP.
d. Lihat kesesuaian batas WP dengan kenampakan fisik di citra, apakah berupa
batas jalan, sungai, atau jaringan infrastruktur lainnya.
e. Luas optimal WP adalah 2.500 – 3.000 Ha. Jika melebihi, dapat dibuat lebih dari
1 WP.
f. Buka Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), atau Peta Dasar skala 1:5.000
g. Cek kesesuaian Delineasi WP dengan Batas Administarsi
provinsi/kabupaten/kota dan garis pantai

83
Gambar III.4. Delineasi WP

2. Penilaian
TABEL III.1 PENILAIAN DELINEASI WP
NILAI
LEVEL DELINEASI RDTR
Kabupate RDTR Kota
n
Luas WP >10.000 Ha.
1 Batas Campuran Jalan dan 0 0,5
Sungai/Air (rencana), bukit, administrasi.
Luas WP 6.000 – 9.999 Ha.
2 Batas Campuran Jalan dan Sungai/Air 2 1
(rencana), bukit, administrasi.
Luas WP 3.000 - 5.999 Ha
3 Batas Campuran Jalan dan Sungai/Air 4 1,5
(rencana), bukit, administrasi.
Luas WP 2.000 – 2.999 Ha
4 6 2
Batas Jalan dan Sungai/Air (rencana)

3.2.1.2. Keterkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Tujuan pemeriksaan Keterkaitan dengan RTRW adalah
memastikan arahan RTRW dan kebijakan makro pada titik pusat kegiatan
yang akan didetailkan.

84
Keluarannya berupa Tabulasi dan peta kebijakan makro (RTRW
dan sektoral), pola kepadatan spasial permukiman, dan rancangan
umum delineasi.
1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp rencana pola ruang RTRW kabupaten/kota
b. Untuk kabupaten:
1) WP harus didominasi kawasan permukiman
perkotaan/perdesaan dalam rencana pola ruang RTRW
kabupaten, minimal 30% dari WP RDTR;
2) centroid poligon delineasi WP harus berada dalam jangkauan
titik pusat kegiatan RTRW yang diRDTRkan:
a) PKN, maksimal: 25 km
b) PKW, maksimal: 12,5 Km
c) PKL, maksimal: 6 Km
d) PPK, maksimal: 3 Km
c. toleransi Penyimpangan maksimal RDTR terhadap RTRW
Kabupaten adalah 20%. Toleransi penyimpangan maksimal
subzona RDTR terhadap kawasan RTRW Kabupaten juga 20%.
d. toleransi Penyimpangan maksimal RDTR terhadap RTRW Kota
adalah 10%. Toleransi penyimpangan maksimal subzona RDTR
terhadap kawasan RTRW Kota juga 10%.

Gambar III.7. Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Gambar III.8. Rancangan Rencana Pola Ruang RDTR WP
Boyolali di Cepogo (skala 1:50.000) Cepogo (skala 1:5.000)

TABEL III.2 KESESUAIAN RANCANGAN RDTR WP CEPOGO DENGAN RTRW


KABUPATEN BOYOLALI
NO RTRW RDTR HEKTAR_CEA TOT_SZON %SIMPANG
1 Sungai Badan Air 43.37 43.75
2 Sungai Badan Jalan 0.07
3 Sungai Hortikultura 0.06 0.13%

85
NO RTRW RDTR HEKTAR_CEA TOT_SZON %SIMPANG
4 Sungai Perlindungan Setempat 0.25 0.58%
5 Taman Nasional Merapi Badan Air 5.16 271.58
6 Taman Nasional Merapi Perlindungan Setempat 0.07 0.03%
7 Taman Nasional Merapi Taman Nasional 266.35
8 Kawasan Hutan Rakyat Badan Air 3.17 231.58 1.37%
9 Kawasan Hutan Rakyat Badan Jalan 1.69 0.73%
10 Kawasan Hutan Rakyat Cagar Budaya 0.58 0.25%
11 Kawasan Hutan Rakyat Hortikultura 24.35 10.51%
12 Kawasan Hutan Rakyat Kawasan Peruntukan Industri 4.66 2.01%
13 Kawasan Hutan Rakyat Pariwisata 0.61 0.26%
14 Kawasan Hutan Rakyat Pemakaman 1.12 0.48%
15 Kawasan Hutan Rakyat Perdagangan dan Jasa Skala WP 1.65 0.71%
16 Kawasan Hutan Rakyat Perkebunan 171.52
17 Kawasan Hutan Rakyat Perlindungan Setempat 3.76 1.62%
18 Kawasan Hutan Rakyat Perumahan Kepadatan Rendah 17.13 7.40%
Perumahan Kepadatan Sangat
19 Kawasan Hutan Rakyat Rendah 0.52 0.23%
20 Kawasan Hutan Rakyat Perumahan Kepadatan Sedang 0.35 0.15%
21 Kawasan Hutan Rakyat SPU Skala Kecamatan 0.09 0.04%
22 Kawasan Hutan Rakyat SPU Skala Kelurahan 0.34 0.14%
23 Kawasan Hutan Rakyat Taman Kelurahan 0.05 0.02%
24 Kawasan Sempadan Mata Air Badan Jalan 0.20 12.57 1.57%
25 Kawasan Sempadan Mata Air Perdagangan dan Jasa Skala WP 1.82 14.46%
26 Kawasan Sempadan Mata Air Perkebunan 7.26 57.78%
27 Kawasan Sempadan Mata Air Perumahan Kepadatan Rendah 0.25 2.03%
28 Kawasan Sempadan Mata Air Perumahan Kepadatan Sedang 1.04 8.24%
29 Kawasan Sempadan Mata Air SPU Skala Kota 1.18 9.36%
30 Kawasan Sempadan Mata Air Taman Kelurahan 0.83
31 Kawasan Sempadan Sungai Badan Air 5.29 444.40 1.19%
32 Kawasan Sempadan Sungai Badan Jalan 4.05 0.91%
33 Kawasan Sempadan Sungai Cagar Budaya 0.00 0.00%
34 Kawasan Sempadan Sungai Hortikultura 103.27
35 Kawasan Sempadan Sungai Kawasan Peruntukan Industri 17.56 3.95%
36 Kawasan Sempadan Sungai Pariwisata 0.57 0.13%
37 Kawasan Sempadan Sungai Pemakaman 0.73 0.16%
38 Kawasan Sempadan Sungai Pengelolaan Persampahan 0.63 0.14%
39 Kawasan Sempadan Sungai Perdagangan dan Jasa Skala WP 22.10 4.97%
40 Kawasan Sempadan Sungai Perkebunan 137.70 30.99%
41 Kawasan Sempadan Sungai Perlindungan Setempat 91.93
42 Kawasan Sempadan Sungai Perumahan Kepadatan Rendah 19.94 4.49%
Perumahan Kepadatan Sangat
43 Kawasan Sempadan Sungai Rendah 0.78 0.18%
44 Kawasan Sempadan Sungai Perumahan Kepadatan Sedang 18.12 4.08%
45 Kawasan Sempadan Sungai Perumahan Kepadatan Tinggi 10.16 2.29%
46 Kawasan Sempadan Sungai Peternakan 3.18 0.71%
47 Kawasan Sempadan Sungai SPU Skala Kecamatan 1.23 0.28%
48 Kawasan Sempadan Sungai SPU Skala Kelurahan 0.74 0.17%
49 Kawasan Sempadan Sungai SPU Skala Kota 4.95 1.11%
50 Kawasan Sempadan Sungai Taman Kelurahan 1.48
51 Kawasan Perkebunan Badan Air 18.90 601.77
52 Kawasan Perkebunan Badan Jalan 4.47
53 Kawasan Perkebunan Cagar Budaya 0.22 0.04%
54 Kawasan Perkebunan Hortikultura 210.32 34.95%
55 Kawasan Perkebunan Kawasan Peruntukan Industri 0.71 0.12%
56 Kawasan Perkebunan Pariwisata 0.10
57 Kawasan Perkebunan Pemakaman 1.67
58 Kawasan Perkebunan Perdagangan dan Jasa Skala WP 8.64 1.44%
59 Kawasan Perkebunan Perkebunan 166.44
60 Kawasan Perkebunan Perlindungan Setempat 20.10
61 Kawasan Perkebunan Perumahan Kepadatan Rendah 1.81 0.30%
Perumahan Kepadatan Sangat
62 Kawasan Perkebunan Rendah 9.90 1.65%
63 Kawasan Perkebunan Perumahan Kepadatan Sedang 87.84 14.60%
64 Kawasan Perkebunan Perumahan Kepadatan Tinggi 1.08 0.18%
65 Kawasan Perkebunan SPU Skala Kota 0.14 0.02%
66 Kawasan Perkebunan Taman Kecamatan 3.55
67 Kawasan Perkebunan Taman Kelurahan 65.87
68 Kawasan Pertanian Lahan Kering Badan Air 17.09 2,092.09
69 Kawasan Pertanian Lahan Kering Badan Jalan 16.30
70 Kawasan Pertanian Lahan Kering Cagar Budaya 0.35 0.02%
71 Kawasan Pertanian Lahan Kering Hortikultura 741.19
72 Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan Peruntukan Industri 13.60 0.65%
73 Kawasan Pertanian Lahan Kering Pariwisata 18.04 0.86%
74 Kawasan Pertanian Lahan Kering Pemakaman 17.19 0.82%
75 Kawasan Pertanian Lahan Kering Pengelolaan Persampahan 0.44 0.02%
Perdagangan dan Jasa Skala
76 Kawasan Pertanian Lahan Kering Kota 2.81 0.13%
77 Kawasan Pertanian Lahan Kering Perdagangan dan Jasa Skala WP 16.54 0.79%
78 Kawasan Pertanian Lahan Kering Pergudangan 3.24 0.15%

86
NO RTRW RDTR HEKTAR_CEA TOT_SZON %SIMPANG
79 Kawasan Pertanian Lahan Kering Perkebunan 934.70
80 Kawasan Pertanian Lahan Kering Perlindungan Setempat 20.92
81 Kawasan Pertanian Lahan Kering Perumahan Kepadatan Rendah 118.25 5.65%
Perumahan Kepadatan Sangat
82 Kawasan Pertanian Lahan Kering Rendah 17.30 0.83%
83 Kawasan Pertanian Lahan Kering Perumahan Kepadatan Sedang 106.07 5.07%
84 Kawasan Pertanian Lahan Kering Perumahan Kepadatan Tinggi 15.71 0.75%
85 Kawasan Pertanian Lahan Kering Peternakan 0.07
86 Kawasan Pertanian Lahan Kering SPU Skala Kecamatan 0.57 0.03%
87 Kawasan Pertanian Lahan Kering SPU Skala Kelurahan 0.88 0.04%
88 Kawasan Pertanian Lahan Kering SPU Skala Kota 0.06 0.00%
89 Kawasan Pertanian Lahan Kering Taman Kecamatan 0.73
90 Kawasan Pertanian Lahan Kering Taman Kelurahan 27.90
91 Kawasan Pertanian Lahan Kering Transportasi 2.13 0.10%
92 Kawasan Pertanian Lahan Basah Badan Air 0.59 27.64
93 Kawasan Pertanian Lahan Basah Badan Jalan 0.18
94 Kawasan Pertanian Lahan Basah Pemakaman 0.25
95 Kawasan Pertanian Lahan Basah Perkebunan 19.80 71.66%
96 Kawasan Pertanian Lahan Basah Perumahan Kepadatan Rendah 2.41 8.74%
97 Kawasan Pertanian Lahan Basah Perumahan Kepadatan Sedang 0.04 0.14%
98 Kawasan Pertanian Lahan Basah SPU Skala Kota 4.07 14.73%
99 Kawasan Pertanian Lahan Basah Taman Kelurahan 0.29
100 Kawasan Permukiman Perdesaan Badan Air 0.22 1,168.92
101 Kawasan Permukiman Perdesaan Badan Jalan 27.11
102 Kawasan Permukiman Perdesaan Cagar Budaya 0.68
103 Kawasan Permukiman Perdesaan Hortikultura 3.03
104 Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan Peruntukan Industri 5.22 0.45%
105 Kawasan Permukiman Perdesaan Pariwisata 3.25
106 Kawasan Permukiman Perdesaan Pemakaman 2.51
107 Kawasan Permukiman Perdesaan Perdagangan dan Jasa Skala Kota 1.11
108 Kawasan Permukiman Perdesaan Perdagangan dan Jasa Skala WP 36.94
109 Kawasan Permukiman Perdesaan Perkebunan 23.02
110 Kawasan Permukiman Perdesaan Perlindungan Setempat 1.05
111 Kawasan Permukiman Perdesaan Perumahan Kepadatan Rendah 670.88
Perumahan Kepadatan Sangat
112 Kawasan Permukiman Perdesaan Rendah 146.28
113 Kawasan Permukiman Perdesaan Perumahan Kepadatan Sedang 152.58
114 Kawasan Permukiman Perdesaan Perumahan Kepadatan Tinggi 25.77
115 Kawasan Permukiman Perdesaan Peternakan 49.84
116 Kawasan Permukiman Perdesaan SPU Skala Kecamatan 2.32
117 Kawasan Permukiman Perdesaan SPU Skala Kelurahan 14.66
118 Kawasan Permukiman Perdesaan Taman Kecamatan 0.10
119 Kawasan Permukiman Perdesaan Taman Kelurahan 2.36
120 Kawasan Permukiman Perkotaan Badan Air 0.39 428.23
121 Kawasan Permukiman Perkotaan Badan Jalan 11.91
122 Kawasan Permukiman Perkotaan Cagar Budaya 0.92
123 Kawasan Permukiman Perkotaan Hortikultura 0.69
124 Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Peruntukan Industri 0.28 0.07%
125 Kawasan Permukiman Perkotaan Pemakaman 1.20
126 Kawasan Permukiman Perkotaan Perdagangan dan Jasa Skala Kota 1.86
127 Kawasan Permukiman Perkotaan Perdagangan dan Jasa Skala WP 77.02
128 Kawasan Permukiman Perkotaan Pergudangan 1.80 0.42%
129 Kawasan Permukiman Perkotaan Perkantoran 0.70
130 Kawasan Permukiman Perkotaan Perkebunan 10.36
131 Kawasan Permukiman Perkotaan Perumahan Kepadatan Rendah 107.85
132 Kawasan Permukiman Perkotaan Perumahan Kepadatan Sedang 151.03
133 Kawasan Permukiman Perkotaan Perumahan Kepadatan Tinggi 41.86
134 Kawasan Permukiman Perkotaan Peternakan 0.17
135 Kawasan Permukiman Perkotaan SPU Skala Kecamatan 5.90
136 Kawasan Permukiman Perkotaan SPU Skala Kelurahan 8.76
137 Kawasan Permukiman Perkotaan SPU Skala Kota 0.00
138 Kawasan Permukiman Perkotaan Taman Kecamatan 0.93
139 Kawasan Permukiman Perkotaan Taman Kelurahan 4.61
140 Kawasan Peruntukan Industri Badan Jalan 0.74 157.00
141 Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Peruntukan Industri 151.77
142 Kawasan Peruntukan Industri Perdagangan dan Jasa Skala WP 2.92
143 Kawasan Peruntukan Industri Perkebunan 0.16
144 Kawasan Peruntukan Industri Perumahan Kepadatan Rendah 0.89
145 Kawasan Peruntukan Industri SPU Skala Kelurahan 0.53

5,479.52 5,479.52 18.38%

87
Gambar III.9. Rencana Pola Ruang RTRW Kota Pekanbaru di Gambar III.10. Rancangan Rencana Pola Ruang RDTR
Rumbai Timur (skala 1:25.000) WP Rumbai Timur (skala 1:5.000)

TABEL III.3 KESESUAIAN RANCANGAN RDTR PERKOTAAN RUMBAI TIMUR


DENGAN RTRW KOTA PEKANBARU
NO RTRW RDTR HEKTAR_CEA TOT_SZONA %SIMPANG
1 Badan Air Badan Air 226.82 401.68
2 Badan Air Badan Jalan 24.16 6.01%
Instalasi Pengolahan Air Minum
3 Badan Air (IPAM) 0.08 0.02%
4 Badan Air Jalur Hijau 0.54 0.13%
5 Badan Air Pariwisata 25.76 6.41%
6 Badan Air Pengelolaan Persampahan 0.03 0.01%
7 Badan Air Perdagangan dan Jasa Skala Kota 44.71 11.13%
8 Badan Air Perdagangan dan Jasa Skala WP 0.08 0.02%
9 Badan Air Perikanan Budi Daya 0.16 0.04%
10 Badan Air Perkantoran 0.09 0.02%
11 Badan Air Perkebunan 0.10 0.03%
12 Badan Air Perlindungan Setempat 72.06 17.94%
13 Badan Air Perumahan Kepadatan Rendah 1.45 0.36%
14 Badan Air SPU Skala Kecamatan 0.27 0.07%
15 Badan Air SPU Skala Kelurahan 0.05 0.01%
16 Badan Air SPU Skala RW 0.23 0.06%
17 Badan Air Taman Kecamatan 1.02 0.25%
18 Badan Air Taman Kelurahan 1.29 0.32%
19 Badan Air Taman Kota 2.39 0.60%
20 Badan Air Taman RW 0.37 0.09%
Kawasan Sekitar Danau atau
21 Waduk Badan Air 9.38 69.74
Kawasan Sekitar Danau atau
22 Waduk Badan Jalan 1.01
Kawasan Sekitar Danau atau Instalasi Pengolahan Air Minum
23 Waduk (IPAM) 0.08
Kawasan Sekitar Danau atau
24 Waduk Pariwisata 3.10
Kawasan Sekitar Danau atau
25 Waduk Perdagangan dan Jasa Skala WP 0.07 0.11%
Kawasan Sekitar Danau atau
26 Waduk Perikanan Budi Daya 0.16
Kawasan Sekitar Danau atau
27 Waduk Perkebunan 0.04
Kawasan Sekitar Danau atau
28 Waduk Perlindungan Setempat 54.28
Kawasan Sekitar Danau atau
29 Waduk Taman Kecamatan 1.01
Kawasan Sekitar Danau atau
30 Waduk Taman Kota 0.61
31 Sempadan Sungai Badan Air 78.41 239.37
32 Sempadan Sungai Badan Jalan 8.10
33 Sempadan Sungai Jalur Hijau 0.14
34 Sempadan Sungai Kawasan Peruntukan Industri 0.35 0.15%
35 Sempadan Sungai Pariwisata 1.97
36 Sempadan Sungai Pemakaman 0.54
37 Sempadan Sungai Perdagangan dan Jasa Skala Kota 0.13 0.05%
38 Sempadan Sungai Perdagangan dan Jasa Skala WP 2.21 0.92%
39 Sempadan Sungai Pergudangan 0.53 0.22%
40 Sempadan Sungai Perikanan Budi Daya 0.40
41 Sempadan Sungai Perkantoran 0.02 0.01%

88
NO RTRW RDTR HEKTAR_CEA TOT_SZONA %SIMPANG
42 Sempadan Sungai Perkebunan 1.69
43 Sempadan Sungai Perlindungan Setempat 137.23
44 Sempadan Sungai Perumahan Kepadatan Rendah 0.40 0.17%
45 Sempadan Sungai Perumahan Kepadatan Sedang 2.13 0.89%
46 Sempadan Sungai Perumahan Kepadatan Tinggi 1.36 0.57%
47 Sempadan Sungai SPU Skala Kecamatan 0.01 0.00%
48 Sempadan Sungai SPU Skala RW 0.06 0.03%
49 Sempadan Sungai Taman Kecamatan 1.50
50 Sempadan Sungai Taman Kelurahan 0.84
51 Sempadan Sungai Taman Kota 0.10
52 Sempadan Sungai Taman RW 1.24
53 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Badan Air 0.01 90.64
54 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Badan Jalan 10.69
55 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Jalur Hijau 50.58
56 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Kawasan Peruntukan Industri 1.62 1.78%
57 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Pemakaman 1.05
58 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perdagangan dan Jasa Skala Kota 0.13 0.15%
59 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perdagangan dan Jasa Skala WP 6.07 6.70%
60 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perkantoran 0.09 0.10%
61 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perkebunan 0.38 0.42%
62 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perlindungan Setempat 0.17
63 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perumahan Kepadatan Rendah 0.27 0.30%
64 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perumahan Kepadatan Sedang 11.13 12.28%
65 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Perumahan Kepadatan Tinggi 4.21 4.65%
66 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Ruang Terbuka Non Hijau 0.06 0.07%
67 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota SPU Skala Kecamatan 1.51 1.66%
68 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota SPU Skala RW 0.12 0.13%
69 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Taman Kelurahan 0.10
70 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Taman Kota 1.37
71 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Taman RW 1.08
72 Badan Jalan Badan Jalan 0.08 0.08
73 Kawasan Perkebunan Badan Jalan 0.20 5.52
74 Kawasan Perkebunan Jalur Hijau 0.00
75 Kawasan Perkebunan Kawasan Peruntukan Industri 0.00 0.01%
76 Kawasan Perkebunan Pemakaman 0.09
77 Kawasan Perkebunan Perdagangan dan Jasa Skala Kota 0.23 4.12%
78 Kawasan Perkebunan Perdagangan dan Jasa Skala SWP 0.05 0.90%
79 Kawasan Perkebunan Perkebunan 4.73
80 Kawasan Perkebunan Perlindungan Setempat 0.01
81 Kawasan Perkebunan Perumahan Kepadatan Rendah 0.15 2.64%
82 Kawasan Perkebunan SPU Skala Kecamatan 0.02 0.30%
83 Kawasan Perkebunan Taman RW 0.04
84 Kawasan Tanaman Pangan Badan Jalan 0.08 3.01
85 Kawasan Tanaman Pangan Perdagangan dan Jasa Skala WP 0.03 1.01%
86 Kawasan Tanaman Pangan Tanaman Pangan 2.90
87 Kawasan Perikanan Budi Daya Badan Jalan 0.76 4.55
88 Kawasan Perikanan Budi Daya Perdagangan dan Jasa Skala WP 0.04 0.84%
89 Kawasan Perikanan Budi Daya Perikanan Budi Daya 3.69
90 Kawasan Perikanan Budi Daya Perumahan Kepadatan Rendah 0.06 1.37%
91 Kawasan Pariwisata Badan Air 1.24 681.72
92 Kawasan Pariwisata Badan Jalan 33.77
Instalasi Pengolahan Air Minum
93 Kawasan Pariwisata (IPAM) 0.21
94 Kawasan Pariwisata Jalur Hijau 3.32
95 Kawasan Pariwisata Pariwisata 143.95
96 Kawasan Pariwisata Pemakaman 1.13
97 Kawasan Pariwisata Pengelolaan Persampahan 0.07
98 Kawasan Pariwisata Perdagangan dan Jasa Skala Kota 6.87
99 Kawasan Pariwisata Perdagangan dan Jasa Skala SWP 0.04
100 Kawasan Pariwisata Perdagangan dan Jasa Skala WP 41.76
101 Kawasan Pariwisata Perikanan Budi Daya 48.49
102 Kawasan Pariwisata Perkantoran 0.09
103 Kawasan Pariwisata Perkebunan 51.34
104 Kawasan Pariwisata Perlindungan Setempat 18.84
105 Kawasan Pariwisata Perumahan Kepadatan Rendah 110.84
106 Kawasan Pariwisata Perumahan Kepadatan Sedang 0.76
107 Kawasan Pariwisata Ruang Terbuka Non Hijau 3.52
108 Kawasan Pariwisata SPU Skala Kecamatan 0.75
109 Kawasan Pariwisata SPU Skala Kelurahan 0.05
110 Kawasan Pariwisata SPU Skala Kota 3.16
111 Kawasan Pariwisata SPU Skala RW 0.57
112 Kawasan Pariwisata Taman Kecamatan 35.06
113 Kawasan Pariwisata Taman Kelurahan 16.37
114 Kawasan Pariwisata Taman Kota 158.33
115 Kawasan Pariwisata Taman RW 1.20
116 Kawasan Perumahan Badan Air 13.38 1,658.85
117 Kawasan Perumahan Badan Jalan 99.17
118 Kawasan Perumahan Jalur Hijau 0.03

89
NO RTRW RDTR HEKTAR_CEA TOT_SZONA %SIMPANG
119 Kawasan Perumahan Pariwisata 8.96
120 Kawasan Perumahan Pemakaman 25.86
121 Kawasan Perumahan Pengelolaan Persampahan 0.51
122 Kawasan Perumahan Perdagangan dan Jasa Skala Kota 10.83
123 Kawasan Perumahan Perdagangan dan Jasa Skala SWP 31.15
124 Kawasan Perumahan Perdagangan dan Jasa Skala WP 16.46
125 Kawasan Perumahan Pergudangan 5.31
126 Kawasan Perumahan Perikanan Budi Daya 0.32
127 Kawasan Perumahan Perkantoran 0.07
128 Kawasan Perumahan Perkebunan 92.61 5.58%
129 Kawasan Perumahan Perlindungan Setempat 12.07
130 Kawasan Perumahan Perumahan Kepadatan Rendah 212.83
131 Kawasan Perumahan Perumahan Kepadatan Sedang 736.72
132 Kawasan Perumahan Perumahan Kepadatan Tinggi 210.97
133 Kawasan Perumahan SPU Skala Kecamatan 4.76
134 Kawasan Perumahan SPU Skala Kelurahan 7.83
135 Kawasan Perumahan SPU Skala Kota 8.49
136 Kawasan Perumahan SPU Skala RW 10.80
137 Kawasan Perumahan Taman Kecamatan 14.01
138 Kawasan Perumahan Taman Kelurahan 53.38
139 Kawasan Perumahan Taman Kota 8.97
140 Kawasan Perumahan Taman RW 73.23
141 Kawasan Perumahan Tanaman Pangan 0.15
142 Kawasan Perdagangan dan Jasa Badan Air 0.12 399.42
143 Kawasan Perdagangan dan Jasa Badan Jalan 78.23
144 Kawasan Perdagangan dan Jasa Jalur Hijau 0.44
145 Kawasan Perdagangan dan Jasa Pariwisata 0.03
146 Kawasan Perdagangan dan Jasa Pemakaman 0.05
147 Kawasan Perdagangan dan Jasa Pengelolaan Persampahan 0.10
148 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa Skala Kota 37.72
149 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa Skala WP 191.23
150 Kawasan Perdagangan dan Jasa Pergudangan 2.08
151 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perkantoran 0.64
152 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perkebunan 1.57 0.39%
153 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perlindungan Setempat 1.59
154 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perumahan Kepadatan Rendah 1.29
155 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perumahan Kepadatan Sedang 24.45
156 Kawasan Perdagangan dan Jasa Perumahan Kepadatan Tinggi 47.28
157 Kawasan Perdagangan dan Jasa Ruang Terbuka Non Hijau 0.10
158 Kawasan Perdagangan dan Jasa SPU Skala Kecamatan 1.74
159 Kawasan Perdagangan dan Jasa SPU Skala Kelurahan 0.55
160 Kawasan Perdagangan dan Jasa SPU Skala RW 1.28
161 Kawasan Perdagangan dan Jasa Taman Kelurahan 2.63
162 Kawasan Perdagangan dan Jasa Taman Kota 4.41
163 Kawasan Perdagangan dan Jasa Taman RW 1.67
164 Kawasan Perdagangan dan Jasa Tanaman Pangan 0.22
165 Kawasan Perkantoran Badan Jalan 0.14 2.04
166 Kawasan Perkantoran Perdagangan dan Jasa Skala WP 0.06 2.79%
167 Kawasan Perkantoran Perkantoran 1.72
168 Kawasan Perkantoran Perumahan Kepadatan Rendah 0.12 5.98%
169 Kawasan Industri Badan Air 3.67 528.79
170 Kawasan Industri Badan Jalan 27.82
Instalasi Pengolahan Air Limbah
171 Kawasan Industri
(IPAL) 3.28
172 Kawasan Industri Jalur Hijau 10.86
173 Kawasan Industri Kawasan Peruntukan Industri 326.33
174 Kawasan Industri Pengelolaan Persampahan 0.04
175 Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa Skala WP 26.43
176 Kawasan Industri Pergudangan 31.57
177 Kawasan Industri Perkantoran 7.50
178 Kawasan Industri Perkebunan 0.09 0.02%
179 Kawasan Industri Perlindungan Setempat 2.81
180 Kawasan Industri Perumahan Kepadatan Sedang 49.64
181 Kawasan Industri Ruang Terbuka Non Hijau 0.16
182 Kawasan Industri SPU Skala Kecamatan 2.70
183 Kawasan Industri SPU Skala RW 1.01
184 Kawasan Industri Taman Kelurahan 6.45
185 Kawasan Industri Taman Kota 18.84
186 Kawasan Industri Taman RW 9.60
4,085.41 7.41%

2. Penilaian
TABEL III.4 PENILAIAN KETERKAITAN DENGAN RTRW

90
L KETERKAITAN DENGAN RTRW NILAI
RTRW
RTRW Kota
Kabupaten
Penyimpangan 51 - 100% terhadap RTRW Kota atau
1
Penyimpangan 61 - 100% terhadap RTRW Kabupaten 1 4
Penyimpangan 31 - 50% terhadap RTRW Kota atau
2
Penyimpangan 41 - 60% terhadap RTRW Kabupaten
3 8
Penyimpangan 10 - 30% terhadap RTRW Kota atau
3
Penyimpangan 20 - 40% terhadap RTRW Kabupaten
5 12
Penyimpangan < 10% terhadap RTRW Kota atau
4
Penyimpangan < 20% terhadap RTRW Kabupaten
7 16

3.2.1.3. Peta Potensi, Masalah, dan Perumusan Tema/Tujuan serta


Konsistensinya dengan Substansi Lainnya
Selain memenuhi Amanah RTRW, penyusunan RDTR berangkat
dari sebuah visi yang berdasarkan pada analisis potensi dan masalah
yang terukur.
Keluarannya adalah: Tabulasi dan skoring potensi,
permasalahan, peluang, dan tantangan pembangunan WP; peta
potensi, permasalahan, peluang, dan tantangan pembangunan WP;
Tema Pengembangan dan Tujuan Penataan Ruang; Planning
knowledge berupa Indikator Kinerja WP yang terukur.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka Buku Fakta dan Analisa Rancangan RDTR Bagian Analisis
Potensi dan Masalah
b. Cek apakah ada Analisis Kuantitatif Potensi dan Masalah yang
berujung pada visi/tema WP: waterfront, industri, pendidikan,
dan lain-lain.

Contoh permasalahan pengembangan perkotaan, antara lain:


1) Penurunan muka tanah 20cm/tahun
2) Tingkat kemacetan tertinggi di Indonesia
3) Volume sampah di TPA 1.500 ton/hari
4) Anomali banjir besar yang mendadak tiba sering menerpa di
pusat kota
5) Penambahan kawasan kumuh 10 Ha/Tahun
6) berhentinya era kejayaan industri tekstil yang padat karya di Era
1990an.

91
c. Contoh Output Visi/Tujuan =
“Mewujudkan Ruang Kota Cerdas sebagai Ikon Pusat Mode dan
Pariwisata Landscape Taman Bunga Nusantara didukung Sentra
IKM Kuliner dan Fashion Kualitas Ekspor Asia Pasifik.”
Contoh Indikator Pengembangan Perkotaan antara lain:
1) Radius puskesmas maksimal 3 Km dari Titik Terjauh di Zona
Perumahan;
2) Radius Sekolah Dasar maksimal 1 Km dari Titik Terjauh di
Zona Perumahan;
3) Jarak Taman Kota maksimal 5 Km dari titik terluar kawasan
perkotaan;
4) tersedianya angkutan massal cepat yang mampu membawa
50% penduduk pada jam sibuk di titik terjauh kawasan
perkotaan sekitarnya (KKS) ke kawasan perkotaan inti (KKI)
dan sebaliknya dalam waktu selambat-lambatnya 15 menit;
5) penurunan tanah dan air tanah menjadi konsisten di bawah 1
cm/tahun pada tahun 2035 – 2040.

Gambar III.11. Ilustrasi Peta Potensi dan Masalah

92
2. Penilaian
TABEL III.5 PENILAIAN POTENSI DAN MASALAH WP

PETA POTENSI, MASALAH, DAN PERUMUSAN TEMA/TUJUAN NILAI


LEVEL RDTR
SERTA KONSISTENSINYA DENGAN SUBSTANSI LAINNYA RDTR Kota
Kabupaten

1 Potensi dan Masalah 2 0,5


• Potensi dan Masalah
2 • Dirumuskan tujuan penataan WP 4 1
• Potensi dan Masalah
3 • Tergambar di peta/sketsa 6 2
• Dirumuskan tujuan penataan WP
• Potensi dan Masalah
• Tergambar di peta/sketsa
4 8 4
• Dirumuskan tujuan penataan WP
• Ada indikator kuantitatif pengembangan WP

3.2.1.4. Daya Dukung dan Daya Tampung


Tujuan dilakukan Analisa daya dukung-daya tampung adalah
mengetahui batasan alam terhadap tekanan penduduk dan jumlah
maksimal penduduk terhadap kondisi alam. Keluarannya adalah: Peta
klasifikasi kemampuan lahan (lindung sampai budidaya terbangun) dan
peta batas maksimal penduduk di setiap klasifikasi tersebut.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka Buku Fakta dan Analisa Rancangan RDTR Bagian Analisis
Daya Dukung dan Daya Tampung serta Analisis Kebencanaan,
kemudian cek pemenuhan butir-butir di bawah.
b. Seluruh WP harus terbagi habis ke dalam kelas-kelas kemampuan
lahan (misal: kelas hunian; kelas budiaya non hunian; dan kelas
lindung)
c. Ada angka maksimal jumlah penduduk pada masing-masing kelas
kemampuan lahan tersebut (supply side).
d. Angka maksimal jumlah penduduk (supply side) tersebut
kemudian dibandingkan dengan proyeksi penduduk (demand side)
yang memasukkan gangguan terhadap pertumbuhan alamiah,
misal adanya industri/SIKM, CBD baru, dan lain-lain.
e. Rasio penduduk demand side dibagi supply side adalah Konsep
Intensitas Pemanfaatan Ruang. Misal, supply sidenya 200.000

93
jiwa, tapi demand sidenya pada 20 tahun ke depan 400.000 jiwa,
maka intensitasnya harus 2 (dua) lantai.
f. Titik-titik yang punya view terbaik kota, harus dilestarikan dari
bangunan penghalang. Viewshed-viewshed terbaik harus berupa
poligon dengan aturan pembatasan intensitas ruang dan tata
bangunan.
g. Zona rawan bencana dianjurkan lebih detail daripada kawasan
rawan bencana inarisk.bnpb.go.id (grid analisis maksimal 1 meter),
serta dilengkapi jalur dan ruang evakuasi bencana.

Gambar III.12. Ilustrasi Peta Daya Dukung dan Daya Tampung

2. Penilaian
TABEL III.6 PENILAIAN DAYA DUKUNG – DAYA TAMPUNG

94
NILAI
LEVEL DAYA DUKUNG - DAYA TAMPUNG RDTR RDTR
Kabupaten Kota
• Tabulasi proyeksi penduduk;
1
• Peta Satuan Kemampuan Lahan 1 1,5
• Tabulasi proyeksi penduduk;
2 • Peta Satuan Kemampuan Lahan
• Zona rawan bencana dan mitigasinya 3 3
• Peta proyeksi penduduk;
• Peta Grid (±300m2) Daya Tampung Penduduk
3
(dalam jiwa)
• Zona rawan bencana dan mitigasinya 6 4,5
• Spasialisasi proyeksi penduduk;
• Peta Grid (±300m2) Daya Tampung Penduduk
(dalam jiwa) dan Arahan Koefisien Wilayah
4 9 6
Terbangun
• Poligon viewshed (kajian vista kawasan); dan
• Zona rawan bencana dan mitigasinya

3.2.1.5. Bidang Tanah dan Zona Nilai Tanah/ZNT (Ekonomi


Perkotaan)

Tujuan analisis ini adalah menghitung potensi ekonomi


eksisting dan tambahan pertambahan ekonomi yang dapat dimanfaatkan
dengan disusunnya RDTR. Dalam melakukan analisis ini perlu
memperhatikan konsistensi antara bidang tanah dan zona nilai tanah
terhadap rencana pola ruang (garis dan polygon batas pola ruang), batas
wilayah perencanaan (SWP/Blok/Sub-Blok),dan luas serta sebaran
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka-Buku Fakta dan Analisis Rancangan RDTR Bagian Analisis
Ekonomi dan Analisis Pertanahan
b. Bandingkan bidang tanah eksisting dengan bidang tanah hasil
perencanaan (konsep land readjustment/consolidation)
c. Periksa apakah analisis ekonomi hanya analisis basis ekonomi dan
sektor unggulan perkecamatan atau sudah sampai kelurahan
d. Periksa apakah disusun skenario pertumbuhan ekonomi
e. Periksa apakah ada konsep peningkatan nilai tambah lahan (land
value capture)

95
Gambar III.13. Ilustrasi Peta Bidang Tanah
2. Penilaian
TABEL III.7 PENILAIAN EKONOMI PERKOTAAN
BIDANG TANAH DAN NILAI
LEVEL ZONA NILAI TANAH RDTR RDTR
(EKONOMI PERKOTAAN) Kabupaten Kota
basis ekonomi dan sektor unggulan tiap
1 0,5 1
kelurahan/desa
• basis ekonomi dan sektor unggulan tiap
2 kelurahan/desa; dan 1 4
• peta bidang tanah dan perencanaannya
• basis ekonomi dan sektor unggulan tiap
kelurahan/desa; dan
3 • peta bidang tanah dan perencanaannya 2 7
• peta zona nilai tanah eksisting dan
proyeksi
• basis ekonomi dan sektor unggulan tiap
kelurahan/desa; dan
• skenario pertumbuhan ekonomi
4 • peta konsep land 4 10
consolidation/readjustment;
• peta skenario pertambahan nilai tanah
akibat pembangunan (land value capture)

3.2.1.6. Alternatif Konsep Pusat-Pusat Pelayanan


Pusat-pusat pelayanan yang baik adalah merata dan
berhierarki. Keluarannya antara lain: Titik Pusat Pelayanan Kota (PPK),

96
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), dan Pusat Lingkungan (PPL) yang
diikuti dengan delineasi SWP dan Blok.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp delineasi WP, Sub WP, dan Blok serta buka shp pusat-
pusat pelayanan (PPK, SPPK, dan PL).
b. Periksa kondisi berikut:
1) PPK idealnya terletak di centroid WP;
2) SPPK di centroid Sub WP; dan
3) PL di centroid Blok besar.
c. Jadi jumlah WP = jumlah PPK = 1 tiap RDTR. Jumlah sub WP =
jumlah SPPK + 1 PPK. jumlah Blok besar = jumlah PL.
d. Buka shp Rencana Pola Ruang, perhatikan zona-zona terbangun
e. Titik pusat pelayanan harus berkorelasi dengan zona terbangun,
dengan urutan prioritas zona:
1) Sarana pelayanan umum (SPU);
2) Perkantoran;
3) RTNH;
4) Perdagangan dan Jasa;
5) RTH Taman Kota; dan
6) Perumahan
f. Pusat-pusat pelayanan RDTR yang didetailkan dari pusat
kegiatan RTRW kabupaten/kota harus sesuai dengan standar
hierarki pusat kegiatan RTRW, penduduk yang dilayani, dan
luasan WP, SWP, dan Bloknya (selengkapnya pada Tabel …,
Tabel …., dan Tabel .. )
1) Pusat Pelayanan internal di dalam Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ≥1 Juta Jiwa atau
setara dengan Ibukota Provinsi:
a) Pusat Kota (PK)
PK melayani seluruh wilayah Kota Administratif dengan
luas terbangun 62.500 Ha (25 km x 25 km) untuk PKN dan
10.000 Ha (10 km x 10 km) untuk PKW dengan penduduk
>1 Juta. PK membawahi beberapa PPK yang jumlahnya
menjadi dasar delineasi WP.
b) Pusat Pelayanan Kota (PPK)

97
PPK melayani wilayah perencanaan (WP) seluas 2.500 Ha
(5 km x 5 km) dengan penduduk 1 Juta. Setiap delineasi
WP harus memiliki tujuan penataan ruang tersendiri. PPK
membawahi beberapa SPPK yang jumlahnya menjadi dasar
delineasi SWP.
c) Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK)
SPPK melayani Sub Wilayah Perencanaan (SWP) seluas 900
Ha (3 km x 3 km) dengan penduduk 480.000 jiwa. SPPK
membawahi beberapa PL yang jumlahnya menjadi dasar
delineasi blok-blok besar.
d) Pusat Lingkungan Kecamatan (PL Kec)
PL Kec melayani blok seluas 400 Ha (2 km x 2 km) dengan
penduduk 120.000 jiwa. PL Kec membawahi PL Kel yang
jumlahnya menjadi dasar delineasi blok yang lebih kecil.
e) Pusat Lingkungan Kelurahan (PL Kel)
PL Kel melayani Blok kecil seluas 100 Ha (1 km x 1 km)
dengan penduduk 30.000 jiwa. PL Kel membawahi
beberapa PL RW yang jumlahnya menjadi dasar delineasi
sub blok.
f) Pusat Lingkungan RW (PL RW)
PL RW melayani Sub Blok seluas 81 Ha (900 m x 900 m)
dengan penduduk 2.500 jiwa

TABEL III.8 PUSAT PELAYANAN DAN DELINEASI FISIKNYA DALAM


PKN DAN PKW
No Pusat Pelayanan Penduduk
Delineasi Fisik Luas
(Fungsi Sekunder) (jiwa)
62.500 Ha (25
km x 25 km)
1 Pusat Kota (PK) Kota Administratif >1 Juta
10.000 Ha (10
km x 10 km)
Pusat Pelayanan Wilayah 1 Juta 2.500 Ha (5 km
2
Kota (PPK) Perencanaan (WP) x 5 km)
Sub Pusat Sub Wilayah 480.000
900 Ha (3 km x
3 Pelayanan Kota Perencanaan
3 km)
(SPPK) (SWP)
Pusat Lingkungan Blok 120.000
400 Ha (2 km x
4 Kecamatan
2 km)
(PL Kec)
Pusat Lingkungan Blok/Sub Blok 30.000 100 Ha (1 km x
5
Kelurahan 1 km)

98
No Pusat Pelayanan Penduduk
Delineasi Fisik Luas
(Fungsi Sekunder) (jiwa)
(PL Kel)
Pusat Lingkungan Blok/Sub Blok 2.500 81 Ha (900 m x
6
RW (PL RW) 900 m)

2) Pusat Pelayanan internal di dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


480.000 Jiwa atau setara dengan Ibukota Kabupaten
a) PPK
PPK melayani WP seluas 2.500 Ha (5 km x 5 km) dengan
penduduk 480.000 jiwa.
b) SPPK
SPPK melayani SWP seluas 900 Ha (3 km x 3 km) dengan
penduduk 120.000 jiwa
c) PL Kel
PL atau PL Kel melayani blok besar seluas 400 Ha (2 km x
2 km) dengan penduduk 30.000 jiwa.
d) PL RW
PL RW melayani blok seluas 100 Ha (1 km x 1 km) dengan
penduduk 2.500 jiwa.
e) PL RT
PL RT melayani blok kecil seluas 81 Ha (900 m x 900 m)
dengan penduduk 250 jiwa.

TABEL III.9 PUSAT PELAYANAN DAN DELINEASI FISIKNYA DALAM PKL


No Pusat Pelayanan Penduduk
Delineasi Fisik Luas
(Fungsi Sekunder) (jiwa)
Pusat Pelayanan Wilayah 480.000 2.500 Ha (5 km x
1
Kota (PPK) Perencanaan (WP) 5 km)
Sub Pusat Sub Wilayah 120.000
900 Ha (3 km x 3
2 Pelayanan Kota Perencanaan
km)
(SPPK) (SWP)
Pusat Lingkungan
400 Ha (2 km x 2
3 Kelurahan Blok 30.000
km)
(PL Kel)*
Pusat Lingkungan Blok/Sub Blok 2.500 100 Ha (1 km x 1
4
RW (PL RW) * km)
Pusat Lingkungan Blok/Sub Blok 250 81 Ha (900 m x
5
RT (PL RT) * 900 m)

99
3) Pusat Pelayanan internal di dalam Pusat Pelayanan Kawasan
(PPKAW) 120.000 Jiwa atau setara dengan Ibukota
Kecamatan
a) PPK
PPK melayani WP seluas 900 Ha (3 km x 3 km) dengan
penduduk 120.000 jiwa.
b) SPPK
SPPK melayani SWP seluas 400 Ha (2 km x 2 km) dengan
penduduk 30.000 jiwa.
c) PL atau PL RW
PL atau PL RW melayani blok seluas 100 Ha (1 km x 1 km)
dengan penduduk 2.500 jiwa.
d) PL RT
PL RT melayani blok/sub blok seluas 81 Ha (900 m x 900
m) dengan penduduk 250 jiwa.

TABEL III.10 PUSAT PELAYANAN DAN DELINEASI FISIKNYA DALAM PPKAW


No Pusat Pelayanan Penduduk
Delineasi Fisik Luas
(Fungsi Sekunder) (jiwa)
Pusat Pelayanan Wilayah 900 Ha (3 km x 3
1 120.000
Kota (PPK) Perencanaan (WP) km)
Sub Pusat Sub Wilayah
400 Ha (2 km x 2
2 Pelayanan Kota Perencanaan 30.000
km)
(SPPK) (SWP)
Pusat Lingkungan 100 Ha (1 km x 1
3 Blok 2.500
RW (PL RW) * km)
Pusat Lingkungan 81 Ha (900 m x
4 Blok/Sub Blok 250
RT (PL RT) * 900 m)

*Pusat Lingkungan (PL) wajib ditetapkan, namun perinciannya ke dalam PL Kec, PL Kel, dan PL RW
untuk PKL dan PPKaw bersifat optional.

100
Gambar III.14. Ilustrasi Peta Konsep Pusat-Pusat Pelayanan

2. Penilaian
TABEL III.11 PENILAIAN STRUKTUR INTERNAL WP
NILAI
ALTERNATIF KONSEP
LEVEL RDTR RDTR
PUSAT-PUSAT PELAYANAN
Kabupaten Kota

Kriteria pemenuhan level :


• Titik pusat pelayanan terdistribusi merata;
• Berhierarki (PPK; SPPK; dan PL);
• Titik pusat pelayanan berkorelasi dengan zona terbangun (urutan prioritas:
SPU, Perkantoran, RTNH, Perdagangan dan Jasa, dan Perumahan)
• Hierarki dan jumlah pusat pelayanan sesuai dengan jumlah penduduk yang
dilayani dan delineasi fisiknya (WP; SWP; dan Blok)
1 Terpenuhi 0-25% 1 1,5
2 Terpenuhi 26-50% 3 3
3 Terpenuhi 51-75% 6 4,5
4 Terpenuhi 76-100% 9 6

3.2.1.7. Jaringan Pergerakan, Skema Transportasi, dan Kerangka


Estetika
Tujuan pergerakan yang baik menghubungkan pusat-pusat
pelayanan yang berhierarki dengan jaringan pergerakan yang berhierarki,
membentuk pola estetika kota, dan menetapkan moda transportasi yang

101
berhierarki dan efisien. Keluarannya antara lain: Jalan arteri sekunder,
kolektor sekunder, lokal sekunder, lingkungan sekunder
menghubungkan PPK, SPPK, and PL dengan lebar jalan dan GSB yang
sesuai; membentuk pola estetika kota; titik terminal, stasiun, halte; dan
moda transportasi yang efisien.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp delineasi WP, Sub WP, dan Blok; buka shp pusat-pusat
pelayanan (PPK, SPPK, dan PL); buka shp jaringan jalan dan
transportasi; buka shp rencana pola ruang Badan Jalan; dan
buka Peraturan Zonasi Bagian Ketentuan Tata Bangunan: Garis
Sempadan Bangunan (GSB)
b. Periksa kesesuaian hierarki jaringan dengan hierarki pusat
pelayanan yang dihubungkannya:
1) PPK ke SPPK adalah Arteri Sekunder dengan lebar minimal 11
meter dan GSB minimal 8 meter
2) Antar SPPK adalah Kolektor Sekunder dengan lebar minimal 9
meter dan GSB minimal 7 meter
3) SPPK ke PL adalah Lokal Sekunder dengan lebar minimal 7,5
meter dan GSB minimal 3,25 meter
4) Antar PL adalah Lingkungan Sekunder dengan lebar minimal
6,5 meter dan GSB minimal 2,25 meter
c. Buka buku fakta dan analisa dan shp transportasi
d. Periksa apakah ada analisa dan skenario transportasi yang
memperhatikan bangkitan dan tarikan lalu lintas sehingga
tercapai sebuah indikator transportasi kota misalnya tersedianya
moda transportasi massal cepat yang mampu membawa seluruh
pekerja dari rumah ke tempat kerja dalam waktu maksimal 25
menit.
e. Buka shp jaringan jalan eksisting dan rencana pengembangan
jaringan jalan dan buka Analisis Perancangan Perkotaan.
f. Periksa apakah ada penambahan jaringan jalan yang membentuk
dan meningkatkan ruang estetika kota.

102
Gambar III.15. Ilustrasi Peta Jaringan Pergerakan

2. Penilaian
TABEL III.12 PENILAIAN JARINGAN PERGERAKAN
DAN SKEMA TRANSPORTASI
JARINGAN PERGERAKAN, NILAI
LEVEL
SKEMA TRANSPORTASI, DAN RDTR RDTR
KERANGKA ESTETIKA Kabupaten Kota
Hierarki Jaringan Pergerakan, Skema
1 Transportasi, dan Kerangka Estetika Kota 1 1,5
terpenuhi 0-25%
Hierarki Jaringan Pergerakan, Skema
2 Transportasi, dan Kerangka Estetika Kota 4 3
terpenuhi 26-50%
Hierarki Jaringan Pergerakan, Skema
3 Transportasi, dan Kerangka Estetika Kota 7 4,5
terpenuhi 51-75%
Hierarki Jaringan Pergerakan, Skema
4 Transportasi, dan Kerangka Estetika Kota 10 6
terpenuhi 76-100%

3.2.1.8. Standar Kebutuhan Ruang (Sumber Daya Buatan)


Tujuan menerapkan standar kebutuhan ruang (sumber daya
buatan) adalah menciptakan kualitas hunian dan ruang perkotaan yang
sesuai standar nasional. Keluarannya antara lain: Tabel dan Peta

103
Rencana Zona SPU, Perumahan, Ruang Terbuka, Perdagangan Jasa,
Jaringan Prasarana dan Utilitas.
1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka Buku Fakta dan Analisa bagian Analisa Sumber Daya
Buatan
b. Buka SNI 03 1733 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
c. Kebutuhan Ruang untuk penduduk di Level kota (WP),
kecamatan (SPPK), kelurahan (PL), sampai RW dihitung
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI 03
1733 Tahun 2004. Berapa kebutuhan Sarana Pelayanan Umum
(SPU), Perdagangan Jasa, Ruang Terbuka Hijau, Perumahan, dan
semua Jaringan Prasarana dan Utilitas.
d. Pastikan setiap proyeksi kebutuhan luas dan panjang sumber
daya buatan dalam tabel sebanding dengan luas poligon dan garis
dalam rencana pola ruang dan rencana struktur ruang.
e. Pastikan setiap Poligon Zona perumahan masuk dalam Radius
Maksimal Saana Pelayanan Umum (SPU) sesuai SNI tersebut.

104
Misalnya zona perumahan harus masuk dalam radius 1 km dari
lokasi Sekolah Dasar (SD).
f. Periksa juga pemenuhan standar jaringan prasarana dan utilitas
sesuai SNI tersebut dan standar sektoral lainnya.

Gambar III.16. Ilustrasi Pemenuhan Kebutuhan Ruang

2. Penilaian
TABEL III.13 PENILAIAN KEBUTUHAN RUANG (SUMBER DAYA
BUATAN)

105
NILAI
LEVEL STANDAR KEBUTUHAN RUANG RDTR
(SUMBER DAYA BUATAN) RDTR
Kabupate
Kota
n
Standar Luas; Standar Radius; dan Standar
1 Jaringan Prasarana dan Utilitas terpenuhi 0- 1 1,5
25%
Standar Luas; Standar Radius; dan Standar
2 Jaringan Prasarana dan Utilitas terpenuhi 26- 4 3
50%
Standar Luas; Standar Radius; dan Standar
3 Jaringan Prasarana dan Utilitas terpenuhi 51- 7 4,5
75%
Standar Luas; Standar Radius; dan Standar
4 Jaringan Prasarana dan Utilitas terpenuhi 76- 10 6
100%

3.2.1.9. Alternatif Konsep Rencana


Tujuan tahapan ini adalah menyeleksi alternatif rencana
struktur dan pola ruang berdasarkan ketepatannya dengan tujuan/tema
pengembangan, daya tampung maksimal, dan biaya perwujudannya.
Keluarannya adalah dua atau lebih alternatif konsep rencana beserta
kelebihan dan kekurangannya disesuaikan dengan tujuan/tema
pengembangan, daya tampung maksimal, dan biaya perwujudannya.
1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka buku fakta dan analisa di bagian konsep rencana tata ruang
b. Periksa adakah alternatif konsep rencana
c. Apakah diestimasi perbandingan biaya perwujudan struktur ruang
dan pola ruang, dampak lingkungan, dan dampak sosialnya pada
masing-masing alternatif.

Gambar III.17. Ilustrasi Alternatif Konsep Rencana

2. Penilaian

106
TABEL III.14 PENILAIAN KONSEP RENCANA

ALTERNATIF KONSEP NILAI


LEVEL RDTR RDTR
RENCANA
Kabupaten Kota
1 Tidak memiliki alternatif konsep rencana 1 1,5
Ada alternatif konsep, namun tidak mengestimasi
2 perbandingan biaya, dampak lingkungan, dan 3 3
dampak sosialnya.
Ada alternatif konsep rencana, dan mengestimasi:
• perbandingan biaya;
3 6 4,5
• dampak lingkungan; atau
• dampak sosialnya.
Ada alternatif konsep rencana, dan mengestimasi:
• perbandingan biaya;
4 9 6
• dampak lingkungan; dan
• dampak sosialnya.

3.2.1.10. Pengembangan Program

Tahapan ini membagi Rencana Struktur Ruang dan Rencana


Pola Ruang ke dalam 4 (empat) tahapan pembangunan jangka menengah
disertai cara membiayainya. Tahapan ini menghasilkan Peta dan Tabel
Indikasi Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola
Ruang Lima Tahunan.

1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka buku fakta dan analisa di bagian ketentuan pemanfaatan
ruang
b. Buka shp penggunaan lahan eksisting; jaringan prasarana dan
utilitas eksisting; rencana struktur ruang; dan rencana pola ruang
c. Periksa apakah ada gap/selisih (delta) antara eksisting dan rencana,
baik delta struktur ruang, maupun delta pola ruang
d. Apakah dihitung rangking prioritas pembangunan pada masing-
masing Sub WP
e. Apakah delta tersebut dispasialkan dalam shp
f. Apakah shp delta tersebut dihitung biaya perwujudannya
g. Apakah shp delta tersebut dibreakdown ke dalam 4 (empat) tahapan
(pembangunan jangka menengah) beserta biayanya
h. Apakah biaya perwujudan ruang tersebut sesuai dengan kapasitas
daerah?

107
i. Apakah biaya perwujudan ruang tersebut sebanding dengan potensi
keuntungan/manfaat yang akan diraih?

Gambar III.18. Ilustrasi Peta Pentahapan Perwujudan Ruang

2. Penilaian
TABEL III.15 PENILAIAN PENGEMBANGAN PROGRAM

LEVE NILAI
PENGEMBANGAN PROGRAM RDTR RDTR
L
Kabupaten Kota
1 Tidak ada gap/selisih (delta) antara eksisting dengan rencana 1 1
ada gap/selisih (delta) antara eksisting dan rencana serta
memenuhi salah satu butir-butir berikut:
• spasialisasi delta dan diuraikan ke dalam 4 PJM;
• biaya perwujudan ruang pada 4 PJM sesuai dengan
2
spasialisasi delta; atau 4 3
• biaya perwujudan ruang tersebut sesuai dengan kapasitas
daerah dan sebanding dengan potensi keuntungan/manfaat
yang akan diraih.
ada gap/selisih (delta) antara eksisting dan rencana serta
memenuhi 2 dari 3 butir-butir berikut:
• spasialisasi delta dan breakdown ke dalam 4 PJM;
• biaya perwujudan ruang pada 4 PJM sesuai dengan
3 spasialisasi delta; dan/atau 7 5
• biaya perwujudan ruang tersebut sesuai dengan kapasitas
daerah dan sebanding dengan potensi keuntungan/manfaat
yang akan diraih.

ada gap/selisih (delta) antara eksisting dan rencana serta


memenuhi butir-butir berikut:
4 • spasialisasi delta dan breakdown ke dalam 4 PJM; 10 7
• biaya perwujudan ruang pada 4 PJM sesuai dengan
spasialisasi delta; dan

108
LEVE NILAI
PENGEMBANGAN PROGRAM RDTR RDTR
L
Kabupaten Kota
• biaya perwujudan ruang tersebut sesuai dengan kapasitas
daerah dan sebanding dengan potensi keuntungan/manfaat
yang akan diraih.

3.2.1.11. Delineasi Blok Peruntukan


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka buku fakta dan analisa bagian peraturan zonasi
b. Adakah proses penapisan suatu kegiatan dimasukkan ke dalam
daftar aktifitas atau sebagai subzona
c. Apakah ada definisi dan kriteria untuk delineasi blok peruntukan?
d. Apakah blok peruntukan sudah menyesuaikan kondisi eksisting
perizinan dan pertanahan, atau menerapkan pola land
consolidation/readjustment?

Menggunakan definisi dan kriteria blok peruntukan yang dipilih


tersebut, selanjutnya Konsep Final Rencana Pola Ruang (Zoning Map)
perlu dikoreksi dengan:
a. Batas fisik jalan dan air
b. eksistensi persil/bidang tanah yang sah;
c. perizinan eksisting yang sah;
d. pemenuhan standar pekarangan dan lingkungan perumahan

109
Gambar III.21. celah badan jalan
Gambar III.20. sliver perumahan (kelabu) yang diisi perumahan
Gambar III.19. Bangunan berada
(kuning) pinggir jalan pada (kuning) dan delineasi terlalu
pada dua zona, perdagangan jasa
dominasi zona pariwisata (merah menyiku antara tanaman pangan
(merah) dan perumahan (kuning)
muda) (kuning-coklat) dan perkebunan
(hijau)

Gambar III.23. delineasi SPU


Gambar III.22. delineasi
(oranye), perkantoran (ungu), dan Gambar III.24. delineasi RTH (hijau
perlindungan setempat (hijau
perumahan (kuning) yang tidak muda) dengan pariwisata (merah
muda) dengan pariwisata (merah
mengikuti badan jalan dan muda) yang tidak presisi
muda) yang tidak mengikuti badan
pekarangan/persil bangunan. mengikuti badan jalan dan
jalan dan pekarangan/persil
Penggambaran lebar badan jalan pekarangan/persil bangunan
bangunan
(kelabu) tidak seragam

2. Penilaian
TABEL III.16 PENILAIAN DELINEASI BLOK PERUNTUKAN
NILAI
LEVEL DELINEASI BLOK PERUNTUKAN RDTR RDTR
Kabupaten Kota
Terpenuhinya delineasi blok peruntukan yang didasari butir-butir berikut:
• Batas fisik jalan dan air
• eksistensi persil bidang tanah yang sah;
• perizinan eksisting yang sah;
• pemenuhan standar pekarangan dan lingkungan perumahan
1 terpenuhi 0-25% 1,5 1
2 terpenuhi 26-50% 3 3
3 terpenuhi 51-75% 4,5 6
4 terpenuhi 76-100% 6 9

3.2.1.12. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

Tahapan ini menjamin kriteria lokal minimal setiap subzona


terpenuhi dengan mengantisipasi daftar kegiatan yang compatible dan
kegiatan yang memberi dampak.

110
1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka buku fakta dan analisa bagian peraturan zonasi
b. Cek apakah ada definisi dan kriteria lokal minimal untuk setiap
subzona
c. Adakah proses penapisan suatu kegiatan dimasukkan ke dalam
daftar aktifitas atau sebagai subzona
d. Apakah kegiatan dalam matriks ITBX sudah mengikuti Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
e. Apakah ada kajian dampak penetapan subzona terhadap
munculnya kegiatan-kegiatan baru?
f. Apakah ketentuan ITBX dibangun dengan mensimulasi kegiatan
terhadap subzona berdasarkan kajian dampak dan kriteria lokal
minimal.

TABEL III.17 KRITERIA LOKAL MINIMAL

111
2. Penilaian
TABEL III.18 PENILAIAN KETENTUAN KEGIATAN
DAN PENGGUNAAN LAHAN

KETENTUAN KEGIATAN NILAI


LEVEL RDTR RDTR
DAN PENGGUNAAN LAHAN
Kabupaten Kota
Terpenuhinya butir-butir berikut:
• Kriteria lokal minimal;
• Kajian dampak penetapan subzona;
• matriks ITBX sudah mengikuti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI); dan
• ketentuan ITBX dibangun dengan mensimulasi kegiatan terhadap subzona berdasarkan kajian dampak
dan kriteria lokal minimal konsistensi Matriks ITBX dengan kriteria-kriteria di atas dan dengan
konsistensinya dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang
1 terpenuhi 0-25% 0,5 3
2 terpenuhi 26-50% 1 6
3 terpenuhi 51-75% 2 9
4 terpenuhi 76-100% 4 12

3.2.1.13. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Tahapan ini menjamin daya tampung tidak terlampaui, menjaga
keamanan dari kecelakaan dan bencana, serta menciptakan estetika kota.
Keluaran dari analisis ini adalah koefisien dasar bangunan (KDB) dan
koefisien lantai bangunan (KLB) di setiap subzona; dan garis sempadan
bangunan (GSB) dan tinggi maksimal bangunan yang homogen di setiap
subzona/blok/hierarki jalan.
1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka buku fakta dan analisa bagian peraturan zonasi, sub bagian
intensitas pemanfaatan ruang
b. Cek apakah intensitas pemanfaatan ruang dianalisis berdasarkan
Laju Infiltrasi, Zona Nilai Tanah, Angin, Bencana, Jarak antar
bangunan, KKOP, Potensi kebakaran, Perbandingan antara harga
konstruksi dan harga beli tanah; Paparan cahaya matahari; dan
viewshed
c. Cek kelaziman nilai intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan
kriteria lokal masing-masing subzona, misal tanaman pangan
dengan KDB 10%; Perkebunan dengan KDB 20%; Perdagangan
Jasa dengan KDB 70%, Campuran dengan KDB 80%, dan lain-lain.
d. Cek kesesuaian dengan intensitas eksisting.

112
Gambar III.25. Ilustrasi Peta Intensitas Pemanfaatan Ruang

2. Penilaian
TABEL III.19 PENILAIAN KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN
RUANG DAN TATA BANGUNAN

NILAI
KETENTUAN INTENSITAS
LEVEL PEMANFAATAN RUANG DAN RDTR
RDTR
TATA BANGUNAN Kabupat
Kota
en
Terpenuhinya butir-butir berikut:
• Pemenuhan Analisis;
• Kelaziman Intensitas Pemanfaatan Ruang sesuai
dengan kriteria lokal masing-masing subzona;
dan
• Kesesuaian dengan intensitas ruang eksisting
1 terpenuhi 0-25% 1 3
2 terpenuhi 26-50% 3 6
3 terpenuhi 51-75% 6 9
4 terpenuhi 76-100% 9 12

113
3.2.1.14. Kebijakan Strategis Nasional
1. Langkah Pemeriksaan
Buat tabulasi dan petakan lokasi proyek strategis nasional (PSN) dari
peraturan-peraturan berikut:
a. PP 13/2017 tentang Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN);
b. Peraturan presiden (Perpres) tentang rencana tata ruang (RTR) Pulau
c. Perpres RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN);
d. Peraturan daerah (Perda) tentang rencana tata ruang wilayah provinsi
(RTRWP);
e. Perpres Nomor 109 Tahun 2019 atau yang terkini tentang penetapan
proyek strategis nasional (PSN);
f. Perpres Nomor 18 Tahun 2020 atau yang terkini tentang rencana
pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN);
g. Keputusan Menteri (Kepmen) Pekerjaan Umum (PU) Nomor 248
Tahun 2015 dan Kepmen PU Nomor 567 Tahun 2010 atau yang
terkini tentang Jalan;
h. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL);
i. Kepmen Perhubungan Nomor 166 Tahun 2019 atau yang terkini
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
j. Kepmen Perhubungan Nomor 432 Tahun 2017 atau yang terkini
tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional;
k. Peraturan Menteri pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 4 Tahun
2015 atau yang terkini tentang Wilayah Sungai;
l. Permen PU Nomor 14 Tahun 2015 atau yang terkini tentang
Penetapan Daerah Irigasi; dan
m. Penetapan Situ, Danau, Waduk, dan Embung

2. Penilaian
TABEL III.20 PENILAIAN PEMENUHAN KEBIJAKAN
STRATEGIS NASIONAL

NILAI
LEVEL
KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL RDTR RDTR
Kabupaten Kota
1 terpenuhi 0-25% 1 1
2 terpenuhi 26-50% 4 3
3 terpenuhi 51-75% 7 5

114
NILAI
LEVEL
KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL RDTR RDTR
Kabupaten Kota
4 terpenuhi 76-100% 10 7

3.2.1.15. Kawasan Hutan


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shapefile penatapan kawasan hutan terkini yang terkini
ditetapkan oleh instansi yang membidangi kehutanan
b. Buka shapefile rencana pola ruang
c. Buka shapefile lampiran peta permohonan alih fungsi/peruntukan
kawasan hutan ke Menteri yang membidangi kehutanan (jika ada)
d. Overlay Rencana Pola Ruang dengan Peta Kawasan Hutan Tandai
setiap ketidaksesuaian
e. Setiap ketidaksesuaian harus dicek dengan lampiran peta
permohonan alih fungsi/peruntukan kawasan hutan

2. Penilaian
TABEL III.21 PENILAIAN PEMENUHAN KAWASAN HUTAN

NILAI
LEVEL KAWASAN HUTAN RDTR
RDTR Kota
Kabupaten
1 terpenuhi 0-25% 1 1
2 terpenuhi 26-50% 4 3
3 terpenuhi 51-75% 7 5
4 terpenuhi 76-100% 10 7

3.2.1.16. Ruang Terbuka Hijau (RTH)


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka buku shp rencana pola ruang bagian RTH
b. Buka shp bidang tanah
c. periksa apakah ada RTH publik yang tidak sesuai dengan eksisting?.
Misal ada sertipikat hak milik dan RTH privat.
d. buka indikasi program bagian perwujudan RTH
e. periksa perwujudan RTH publik dan tahapannya
f. koreksi luas RTH setelah pengurangan-pengurangan kandidat RTH
yang tidak memenuhi syarat dibagi luas administrasi darat
g. buka Peraturan Zonasi bagian RTH

115
h. periksa apakah ada aturan yang tidak sesuai dengan fungsi RTH,
misal diperbolehkan kegiatan terbangun yang berpotensi
mengganggu fungsi RTH

2. Penilaian
TABEL III.22 PENILAIAN PEMENUHAN RUANG TERBUKA HIJAU

NILAI
LEVEL RUANG TERBUKA HIJAU RDTR
RDTR
Kabupate
Kota
n
Luas RTH 30% dari wilayah perencanaan di shp peta, raperda, indikasi program,
dan peraturan zonasi
1 terpenuhi 0-25% 1 2
2 terpenuhi 26-50% 3 4
3 terpenuhi 51-75% 5 6
4 terpenuhi 76-100% 7 8

3.2.1.17. Pertanian Pangan Berkelanjutan


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp rencana pola ruang bagian Subzona Pertanian Tanaman
Pangan (P-1) dan Ketentuan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B)
b. Buka shp penetapan lahan sawah yang dilindungi (LSD) atau lahan
baku sawah (LBS) terverifikasi yang paling mutakhir
c. periksa apakah ada P-1 dan LP2B yang tidak sesuai?
d. buka indikasi program bagian perwujudan P-1 dan LP2B
e. periksa perwujudan P-1 dan LP2B beserta tahapannya
f. buka peraturan zonasi bagian P-1 dan LP2B
g. periksa apakah ada aturan yang tidak sesuai dengan fungsi P-1
dan LP2B, misal diperbolehkan kegiatan terbangun yang
berpotensi mengganggu fungsi LP2B.
h. Jika luas rencana P-1 dan LP2B kurang dari penetapan LSD atau
LBS, maka periksa adakah justifikasi akademis dan landasan
hukum untuk pengurangan luasan tersebut sesuai dengan
mekanisme alih fungsi lahan sawah.

116
2. Penilaian
TABEL III.23 PENILAIAN PEMENUHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN

NILAI
LEVEL RDTR
P2B RDTR
Kabupate
Kota
n
Rencana Subzona pertanian tanaman pangan (P-1) dan lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B) sesuai dengan penetapan lahan sawah yang dilindungi (LSD)
atau lahan baku sawah (LBS) terverifikasi yang paling mutakhir
1 terpenuhi 0-25% 1 1,5
2 terpenuhi 26-50% 3 3
3 terpenuhi 51-75% 6 4,5
4 terpenuhi 76-100% 9 6

3.2.1.18. Mitigasi Bencana


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp kawasan rawan bencana dari album peta RTR
b. Buka peta grid rawan bencana dari inarisk.bnpb.go.id
c. unduh RBI skala 1:25.000 dari inageoportal
d. unduh DEM dari Demnas
e. siapkan SNI dan juknis pengolahan kawasan rawan bencana (KRB)
dari Kemen ESDM, BNPB, dan PUPR
f. periksa validitas sumber data,
g. periksa kedalaman informasi/skala dan ketelitian geometri data
KRB dengan RBI dan Demnas sebagai pembanding
h. periksa adakah klasifikasi tingkat kerawanan bencana untuk
setiap jenis bencana
i. buka KUPZ RTR
j. periksa adakah ketentuan ITBX dan ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang untuk setiap jenis dan tingkat kerawanan
bencana
k. periksa adakah jalur evakuasi bencana, dan ruang evakuasi
bencana seperti tempat eakuasi sampah (TES) dan tempat
evakuasi akhir (TEA)
l. buka indikasi program RTR
m. periksa adakah perwujudan ruang Kota Tangguh dalam indikasi
program

117
2. Penilaian
TABEL III.24 PENILAIAN PEMENUHAN MITIGASI BENCANA
NILAI
LEVEL RDTR
MITIGASI BENCANA RDTR
Kabupate
Kota
n
Terpenuhinya butir-butir berikut:
• sumber data yang valid, kedalaman informasi/skala yang sesuai, kualitas
geometri data spasial kawasan rawan bencana (KRB) yang baik;
• analisis KRB yang sesuai dengan SNI;
• ada klasifikasi tingkat kerawanan bencana beserta ketentuan umum
peraturan zonasinya;
• terkoneksi jalur evakuasi bencana, dan ruang evakuasi bencana (TES dan
TEA); dan ada perwujudan ruang Kota Tangguh dalam indikasi program.
1 terpenuhi 0-25% 2 1
2 terpenuhi 26-50% 4 3
3 terpenuhi 51-75% 6 6
4 terpenuhi 76-100% 8 9

3.2.1.19. Batas Administrasi


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp delineasi WP; shp rencana pola ruang; dan shp batas
administrasi dari kebijakan satu peta (one map policy)
b. Cek kesesuaian delineasi WP dan rencana pola ruang dengan garis
batas administrasi dari kebijakan satu peta
c. Cek kesesuaian fungsi ruang dengan WP atau daerah yang
berbatasan
d. Jika ada ketidaksesuaian, buka berita acara yang melibatkan
kabupaten/kota yang bersebelahan dan kementerian dalam negeri.

2. Penilaian
TABEL III.25 PENILAIAN PEMENUHAN BATAS ADMINISTRASI

NILAI
LEVEL BATAS ADMINISTRASI Tata Jaga
Kabupaten Kota
• Fungsi ruang tidak sesuai dengan
WP/daerah berbatasan; dan
• batas administrasi tidak sesuai dengan
1 2 1
kebijakan satu peta dan/atau tidak ada
berita acara kesepakatan antar daerah
berbatasan

118
NILAI
LEVEL BATAS ADMINISTRASI Tata Jaga
Kabupaten Kota
• fungsi ruang sesuai dengan WP/daerah
berbatasan; dan
• batas administrasi tidak sesuai dengan
2 4 3
kebijakan satu peta dan/atau tidak ada
berita acara kesepakatan antar daerah
berbatasan
• fungsi ruang sesuai dengan WP/daerah
berbatasan; dan
3 • batas administrasi sesuai dengan 6 6
kebijakan satu peta dan/atau berita acara
kesepakatan
• fungsi ruang sesuai dengan WP/daerah
berbatasan; dan
4 8 9
• batas administrasi sesuai dengan
peraturan Menteri dalam negeri

3.2.1.20. Garis Pantai


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp delineasi WP; shp rencana pola ruang; dan shp garis
pantai berdasarkan muka air laut rata-rata dari kebijakan satu
peta (one map policy)
b. Cek kesesuaian delineasi WP dan rencana pola ruang dengan garis
pantai dari kebijakan satu peta
c. Jika ada ketidaksesuaian, buka berita acara rekomendasi peta
dasar dari Badan Informasi Geospasial

2. Penilaian
TABEL III.26 PENILAIAN PEMENUHAN GARIS PANTAI
NILAI
LEVEL GARIS PANTAI RDTR
RDTR
Kabupate
Kota
n
Garis pantai tidak sesuai dengan garis pantai
berdasarkan muka air laut rata-rata dari
1 kebijakan satu peta (one map policy) atau berita 2 1
acara rekomendasi peta dasar dari Badan
Informasi Geospasial
Garis pantai hanya sebagian yang sesuai
dengan garis pantai berdasarkan muka air laut
2 rata-rata dari kebijakan satu peta (one map 4 3
policy) dan/atau berita acara rekomendasi peta
dasar dari Badan Informasi Geospasial

119
NILAI
LEVEL GARIS PANTAI RDTR
RDTR
Kabupate
Kota
n
Garis pantai sesuai dengan garis pantai
3 berdasarkan berita acara rekomendasi peta 6 6
dasar dari Badan Informasi Geospasial
Garis pantai sesuai dengan garis pantai
berdasarkan muka air laut rata-rata dari
4 kebijakan satu peta (one map policy) dan berita 8 9
acara rekomendasi peta dasar dari Badan
Informasi Geospasial

3.2.1.21. Standar Geodatabase


1. Langkah Pemeriksaan
a. Buka shp rencana struktur ruang dan rencana pola ruang beserta
raperkada RDTR
b. Periksa error topology seperti gap dan overlap untuk garis dan poligon
c. Buka pedoman standar basis data penyusunan RDTR
d. Periksa semua nomenklatur dan atribut geodatabase dengan pedoman
tersebut
e. Periksa kesesuaian simbologi
f. Periksa kesesuaian layout peta
g. Periksa konsistensi lokasi dan luasan yang ada di shp dengan yang ada
di raperkada

Gambar III.25. Ilustrasi Standar Geodatabase

120
2. Penilaian
TABEL III.27 PENILAIAN PEMENUHAN STANDAR GEODATABASE
DAN TOPOLOGI PETA RENCANA
NILAI
LEVEL STANDAR GEODATABASE RDTR
DAN TOPOLOGI RDTR
Kabupate
Kota
n
Terpenuhinya butir-butir berikut:
• Standar Atribut Peta;
• Standar Simbologi;
• Akurasi Topologi (tidak ada gap dan overlap);
• Korelasi Spasial Rencana Struktur Ruang dengan Rencana Pola Ruang;
• Standar Layout Album Peta
• Konsistensi Peta dengan Raperkada
1 terpenuhi 0-25% 2 1
2 terpenuhi 26-50% 4 3
3 terpenuhi 51-75% 6 6
4 terpenuhi 76-100% 8 9

3.2.1.22. Rencana Perubahan Rencana Pola Ruang dengan Usulan


Revisi
1. Langkah Pemeriksaan
a. buka shp rencana pola ruang perda RDTR dan shp konsep rencana
pola ruang revisi RDTR
b. overlay kedua rencana pola ruang, bandingkan setiap perbedaan
kawasan
c. buka PZ perda/perkada RDTR
d. hitung setiap poligon kawasan dalam rancangan rencana pola ruang
revisi RDTR yang bertentangan dengan PZ.
e. Luas total zona revisi RDTR yang bertentangan dengan zona pada
perda/perkada RDTR yang tidak sesuai dengan PZ pada
Perda/perkada RDTR:
1) harus diberikan justifikasi kajian akademis dan landasan
hukumnya; dan
2) tidak melebihi 20% (dua puluh persen), kecuali jika sesuai dengan
Perda RTRW termutakhir.

121
TABEL III.28 NERACA PERUBAHAN RENCANA POLA RUANG

2. Penilaian
TABEL III.29 PENILAIAN PEMENUHAN NERACA
PERUBAHAN POLA RUANG
NERACA PERUBAHAN NILAI
LEVEL POLA RUANG RDTR
(REVISI RDTR) RDTR
Kabupate
Kota
n
Perubahan >50% tidak ada justifikasi kajian
1 akademis, tidak ada landasan hukumnya; dan 2 1
tidak sesuai dengan Perda RTRW termutakhir
Perubahan >50% diberikan justifikasi kajian
2 akademis beserta landasan hukumnya; dan sesuai 4 3
dengan Perda RTRW termutakhir
Perubahan 20-50% diberikan justifikasi kajian
3 akademis beserta landasan hukumnya; dan sesuai 6 6
dengan Perda RTRW termutakhir
Perubahan <20% diberikan justifikasi kajian
4 8 9
akademis beserta landasan hukumnya

122
3.2.1.23. Standar Database Peraturan Zonasi
1. Langkah Pemeriksaan
a. Cek File DBPZ harus memenuhi tiga file yang saling terkoneksi:
1) File Excel daftar padanan kegiatan dengan klasifikasi baku
lapangan usaha Indonesia (KBLI)
2) File Excel aturan main di setiap subzona (ITBX, Intensitas,
Dan Tata Bangunan
3) File Jason aturan main di setiap subzona (ITBX, Intensitas,
Dan Tata Bangunan)
b. Terintegrasi dalam RDTR Interaktif
c. Lulus Uji Titik, yakni konsistensi seluruh Hamparan Subzona
dengan Aturan mainnya

Gambar III.26. Ilustrasi Database Peraturan Zonasi

123
Gambar III.27. Tangkapan Layar File Excel Daftar Padanan
Kegiatan Dengan KBLI

Gambar III.28. Tangkapan Layar File Excel Aturan Main di Setiap


Subzona (ITBX, Intensitas, dan Tata Bangunan)

Gambar III.29. Tangkapan Layar File Jason Aturan Main di Setiap


Subzona (ITBX, Intensitas, dan Tata Bangunan)

124
2. Penilaian
TABEL III.30 PENILAIAN PEMENUHAN DBPZ DAN UJI TITIK
NILAI
LEVEL STANDAR DATABASE PERATURAN ZONASI
RDTR RDTR
(DBPZ) DAN UJI TITIK
Kabupaten Kota
Terpenuhinya butir-butir berikut:
• File Excel Daftar Padanan Kegiatan
Dengan KBLI; File Excel Aturan Main Di
Setiap Subzona (ITBX, Intensitas, Dan
Tata Bangunan; dan File Jason Aturan
Main Di Setiap Subzona (ITBX, Intensitas,
Dan Tata Bangunan)
• Terintegrasi dalam RDTR Interaktif
• Lulus Uji Titik, yakni konsistensi seluruh
Hamparan Subzona dengan Aturan
mainnya
1 terpenuhi 0-25% 2 1
2 terpenuhi 26-50% 4 3
3 terpenuhi 51-75% 6 6
4 terpenuhi 76-100% 8 9

3.2.1.24. Legal Drafting Rancangan Peraturan Bupati/ Wali Kota

1. Langkah Pemeriksaan
a. buka batang tubuh raperkada RDTR, shp rencana struktur ruang
dan rencana pola ruang;
b. periksa konsistensi lokasi dan luasan yang ada di shp dengan yang
ada di raperkada;
c. buka pedoman penyusunan RDTR dan pedoman yang mengatur
standar basis data (atribut shp dan geodatabase);
d. periksa semua nomenklatur raperkada dengan pedoman-pedoman
tersebut;
e. untuk efisiensi pemeriksaan dapat menggunakan template
raperkada RDTR terlampir.

125
Gambar III.30. Ilustrasi Legal Drafting Raperkada RDTR

2. Penilaian
TABEL III.31 PENILAIAN PEMENUHAN LEGAL DRAFTING
LEVEL LEGAL DRAFTING NILAI
RDTR Kabupaten RDTR Kota
1 terpenuhi 0-25% 1 2
2 terpenuhi 26-50% 3 4
3 terpenuhi 51-75% 5 6
4 terpenuhi 76-100% 7 8

3.2.1.25. Konsistensi Horizontal (antara Raperkada dengan


Lampirannya)

1. Langkah Pemeriksaan
a. buka batang tubuh raperkada RDTR;
b. buka lampiran raperkada RDTR, meliputi:
1) shp rencana struktur ruang;
2) shp rencana pola ruang;
3) tabel indikasi program;
4) matriks ITBX;
5) teks zonasi (zoning text):

126
a) rincian penjelasan matriks ITBX;
b) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c) ketentuan tata bangunan;
d) ketentuan sarana dan prasarana minimal;
e) ketentuan khusus;
f) teknik peraturan zonasi (TPZ);
6) database peraturan zonasi (DBPZ); dan
7) lampiran lainnya (jika ada)

2. Penilaian
TABEL III.32 PENILAIAN PEMENUHAN KONSISTENSI HORIZONTAL
KONSISTENSI HORIZONTAL NILAI
LEVEL
(ANTARA RAPERKADA RDTR RDTR
DENGAN LAMPIRAN) Kabupaten Kota
Kesesuaian antara batang tubuh
raperkada dengan seluruh
lampirannya
1 terpenuhi 0-25%
1 1
2 terpenuhi 26-50%
3 4
3 terpenuhi 51-75%
6 7
4 terpenuhi 76-100% 9 10

3.2.1.26. Rekapitulasi Penilaian Kualitas RDTR

Dua puluh lima titik pantau kendali mutu kualitas tersebut


dipresentasikan masing-masing nilai maksimalnya ke dalam TABEL III.29
Rekapitulasi Penilaian Kualitas (Kendali Mutu RDTR) sebagai berikut.
Batas toleransi nilai kelulusan Bimbingan Teknis (1-13) adalah 50 untuk
dapat diajukan ke persetujuan substansi. Pada tahap Persetujuan
Substansi (14-25) harus dipenuhi nilai maksimalnya (total = 100) untuk
memperoleh surat persetujuan substansi.

TABEL III.33 REKAPITULASI PENILAIAN KUALITAS (KENDALI MUTU) RDTR

127
NO SUBSTANSI NILAI MAKSIMAL
RDTR RDTR
Kabupaten Kota
I Bimbingan Teknis (Bimtek) RDTR)
1 Delineasi 6 2
2 Kesesuaian dengan RTRW 7 16
Peta Potensi, Masalah, dan Perumusan
3 Tema/Tujuan serta Konsistensinya dengan Substansi 8 4
Lainnya
4 Daya Dukung - Daya Tampung 9 6
5 Bidang Tanah dan Zona Nilai Tanah (Ekonomi Perkotaan) 4 10
6 Alternatif Konsep Pusat-Pusat Pelayanan 9 6
7 Jaringan Pergerakan dan Skenario Transportasi 10 6
8 Standar Kebutuhan Ruang (Sumber Daya Buatan) 10 6
9 Alternatif Konsep Rencana 8 4
10 Pengembangan Program 10 7
11 Delineasi Blok Peruntukan 6 9
12 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan 4 12
13 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Tata Bangunan 9 12
Total Progress Bimtek RDTR 100 100

II Persetujuan Substansi (Persubs) RDTR


14 Kebijakan Strategis Nasional 10 7
15 Kawasan Hutan 10 7
16 Ruang Terbuka Hijau 7 8
17 P2B 9 6
18 Mitigasi Bencana 8 9
19 Batas Administrasi 8 9
20 Garis Pantai 8 9
21 Standar Geodatabase dan Topologi 8 9
22 Neraca Perubahan Pola Ruang (revisi RDTR) 8 9
23 Standar Database Peraturan Zonasi (DBPZ) dan Uji Titik 8 9
24 Legal Drafting 7 8
25 Konsistensi Horizontal (antara raperkada dengan lampiran) 9 10
Total Progress Persubs RDTR 100 100

128

Anda mungkin juga menyukai