Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN RENCANA

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa


 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

BAB ~ 6
RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

6.1. UMUM

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana


kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang dibangun atas konstelasi
pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi.

Pusat-pusat kegiatan pada wilayah kabupaten merupakan pusat


pertumbuhan wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas; PKN, PKW,
PKSN, PKL, PPK dan PPL yang didukung oleh sistem Sistem jaringan
prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan
memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah
kabupaten.

Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa


disusun untuk kurun waktu 20 tahun mendatang (2011-2030) meliputi
pengembangan sistem perkotaan, pengembangan sistem transportasi,
pengembangan sistem jaringan energi, pengembangan sitem jaringan
sistem telekomunikasi, dan pengembangan sistem jaringan
sumberdaya air.

6.2. RENCANA PENGEMBANGAN DAN KRITERIA SISTEM


PERKOTAAN
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kajian
tentang kerangka tata ruang wilayah kabupaten berdasarkan atas
konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-1
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Gowa harus


menggambarkan arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah
provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Gowa. Pusat kegiatan di wilayah
Kabupaten Gowa merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri
atas:
1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;
2. PKL yang berada di wilayah kabupaten;
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa; dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Demikian pula dengan sistem jaringan prasarana wilayah di


Kabupaten Gowa meliputi sistem prasarana transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah
kabupaten Gowa.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan


kriteria:
a. mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur
ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang
wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
b. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan;
c. pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan
lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih
tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan
penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan pemerintah
provinsi;

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-2
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

2) memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat


pelayanan lingkungan (PPL); dan
3) harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang
serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah
kabupaten.
d. dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada angka 3 huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
1) pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari
ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi PKLp);
2) pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat
pelayanan kawasan (PPK); dan
3) pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus
ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan
mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan
pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong
untuk memenuhi kriteria PKL.
e. sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan
transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi
dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
f. Merujuk pada ketentuan struktur ruang wilayah kabupaten yang terdiri
atas sistem prasarana utama pembentuk ruang dan sistem prasarana
lainnya.

6.2.1. Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan

a. Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perkotaan dan


Perdesaan

Agar interkoneksitas antar pusat kegiatan, serta pelayanan


prasarana wilayah efisien dan efektif maka perlu diwujudkan sistem
interkoneksitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan yang
berdaya guna besar. Sistem perkotaan Kabupaten Gowa dibangun
dengan beberapa pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL), Pusat Pelayanan

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-3
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dan


kawasan pusat pertumbuhan industri dan perdagangan yang padat
dengan kegiatan perkotaan dan fasilitas permukiman.

Rencana pengembangan sistem kota-kota secara umum


diarahkan untuk mencapai keseimbangan perkembangan ruang
antara pusat-pusat pemukiman dan/atau pusat pertumbuhan.
Adanya peningkatan hirarki serta pengembangan fungsi
memberikan implikasi terhadap kebutuhan penyediaan sarana dan
prasarana perkotaan yang mendukungnya.

a. Pengembangan PKN
PKN merupakan kawasan perkotaan yang berperan sebagai
pintu gerbang ke kawasan internasional dan memiliki potensi
untuk mendorong perkembangan wilayah sekitarnya dan
berfungsi sebagai pusat pengembangan kegiatan jasa, pusat
pengolahan, simpul transportasi dengan skala pelayanan
nasional atau beberapa provinsi. Menurut PP Nomor 26 Tahun
2008 tentang RTRWN telah menetapkan Metropolitan
Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di
Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam hal ini, Kecamatan-
Kecamatan Bajeng, Barombong, Bontomarannu, Bontonompo,
Bontonompo Selatan, Manuju, Pattallassang, Pallangga,
Parangloe, dan Somba Opu yang termasuk dalam kawasan
Metropolitan Mamminasata di Kabupaten Gowa berperan
penting dalam pengembangan PKN di Provinsi Sulawesi
Selatan. PKN Mamminasata akan berfungsi sebagai pusat jasa
pelayanan perbankan yang cakupan pelayanannya berskala
nasional; pusat pengolahan dan atau pengumpul barang
secara nasional khususnya KTI, menjadi simpul transportasi
udara maupun laut skup pelayanan nasional, pusat jasa publik
lainnya seperti pendidikan tinggi dan kesehatan yang skup
pelayanannya nasional khususnya KTI, berdaya dorong
pertumbuhan wilayah sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang
internasional terutama jalur udara dan laut.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-4
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

b. Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


Dalam kebijakan makro spasial dalam hal ini Perda Nomor 09
Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulsel tidak mengarahkan
PKL di Kabupaten Gowa. Namun demikian, berdasarkan
potensi dan kriteria yang ada secara jelas, realistis, dan dapat
diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan terdapat
kecamatan di Kabupaten Gowa yang berpotensi untuk di
ajukan/promosikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi
(PKLp). Adapun kecamatan yang berpotensi sebagai PKLp
adalah kawasan perkotaan Borimatangkasa Ibukota
Kecamatan Bajeng Barat.

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK
adalah kawasan perkotaan Kabupaten Gowa yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
PPK ini merupakan pusat-pusat permukiman yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah kabupaten Gowa.
Berdasarkan kriteria yang ada serta potensi masing-masing
kawasan perkotaan di Kabupaten Gowa, maka pusat-pusat
kegiatan yang diarahkan sebagai PPK di wilayah Kabupaten
Gowa adalah seluruh kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan
yang meliputi Malino Ibukota Kecamatan Tinggi Moncong,
Tamaona Ibukota Kecamatan Tombolo Pao, Majannang
Ibukota Kecamatan Parigi, Sapaya Ibukota Kecamatan
Bungaya, Bontoloe Ibukota Kecamatan Bontolempangan,
Malakaji Ibukota Kecamatan Tompobulu, Lauwa Ibukota
Kecamatan Biringbulu.
PPK diarahkan pada:
 Peningkatan aksesibilitas menuju dan dari PKL dan Ibukota
Kabupaten.
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang
dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-5
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

 Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi


bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.
 Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPL
adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa. Berdasarkan kriteria dan
potensinya, terdapat beberapa pusat-pusat permukiman yang
diarahkan sebagai PPL di Kabupaten Gowa adalah pusat
permukiman-pusat permukiman Bontotanga, Bontopaja,
Parappa, Rappokaleleng, Bonto Bila, Allaka, Palangga, Baru
Borong, Samata, Mapala, Pa’bundukang, Palacin, Koccikang,
Paku, Jonjo, Ujungbori, Pallanga, Ballacamba, Buki 2,
Cangkara, Lembangteko, Ballangang, Ballang, Rapondoeng,
Garentong, ullalla, Patirungan, Batu Borong, Kapole dan
Pencong.
PPL diarahkan pada:
 Peningkatan aksesibilitas ke PPW dan aksesibilitas ke
wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan
jaringan jalan.
 Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana sektor
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam.
 Peningkatan prasarana transportasi dan komunikasi antar
sentra produksi.

6.2.2. Kriteria PKN, PKW, PKL, PPK dan PPL

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

PKN minimal memenuhi fungsinya sebagai:


 pusat jasa pelayanan keuangan / perbankan yang cakupan
pelayanannya berskala nasional atau beberapa provinsi;
 pusat pengolahan / pengumpul barang secara nasional /
beberapa provinsi,
 simpul transportasi skup pelayanan nasional / beberapa provinsi;

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-6
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

 jasa pemerintahan nasional / beberapa provinsi;


 jasa publik lainnya yang skup pelayanannya nasional / beberapa
provinsi;
 berdaya dorong pertumbuhan wilayah sekitarnya;
 potensiil menjadi pintu gerbang internasional.

Ketersediaan minimal fasilitas umum:


o Perhubungan : pelabuhan udara, dan atau pelabuhan laut
dan atau terminal tipe A.
o Ekonomi : pasar induk antar wilayah, perbankan skup
nasional dan internasional.
o Kesehatan : rumah sakit umum tipe A.
o Pendidikan : perguruan tinggi.
b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

PKW minimal berfungsi sebagai:


 pusat jasa pelayanan keuangan / perbankan yang melayani
beberapa kabupaten;
 pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani
beberapa kabupaten;
 simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten; serta
 pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten.

Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKW:


o Perhubungan : pelabuhan udara (sekunder), dan atau
pelabuhan laut (pengumpan), dan atau
terminal bis tipe B.
o Ekonomi : pasar induk regional, perbankan skup provinsi
dan nasional.
o Kesehatan : rumah sakit umum tipe B.
o Pendidikan : perguruan tinggi.
c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

PKL minimal berfungsi sebagai:


 pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani
kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga;

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-7
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

 simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa


kecamatan kabupaten tetangga;
 jasa pemerintahan kabupaten / kota; serta
 pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKL:
o Perhubungan : terminal bis tipe C.
o Ekonomi : pasar induk kabupaten/kota, perbankan skup
kabupaten / kota.
o Kesehatan : rumah sakit umum tipe C.
o Pendidikan : SLTA

d. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)

PKLp minimal berfungsi sebagai:


 pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani
beberapa kecamatan kabupaten tetangga;
 simpul transportasi yang melayani beberapa kecamatan;
 jasa pemerintahan kecamatan; serta
 pusat pelayanan publik lainnya untuk bebarapa kecamatan.

PKLp akan didorong pengembangan fasilitas minimal tersedia:


o Perhubungan : terminal angkot.
o Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan)
kecamatan
o Kesehatan : Puskesmas.
o Pendidikan : SLTP

Selanjutnya sistem struktur ruang Kabupaten Gowa disusun


terutama berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
RTRW Provinsi Sulawesi Selatan, Sistem Transportasi Nasional,
Sistem struktur Pulau Sulawesi Selatan, dan sistem perkotaan
Kabupaten Gowa.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-8
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6-9
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

6.2.3. Rencana Pengembangan Dan Kriteria Sistem Jaringan


Transportasi

6.2.3.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Kondisi transportasi Kabupaten Gowa akan mengalami


peningkatan yang pesat, baik dari segi jaringan pelayanan maupun
jaringan prasarana, sejalan dengan perkembangan beberapa sektor
yang ditunjang oleh sektor transportasi. Disamping itu, sebagian
wilayah Kabupaten Gowa adalah merupakan bagian dari kawasan
Metropolitan Mamminasata yang di dalam kebijakan nasional
merupakan PKN Provinsi Sulawesi Selatan yang akan dipacu
perkembangannya. Luas wilayah Kabupaten Gowa yang masuk dalam
pengembangan kawasan Metropolitan Mamminasata adalah 723 Km2
atau 29.37% dari luas total kawasan Maminasata.

Pembangunan sektor transportasi di Kabupaten Gowa tentunya


tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan harus dipadukan
secara keseluruhan dari pembangunan sektor transportasi
Metropolitan Mamminasata. Berdasarkan hasil evaluasi RTRW
keempat wilayah Kabupaten yang masuk dalam Kawasan Terpadu
Mamminasata, hanya RTRW Kabupaten Gowa yang berorientasi pada
perencanaan pengembangan sistem transportasi ke Kota Makassar.
Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan dan koneksitas wilayah
Kabupaten Gowa dengan wilayah di sekitarnya, terutama Kota
Makassar tidak dapat dipisahkan, bahkan terlihat telah menyatu kedua
wilayah tersebut sebagai konsekwensi dari perkembangan kota yang
saling tarik menarik.

Untuk terwujudnya sistem transportasi terpadu yang efektif dan


efisien, maka perencanaan sistem transportasi Kabupaten Gowa yang
tertuang dalam Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) Kabupaten
Gowa sebagai pedoman dalam pembangunan sektor transportasi
harus diselaraskan dengan arahan yang tertuang dalam rencana tata
ruang Metropolitan Maminasata. Hal ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan dan perencanaan transportasi di masa mendatang tidak
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga tatanan sistem

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 10
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

transportasi Kabupaten Gowa berkembang sesuai dengan rencana


yang diharapkan, dimana perencanaan sistem transportasi tidak dapat
dilakukan secara parsial melainkan harus dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh batas wilayah administratif wilayah, yaitu suatu sistem
transportasi yang terintegrasi dalam sistem transportasi Kawasan
Metropolitan Mamminasata.

Sistem transportasi Kabupaten Gowa hanya terbentuk oleh


sistem transportasi darat, yakni transportasi jalan raya. Seiring dengan
pengembangan wilayah Mamminasata dan keterkaitan wilayah
Kabupaten Gowa dengan daerah hinterlandnya, maka Kabupaten
Gowa memiliki peranan dalam mewujudkan sistem transportasi
multimoda, baik antarmoda maupun intermoda. Dalam perencanaan
sistem transportasi Pulau Sulawesi hingga tahun 2020 akan dibangun
sistem prasarana transportasi rel kereta api dengan perioritas tinggi
pada wilayah Mamminasata. Selain itu, pengembangan Bandar Udara
Sultan Hasanuddin merupakan salah satu bagian yang terintegrasi
sistem jaringan transportasi Kabupaten Gowa. Hal ini juga terjadi pada
sistem transportasi laut yang ada di Kota Makassar dan beberapa
lokasi pelabuhan lainnya yang ada di wilayah kabupaten sekitarnya
adalah bagian yang terintegrasi satu sama lain dengan sistem
transportasi wilayah Kabupaten Gowa.

Kota Makassar sebagai kota inti Metropolitan Mamminasata


bersinggungan langsung dengan Kabupaten Gowa, sehingga
kedudukan Kabupaten Gowa merupakan daerah penyangga dan
perlintasan pergerakan regional khususnya ke arah selatan Provinsi
Sulawesi Selatan.
a. Sistem Jaringan Transportasi Darat

Rencana system jaringan transportasi darat di Kabupaten


Gowa akan mengacu pada Studi Tataran Transportasi Lokal
Kabupaten Gowa dan kecenderungan perkembangan transportasi
saat ini dan masa mendatang di Kabupaten Gowa.

Berdasarkan aspek fisik wilayah Kawasan Mamminasata,


maka wilayah Kabupaten Gowa memiliki sistem pelayanan terbesar
kedua setelah Kota Makassar, baik dari segi penyediaan prasarana

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 11
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

transportasi jalan maupun transportasi rel kereta api. Pada kondisi


tersebut, sistem transportasi Kabupaten Gowa akan mengarah
pada sistem transportasi multimoda. Selain moda transportasi
tersebut, juga diarahkan pada pengembangan sistem transportasi
sungai dengan skala pelayanan lokal, dimana pemanfaatan sungai
Jeneberang sebagai media transportasi, baik sebagai pemenuhan
kebutuhan pergerakan antar zona maupun dimanfaatkan sebagai
bagian dari kegiatan kepariwisataan.

Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting
dalam memperlancar kegiatan sosial dan perekenomian, baik
antara propinsi dengan propinsi lainnya, antara satu kota dengan
kota lainnya, maupun antara kota dengan desa dan antara satu
desa dengan desa lainnya. Dengan jaringan jalan yang baik akan
memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan hubungan
perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Jaringan jalan, seperti
jaringan pelayanan lainnya, tidak menganut sistem spasial per
wilayah administrasi, meskipun dalam pengelolaannya tetap
dilakukan dengan pendekatan kewilayahan.

Sejalan dengan itu, Kepmen PU No. 630/KPTS/M/2009


tentang Penetapan Ruas Jar. Jalan Primer menurut fungsi sbg
Jalan Arteri dan Jalan Kolektor-1 dan PU No. 631/KPTS/M/2009
tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan menurut Statusnya sebagai
Jalan Nasional, terkait dengan Kabupaten Gowa adalah sebagai
berikut;

• Artei Primer, meliputi; Bts Kota Mks Kota Sungguminasa =


0.190 Km, Jl. Hasanuddin = 1.770 Km, Jl. Wahid Hasim
1.194 Km, Jl. A. Malombassang = 0.766 Km, Jl. Wahid
Hasim = 1.194 Km , Jl. Usman Salengke = 0.769 Km

• Koletor Primer (Keloktor-1) meliputi; batas Kota


Sungguminasa – Bts Kab. Gowa = 0.436 km, batas Kota
Sungguminasa – Bts Kab. Takalar = 17.971 Km, dan batas
Kabupaten Gowa - Batas Kota Takalar = 5.975 Km;

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 12
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Kota Jenjang I Jalan Arteri Primer Kota Jenjang I

Jalan Arteri Primer


Jalan Arteri Primer

Kota Jenjang II Kota Jenjang II


Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Primer


Jalan Kolektor Primer

Kota Jenjang III Jalan Lokal Primer Kota Jenjang III

Jalan Lokal Primer


Jalan Kolektor Primer Kota Dibawah
Jenjang III

Jalan Kolektor Primer

Persil

Gambar 6.2 Pola Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi Kota

F1 Kawasan
Primer
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Arteri Sekunder

Jalan Arteri Sekunder


F12 Kawasan F12 Kawasan
Sekunder Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri Sekunder

F22 Kawasan Jalan Kolektor Sekunder F22 Kawasan


Sekunder II Sekunder II

Jalan Kolektor Sekunder

F22 Kawasan
Sekunder III
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lokal Sekunder

Kota
Jenjang I
Jenjang II

Gambar 6.3 Sistem Jaringan Jalan Primer

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 13
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi jalan di


Kabupaten Gowa perlu diamati adanya kebutuhan aksesibilitas
wilayah sebagai konsekwensi dari pengembangan tata ruang di
masa mendatang. Perencanaan dan tatanan sistem jaringan
jalan tersebut juga tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan
sistem transportasi regional, terutama dalam tatanan sistem
jaringan jalan Kawasan Metropolitan Mamminasata.

Jika ditinjau dari kerapatan jalan, ratio perbandingan antara


panjang jalan dengan luas wilayah atau panjang jalan dengan
jumlah penduduk, maka indeks aksesibilitas Kabupaten Gowa
hingga tahun 2030 masih sangat baik artinya bahwa
ketersediaan prasarana jalan dengan tidak ada penambahan
masih memberikan aksesbilitas yang sangat baik. Indeks
aksesibilitas Kabupaten Gowa terhadap luas wilayah sebesar
1,31 atau setara dengan kepadatan penduduk 900 jiwa/km2,
sementara kepadatan penduduk Kabupaten Gowa hingga tahun
2009 adalah sebesar 467 jiwa/km2.

Guna kelancaran arus pergerakan kendaraan di jalan, hal yang


terpenting untuk diperhatikan adalah kapasitas jalan. Dalam
perencanaan jaringan jalan, salah satu indikator yang diperlukan
adalah informasi mengenai volume lalulintas. Jika dilihat dari
volume lalulintas saat ini terhadap kapasitas jalan di Kabupaten
Gowa, secara umum masih memadai, kecuali pada jalan-jalan
utama yang ada di Kecamatan Somba Opu memiliki tingkat
pelayanan cenderung rendah dengan tingkat pelayanan
minimum adalah kategori C.

Berdasarkan data TC yang telah diambil dilapangan pada 5


(lima) lokasi pengamatan memperlihatkan bahwa kapasitas jalan
yang melebihi ambang batas adalah pada outlet 01
(Sungguminasa Gowa-Tamalate Makassar) dan pos 02 (Samata
Gowa – Antang Makassar). Kondisi ini mengindikasikan untuk
segera dilakukan penanganan jaringan jalan, yakni penambahan
kapasitas atau melakukan manajemen lalulintas yang lebih
terencana serta membangun jaringan jalan alternatif.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 14
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

3.00 5.00

Tahun 2007
Tahun 2012
2.00 Tahun 2007

Derajat Kejenuhan (DS)


Tahun 2017
3.00 Tahun 2012
Tahun 2022

Derajat Kejenuhan (DS)


Tahun 2017
Tahun 2027
Tahun 2022
Tingkat Pelayanan A
Tahun 2027
Tingkat Pelayanan B
Tingkat Pelayanan A
Tingkat Pelayanan C
Tingkat Pelayanan B
Tingkat Pelayanan D
1.00 Tingkat Pelayanan C
Tingkat Pelayanan E
Tingkat Pelayanan D
Tingkat Pelayanan F
1.00 Tingkat Pelayanan E
Tingkat Pelayanan F

06:00-07:00

07:00-08:00

08:00-09:00

09:00-10:00

10:00-11:00

11:00-12:00

12:00-13:00

13:00-14:00

14:00-15:00

15:00-16:00

16:00-17:00

17:00-18:00

18:00-19:00

19:00-20:00

20:00-21:00

21:00-22:00

22:00-23:00

23:00-00:00
-
06:00-07:00

07:00-08:00

08:00-09:00

09:00-10:00

10:00-11:00

11:00-12:00

12:00-13:00

13:00-14:00

14:00-15:00

15:00-16:00

16:00-17:00

17:00-18:00

18:00-19:00

19:00-20:00

20:00-21:00

21:00-22:00

22:00-23:00

23:00-00:00

00:00-01:00

01:00-02:00

02:00-03:00

03:00-04:00

04:00-05:00

05:00-06.00
Jam
01 (1.00) 02
Jam

1.50 1.50

Tahun 2007 Tahun 2007


Tahun 2012 Tahun 2012
1.00 1.00
Derajat Kejenuhan (DS)

Derajat Kejenuhan (DS)


Tahun 2017 Tahun 2017
Tahun 2022 Tahun 2022
Tahun 2027 Tahun 2027
Tingkat Pelayanan A Tingkat Pelayanan A
Tingkat Pelayanan B Tingkat Pelayanan B
Tingkat Pelayanan C Tingkat Pelayanan C
Tingkat Pelayanan D Tingkat Pelayanan D
0.50 0.50
Tingkat Pelayanan E Tingkat Pelayanan E
Tingkat Pelayanan F Tingkat Pelayanan F

- -
06:00-07:00

07:00-08:00

08:00-09:00

09:00-10:00

10:00-11:00

11:00-12:00

12:00-13:00

13:00-14:00

14:00-15:00

15:00-16:00

16:00-17:00

17:00-18:00

18:00-19:00

19:00-20:00

20:00-21:00

21:00-22:00

06:00-07:00

07:00-08:00

08:00-09:00

09:00-10:00

10:00-11:00

11:00-12:00

12:00-13:00

13:00-14:00

14:00-15:00

15:00-16:00

16:00-17:00

17:00-18:00

18:00-19:00

19:00-20:00

20:00-21:00

21:00-22:00
Jam
03 Jam
04
1.50

Tahun 2007 01. Sungguminasa Gowa – Tamalate


Makassar
Tahun 2012
1.00
Derajat Kejenuhan (DS)

Tahun 2017
Tahun 2022
Tahun 2027
Tingkat Pelayanan A
Tingkat Pelayanan B
02. Samata Gowa – Antang Makassar
0.50
Tingkat Pelayanan C
Tingkat Pelayanan D 03. Gowa – Maros
04. Gowa – Takalar
Tingkat Pelayanan E
Tingkat Pelayanan F

05. Gowa - Sinjai


-
06:00-07:00

07:00-08:00

08:00-09:00

09:00-10:00

10:00-11:00

11:00-12:00

12:00-13:00

13:00-14:00

14:00-15:00

15:00-16:00

16:00-17:00

17:00-18:00

18:00-19:00

19:00-20:00

20:00-21:00

21:00-22:00

Jam
05

Sumber: Tatralok Kabupaten Gowa


Gambar 6.4. Grafik Tingkat Pelayanan Jaringan Jalan Pada Lokasi
Outlet Wilayah Tanpa Perbaikan
Berdasarkan data survey yang dilakukan oleh Tiom JICA
memperlihatkan keadaan keinginan pergerakan di wilayah
Kabupaten Gowa, khususnya yang masuk dalam wilayah
pengembangan Mamminasata mencapai 30.000 PCU/hari.
Keinginan pergerakan lalulintas tersebut diperlihatkan pada
gambar 6.5.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 15
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

13 13

14 14
5 5

7 7
6 6
4 4
1 1
3 3
2 2

10 10
9 9

15 15
8 8

11 11
12 12

10,000 30,000 50,000 pcu/hari


16
10,000 30,000 50,000 pcu/hari 16

Base Case Moderate Case


Sumber: Studi JICA
Gambar 6.5. Jaringan Lalu Lintas Masa Depan yang Diinginkan (2020)

Keterangan :
Zona Jaringan yang Zona Jaringan yang
Zona Lalu Lintas Zona Lalu Lintas
diinginkan diinginkan
1 1,2,5,6,7,8,9,10 9 29,30,34
2 3,4 10 31,32,35,36
3 11,12 11 37,39,40,43
4 13,14 12 38,41,42
5 17,18,20,21 13 57,58,59,60
6 15,16,19,24 14 44,45,56
7 22,23,25,26 15 46,47,48,49,50,51,52,53,54,55
8 27,28,33 16 52

No Kecamatan No Kecamatan
27 Bontonompo 35 Pattallassang
28 Bajeng 36 Manuju
29 Pallangga 46 Tinggimoncong
30 Somba Opu 47 Bungaya
31 Bontomarannu 48 Tompobulu
32 Parangloe 49 Tombolo Pao
33 Bontonompo Selatan 50 Bontolempangan
34 Barombong 51 Biringbulu

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 16
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Melihat kondisi pergerakan dimasa mendatang, pemerintah


Provinsi Sulawesi Selatan dan Studi yang telah dilakukan oleh JICA
membuat perencanaan sistem jaringan jalan, terutama dalam
memberikan aksesibilitas yang baik pada Kawasan Metropolitan
Mamminasata.
Adapun rencana pengembangan jalan dalam Kawasan
Metropolitan Mamminasata yang terkait dengan wilayah Kabupaten
Gowa, adalah Bypass Mamminasata, Rencana Terusan Dg. Sirua,
Jalan Tanjung Bunga Takalar, Rencana Jaringan Jalan Trans
Section C, Rencana pembangunan jalan lingkar luar, Rencana
peningkatan jalan Tun Abd. Razak-Pattallassang dan rencana
jaringan jalan KIMA-KIWA.
Sedangkan rencana pengembangan Kabupaten Gowa,
meliputi;
- Peningkatan Kelas Jalan akses Sungguminasa/KIWA – Malino -

Kab. Sinjai menjadi Kelas Jalan Kolektor-1


- Jaringan Jalan menghubungkan Tanjung Bunga Kota Makassar –

Barombong di Kab. Gowa – Galesong di Kab. Takalar;

- jaringan jalan Penghubungkan Antang Makassar – Samata –

Pangintungan Gowa – Paopao Gowa – Sungguminasata

- jaringan jalan Lokal Primer menghubungkan Sungguminasa –

Rajaraja – Taipaleleng – Sapaya – Lauwa – Palangbuta

Jeneponto;
- Jaringan jalan Lokal Primer menghubungkan; jaringan jalan
menghubungkan Sapaya – Bontoloe – Malakaji – Moncong

Saraung Sinjai;
- Jaringan jalan penghubung jalan kolektor Sekunder ke PPK
- Jaringan jalan penghubung jalan kolektor Sekunder ke pusat-pusat
produksi komoditi pertanian unggulan;
- Jaringan jalan penghubung jalan Lokal Sekunder ke PPL;

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 17
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Gambar 6.6. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Mamminasata


Sumber : Studi JICA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 18
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Gambar 6.7. Rencana Sistem Transportasi Jalan di Kaw. Mamminasata, 2005

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 19
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 20
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Gambar 6.8. Rencana Sistem Transportasi Jalan di Kawasan Mamminasata


Tahun 2009

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 21
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 22
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Angkutan AKAP dan AKDP


Berdasarkan Tatralok Kabupaten Gowa, pelayanan angkutan
penumpang antar kota berupa AKAP dan AKDP di Kabupaten
Gowa pada dasarnya belum dapat terlaksana dengan baik,
terutama jenis AKAP. Kondisi ini disebabkan masih adanya
trayek langsung ke Terminal Malengkeri Makassar, sehingga
Kabupaten Gowa (terminal Cappa Bungaya) hanya sebagai
daerah perlintasan jenis angkutan tersebut. Sedangkan jenis
angkutan AKDP yang berasal dari wilayah kabupaten di
sekitarnya, seperti Kabupaten jeneponto, Sinjai, Bantaeng,
Bulukumba dan Selayar hanya sebagian kecil berpangkalan di
Gowa. Untuk pelayanan antar kota terhadap wilayah Kabupaten
Gowa (Kota Sungguminasa) hanya berupa angkutan Pete-Pete
dan bus DAMRI non AC dan AC. Pelayanan angkutan ini secara
geogafis wilayah termasuk angkutan AKDP, akan tetapi dilihat
dari sistem pelayanannya lebih mengarah pada pelayanan
angkutan perkotaan.

Jika didasarkan data angkutan penumpang di Terminal


Malengkeri Makassar tahun 2005, jumlah kendaraan bus tiap hari
109 unit berangkat dan 104 unit tiba dengan jumlah penumpang
berangkat 718 orang/hari dan tiba 700 orang/hari. Jumlah
pelayanan dan pergerakan tersebut dengan berbagai
kecenderungan perkembangannya pada dasarnya potensi bagi
wilayah Kabupaten Gowa dimasa mendatang seiring dengan
penataan sistem transportasi Kawasan Mamminasata. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 6.1
Jumlah Penumpang Berangkat dan Tiba di Terminal Malengkeri
Makassar

Type Berangkat (per hari) Tiba (per hari)


No
Angkutan Kendaraan Seat Penumpang Kendaraan Seat Penumpang
1 Bus 5 104 57 5 107 55
2 Non Bus 104 853 661 100 792 645
Jumlah 109 957 718 104 899 700
Sumber : PD Terminal Regional Daya, Tahun 2006

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 23
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah kendaraan


angkutan penumpang berupa AKDP yang melewati wilayah
Kabupaten Gowa adalah sebanyak rata-rata 213 unit kendaraan
dan jumlah penumpang sebanyak 1418 orang tiap harinya
dengan layanan trayek Makassar-Bantaeng, Makassar-Selayar,
Makassar-Sinjai, dan Makassar-Bulukumba. Jumlah pergerakan
ini tentunya mengalami pertumbuhan dimasa mendatang, hanya
saja kesiapan prasarana transportasi harus mendapatkan
perhatian dan sistem pengelolaannya.

Secara umum, jumlah agkutan penumpang yang masuk kategori


AKDP termasuk angkutan Pete-Pete di Kabupaten Gowa
(melalui terminal Cappa Bungaya Pallangga) adalah Pete-Pete
sebanyak 860 unit/hari untuk trayek Makassar-Sungguminasa,
DAMRI 12 unit/hari, non bus 371 unit/hari untuk dan bis kecil 271
unit/hari untuk trayek ke arah selatan Kabupaten Gowa, dan
trayek Selayar sebanyak 5 unit bus besar dan 10 unit/hari bus
kecil untuk. Jadi total jumlah kendaraan AKDP melayani
Kabupaten Gowa adalah sebanyak 1.529 unit/hari atau jumlah
penumpang yang terangkut melalui terminal Cappa Bungaya
sebanyak 31.941 orang/hari (dihitung berdasarkan LF 75% dan
jumlah rit per hari). Khusus untuk jumlah penumpang yang
terangkut ke Makassar atau sebaliknya diperkirakan sebanyak
16.290 orang/hari. Untuk lebih jelasnya dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 6.2
Proyeksi Jumlah Penumpang Angkutan AKDP di Kabupaten Gowa
Tahun 2007-2027

Jumlah Jumlah Penumpang (orang/hari)


Jenis Angkutan Angkutan
(Unit/hari) 2007 2012 2017 2022 2027
Pete-Pete
Sungguminasa- 860 92,880 107,152 117,725 128,330 138,930
Makassar
DAMRI 12 3,240 3,738 4,107 4,477 4,846
Panter 381 5,715 6,593 7,244 7,896 8,549
Bis Kescil 276 9,936 11,463 12,594 13,728 14,862
Jumlah 1,529 111,771 128,945 141,670 154,431 167,188
Sumber : Tatralok Kabupaten Gowa Tahun 2007

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 24
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah penumpang yang


banyak terangkut adalah menuju Kota Makassar, yakni berkisar
51% dari total pergerakan antar wilayah di Kabupaten Gowa.
Jumlah perkiraan tersebut masih mengalami kenaikan dimasa
mendatang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
semakin baiknya ekonomi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan perjalanannya. Sementara, pola pergerakan angkutan
dari arah Kota Makassar melalui Kota Sungguminasa yang
bercampur baur dengan jenis angkutan lainnya, sementara
kapasitas jalan yang ada saat ini memiliki kapasitas yang
terbatas, sehingga beberapa ruas jalan terutama jalan utama di
Kota Sungguminasa rawan kemacetan. Oleh karena itu,
dibutuhkan sistem pelayanan angkutan (terminal) sebagaimana
yang diarahkan pada rencana tata ruang Metropolitan
Mamminasata akan dibangun terminal regional type A yang
lokasinya di Kecamatan Pattalassang. Terminal tersebut nantinya
dapat memberikan bentuk pola pergerakan angkutan di
Kabupaten Gowa, terutama terhadap Kota Sungguminasa
sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kota
Makassar. Terminal regional tersebut diarahkan pada penyatuan
dengan stasiun kereta api sehingga kedudukannya dapat
mewujudkan sistem pelayanan transportasi yang terpadu, efektif
dan efisien dimasa mendatang.

Terminal dan Rute

Dalam merencanakan fasilitas terminal terdapat beberapa hal


sangat penting untuk diketahui secara rinci yaitu fungsi terminal,
ditinjau dari sistem jaringan rute secara keseluruhan maupun dari
aktifitas atau mekanisme proses yang ada dalam terminal. Aspek
lainnya yang perlu diketahui adalah intensitas dari pergerakan
yang harus diantisipasi, karena terminal pada dasarnya dibangun
dalam usaha untuk mengantisipasi aktifitas maupun mekanisme
pergerakan yang ada dengan tingkat intensitas tertentu. Untuk
terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 25
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

dan tertib maka perlu dibangun dan diselenggarakan terminal


yang merupakan :

- Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi


sebagai pelayanan umum
- Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan
pengoperasian lalulintas
- Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari system
transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang
- Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi
efisiensi kehidupan kota.

Pentingnya pembangunan terminal tidak terlepas dari fungsinya


yang ditinjau dari 3 unsur :

- Fungsi terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan


menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau
kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-
fasilitas informasi dan fasilitas parker kendaraan pribadi.
- Fungsi terminal bagi pemerintah adalah dari segi
perencanaan dan manajemen lalulintas untuk menata
lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan,
sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali
kendaraan umum
- Fungsi terminal bagi operator/pengusuha adalah untuk
pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan
informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.

Kabupaten Gowa sebagai wilayah hinterland dari Kota Makassar


dan merupakan bagian wilayah pengembangan Kawasan
Metropolitan Mamminasata memiliki peranan yang sangat
penting dalam tataran transportasi regional. Dalam perencanaan
sistem transportasi di Kawasan Mamminasata, pelayanan
angkutan regional berupa AKAP dan AKDP beserta angkutan
perkotaan dan perdesaan akan diarahkan diluar wilayah Kota
Makassar, sebagaimana yang juga ditegaskan dalam Tatrawil

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 26
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Provinsi Sulawesi Selatan. Demikian pula halnya dengan


Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan
Mamminasata mengalokasikan terminal regional Mamminasata
berlokasi di Kota Baru Gowa-Maros dengan type A yang
lokasinya direncanakan di Kecamatan Patalassang.

Pada kondisi saat ini kegiatan pemusatan pelayanan angkutan


penumpang di Kabupaten Gowa telah dilayani 5 (lima) terminal,
yaitu terminal Cappa Bungaya di Kecamatan Pallangga,
Terminal Limbung Kecamatan Bajeng, Terminal Tamalayang
Kecamatan Bontonompo, Terminal Malino Kecamatan
Tinggimoncong, dan Terminal Malakaji Kecamatan Tompobulu.
Kelima terminal tersebut memiliki peranan masing-masing yang
terintegrasi dalam perencanaan sistem transportasi angkutan
penumpang di Kabupaten Gowa, hanya saja belum
memperlihatkan adanya sistem pelayanan antar terminal.

Sistem pelayanan angkutan penumpang semuanya tertuju ke


Terminal Cappa Bunagaya Pallangga. Jadi dapat dipastikan
bahwa semua kendaraan angkutan Pete-Pete akan melewati
Kota Sungguminasa tiap harinya. Kondisi ini tentunya dapat
mempengaruhi kinerja jaringan jalan di dalam Kota
Sungguminasa sebagai Ibukota Kabupaten, dimana arah
pergerakan akan bermuara pada jalan nasional dan provinsi
sebagai jalur utama dan semua jenis kendaraan melewatinya.

Berdasarkan orientasi pengembangan tata ruang dimasa


mendatang, baik secara lokal maupun regional, Kabupaten Gowa
dapat melayani angkutan AKAP dan AKDP. Dengan adanya
pelayanan angkutan berupa AKAP dan AKDP tersebut
menggambarkan bahwa penyediaan terminal skala regional tetap
mengacu pada pembangunan terminal yang berlaku secara
nasional, yaitu mengacu pada KM. Perhubungan 31 TH 1995
tentang Terminal untuk setiap tipologi terminal dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 27
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Berdasarkan tabel di atas serta mengacu pada kebijakan


pengembangan ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata,
maka di Kabupaten Gowa akan direncanakan terminal type A
yang akan berperan sebagai terminal regional Mamminasata.
Sesuai dengan orientasi pengembangan sistem jaringan
transportasi di kawasan Mamminasata di masa mendatang,
lokasi terminal regional yang berlokasi di Kabupaten Gowa
diarahkan pada Kecamatan Patallasang. Berdasarkan
Penyempurnaan RDTR Kota Baru dan Zoning Regulation BWK-I
Kota Baru Metropolitan Mamminasata luas lahan rencana
terminal tersebut beserta fasilitas pendukung dan penunjangnya
kurang lebih 68,54 ha. Sedangkan kedudukan terminal Cappa
Bungaya Pallanga tetap dipertahankan dan berperan sebagai
terminal angkutan perkotaan dan perdesaan.

b. Transportasi Rel Kereta Api

Jaringan transportasi jalan rel merupakan bagian yang tidak dapat


dipisahkan dari keseluruhan jaringan transportasi nasional dalam
kaitan dengan perwujudan Sistim Transportasi Nasional. Untuk itu
diperlukan penyusunan hirarki jaringan transportasi jalan rel agar
penyelenggaraan dapat terpadu terutama berkaitan dengan
kewenangan dan pendanaan. Jaringan transportasi jalan rel
diklasifikasikan menjadi transportasi Jalan Rel Nasional dan
Jaringan Transportasi Jalan Rel Regional. Jalur kereta api yang
termasuk di dalam Jaringan Jalan Rel Nasional adalah jalur kereta
api antar kota yang terdiri dari Lintas Utama dan Lintas Cabang.

Untuk menghubungkan potensi-potensi unggulan pada wilayah


Pulau Sulawesi dengan outlet-outlet utama yang selanjutnya
menuju ke lokasi pasar potensial yang ada adalah dengan
pembangunan prasarana dan sarana transportasi jalan rel. Jalan
rel memiliki keandalan dibanding dengan prasarana dan sarana
transportasi lainya ditinjau dari segi kemampuan jarak tempuh
(long-distance transportation mode) dengan kemampuan kecepatan

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 28
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

450 km/jam, kapasitas pengangkutan yang besar, ramah


lingkungan, tingkat keamanan dan keselamatan relatif tinggi, serta
dari segi ekonomisnya untuk pengangkutan besar. Dengan
karakteristik produk-produk unggulan wilayah umumnya besar dari
segi volume serta dukungan prasarana jalan belum memenuhi
kebutuhan pergerakan orang dan barang di Sulawesi (baik secara
kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas), maka keberadaan jaringan
jalan rel menjadi sangat relevan untuk dikembangkan.
Dalam rangka pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi kereta api di Pulau Sulawesi, pada tanggal 26 Mei 2002
di Kota Gorontalo telah disepakati Rencana Aksi Program
Pengembangan Ekonomi se-Sulawesi yang salah satu butirnya
menegaskan urgensi pembangunan prasarana dan sarana
transportasi jalan rel kereta api. rencana aksi tersebut dituangkan
dalam Kesepakatan Pemerintah Propinsi se-Sulawesi yang pada
dasarnya merupakan bentuk kerjasama pembangunan lintas-
propinsi se-Sulawesi dalam rangka mewujudkan visi masyarakat
Sulawesi hingga tahun 2020 yang sejahtera dan beradab, bertumpu
pada kemandirian lokal dan semangat solidaritas kawasan dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara khusus
rencana pembangunan TSRN ditujukan untuk meningkatkan
volume perdagangan dan arus investasi melalui peningkatan
mobilitas orang dan barang dalam wilayah Pulau Sulawesi, yang
pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan ekonomi wilayah
dan kesejahteraan masyarakat.
Dari hasil Studi Kelayakan Jalan Kereta Api Tahun 2005 diperoleh
hasil rencana pengembangan sebanyak 9 lintasan dengan panjang
rel lintasan diperkirakan  1.274 km. Pembangunan lintasan rel
kereta api tersebut akan dibangun secara bertahap menurut skala
prioritasnya. Jumlah biaya investasi dibutuhkan pelaksanaan
pembangunan prasarana dan sarana rel kereta api di Pulau
Sulawesi diperkirakan  USD 2.684 juta. Adapun orientasi rencana
pembangunan lintasan rel kereta api seperti Tabel 5.6.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 29
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.3
Rencana Pembangunan Lintas Kereta Api di Sulawesi
Jarak Biaya (juta
Lintasan Prioritas
(km) US $)
Manado – Bitung 48 Tinggi 104
Gorontalo – Bitung 300 Sedang 606
Palu – Poso 132 Sedang 272
Makassar – Parepare 128 Tinggi 258
Parepare – Mamuju 213 Rendah 428
Makassar-Takalar-Bulukumba 128 Sedang 358
Bulukumba – Bajoe 110 Rendah 222
Parepare – Bajoe 100 Rendah 202
Kendari – Kolaka 115 Sedang 234
Jumlah 1.274 2.684
Sumber : Studi Kelayakan Jalan KA Sulawesi, Tahun 2005

Sistem transportasi rel kereta api yang akan dikembangkan di Pulau


Sulawesi masih berorientasi pada pelayanan angkutan barang.
Meskipun demikian, orientasi pengembangan jaringan rel kereta api
tersebut dalam kaitannya dengan keberadaan wilayah Kabupaten
Gowa, maka perencanaan jaringan rel kereta api Pulau Sulawesi
akan melayani sebagian wilayah Kabupaten Gowa untuk trayek
Makassar-Takalar-Bulukumba. Selain daripada itu, rencana
pembangunan rel kereta api untuk angkutan penumpang juga akan
dikembangkan dalam wilayah Kawasan Metropolitan Mamminasata
yang dengan sendirinya wilayah Kabupaten Gowa juga dapat
terlayani pengembangan sistem transportasi tersebut.

Dalam Rencana Tata Ruang Mamminasata tahun 2006


mengajukan sebuah usulan untuk membangun jaringan kereta api
dengan panjang 60 km akan digunakan sebagai jalur kereta antar
wilayah dan 120 km untuk wilayah metropolitan. Total biaya
konstruksi akan melampaui US$ 10 milyar. Adapun usulan rencana
rel kereta api yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 30
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Gambar 6.10. Gambaran Rencana Jaringan Kereta Api

c. Transportasi Sungai

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan


Mamminasata, sungai Jeneberang dan Sungai Tallo akan
dikembangkan sebagai media transportasi air dalam Kawasan
Mamminasata. Demikian juga yang diarahkan pada Studi
Pengembangan Keterpaduan Transportasi di Pulau Sulawesi untuk

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 31
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

wilayah Mamminasata, terutama Kota Makassar untuk


mengembangkan sistem transportasi sungai pada Sungai Tallo dan
Sungai Pampang sebagai media transportasi air. Kedua dokumen
tersebut sangat beralasan karena potensi sungai tersedia dan
kecenderungan pemanfaatan sungai atau kanal-kanal dalam kota
sebagai jalur lalulintas.

Untuk wilayah Kabupaten Gowa, aliran sungai Jeneberang dapat


dikembangkan sebagai jalur lalulintas untuk mengantisipasi adanya
kebutuhan transportasi alternatif yang tidak berbasis pada jalan
raya. Disamping sebagai jalur lalulintas pergerakan antar zona yang
dilalui oleh sungai tersebut, juga dapat menunjang kepariwisataan
sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara maju maupun
berkembang.

d. Transportasi Udara

Kabupaten Gowa pada dasarnya tidak memiliki bandar udara,


namun secara geografis wilayah Kabupaten Gowa merupakan
daerah hinterland dari Bandar Udara Internasional Hasanuddin
yang berlokasi di Mandai Kabupaten Maros.

Tingkat pencapaian dari Kota Sungguminasa ke Bandar Udara


Hasanuddin dapat ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan. Dengan
dikembangkannya jalan baypass Mamminasata dan jalan trans
Sulawesi yang kesemuanya melalui Kabupaten Gowa, maka tingkat
pencapaian akan lebih mudah dan cepat. Selain itu, pergerakan
dari beberapa wilayah kabupaten lainnya juga akan melalui
Kabupaten Gowa sebagai daerah perlintasan. Oleh karena itu,
keberadaan Bandar Udara Hasanuddin tidak dapat dipisahkan
dengan eksistensi wilayah Kabupaten Gowa sebagai daerah
belakang bandara tersebut.

e. Transportasi Laut
Sebagaimana fasilitas bandar udara,, Kabupaten Gowa juga tidak
memiliki pelabuhan laut. Namun, salah satu daerah belakang
daripada pelabuhan laut internasional Soekarno Hatta Makassar

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 32
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

adalah wilayah Kabupaten Gowa. Namun demikian, dengan


perkembangan berbagai kegiatan yang terkait dengan pelabuhan di
Kabupaten Gowa seperti Kawasan Industri Gowa (KIWA) menjadi
pertimbangan terutama kaitannya dengan pengembangan jaringan
jalan.

f. Multi Moda
Pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Gowa ditekankan
pada fungsi dan peranan transportasi sebagai pendukung urat nadi
perekonomian daerah. Terdapat 18 kecamatan yang akan
berkembang pada masa mendatang, tentunya akan memerlukan
dukungan layanan transportasi, terlebih pada tatanan wilayah
Kabupaten Gowa dalam pengembangan Kawasan Mamminasata.
Untuk itu, diperlukan suatu jaringan transportasi terpadu-intermoda
yang mampu menjamin lancarnya mobilitas penumpang dan barang
dari lokasi asal ketitik akhir tujuan dengan cepat, aman dan efisien
dan berbiaya terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.

Pengembangan sistem terpadu-intermoda, dilakukan dengan


mengintegrasikan rute-rute angkutan dari berbagai moda, melalui
simpul-simpul peralihan, ditata secara sistematis, agar saling
mengisi dan menunjang, satu dengan yang lain. Titik simpul
peralihan pada sistem transportasi terpadu-intemoda adalah berupa
lokasi-lokasi sub terminal pada subsistem angkutan darat, stasiun
kereta api, transportasi sungai. Untuk integrasinya dengan
pelabuhan dan bandar udara, secara jelas dalam arahan
perencanaan sistem jaringan transportasi Mamminasata telah
mengkoneksikan sistem jaringan transportasi yang akan
dikembangkan.

Layanan pergerakan dari lokasi asal bangkitan ke lokasi simpul


pertama, serta pergerakan antar simpul dan pergerakan dari simpul
terakhir ke tujuan akhir pergerakan/perjalanan, dilakukan melalui
rute-rute dan sarana angkutan yang ada maupun yang
direncanakan. Jaringan transportasi yang sudah ada pada masing-
masing sub sistem transportasi, beserta sarana dan rute-rute

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 33
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

layanan angkutan yang sudah ada, merupakan komponen dasar


dalam membentuk sistem transportasi-intermoda. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai pola sistem transportasi dapat
dilihat pada Gambar 6.10.

Sistem Sistem
Kegiatan Jaringan

Sistem
Pergerakan

Sistem Kelembagaan

Gambar 6.11. Sistem Transportasi Makro

Keterkaitan satu sama lain sistem transportasi memberikan indikasi


agar pelaksanaan pelayanan transportasi lebih diarahkan pada
perwujudan sistem transportasi terpadu-intemoda karena hal
tersebut memperlihatkan keterkaitan yang sangat erat antara unsur-
unsur transportasi yang utama, sepeti Kendaraan, rute/trayek/jalan
raya dan terminal.

Dalam upaya memperbaiki transportasi, harus diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :

- Bagaimana menentukan kendaraan yang tepat dalam


pelayanan jasa transportasi. Tepat jumlahnya, tepat tipenya dan
tepat ukurannya.
- Bagaimana menyusun rute yang tepat. Tepat jalurnya, tepat
frekuensinya, tepat keteraturannya, tepat jam waktu
keberangkatannya dan kedatangannya.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 34
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

- Bagaimana membangun dan mengelola terminal yang tepat


dan dilengkapi dengan fasilitas yang tepat (curbside area,
check in, ruang tunggu dan lainnya).

g. Proyeksi Pergerakan Orang

bangkitan dan tarikan pergerakan orang dimasa mendatang sangat


dipengaruhi oleh aktivitas sosio-ekonomi masyarakat dalam suatu
ruang. Aktivitas tersebut kemudian dijadikan sebagai variabel dalam
memperkirakan atau melihat jumlah bangkitan dan tarikan di masa
mendatang. Jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan pada suatu
wilayah, faktor jumlah penduduk juga sangat menentukan karena
merupakan pelaku aktif terjadinya suatu pergerakan tersebut.

Untuk mendapatkan model pergerakan digunakan variabel-variabel


yang mempengaruhi tarikan dan bangkitan, seperti jumlah
penduduk, luas wilayah, jumlah fasilitas lingkungan, jumlah tenaga
kerja, tata guna lahan dan variabel lainnya yang dianggap penting.
Dengan menggunakan model Matriks Asal dan Tujuan (MAT), maka
diperoleh Bangkitan dan Tarikan pergerakan orang di Kabupaten
Gowa tahun 2011-2030 sebagaimana pada tabel di bawah.

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pergerakan orang


secara internal di Kabupaten Gowa cukup besar dan diperkirakan
mengalami peningkatan dari tahun 2011-2030 sebesar 43.86%.
pertumbuhan pergerakan tersebut jika tidak dibarengi dengan
ketersediaan prasarana transportasi beserta pengendalian lalulintas
di masa mendatang, akan menjadi permasalahan lalulintas yang
signifikan. Disamping itu, kedudukan Kabupaten Gowa, terutama
Kota Sungguminasa sebagai daerah perlintasan dari/ke Kota
Makassar sebagai akibat adanya pergerakan secara regional dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Pergerakan regional tersebut
dapat ditandai dari wilayah-wilayah kabupaten yang ada
dibelakangnya, seperti Kabupaten Sinjai, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba dan Selayar. Pergerakan yang ditimbulkan
adalah bersifat menerus, artinya bahwa wilayah Kabupaten Gowa

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 35
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

hanya dijadikan sebagai daerah perlintasan menuju Kota Makassar.


Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi keadaan lalulintas di
Kabupaten Gowa yang dilalui angkutan tersebut, terlebih Kota
Sungguminasa sebagai wilayah gerbang utama Kabupaten Gowa
sekaliguis sebagai ibukota kabupaten. Sementara jaringan jalan
yang dapat dilalui hanya pada jalan nasional dari arah Takalar-
Makassar dan jalan provinsi dari arah Sinjai-Malino-Sungguminasa-
Makassar.

Tabel 6.4
Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan di Kabupaten Gowa
Tahun 2010 -2030
Bangkitan Tarikan Pergerakan/Hari
Kecamatan Bangkitan (Oi) Tarikan (Dt)
2007 2027 2007 2027
Bontonompo 29,477 42,404 29,633 42,629
Bontonompo Selatan 20,742 29,838 21,919 31,531
Bajeng 43,378 62,402 41,176 59,234
Bajeng Barat 16,595 23,872 18,132 26,084
Pallangga 64,165 92,305 56,758 81,650
Barombong 23,389 33,646 24,294 34,948
Sombaopu 73,023 105,048 62,787 90,323
Bontomarannu 21,873 31,466 22,938 32,998
Pattallassang 14,365 20,664 16,063 23,107
Parangloe 12,739 18,325 14,540 20,916
Manuju 10,847 15,604 12,752 18,344
Tinggimoncong 16,481 23,709 18,028 25,934
Tombolo Pao 20,595 29,627 21,786 31,341
Parigi 10,084 14,507 12,026 17,300
Bungaya 14,150 20,355 15,862 22,819
Bontolempangan 12,455 17,917 14,272 20,532
Tompobulu 24,006 34,533 24,843 35,738
Biringbulu 26,427 38,016 26,980 38,812
Jumlah 454,789 654,240 454,789 654,240
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 36
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Untuk persebaran pergerakan di Kabupaten Gowa sendiri dapat


dibedakan atas dua bagian, yaitu pergerakan secara internal yaitu
pergerakan yang timbul adanya tarikan bangkitan antar kecamatan
dan pergerakan secara eksternal, yaitu pergerakan yang terjadi
antar wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan tabel OD yang
diproyeksikan, jumlah pergerakan secara internal adalah sebanyak
654,240 orang per hari dengan penyebaran sebagaimana pada
tabel berikut.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 37
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.5
Total Jumlah Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Antar Kecamatan Tahun 2010
Tujuan Bonto Tinggi Tom
Bonto Bajeng Palla Barom Somba Bontoma Pattal Parang Bunga Bontolem Tompo Biring
No nompo Bajeng Manuju mon bolo Parigi Jumlah
nompo Barat ngga bong Opu rannu lassang loe ya pangan bulu bulu
Asal Selatan cong Pao
1 Bontonompo - 1,457 2,924 1,188 4,271 1,628 4,845 1,530 1,043 938 815 1,181 1,447 766 1,029 920 1,668 1,825 29,477
Bontonompo
2 1,400 - 2,034 812 2,982 1,122 3,386 1,053 711 637 550 807 995 516 701 624 1,150 1,261 20,742
Selatan
3 Bajeng 3,055 2,222 - 1,826 6,364 2,474 7,208 2,330 1,613 1,458 1,278 1,815 2,208 1,205 1,593 1,431 2,533 2,764 43,378
4 Bajeng Barat 1,111 792 1,618 - 2,377 889 2,700 834 560 500 431 637 787 404 552 490 912 1,000 16,595
5 Pallangga 4,691 3,459 6,653 2,874 - 3,832 10,835 3,619 2,559 2,330 2,063 2,858 3,438 1,955 2,529 2,290 3,919 4,261 64,165
6 Barombong 1,587 1,137 2,302 924 3,371 - 3,826 1,196 809 726 629 918 1,130 589 798 711 1,305 1,430 23,389
7 Sombaopu 5,423 4,020 7,655 3,354 10,992 4,445 - 4,202 2,996 2,735 2,431 3,336 3,997 2,309 2,962 2,690 4,544 4,933 73,023
8 Bontomarannu 1,480 1,059 2,148 860 3,148 1,187 3,574 - 753 675 584 855 1,052 547 742 661 1,216 1,333 21,873
9 Pattallassang 958 682 1,397 551 2,053 765 2,333 718 - 429 369 547 677 345 474 420 785 861 14,365
10 Parangloe 847 602 1,236 486 1,818 676 2,066 634 423 - 325 483 598 303 417 370 693 761 12,739
11 Manuju 718 510 1,050 411 1,546 573 1,757 537 358 319 - 408 506 256 353 312 588 646 10,847
12 Tinggimoncong 1,103 787 1,607 637 2,360 883 2,681 828 556 497 428 - 781 401 548 486 905 993 16,481
13 Tombolo Pao 1,390 994 2,019 806 2,961 1,114 3,362 1,045 705 632 546 801 - 512 696 619 1,142 1,252 20,595
14 Parigi 667 473 975 381 1,436 532 1,632 498 332 296 254 379 470 - 327 289 545 599 10,084
15 Bungaya 943 671 1,375 542 2,022 754 2,298 706 473 422 363 539 667 340 - 413 773 848 14,150
16 Bontolempangan 827 588 1,208 475 1,777 661 2,020 619 413 369 317 471 584 296 408 - 677 744 12,455
17 Tompobulu 1,630 1,169 2,364 950 3,461 1,309 3,929 1,229 833 747 647 944 1,162 607 821 732 - 1,469 24,006
18 Biringbulu 1,803 1,296 2,611 1,055 3,819 1,449 4,334 1,361 925 831 721 1,048 1,287 676 913 814 1,485 - 26,427
Jumlah 29,633 21,919 41,176 18,132 56,758 24,294 62,787 22,938 16,063 14,540 12,752 18,028 21,786 12,026 15,862 14,272 24,843 26,980 454,789
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 38
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.6
Total Jumlah Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Antar Kecamatan Tahun 2016
Tujuan Bonto Tinggi Tom
Bonto Bajeng Palla Barom Somba Bontoma Pattal Parang Bunga Bontolem Tompo Biring
No nompo Bajeng Manuju mon bolo Parigi Jumlah
nompo Barat ngga bong Opu rannu lassang loe ya pangan bulu bulu
Asal Selatan cong Pao
1 Bontonompo - 1,616 3,244 1,318 4,739 1,807 5,376 1,698 1,158 1,041 905 1,310 1,606 850 1,142 1,020 1,851 2,025 32,705
Bontonompo
2
Selatan 1,553 - 2,257 901 3,309 1,245 3,757 1,169 789 706 611 896 1,104 572 778 692 1,276 1,399 23,013
3 Bajeng 3,389 2,465 - 2,026 7,060 2,745 7,998 2,585 1,790 1,618 1,418 2,014 2,450 1,337 1,767 1,588 2,810 3,067 48,128
4 Bajeng Barat 1,233 879 1,796 - 2,637 986 2,996 925 621 555 479 707 873 448 612 544 1,011 1,109 18,412
5 Pallangga 5,205 3,838 7,381 3,189 - 4,252 12,022 4,015 2,839 2,585 2,289 3,171 3,815 2,169 2,806 2,540 4,349 4,728 71,191
6 Barombong 1,760 1,262 2,554 1,025 3,740 - 4,245 1,327 898 805 697 1,019 1,254 654 886 789 1,448 1,586 25,950
7 Sombaopu 6,016 4,460 8,493 3,722 12,196 4,932 - 4,662 3,324 3,035 2,698 3,701 4,434 2,562 3,286 2,984 5,042 5,473 81,019
8 Bontomarannu 1,642 1,175 2,383 954 3,493 1,317 3,965 - 835 748 647 948 1,168 607 824 733 1,350 1,479 24,268
9 Pattallassang 1,063 756 1,550 611 2,278 849 2,589 796 - 476 410 607 751 383 525 466 871 956 15,937
10 Parangloe 939 668 1,371 539 2,017 750 2,293 703 470 - 360 535 663 337 463 410 769 845 14,134
11 Manuju 797 566 1,165 456 1,715 636 1,949 596 397 354 - 453 562 284 391 346 652 716 12,035
12 Tinggimoncong 1,224 873 1,783 706 2,619 979 2,975 918 617 551 475 - 867 444 608 540 1,004 1,102 18,286
13 Tombolo Pao 1,542 1,103 2,240 895 3,285 1,236 3,730 1,160 783 701 606 889 - 568 772 687 1,267 1,389 22,850
14 Parigi 740 525 1,082 423 1,593 590 1,811 553 368 328 281 420 521 - 363 321 605 665 11,188
15 Bungaya 1,046 745 1,526 602 2,244 836 2,549 784 525 468 403 598 740 377 - 459 857 941 15,699
16 Bontolempangan 918 652 1,340 526 1,972 733 2,241 687 459 409 352 523 648 329 452 - 752 825 13,819
17 Tompobulu 1,809 1,297 2,623 1,055 3,840 1,452 4,359 1,364 924 829 718 1,048 1,289 673 911 812 - 1,630 26,634
18 Biringbulu 2,001 1,437 2,897 1,170 4,237 1,608 4,808 1,510 1,026 921 800 1,163 1,428 750 1,012 903 1,648 - 29,320
Jumlah 32,878 24,319 45,685 20,118 62,974 26,954 69,663 25,450 17,822 16,132 14,148 20,002 24,172 13,343 17,599 15,835 27,563 29,934 504,590
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 39
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.7
Total Jumlah Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Antar Kecamatan Tahun 2020

Tujuan Bonto Tinggi Tom


Bonto Bajeng Palla Barom Somba Bontoma Pattal Parang Bunga Bontolem Tompo Biring
No nompo Bajeng Manuju mon bolo Parigi Jumlah
nompo Barat ngga bong Opu rannu lassang loe ya pangan bulu bulu
Asal Selatan cong Pao
1 Bontonompo - 1,776 3,564 1,448 5,207 1,985 5,906 1,865 1,272 1,143 994 1,439 1,764 934 1,255 1,121 2,034 2,225 35,932
Bontonompo
2
Selatan 1,707 - 2,479 990 3,635 1,368 4,128 1,284 866 776 671 984 1,213 628 854 760 1,402 1,537 25,284
3 Bajeng 3,724 2,708 - 2,226 7,757 3,016 8,787 2,840 1,967 1,778 1,558 2,213 2,691 1,469 1,942 1,745 3,088 3,369 52,878
4 Bajeng Barat 1,355 966 1,973 - 2,897 1,084 3,291 1,016 682 610 526 777 959 492 673 597 1,111 1,219 20,229
5 Pallangga 5,719 4,216 8,110 3,503 - 4,672 13,208 4,411 3,120 2,840 2,515 3,484 4,191 2,383 3,083 2,791 4,778 5,194 78,216
6 Barombong 1,934 1,387 2,806 1,127 4,109 - 4,664 1,457 987 885 766 1,119 1,377 718 973 867 1,591 1,743 28,510
7 Sombaopu 6,610 4,900 9,331 4,089 13,400 5,419 - 5,122 3,652 3,334 2,964 4,067 4,872 2,814 3,610 3,278 5,539 6,013 89,014
8 Bontomarannu 1,804 1,291 2,619 1,048 3,837 1,447 4,357 - 918 822 711 1,042 1,283 667 905 806 1,483 1,625 26,663
9 Pattallassang 1,167 831 1,703 671 2,503 933 2,844 875 - 523 450 667 825 421 577 512 957 1,050 17,510
10 Parangloe 1,032 734 1,507 592 2,216 824 2,519 772 516 - 396 588 729 370 509 451 845 928 15,528
11 Manuju 876 622 1,280 501 1,884 699 2,142 654 436 389 - 498 617 312 430 381 716 787 13,222
12 Tinggimoncong 1,345 959 1,959 776 2,877 1,076 3,269 1,009 677 606 522 - 953 488 668 593 1,103 1,210 20,091
13 Tombolo Pao 1,694 1,212 2,461 983 3,609 1,358 4,098 1,274 860 770 666 977 - 624 848 754 1,392 1,526 25,105
14 Parigi 813 577 1,188 465 1,750 648 1,990 607 404 360 309 462 573 - 398 353 665 730 12,292
15 Bungaya 1,150 818 1,677 661 2,465 919 2,801 861 576 515 443 657 813 414 - 504 942 1,034 17,248
16 Bontolempangan 1,008 717 1,473 578 2,166 805 2,462 755 504 450 387 575 712 361 497 - 826 907 15,182
17 Tompobulu 1,988 1,425 2,882 1,159 4,219 1,596 4,789 1,498 1,015 911 789 1,151 1,416 740 1,001 892 - 1,791 29,262
18 Biringbulu 2,198 1,579 3,183 1,286 4,655 1,767 5,283 1,659 1,128 1,012 878 1,278 1,569 824 1,112 992 1,810 - 32,214
Jumlah 36,122 26,719 50,193 22,103 69,188 29,614 76,537 27,961 19,580 17,724 15,544 21,976 26,557 14,660 19,336 17,398 30,283 32,888 554,383
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 40
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.8
Total Jumlah Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Antar Kecamatan Tahun 2026
Tujuan Bonto Tinggi Tom
Bonto Bajeng Palla Barom Somba Bontoma Pattal Parang Bunga Bontolem Tompo Biring
No nompo Bajeng Manuju mon bolo Parigi Jumlah
nompo Barat ngga bong Opu rannu lassang loe ya pangan bulu bulu
Asal Selatan cong Pao
1 Bontonompo - 1,936 3,885 1,579 5,676 2,164 6,439 2,033 1,386 1,246 1,084 1,569 1,923 1,018 1,368 1,222 2,217 2,425 39,169
Bontonompo
2
Selatan 1,860 - 2,703 1,080 3,963 1,491 4,499 1,400 944 846 731 1,073 1,322 685 931 829 1,529 1,675 27,561
3 Bajeng 4,059 2,952 - 2,427 8,456 3,288 9,579 3,096 2,144 1,938 1,698 2,412 2,934 1,601 2,117 1,902 3,366 3,673 57,641
4 Bajeng Barat 1,477 1,053 2,151 - 3,158 1,181 3,588 1,108 744 665 573 846 1,046 536 733 651 1,211 1,329 22,051
5 Pallangga 6,234 4,596 8,840 3,819 - 5,092 14,398 4,808 3,401 3,096 2,741 3,797 4,569 2,598 3,360 3,043 5,208 5,662 85,262
6 Barombong 2,108 1,511 3,058 1,228 4,479 - 5,084 1,589 1,076 965 835 1,220 1,501 783 1,061 945 1,734 1,900 31,079
7 Sombaopu 7,206 5,342 10,172 4,457 14,607 5,907 - 5,583 3,981 3,634 3,231 4,433 5,311 3,068 3,935 3,574 6,038 6,555 97,033
8 Bontomarannu 1,966 1,408 2,854 1,143 4,183 1,577 4,749 - 1,000 896 775 1,136 1,398 727 987 878 1,616 1,771 29,065
9 Pattallassang 1,273 906 1,856 732 2,728 1,017 3,100 953 - 570 491 727 900 459 629 558 1,043 1,145 19,088
10 Parangloe 1,125 800 1,642 646 2,416 898 2,746 842 563 - 432 641 794 403 555 491 921 1,011 16,927
11 Manuju 954 678 1,395 546 2,054 761 2,334 713 475 424 - 543 673 340 469 415 781 858 14,413
12 Tinggimoncong 1,466 1,046 2,136 846 3,137 1,173 3,563 1,100 738 660 569 - 1,038 532 728 646 1,203 1,319 21,900
13 Tombolo Pao 1,847 1,321 2,683 1,071 3,934 1,480 4,467 1,389 937 839 726 1,065 - 680 924 822 1,517 1,663 27,367
14 Parigi 886 629 1,296 506 1,908 707 2,169 662 441 393 337 503 624 - 434 384 725 796 13,400
15 Bungaya 1,253 892 1,828 720 2,687 1,001 3,053 939 628 561 483 716 886 451 - 549 1,027 1,127 18,802
16 Bontolempangan 1,099 781 1,605 631 2,362 878 2,684 823 549 490 421 626 776 394 542 - 900 988 16,550
17 Tompobulu 2,167 1,554 3,142 1,263 4,600 1,739 5,221 1,633 1,107 993 860 1,255 1,544 806 1,091 973 - 1,953 31,898
18 Biringbulu 2,396 1,722 3,469 1,401 5,074 1,926 5,758 1,809 1,229 1,104 958 1,393 1,710 899 1,213 1,082 1,974 - 35,116
Jumlah 39,376 29,126 54,715 24,094 75,420 32,282 83,431 30,480 21,344 19,320 16,944 23,955 28,950 15,980 21,078 18,965 33,011 35,850 604,322
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 41
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.9

Total Jumlah Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Antar Kecamatan Tahun 2030
Tujuan Bonto Tinggi Tom
Bonto Bajeng Palla Barom Somba Bontoma Pattal Parang Bunga Bontolem Tompo Biring
No nompo Bajeng Manuju mon bolo Parigi Jumlah
nompo Barat ngga bong Opu rannu lassang loe ya pangan bulu bulu
Asal Selatan cong Pao
1 Bontonompo - 2,096 4,206 1,709 6,144 2,342 6,970 2,201 1,501 1,349 1,173 1,698 2,082 1,102 1,481 1,323 2,400 2,626 42,404
Bontonompo
2
Selatan 2,014 - 2,926 1,169 4,290 1,615 4,871 1,515 1,022 916 792 1,161 1,431 742 1,008 897 1,655 1,814 29,838
3 Bajeng 4,395 3,196 - 2,627 9,154 3,559 10,370 3,351 2,321 2,098 1,838 2,612 3,176 1,734 2,292 2,059 3,644 3,976 62,402
4 Bajeng Barat 1,599 1,140 2,328 - 3,419 1,279 3,884 1,199 805 720 621 916 1,132 581 794 705 1,311 1,438 23,872
5 Pallangga 6,749 4,976 9,570 4,134 - 5,513 15,587 5,205 3,682 3,352 2,968 4,111 4,946 2,813 3,638 3,294 5,638 6,130 92,305
6 Barombong 2,283 1,636 3,311 1,329 4,849 - 5,504 1,720 1,164 1,044 904 1,321 1,625 848 1,149 1,023 1,878 2,057 33,646
7 Sombaopu 7,801 5,783 11,012 4,825 15,813 6,395 - 6,044 4,310 3,935 3,498 4,799 5,749 3,321 4,260 3,869 6,537 7,096 105,048
8 Bontomarannu 2,128 1,524 3,090 1,237 4,528 1,707 5,141 - 1,083 970 839 1,229 1,514 787 1,068 951 1,750 1,917 31,466
9 Pattallassang 1,378 981 2,009 792 2,954 1,101 3,356 1,032 - 617 531 787 974 497 681 604 1,129 1,239 20,664
10 Parangloe 1,218 866 1,778 699 2,616 973 2,973 912 609 - 467 694 860 437 600 532 997 1,095 18,325
11 Manuju 1,033 734 1,510 591 2,223 824 2,527 772 515 459 - 587 729 368 507 449 846 929 15,604
12 Tinggimoncong 1,587 1,132 2,312 916 3,396 1,270 3,857 1,191 799 715 616 - 1,124 576 788 700 1,302 1,428 23,709
13 Tombolo Pao 1,999 1,430 2,905 1,160 4,259 1,603 4,836 1,504 1,015 909 786 1,153 - 736 1,001 890 1,643 1,800 29,627
14 Parigi 959 681 1,403 548 2,066 765 2,348 717 477 425 365 545 676 - 470 416 785 862 14,507
15 Bungaya 1,357 966 1,979 780 2,909 1,084 3,306 1,016 680 607 523 775 959 489 - 595 1,112 1,220 20,355
16 Bontolempangan 1,190 846 1,738 683 2,557 950 2,906 891 595 531 456 678 840 426 586 - 975 1,070 17,917
17 Tompobulu 2,345 1,682 3,401 1,367 4,979 1,883 5,652 1,768 1,198 1,075 931 1,359 1,671 873 1,182 1,053 - 2,114 34,533
18 Biringbulu 2,594 1,864 3,756 1,517 5,494 2,085 6,234 1,958 1,331 1,195 1,037 1,508 1,851 973 1,313 1,171 2,137 - 38,016
Jumlah 42,629 31,531 59,234 26,084 81,650 34,948 90,323 32,998 23,107 20,916 18,344 25,934 31,341 17,300 22,819 20,532 35,738 38,812 654,240
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 42
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

h. Pergerakan Barang

Salah satu aspek dalam perencanaan transportasi adalah


adanya potensi pergerakan barang antar wilayah maupun antar zona
dalam satu wilayah. Sebagaimana diketahui bahwa wilayah
Kabupaten Gowa memiliki potensi wilayah pada sektor pertanian dan
perkebunan cukup besar dibandingkan dengan sektor lainnya.
Potensi wilayah yang dikelolah atau dihasilkan/terdapat di Kabupaten
Gowa telah diperdagangkan antar wilayah maupun antar pulau.

Jenis potensi wilayah yang memiliki interaksi perdagangan


cukup cepat dan kontinyu adalah potensi pada sektor pertanian dan
perkebunan. Adapun wilayah sasaran perdagangan antar wilayah
potensi yang dikembangkan di kabupaten Gowa adalah Kota
Makassar sebagai wilayah dengan permintaan cukup besar. Dalam
hal ini, Kabupaten Gowa pada dasarnya sebagai daerah penyangga
Kota Makassar dalam memenuhi kebutuhan pada sektor pertanian
dan perkebunan. Selain itu, potensi pertambangan dan galian juga
merupakan barang yang tersuplai ke beberapa wilayah di sekitarnya,
seperti Kota Makassar, Maros dan Takalar.

Hasil RSI yang dilakukan pada lima lokasi pengambilan


sampel diidentifikasi beberapa jenis barang yang masuk-keluar
dari/ke Kabupaten Gowa, meskipun juga terdapat barang yang
sifatnya menerus ke beberapa wilayah kabupaten disekitarnya.
Jumlah total barang yang masuk keluar dari Kabupaten Gowa
melalui outlet utama berdasarkan pengambilan sampel 20% dari
jenis angkutan yang diinterviuw, sehingga total barang yang masuk
adalah sebanyak 12.940 ton dan yang keluar sebanyak 16.385 ton
dengan berbagai jenis barang, baik berupa barang hasil industri,
mesin, manufactur, pertanian dan perkebunan, hasil tambang dan
galian dan beberapa jenis barang lainnya. Jumlah pergerakan
masuk-keluar di Kabupaten Gowa adalah outlet Sungguminasa-
Tamalate Makassar sebagai pintu gerbang utama wilayah dari arah
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA
DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 43
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Kota makassar, yakni berkisar 60%, dan terendah adalah outlet


Gowa-Sinjai, yakni berkisar 0.75%. untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 6.10
Jumlah Volume Muatan Yang Terangkut Melalui Outlet Utama Wilayah
Kabupaten Gowa Tahun 2009 (ton)
Volume Volume
No Outlet Barang Barang Jumlah %
Masuk Keluar
Gowa-Tamalate
1 Makassar 7.925 9.705 17.630 60,12
2 Gowa-Antang Makassar 1.845 1.940 3.785 12,91
3 Gowa-Sinjai 100 120 220 0,75
4 Gowa-Maros 290 760 1.050 3,58
5 Gowa-Takalar 2.780 3.860 6.640 22,64
Jumlah 12.940 16.385 29.325
% 44,13 55,87 100.00
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel 5.13 diatas terlihat bahwa jumlah barang


yang masuk ke wilayah Kabupaten Gowa lebih rendah dibandingkan
dengan jumlah barang yang keluar. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa jumlah barang yang diperdagangkan antar wilayah di
Kabupaten Gowa cukup besar dan hal tersebut akan lebih besar lagi
jika realisasi pembangunan Kawasan Industri Gowa (KIWA) telah
dilakukan karena orientasi pengembangan KIWA adalah jenis
industri pengolahan barang jadi yang berbasis pada industri
pengolahan holtikultura. Disamping itu, dengan potensi sumber daya
air yang cukup besar mendorong investasi ke wilayah ini pada
industri air mineral dan beberapa industri lainnya dengan skala
industri besar.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 44
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 45
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

6.2.3.2. Kriteria Sistem Jaringan Transportasi

Prinsip sistem transportasi adalah lancar, aman dan nyaman


dengan biaya terjangkau. Dalam konteks tata ruang, sistem prasarana
transportasi harus tahan dan mampu melayani jenis maupun ukuran
sarana transportasi serta intensitas dan waktu pemakaian yang
direncanakan. Kriteria pengembangan sistem transportasi di
Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut:

Jaringan jalan arteri primer dikembangkan untuk melayani dan


menghubungkan antar PKN dengan PKL dan SPKL yang melayani
kawasan cepat berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama.
Dengan demikian, kriteria jalan arteri primer adalah:

a. Jalan arteri primer dalam kota yang merupakan terusan jalan


arteri primer luar kota.
b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer;
c. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 60 Km/jam.
d. Lebar perkerasan jalan arteri primer tidak kurang dari 8 meter.
e. Lalu-lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu-lintas
regional, untuk itu lalu-lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu-lintas ulang alik dan lalu-lintas lokal yang bersumber dari
kegiatan lokal.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus
diijinkan melalui jalan ini.
g. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien.
Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek
dari 500 m.
h. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan
tertentu yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya.
i. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu-lintas rata-rata.
j. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar
dari fungsi jalan yang lain.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 46
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

k. Kegiatan berhenti dan parkir kendaraan pada badan jalan tidak


diijinkan.
l. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti rambu,
marka, lampu pengatur lalu-lintas, lampu penerangan jalan, dan
lainnya.
m. Jalur khusus harus disediakan yang dapat digunakan untuk
sepeda dan kendaraan lambat lainnya.
n. Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median.

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani


dan menghubungkan kota-kota besar pusat kegiatan nasional, antar
pusat kegiatan wilayah dan/atau kawasan-kawasan berskala kecil.
Berdasarkan pengertian tersebut maka kriteria jalan kolektor primer
adalah:

a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan


kolektor primer luar kota.
b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau
jalan arteri primer.
c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 40 Km/jam.
d. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 m.
e. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara
efisien. Jarak antar jalan masuk / akses langsung tidak boleh
lebih pendek dari 400 m.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui
jalan ini.
g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya.
h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari
volume lalu-lintas rata-rata.
i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya
tidak diijinkan pada jam sibuk.
j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu,
marka, lampu pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 47
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

k. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah


dari jalan arteri primer.
l. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk
sepeda dan kendaraan lainnya.

6.2.4. Rencana Pengembangan Dan Kriteria Sistem Jaringan Energi

6.2.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi

Rencana pengembangan sistem jaringan listrik di Kabupaten Gowa


akan diarahkan pada kemampuan produksi energi listrik saat ini dalam
melayani energi listrik. Secara kualitatif pelayanan listrik masih sering
mendapat keluhan antara lain berupa sering padam dan penjadwalan
pemadaman yang tidak banyak diketahui pelanggan.

Pengembangan jaringan distribusi bukan menjadi masalah utama


dalam pengembangan kelistrikan di Kabupaten Gowa. Jaringan
distribusi yang ada telah menjangkau hampir di seluruh wilayah kota.
Permasalahan yang mendesak dan pokok adalah peningkatan
kapasitas produksi mengingat kesenjangan antara kebutuhan energi
listrik dengan tingkat produksi listrik oleh PT. PLN masih sangat jauh.
Apalagi dengan sistem pemadaman bergilir saat ini cenderung
kontraproduktif dengan usaha pemerintah kota dalam menggalang
investasi. Perbaikan pelayanan ini penting untuk menghindari kerugian
di sektor bisnis akibat pemutusan hubungan listrik.

Dari jumlah produksi yang sekarang ada, perlu peningkatan yang tajam
agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Peningkatan produksi
sangat vital dilakukan mengingat sebagai kota perdagangan dan jasa,
peran energi dalam mendorong investasi sangat tinggi. Apabila pola
pemadaman masih seperti saat ini maka kerugian yang ditanggung
sektor bisnis akan menyebabkan iklim investasi kurang kondusif.
Untuk mendorong iklim investasi di masa yang akan datang maka
peningkatan produksi listrik digunakan untuk menutup tingkat
kebutuhan yang ada.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 48
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.11
Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kabupaten Gowa Tahun 2011-2030

Proyeksi Kebutuhan Listrik Tahun 2011 – 2030


No. Kecamatan
2011 2015 2020 2025 2030
Min. Maks. Min. Maks. Min. Maks. Min. Maks. Min. Maks.
01 Bontonompo 24663 60288 26391 64512 28241 69034 30220 73871 32338 79049
02 Bontonompo sel. 8399 20531 9495 23210 10734 26238 12134 29662 13717 33532
03 Bajeng 17576 42964 19862 48551 21878 53479 24276 59341 27035 66086
04 Bajeng Barat 6713 16409 7467 18253 8306 20303 9239 22584 10277 25122
05 Pallangga 6713 16409 7467 18253 8306 20303 9239 22584 10277 25122
06 Barombong 9952 24327 11481 28064 13244 32375 15279 37348 17626 43085
07 Sombaopu 28355 69312 29537 72202 30768 75212 32052 78348 33388 81615
08 Bontomarannu 8557 20917 9705 23723 11007 26906 12484 30516 14159 34611
09 Pattallassang 5855 14312 6327 15466 6837 16713 7388 18060 7984 19516
10 Parangloe 4967 12141 5670 13861 6474 15825 7391 18067 8438 20626
11 Manuju 4390 10732 4878 11924 5420 13249 6022 14721 6692 16357
12 Tinggimoncong 6120 14959 6647 16248 7220 17649 7842 19169 8518 20821
13 Tombolo Pao 8150 19922 8849 21630 9606 23482 10429 25494 11323 27678
14 Parigi 4020 9826 4369 10680 4749 11609 5162 12617 5610 13714
15 Bungaya 5530 13518 5905 14434 6305 15411 6732 16455 7188 17570
16 Bontolempangan 4957 12117 5169 12635 5391 13177 5622 13742 5863 14331
17 Tompobulu 9270 22661 9744 23820 10243 25038 10766 26318 11317 27664
18 Biringbulu 10252 25061 10576 25853 10911 26670 11255 27513 11611 28382
Jumlah/total 174,439 426,406 189,539 463,319 205,640 502673 223532 546410 243361 594881
Sumber: hasil Analisis
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA
DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 49
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Berdasarkan proyeksi tersebut di atas, perlu dilakukan pengembangan


energi kelistrikan sebagai berikut:
 Langkah perbaikan manajemen distribusi sehingga kesan tidak
terjadual dalam pemadaman listrik dapat dikurangi. Langkah
selanjutnya adalah peningkatan produksi daya listrik secara
bertahap.
 Pembangunan dan peningkatan pelayanan akan kebutuhan
prasarana listrik untuk masa yang akan datang harus diupayakan
mencapai 70% guna memberi penerangan kepada masyarakat
dan meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.
 Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan
distribusi melalui PLN ranting, sub-ranting dan listrik desa,
sehingga mampu melayani jumlah desa secara keseluruhan.
 Pembangunan pembangkit-pembangkit Listrik Mikro Hidro
khususnya pada Sungai yang ada guna melayani kebutuhan listrik
lokal perdesaan.
 Rencana PLTMH Mapung (Malino) 300 KVA.
 Rencana PLTM-MH (manfaatkan SDA Sungai Jeneberang dan
anak sungai lainnya).
 Meningkatkan pembangkit yang ada saat ini meliputi; PLTG Gowa.
kapasitas 35 MW, PLTA Bili-bili kapasitas. 20 MW, PLTU Gowa.
kapasitas 25 MW, PLTD Gowa kapasitas 56,81 MW, dan
 Mingkatkan keberadaan Gardu Induk (GI) saat ini yang
berkapasitas untuk GI Borongloe 70 KV. 20 MVA dan GI
Sungguminasa 150 KV. 30 MVA

6.2.4.2. Kriteria Sistem Jaringan Energi


Kapasitas pelayanan sistem prasarana energi sampai menjangkau:
a. Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau
jaringan listrik.
b. Desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel listrik dan
kondisi topografi alamnya sulit untuk dilalui jaringan teresetrial
listrik.
c. Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel listrik tetapi
desa tersebut tergolong miskin.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 50
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

6.2.5. Rencana Pengembangan Dan Kriteria Sistem Jaringan


Telekomunikasi

6.2.5.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi

Gowa sebagai Kabupaten yang bertetangga langsung dengan


Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulsel, standar prasarana
yang harus dipenuhi adalah prasarana komunikasi modern melalui SLI
dan SLJJ. Disamping itu, pelayanan fasilitas telekomunikasi dilakukan
oleh PT. Telkom di Kabupaten Gowa adalah dengan menyediakan
jaringan telepon menuju sambungan-sambungan telepon (SST) dan
telepon umum. Walaupun demikian, perhitungan kebutuhan terhadap
prasarana pos tidak dapat diabaikan mengingat selagi dalam masa
transisi pertumbuhan kota, peran jaringan pos sangat penting.
Perhitungan kebutuhan sambungan telepon sulit didistribusikan
ke masing-masing kecamatan mengingat karakter masing-masing
yang masih sangat berbeda. Perbedaan yang menyolok terutama
antara kondisi Kecamatan di Kabupaten Gowa yang termasuk dalam
pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata dengan
kecamatan pada dataran tinggi. Jenis kegiatan yang ada di kecamatan
tersebut sangat berbeda sehingga apabila digunakan asumsi untuk
bisnis maka sambungan jenis bisnis tidak terpakai optimal. Selain
permasalahan tersebut kondisi jaringan di wilayah dataran tinggi
belum semuanya tersedia.

Untuk menunjang pertumbuhan permintaan sambungan maka


PT.Telkom sebagai penyedia harus meningkatkan kapasitas
pelayanan. Selain itu prioritas pemasangan sambungan baru perlu
ditetapkan dengan mendahulukan sambungan bisnis, kemudian rumah
tangga dan baru diikuti jenis sambungan lain. Hal ini disebabkan
pertumbuhan dari masing-masing jenis menunjukkan perubahan ke
arah tersebut.

Arah pengembangan pemanfaatan lahan dan penentuan pusat-


pusat baru dengan berbagai fungsinya perlu mendapat perhatian.
Pusat-pusat baru dengan fungsi pusat permukiman dan bisnis perlu
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA
DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 51
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

mendapat perhatian utama. Oleh karena itu Kota Baru Mamminasata


dan Kota Satelit Pattallassang Kabupaten Gowa perlu mendapat
perhatian penyediaan dan perluasan jaringan distribusi. Demikian pula
kawasan pendidikan Samata Kabupaten Gowa juga harus
dipertimbangkan mengingat arah pengembangan permukiman baru
juga akan didorong ke sana untuk mendorong fungsi kawasan.

Untuk tujuan komunikasi, perlunya peningkatan sarana


komunikasi yang antara lain:

 Peningkatan Station Telepon Otomat (STO) yang ada saat ini


berkapasitas Sentral 41.328 SST
 Rencana telepon nirkabel berupa menara Base Transceiver Station
(BTS) dikembangkan tidak mengganggu aktifitas disekitarnya
 Rencana penggunaan Tower secara terpadu
 Peningkatan sarana dan prasarana telekomunikasi termasuk
penambahan jumlah sambungan pada wilayah yang sudah
ada/terlayani.
 Pembuatan jaringan telekomunikasi melalui sambungan telepon ke
kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Gowa.
 Peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi sesuai dengan
perkembangan teknologi, guna mencapai pelayanan terhadap
seluruh lapisan masyarakat.

6.2.5.2. Kriteria Sistem Jaringan Telekomunikasi

Kapasitas pelayanan sistem telekomunikasi sampai menjangkau:

a. Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau sinyal


telepon genggam/handphone (daerah blank spot).
b. Desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel telepon dan
kondisi topografi alamnya sulit untuk dilalui jaringan teresterial
telekomunikasi.
c. Desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel telepon atau
sinyal handphone tetapi tergolong miskin.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 52
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

6.2.6. Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Drainase dan


Limbah

6.2.6.1. Sistem Drainase dan Air Limbah


Drainase

Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam


penanggulangan permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten
Gowa. Permasalahan genangan dan banjir berada pada kawasan
kota yang mempunyai intensitas kawasan terbangun cukup tinggi,
yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota. Disamping itu
juga pada beberapa kawasan pinggiran dan kawasan perdesaan
juga mengalami permasalahan banjir terutama yang memiliki
sistem drainase yang masih buruk dan kondisi topografi yang
relatif fluktuatif. Kondisi topografi yang sangat heterogen
merupakan kendala mendasar pengembangan sistem drainase
yang terintegrasi.

Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer


berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder sebagai
saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier
yang langsung terkait dengan daerah tangkapan (Cathment Area).
Misi pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian
secepat-cepatnya tetapi lebih penting dari itu adalah membuang
air dalam waktu yang tepat sesuai dengan kapasitas saluran.

Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan


sebelumnya, permasalahn drainase di Kabupaten Gowa adalah
dalam penyediaan prasarana yang telah ada. Saluran-saluran
drainase yang ada saat ini sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak
memenuhi syarat teknis. Hal ini terlihat dari banyak terjadinya
sedimentasi pada saluran, terjadinya aliran yang diam yang
menjadikan munculnya beberapa genangan. Kondisi saluran
drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga terlihat
pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak
tumbuhan dan dijumpainya sampah di saluran drainase.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 53
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Program pengembangan saluran juga masih tidak


terintegrasi sehingga penanggulangan daerah genangan di satu
tempat hanya mengalihkan genangan di tempat lain.
Pengembangan saluran tersier tidak terkoneksi dengan saluran
sekunder dan primer.

Untuk mencegah terjadinya genangan maka


pengembangan sistem drainase diarahkan secara terintegrasi.
Langkah-langkah pengembangan prasarana dapat dilakukan
melalui:
o Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada
daerah tangkapan masing-masing sungai. DAS tersebut
menjadi satuan pembuangan air limpahan berdasarkan batas
DASnya dengan saluran primer masing-masing sungai.
o Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai
dengan memperhatikan sub daerah tangkapan. Dimensi
masing-masing saluran mempertimbangkan sub daerah
tangkapan air maksimal.
o Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan
lahan setempat

Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat


faktor-faktor lain di luar sistem drainase yang sangat
mempengaruhi kinerja drainase di Kabupaten Gowa. Beberapa
faktor tersebut adalah sedimentasi dan besarnya debit air larian
(run off) permukaan. Sedimentasi terutama terjadi di muara sungai
sebagai akhir pembuangan dimana pencampuran antara air tawar
dan air payau menyebabkan sedimentasi terangkut menjadi
mengendap. Sedangkan tingginya air larian disebabkan
rendahnya daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki
tutupan vegetasi yang kurang.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 54
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Dari dua permasalahan tersebut jika ditarik kebelakang


maka hanya terdapat satu sumber masalah yaitu kerusakan di
daerah tangkapan air. Kerusakan daerah tangkapan disebabkan
perusakan hutan sehingga air hujan langsung mengalir tanpa
adanya pelindung. Tingginya air larian akan membawa
sedimentasi terlarut semakin besar. Akibatnya air sungai menjadi
sangat keruh pada saat terjadi hujan. Dari beberapa identifikasi
baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah tangkapan
maupun tidak langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat
diketahui bahwa telah terjadi kerusakan DAS.

Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-


program penunjang dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Program tersebut antara lain:
o Pengerukan sedimentasi saluran,
o Pengembangan hutan rakyat,
o Konservasi lahan kritis, dan
o Reboisasi hutan

Air Limbah

Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Gowa


dibedakan menjadi air limbah industri dan air limbah domestik.
Volume buangan air limbah yang berasal dari kegiatan domestik
masih lebih besar dari kegiatan industri namun demikian air limbah
hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi pada
umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit sehingga
membutuhkan penanganan khusus.

Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan


khusus antara limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah
tinja. Limbah tinja memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
perlu dilakukan sistem pembuangan tersendiri.

Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di


Kabupaten Gowa saat ini masih terbatas pada on side system.
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA
DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 55
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Pelayanan air limbah di Kabupaten Gowa melalui prasarana dan


sarana seperti jamban keluarga, jamban umum, dan MCK yang
berada ditempat-tempat pelayanan umum seperti pasar, terminal
dan tempat-tempat umum lainnya. Pembuangan limbah cair dari
hasil kegiatan sehari-hari seperti mandi dan cuci dibuang secara
langsung pada saluran drainase. Mengingat tidak ada jaringan
khusus untuk pembuangan limbah cair maka pada hari-hari biasa
jaringan drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah
sedangkan pada saat hari hujan berfungsi sebagai drainase.

Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat


sifatnya yang lebih berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) di masing-masing industri (On Site).
Limbah yang berasal dari proses produksi dilanjutkan ke IPAL
kemudian setelah melalui pengolahan baru dibuang ke saluran
pembuangan biasa. Hasil keluaran limbah cair harus memenuhi
standar baku mutu yang telah ditetapkan.

Sistem pembuangan limbah tinja di Kabupaten Gowa


dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga.
Sistem yang digunakan secara on site (di tempat), yaitu buangan
tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik (Septic Tank). Kendala
dan permasalahan yang terjadi adalah masih adanya sebagian
kecil masyarakat yang membuang tinja di tempat terbuka seperti
sungai, dan masih rendahnya kualitas sarana ini pada masing-
masing rumah tangga yaitu masih digunakannya cubluk yang
rentan menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu
kesehatan lingkungan.

Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu


diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah
penduduk yang masih membuang tinja di tempat-tempat terbuka.
Peningkatkan kualitas sarana pembuangan limbah, harus
ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga
(JAGA) dengan sistem tangki septik secara mandiri oleh

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 56
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

masyarakat, dan penyediaan dan peningkatan kualitas fasilitas


kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan intensitas kegiatan
tinggi, seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan.

Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit


pengelolaan limbah manusia untuk mengolah limbah tinja.
Instalasi pengolah tinja ini disediakan dalam satu lokasi untuk
melayani skala Kota Sungguminasa. Kebutuhan ruang untuk
penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan seluas satu hektar
yang didukung penyediaan truk tinja (Vacuum Truck) untuk
pengurasan.

6.2.6.2. Kriteria Sistem Jaringan Drainase Dan Limbah

a. Pemanfaatan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal,


baik sungai, anak sungai maupun saluran-saluran pada jaringan
jalan sebagai saluran pembuang.
b. Saluran-saluran primer yang direncanakan diusahakan mengikuti
pengeringan (pematusan) alami sedangkan saluran sekunder dan
tersier mengikuti pola jaringan jalan.
c. Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan
drainase ke badan air terdekat, dengan demikian menghemat
panjang saluran.
d. Menghindari pembongkaran saluran/bangunan yang ada dan
pembebasan tanah berlebihan.
e. Ekonomis dan investasi ringan serta mudah dilaksanakan.

6.2.7. Rencana Dan Kriteria Sistem Jaringan Sumberdaya Air


Potensi sumberdaya air di Kabupaten Gowa selain dipengaruhi
oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran
sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air
tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan
sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 57
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

6.2.7.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air

a) Rencana Jaringan Irigasi

Rencana jaringan irigasi di Kabupaten Gowa dipengaruhi


oleh keberadaan DAM Bili-bili dan beberapa sungai dan anak
sungai lainnya dalam mendukung sektor pertanian. Salah satu
upaya dalam menjaga kelangsungan sumberdaya air di
Kabupaten Gowa untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan
pertanian yaitu disamping menjaga kelestarian hutan di daerah
hulu juga dilakukan pembangunan bendungan dan embung pada
beberapa lokasi strategis.

Dalam mendukung Kabupaten Gowa sebagai salah satu


penghasil beras (lumbung padi) di Sulawesi selatan, maka
pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu
percepatan peningkatan produksi dan produktivitas lahan
pertanian khususnya pertanian lahan basah dan lahan kering
potensial untuk dikembangkan dalam skala yang relatif besar.
Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem
irigasi yang akan dibangun apakah yang diutamakan adalah
jaringan-jaringan irigasi berukuran kecil seperti sistim irigasi
sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan ukuran
besar.

Rehabilitasi sistem irigasi tidak hanya berarti


mengembalikan pengembalian fungsi irigasi seperti yang
direncanakan semula tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam rangka peningkatan produksi dan
pendapatan masyarakat tani. Rehabilitasi mempunyai implikasi
terhadap pemanfaatan sumberdaya setempat terutama tenaga
kerja.

Adapun sumber daya air dan daerah irigasi kewenangan


Kabupaten Gowa, diperlihatkan pada tabel berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 58
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.12
Sistem Jaringan SDA Kabupaten Gowa

No. Kewengan Sistem Jaringan SDA

1 SISTEM JARINGAN SDA • WS Jeneberang DAS Jeneberang,


NASIONAL DAS Jeneponto, DAS Maros, DAS
Matulu, DAS Salangketo, DAS
Tangka, DAS Aparang, DAS
Pamukulu, dan DAS Selayar

• Bendungan Bili-bili kapasitas 375


juta m3, debit 33 m3/dt untuk
pelayanan 23.786 ha

• DI Kampili/bissua (Kab. Gowa dan


Takalar), luas pelayanan 10.758 ha

• DI Jeneberang/Kampili (Kab.
Gowa), luas pelayanan 10.545 ha

2 SISTEM JAR. SDA • DI Bili-bili (Kab. Gowa), luas


PROVINSI pelayanan 2.443 ha

3 SISTEM JARINGAN SDA • IPA Tompobalang


KAB.
• IPA Pandang-Pandang

• IKK Pattallassang

• IKK Parangloe

• IKK Borongloe

• IKK Malino

• IKK Bajeng
Sumber: Dinas PU dan Dinas PSDA Kabupaten Gowa

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 59
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.13
Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten Gowa
NO. DAERAH IRIGASI (DI) LUAS (HA) D.I Tabuakang 60
1. BONTOMARANNU 448 D.I Laburukeng 49
D.I Pokang 75 D.I Patalassang Punta 79
D.I Songkolo 200 D.I Sakkaiya 138
D.I Borong Rappo 120 D.I Mamingko 87
D.I Borong Kaluku 53 D.I Mamampang 70
2. PARANGLOE 984 D.I Lebbasa 217
D.I Pammanjengang 206 D.I Pontoa 80
D.I Panyangkalang 150 D.I Matere Pa’burung 110
D.I Kasimburang 47 D.I Matere Pattallassang 75
D.I Borisallo 30 D.I Mapung 60
D.I Parangloe 100 D.I Balang Sapiri 315
D.I Balang Taipa 110 D.I Saluwere 50
D.I Bontopanno 84 D.I Manimbahoi 75
D.I Apokang 20 D.I Paradaya 50
D.I Pakkulompo 51 D.I Bola Romang II 50
D.I Lanta Boko 61 D.I Ta’binjai I 70
D.I Bontojai 75 D.I Ta’binjai II 50
D.I Balang-Balang 50 D.I Kareng Makka 41
3. MANUJU 531 D.I Sapiri Borong 168
D.I Panyikkokang 1 24 D.I Labboro Lohea 70
D.I Panyikkokang 2 58 D.I Tonasa 43
D.I Bissoloro 150 6 PARIGI 1,904.00
D.I Mannyampa 100 D.I Keroang 166
D.I Balang-Balang 50 D.I Kalolo 46
D.I Moncongloe 30 D.I Baliti 220
D.I Tassese 69 D.I Lengkese 57
D.I Bori-Bori 50 D.I Batu Kaciping 57
4. TINGGIMONCONG 1,253.00 D.I Balang Labbua 36
D.I Tujuang 109 D.I Labba Batu 299
D.I Takapala I 138 D.I Leang Pembali 573
D.I Takapala II 46 D.I Nassere 123
D.I Batulapisi 123 D.I Aripang 167
D.I Bonto Te’ne 150 D.I Tosinau 60
D.I Balang Manappa 200 D.I Lambere 50
D.I Asana 100 D.I Gallanga 50
D.I Lembang Bata 155 7 BUNGAYA 1,269.00
D.I Lembang Panai 232 D.I Je’ne Kampala 52
5. TOMBOLOPAO 3,443.00 D.I Manggunturu 251
D.I Passosokia 400 D.I Leang Panyikia 197
D.I Parang Tajjoro 100 D.I Bontosunggu 212
D.I Matereberua 63 D.I Kalukaluku 45
D.I Matere Kompania 262 D.I Sapakeke 174
D.I Matere Buki 145 D.I Rannaloe 42
D.I Borong Lantebung 100 D.I Tobarania 85
D.I Buakang Panreng 31 D.I Gantinga 111
D.I Parang Bodongia 70 D.I Moncongang 100
D.I Galunglolo 85 8 BONTOLEMPANGANG 2,348.67
D.I Jene Maere 180 D.I Palladingang 538
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA
DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 60
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

D.I Makabori 120 D.I Sukkukang


D.I Seko 125 D.I Lembangloe
D.I Dampang Coro 74 D.I Boakang Berua
D.I Lemoa 151 D.I Pannosoang Bumbung
D.I Bontoloe 409 D.I Boakang Lompoa
D.I Be’Be 65 D.I Liku kallong
D.I Pakkalengkerang 164.67 D.I Batu Menteng
D.I Pao 70 D.I Barumbung
D.I Bonto Marannu 86 D.I Passangarang
D.I Sanaletang 155 D.I Sapangkaeng
D.I Sapabalang 138 D.I Bangkowa
D.I Ulujangang 118 D.I Pimping
D.I Bontoa 135 D.I Sinallang
9 TOMPOBULU 2,936.00 D.I Lantaloe
D.I Tanru Rusa 315 D.I Baloeng
D.I Na’Na 117 D.I Parang Parang
D.I Datara / Alaka 216 D.I Tunrunglading
D.I Lembaya 273 D.I Punagaya
D.I Buakang Labbua 180 D.I Campagaya
D.I Buakang Temboka 51 D.I Liku Gallang
D.I Balang Timungang 40 D.I Gentungang
D.I Batu Lonjoka 112 D.I Balang Gallang
D.I Buakang Tangngaya 56 D.I Pangngawarrang
D.I Ulu Galung 52 D.I Bulo-Bulo
D.I Jangoang 120 D.I Balangkalobbang
D.I Balengkang/Moro 108 D.I Alluloe
D.I Pa’limbassang 31 D.I Pencong
D.I Liku Bili 126 D.I Punagaya Pencong
D.I Karalloe II 110 11 PATTALLASSANG 1,250.00
D.I Bangki Alla 27 D.I Senre 710
D.I Garentong 155 D.I Pallantikang 150
D.I Tombolo 99 D.I palaccina 150
D.I Dandole 138 D.I Panaikang 40
D.I Talung 87 D.I Paccellekang 200
D.I Tamammayang 59 12 BAJENG 90.00
D.I Buloa 17 D.I Bontoa 60
D.I Birampang 250 D.I Paccoring 30
D.I Poko Borong 137 13 BONTONOMPO 772.00
D.I Bulo-Bulo 60 D.I Bonto Ba’do 122
10 BIRINGBULU 3,852.00 D.I Bontosunggu 150
D.I Panyawakkang 180 D.I Kalase’renna 300
D.I Bulo-Bulo 125 D.I Pa’bundukang 200
D.I Papoanriri 337
D.I Palianja 180
D.I Sapa Balang 98
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Gowa

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 61
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 62
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

b) Rencana Jaringan Air Bersih

Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia Waduk Bili-Bili dan


beberapa bangunan embung yang tersedia di Kabupaten Gowa
sebagai sumber air bersih. Sementara itu, bagi masyarakat
Kabupaten Gowa yang tidak memanfaatkan dari Waduk Bili-Bili
sebagai sumber air bersih. Untuk wilayah di dataran tinggi
Kabupaten Gowa menggunakan potensi air tanah/sumur artesis
dari pengunungan dan beberapa anak sungai serta sumur-sumur
dangkal. Kondisi tersebut memiliki filtrasi air tanah yang rendah
sampai sedang, sehingga untuk kebutuhan konsumsi diperlukan
pengolahan sesuai dengan standar kesehatan untuk memperoleh
air bersih yang higienis.

Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air
pegunungan yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat
perdesaan, sedangkan pada kawasan perkotaan sebagian besar
memanfaatkan air yang bersumber dari PDAM.

Hasil proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Gowa


sampai akhir tahun perencanaan 2030, dapat dilihat pada tabel
berikut;

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 63
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN GOWA

Tabel 6.14
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Gowa Tahun 2011-2030
Proyeksi kebutuhan Air Bersih Tahun 2010 - 2030 (m3/hr)
No. Kecamatan
2011 2015 2020 2025 2030
01 Bontonompo 4,217 4,513 4,829 5,168 5,530
02 Bontonompo sel. 1,436 1,624 1,835 2,075 2,346
03 Bajeng 3,006 3,396 3,741 4,151 4,623
04 Bajeng Barat 1,148 1,277 1,420 1,580 1,757
05 Pallangga 1,148 1,277 1,420 1,580 1,757
06 Barombong 1,702 1,963 2,265 2,613 3,014
07 Sombaopu 4,849 5,051 5,261 5,481 5,709
08 Bontomarannu 1,463 1,660 1,882 2,135 2,421
09 Pattallassang 1,001 1,082 1,169 1,263 1,365
10 Parangloe 849 970 1,107 1,264 1,443
11 Manuju 751 834 927 1,030 1,144
12 Tinggimoncong 1,046 1,137 1,235 1,341 1,457
13 Tombolo Pao 1,394 1,513 1,643 1,783 1,936
14 Parigi 687 747 812 883 959
15 Bungaya 946 1,010 1,078 1,151 1,229
16 Bontolempangan 848 884 922 961 1,002
17 Tompobulu 1,585 1,666 1,752 1,841 1,935
18 Biringbulu 1,753 1,809 1,866 1,925 1,985
Jumlah/total 29,829 32,413 35,164 38,225 41,612
Sumber: Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 64
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG

Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih


maka direncanakan:
 Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan
proses pengolahan menjadi air bersih yang memiliki sanitasi
tinggi yang sesuai dengan standar kesehatan.
 Kebutuhan air bersih di Kabupaten Gowa dapat
dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian yaitu domestik
(rumah tangga) dan non-domestik seperti industri,
perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan,
dan lain-lain,
 Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk
minimal 10.000 jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air
bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap
oleh PDAM.
 Sistem pelayanan air bersih perdesaan dilayani melalui
Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS).
Sambungan langsung dari PDAM di perdesaan, dengan
sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air tanah.
Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri
kebutuhannya melalui sumber air lainnya atau membuat
sistem penampungan air hujan (PAH) yang memadai untuk
setiap rumah tangga.

6.2.7.2. Kriteria Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Kriteria Sistem Jaringan Sumber Daya Air:


1. Pengelolaan berdasarkan satuan wilayah hidrologis yaitu basin
sungai/wilayah sungai.
2. Pengelolaan direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu
(multisektor, menyeluruh, antar daerah hulu-hilir, kualitas-
kuantitas, instream-offstream, air permukaan-air tanah),
berkelanjutan (antar generasi), berwawasan lingkungan
(konservasi ekosistem).
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA
DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 65
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG

3. Satu sungai, satu rencana, satu pengelolaan terpadu.


 Satu sungai (dalam artian Daerah Aliran Sungai DAS)
merupakan kesatuan wilayah hidrologis yang dapat mencakup
beberapa wilayah administratif yang ditetapkan sebagai satu
kesatuan wilayah pembinaan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan;
 Dalam satu sungai hanya berlaku satu rencana induk dan satu
rencana kerja yang terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
 Dalam satu sungai diterapkan satu sistem pengelolaan
terpadu yang dapat menjamin keterpaduan kebijaksanaan,
strategi dan perencanaan serta operasional dari hulu sampai
dengan hilir.

a) Kriteria Sistem Jaringan Irigasi

Kriteria Potensi Daerah yang dikembangkan Daerah Irigasi


1) Jenis tanah daerah yang berpotensi dikembangkan menjadi
daerah irigasi dengan jenis tanah Alluvial, Mediteran, Litosol,
Potzolik, Latosol, Grumosol, dan Glei humus.
2) Dari peta kemiringan lereng berdasarkan interpretasi foto udara.
Daerah yang berpotensi dikembangkan menjadi daerah irigasi
adalah:
 Kelas A yaitu daerah dengan kemiringan 0 – 3 %
 Kelas B yaitu daerah dengan kemiringan 3 – 8 %
 Kelas C yaitu daerah dengan kemiringan 8 – 15 %
3) Berdasarkan citra satelit dan interpretasi land use (Land Cover
Map) maka daerah yang mungkin berpotensi menjadi daerah
irigasi pada tata guna lahan.
 Paddy field
 Up land Field
 Estate Crop Field

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 66
TAHUN 2010
LAPORAN RENCANA
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gowa
 BAB ~ 6 RENCANA STRUKTUR RUANG

b) Kriteria Sistem Jaringan Air Bersih

Pemenuhan terhadap kebutuhan air bersih dilakukan sesuai


dengan:
1) Tingkat kebutuhan air penduduk dan kegiatan lainnya
(domestik dan non domestik)
2) Komposisi pelayanan 80% SR dan 20% KU
3) Memenuhi segi kualitas: yaitu terpenuhinya syarat-syarat
kualitas, agar dapat dipergunakan dengan aman tanpa khawatir
akan terinfeksi oleh kuman-kuman penyakit
4) Memenuhi segi kuantitas: yaitu tersedia dalam jumlah yang
cukup dan dapat dipergunakan setiap saat.

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PEKERJAAN UMUM 6 - 67
TAHUN 2010

Anda mungkin juga menyukai