Pengendalian pemanfaatan tata ruang dilakukan agar pemanfaatan tata ruang dapat berjalan sesuai
dengan rencana tata ruang. Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang tersebut diselenggarakan untuk
menjamin terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang. Kebijakan pembangunan berkelanjutan tentu tidak bisa dilepaskan dari instrumen
hukum tata ruang.
Wilayah SWK Cibeunying sendiri mengalami perubahan yang terjadi pada kawasan lindung berupa
ruang terbuka hijau dan sempadan sungai dengan kondisi eksisting dominan perubahan menjadi permukiman
dengan luas total simpangan sebesar 76,678 Ha. Sedangkan pada kawasan budidaya terdiri dari permukiman
yang berubah menjadi kawasan lindung, pertanian lahan basah, ruang terbuka hijau serta lahan kosong dan
jasa yang berubah menjadi ruang terbuka hijau dengan luasan simpangan sebesar 86,111 Ha. Rencana pola
ruang yang berdasarkan RTRW Kota Bandung tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Tujuan
Sasaran
Berdasarkan Permen ATR No. 16 / 2018 tentang RTH bahwa kiteria RTH skala Kecamatan
senilai 24.000 m2 dan pada RDTR Kota Bandung untuk SWK Cibeunying sudah
memenuhi kriteria luasan RTH disetiap Kecamatan dimana rata rata luasan dari RTH itu
menurut RDTR Kota Bandung sudah meleibihi 24.000 m2 yang bisa dikataka sudah sangat
sesuai.
Pada Permen ATR No. 16 / 2018 tercantum bahwa harus Tersedianya ruang untuk kawasan
pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi pernyataan ini mempunyai arah
yang sama dengan ketentuan RDTR Kota Bandung bahwa SWK Cibeunying merencanakan
Pembangunan biopori dan sumur resapan di masing masing Kecamatan di SWK
Cibeunying.
Dalam Permen ATR No. 16 / 2018 juga menetapkan Kriteri performa bahwa di
kawasan perkotaan itu harus Tersedia area penciptaan iklim mikro dan pereduksi
polutan kriteria ini merujuk pada fungsi RTH berupa Taman dimana salah satu
kemampuan dari Ruang Terbuka Hijau mengurangi terjadinya polusi yang besar dimana
sudah di tetapkan juga di dalam RDTR Kota Bandung maka dari itu di dalam RDTR
Tersebut juga memperkuat dengan pernyataan bahwa setiap RTH harus dilakukan
pemeliharaan dan penghijauan dan penyediaan lahan pengganti untuk RTH yang
berubah fungsi.
Serta dalam Permen ATR No. 16 / 2018 juga menetapkan bahwa di dalam kawasan
perkotaan harus ada ruang pemakaman umum kita denga RDTR Kota Bandung sendiri
mengeluarkan ketentuan bahwa Ruang terbuka berupa pemakaman diwujudkan
meliputi penataan, pemeliharaan, penghijauan, pembangunan pemakaman dsb.
Rekomendasi
Berdasarkan pemaparam diatas kami merekomendasikan terkait RDTR Kota Bandung dimana secara kuantitatif
luasan RTHnya dibandingkan dengan Permen ATR sudah sangat melewati ketentuan minimum yang bisa kita
katakan bagus, namun kita harus melihat dulu keadaan eksisting dimana di SWK Cibenunying ini merupakan
kawasan perkotaan dimana aglomerasi perdagangan dan jasanya sangat tinggi, dan pada saat kita melihat RDTR
Kota bandung yang rencana untuk pembuatan tamannya itu memerlukan luasan yang sangat besar contoh di
Kecamatan Cidadap sekitar 563.000 m2 atau sekitaar 56,3 Ha RTH, tapi kita lihat lagi kalau di Kecamatan
Cidadap ini merupakan kawsan perdagagan dan jasa dan sudah di dominasi oleh permukiman dengan kepadatan
tinggi dan untuk masukannya adalah RDTR Kota bandung sebaiknya lebih memperhatikan lagi kondisi eksisting
sebelum mengeluarkan kebijakan, karena secara kuatitatif luas lahan seluas itu sangat susah untuk di realisasikan
dikarenakan beberapa faktor diataranya kepemilikian lahan banyak lahan lahan yang sudah dikuasai oleh swasta,
kependudukan setiap tahun pasti mengalami kenaikain timbullah pusat pusat permukiman baru sehingga RTH
susah direalisasikan, maka dari itu RDTR Kota bandung harus bisa secepatnya terlaksana untuk mencegah faktor
faktor tadi.