Dosen Pengampu :
Dr. Ing. Asnawi, ST
Ir. Nany Yuliastuti, MSP
Dr.-Ing. Wisnu Pradoto, MSP
Sariffuddin, ST, MT
Oleh:
Kelompok 8 B
3.2 Rumah Layak Huni (Adequate Housing) dan Terjangkau (Affordable Housing)
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, disebutkan bahwa
permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dan berdasarkan PP No. 80 tahun 1999 tentang
kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun berdiri sendiri, rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi
persyaratan kesehatan, keselamatan dan kenyamanan.Menurut Silas (2008: 369), rumah disebut layak bila
memenuhi aspek sehat, aman, terjamin, dapat dicapai dan mampu dibayar, termasuk kebutuhan dasar, bebas
dikriminasi dan kepastian kepemilikannya.
3.4 Peraturan, Pedoman, PersyaratanTeknis Lingkungan Siap Bangun (LISIBA), Rumah Susun yang Layak
dan Terjangkau
Di Indonesia terdapat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2007 tentang pedoman teknis
pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi. Rumah susun tersebut dibangun untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan berpenghasilan rendah terutama di kota
metropolitan/besar. Kriteria perencanaan rusuna bertingkat tinggi meliputi kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria
umum yang dimaksud adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan pengaturan bangunan gedung,
sedangkan kriteria khusus adalah kriteria persyaratan untuk pemenuhan tujuan pengaturan bangunan rusuna
bertingkat tinggi. Berikut adalah kriteria perencanaan rusuna bertingkat tingi:
1. Kriteria Umum
Penyelenggaraan Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi kriteria umum perencanaan sebagai berikut:
a. Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi persyaratan fungsional, andal, efisien,
terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan
peningkatan produktivitas kerja.
b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi pada kemampuan
mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan, dan mampu mencerminkan
keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya;
c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanjang umurnya diusahakan serendah mungkin;
d. Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu
yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya.
e. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh pengembang atau penyedia jasa konstruksi
yang memiliki Surat Keterangan Ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Kriteria Khusus
a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempertimbangkan identitas setempat pada wujud
arsitektur bangunan tersebut;
b. Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3, hindari bentuk denah yang
mengakibatkan puntiran pada bangunan;
c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris : pasang dilatasi bila dianggap perlu;
(a) (b)
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2016
Gambar 3.1
Prototype Rusuna; (a) Tampak Potongan; (b) Denah Lantai Typical
3.7 Lesson Learned Best Practice Rumah Susun Sederhana Sewa Jatinegara Barat
Rusunawa Jatinegara Barat merupakan contoh sistem penyediaan hunian bagi warga miskin yang efektif.
Meskipun dibangun oleh Kementerian PU dengan dana APBN, namun rusun yang pembangunannya dimulai tahun
2013 dapat dimulai setelah Pemprov DKI menyerahkan aset lahan untuk pembangunan rusunawa tersebutdengan
luas lahan 0,7 Ha. Kelebihan dari Rusunawa Jatinegara Barat, dibandingkan rusun-rusun lain adalah
(a) (b)
Sumber: megapolitan.kompas.com
Gambar 3.2
Rumah Susun Sewa Jatinegara Barat; (a) Fasade Rusunawa; (b) Faslitas Rusunawa
Rusunawa Jatinegara terdiri dari dua tower, 16 lantai (KDB 40% dan KLB 4,5) dengan kapasitas mencapai
520 unit hunian dengan luas 30m2 per unit. Jenis rusun di Jatinegara Barat juga tidak lagi berkonsep Rusunami
(Rumah susun hak milik), tapi Rusunawa (Rumah susun sewa) hal ini untuk mencegah berpindahnya kepemilikan,
dijual ke orang-orang kaya yang pada akhirnya dijadikan lahan bisnis dengan disewakan lagi. Kasus yang banyak
terjadi adalah, mereka yang mendapatkan rusunami subsidi, menjualnya kepada para pemilik modal, lalu kembali ke
bantaran kali.
Rusunawa Jatinegara Barat juga dilengkapi empat lift orang dan satu lift barang. Di lantai satu, telah
disediakan satu unit rusun bagi kaum difabel, lobi, posko kesehatan dan ruang administrasi. Lantai dua ada area
yang disiapkan untuk sekolah PAUD, Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) atau Food court. Selain itu di lantai dua
ada control room, genset dan panel room. Di control room ada 8 layar monitor untuk mengawasi 54 CCTV. Unit
hunian mulai di lantai tiga. Satu unit rusun berisi dua kamar tidur, satu kamar mandi dan sebuah ruangan yang bisa
digunakan sebagai dapur dan ruang tamu. Di dalamnya, fasilitasnya terbilang lengkap dan menggunakan teknologi
canggih ramah lingkungan. Contohnya di bawah wastafel terdapat grease trap yang berfungsi menyaring air
pembuangan Pengelola juga telah menyediakan satu kamar mandi yang telah dipasang shower.Di kamar mandi
maupun ruang tamu juga dipasangi exhaust atau sistem pembuangan hawa.
28,22% 30,24%
84, 67%
94,76%
(a) (b)
Sumber: Kelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 4.1
(a) Status Pekerjaan Responden Pegawai; dan (b) Status Perkawinan Responden
Penghasilan tenaga kerja formal terbagi menjadi empat kelompok. Pegawai yang berpenghasilan 3,5 juta
sampai 5 juta sebesar 5,6%, pegawai dengan pengahasilan 2 juta hingga 3,5 juta sebesar 41,48%, pegawai dengan
penghasilan 1 juta sampai 2 juta sebesar 35,41%, dan pegawai dengan penghasilan di bawah 1 juta sebesar 1,1%.
Dari persentase tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar pegawai memiliki penghasilan di atas UMR Kota
Semarang. Dari penghasilan yang didapat, beberapa persennya dialokasikan untuk tempat tinggal. Sebagian besar
banyak bertempat tinggal dengan menyewa rumah atau pun kos. Sebagian besar pegawai formal yaitu 43%
35,41% 40,30%
41,48%
18,14%
<Rp 300.000 per bulan
Rp 300.001-400.000 per bulan
< Rp 1.000.000 Rp 1j - 2jt Rp 2jt - 3,5 jt Rp 400.001-500.000 per bulan
3,5 jt - 5jt 5jt - 6,5 jt > 6,5 jt > Rp 500.000 per bulan
(a) (b)
Sumber: Kelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 4.2
(a) Rata-Rata penghasilan Responden Pegawai per Bulan; dan (b) Harga Sewa Rumah Tinggal
Dari harga sewa yang dibayarkan untuk rumah tinggal, 62,7% sudah merasa puas akan kondisi rumah dan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Akan tetapi, ada beberapa juga yang memiliki keinginan untuk pindah rumah
dengan hak milik sendiri bukan sewa.
Fotocopy 19,84%
Menikah
23% Wiraswasta
76,98% Duda/Janda
Karyawan
(meninggal)
54% Satpam
Supir
(a) (b)
Sumber: Kelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 4.3
(a) Status Pekerjaan Pekerja Informal; dan (b) Status Perkawinan Responden Pekerja Informal
Tenaga kerja informal yang ada di sekitar Kampus Undip terbagi menjadi beberapa jenis pekerjaan seperti
buruh, tukang fotokopi, wiraswasta, karyawan, dan satpam. Sebagian besar tenaga kerja informal yang ada
merupakan wiraswasta sebesar 54% dan paling sedikit ialah juru parkir sebesar 2%. Dilihat dari status perkawinan
Dari harga sewa yang dibayarkan untuk rumah tinggal, 68% sudah merasa puas akan kondisi rumah dan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Akan tetapi, ada beberapa juga yang memiliki keinginan untuk pindah rumah
dengan hak milik sendiri bukan sewa. Pekerja non formal yang memiliki niat untuk pindah lebih berminat untuk
pindah ke rumah tapak sebesar 83% yang jaraknya 1 sampai 10 kilometer dari tempat kerja atau jika ditempuh
dalam jangka waktu 15 ampai 20 menit dengan harga sewa atau cicilan yang juga terjangkau yaitu 800.000 sampai
900.000 per bulan.
4.1.3 Analisis Penyediaan Rusunawa Ditinjau Dari Preferensi MBR di Kawasan Universitas Diponegoro
Pembahasan analisis preferensi masyarakat di Kawasan Undip dalam pemanfaatan rusunawa meliputi
empat hal penting yaitu fasilitas hunian yang dipilih oleh MBR sesuai dengan kondisi perokomian, ketersediaan MBR
dalam pemanfaatan rusunawa, pola pikir masyarakat terhadap pemanfaatan rusunawa, tipe dan fungsi vertical
houses yang diinginkan oleh MBR serta kajian beberapa hal yang dapat meningkatkan minat MBR terhadap vertical
houses. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa MBR memilih untuk pindah jika dibandingkan
(a) (b)
Sumber: (a) google.map.com; (b) Hasil Observasi Kelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 4.5
(a) Peta Citra; dan (b) Rumah Susun Sewa Karangroto
4.2.1 Aspek Kelembagaan/Kemitraan
Rusun Karangroto dikelola oleh Dinas Tata Kota dan Perumahan (DTKP) Kota Semarang. Setiap bulannya
ada pemantauan dari dinas dan juga memungut uang sewa serta biaya listrik dan air yang sudah di kolektifkan tiap
(a) (b)
Sumber:Hasil ObservasiKelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 4.7
Sarana dan Prasarana Rusun Karangroto (a) Tempat Parkir; (b) TK Permata; (c) Gazebo
Sarana prasarana yang di sediakan standar atau sama dengan rusun-rusun lain yang di bangun di Kota
Semarang yaitu listrik, air minum, tempat ibadah, dan parkir. Pada lantai satu digunakan sebagai tempat parkir
motor, parkir sepeda, musholla, gazebo, sebagai ruang serbaguna. Untuk listrik sudah di sediakan instalasi di tiap
lantainya yang berdekatan dengan fasilitas pemadam kebakaran. Fasum yang dimaksud tersebut di sediakan bila
(a) (b)
Sumber: Hasil ObservasiKelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 4.8
(a) Peta Kelurahan Meteseh; (b) Peta Deliniasi Lokasi rencana pembangunan rusunawa
75+
70-74
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
laki-laki
30-34
25-29 perempuan
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Kondisi sosial budaya di lokasi rencana pembangunan rusunawa masih mempertahankan asas kegotong-
royongan. Hal ini ditinjukkan oleh intensitas kegiatan sosial yang diadakan setiap bulan seperti kegiatan kerja bakti
membersihkan lingkungan sekitar.Namun intensitas interaksi masyarakat sudah jarang dilakukan karena kesibukan
tiap individu dan kurangnya ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berkumpul. Dalam melakukan kegiatan
sehari-hari, penduduk lokasi rencana pembangunan rusunawa lebih memilih menggunakan angkutan pribadi dalam
menunjang mobilitasnya.Hal ini dikarenakan aspek kenyamanan dan kualitas angkutan umum yang masih rendah.
4.3.5 Kondisi Sarana-Prasarana
Dalam penentuan lokasi rencana pembangunan rusunawa i untuk perencanaan pembangunan rumah susun
sewa untuk pegawai formal/informal dari aspek infrastruktur dibedakan atas sarana dan prasarana.
Dari 2 opsi alternatif tersebut, lokasi kedua yang berada di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang dipilih
sebagai lokasi lahan untuk penataan kawasan karena memenuhi semua kriteria yang diinginkan oleh para
responden.
30 %. 12.200 m2
= 3660 m2
Berdasarkan perhitungan carrying capacity diketahui bahwa 70% dari luas total wilayah studi perencanaan
perumahan dan permukiman yang sebesar 8540 m2 30% digunakan sebagai ruang terbangun dan sisanya yaitu 30%
dari luas total wilayah studi digunakan sebagai ruang non terbangun. Luas sebesar 8540 m2 yang diperuntukkan
sebagai ruang terbangun dibagi menjadi 70% sebagai fungsi terbangun dan 30% sebagai sirkulasi. Fungsi terbangun
dibagi dengan 10 m2 untuk mengetahui jumlah pengguna. Dengan asumsi per Kepala Keluarga adah 5 jiwa, oleh
karena itu lahan yang dipilih dapat menampung 119 KK. dikarenakan rencana pembangunan adalah rumah susun,
maka dapat menampung lebih banyak penduduk.
Perencanaan hunian untuk MBR akan yang akan dibangun dalam bentuk rusun yang memiliki fasilitas
penunjang dan pelayanan untuk hunian. Rumah susun sewa tersebut terdiri 4 tower masing masing terdiri dari 5
lantai, dimana:
Lantai pertama :diperuntukkan untuk sarana penunjang dan pelayanan lainnya seperti 42 unit sarana
perdagangan dan jasa, 1 sarana pendidikan TK, 1 sarana kesehatan, 2 sarana peribadatan (mushola), 1 pos
satpam, 1 ruang sekretariat, dan 1 aula/ balai warga, serta diperuntukkan untuk lahan parkir penghuni rumah
susun dengan luas 500 m2 atau memiliki kapasitas 125 mobil dan 200 motor.
- Lantai 2, 3, 4, dan 5 : diperuntukkan untuk hunian sebanyak 500 unit dengan luas 30 m2 setiap unitnya.
Analisis Kebutuhan ruang kasawan perancangan dapat dilihat dari Tabel V.1 pada lampiran.
(a) (b)
Sumber: Hasil Observasi Kelompok Rencana Pembangunan Rusunawa 8b, 2016
Gambar 5.3
(a) Peta Kelurahan Meteseh; (b) Peta Deliniasi Lokasi rencana pembangunan rusunawa
- Kelurahan Meteseh
Kelurahan Meteseh merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Tembalang. Berdasarkan rencana
pengembangan pusat kegiatan di BWK VI berfungsi sebagai pusat pendidikan dan permukiman. Berikut adalah batas
wilayah administrasi Kelurahan Meteseh:
Utara : Kelurahan Mangunharjo dan Bulusan
Barat : Kelurahan Kramas dan Bulusan
Timur : Kelurahan Mangunharjo dan Kabupaten Demak
Selatan : Kelurahan Rowosari
- Deliniasi Wilayah
Pada wilayah studi perencanaan ini penerapan pembangunannya disesuaikan terhadap RDTRK dan RTRW pada konstelasi
terhadap Kecamatan Tembalang terhadap Kelurahan Meteseh. Lokasi perancangan berada di bagian barat Kelurahan
Meteseh dapat dilihat pada gambar. Lokasi perancangan tapak ini memiliki luas 1,22 Ha. Berikut batas wilayah administrasi
lokasi perancangan mikro:
Utara : Sawah
Timur : Sawah
Selatan : Sawah
Barat : Jalan Lokal Rowosari dan Sawah
Pada wilayah studi yang berada di Kelurahan Meteseh terdapat Universitas Diponegoro dimana lokasinya hanya berjarak ≤
5 km dari wilayah studi. Karena lokasinya yang berdekatan dengan aktivitas pendidikan maka nantinya akan dikembangkan
rumah susun umum untuk mewadahi pegawai formal maupun infromal yang tergolong masyarakat berpenghasilan rendah
yang bertempat tinggal disekitar lokasi tersebut.
5.4 Rencana Prasarana, Sarana dan Utilitas Dasar (PSUD) Lingkungan untuk Penataan Kawasan Kumuh
Yang Akan Dibangun dan Perhitungan RAB
5.4.1 Rencana Prasarana Rumah Susun dan RAB
a. Jaringan Jalan
Jaringan jalan yang direncanakan di lokasi perancangan berupa jalan lokal dan jalan lingkungan serta
dengan perkerasan paving. Lebar jalan lokal yaitu 6 meter dan lebar jalan lingkungan yaitu 4 meter.
b. Jaringan Drainase
Konsep jaringan drainase yang direncanakan adalah drainase tertutup dan jaringan drainase yang
mengikuti jaringan jalan lokal serta memutari rusun. Jaringan drainase penting untuk mengalirkan air
permukaan yang biasanya berupa air hujan ke bangunan reaapan buatan.
Rumah susun yang akan dibangun terdiri dari 4 tower dan tersusun menjadi 5 lantai. Basement dan lantai 1
digunakan sebagai sarana prasarana. Lantai 2-5 merupakan hunian sebanyak 504 (140 unit/lantai). Terdapat sarana
pendidikan berupaTK, tempat bermain,sarana kesehatan berupa klinik dan apotek, dll. Rusun dilengkapi pos
kemanan. Tiap unit luasnya 6 x 7 m yang terdiri dari dua ruang kamar, dapur, kamar mandi, dan ruang keluarga.
Perhitungan RAB untuk hunian rusun sudah terlampir pada Tabel V.6 dan V.7.
5.5.2 RAB Rumah Susun Keseluruhan
Berikut merupakan RAB rusun sewa secara keseluruhan dengan mempertimbangkan harga pembebasan
lahan, biaya perijinan (IMB), rencana prasarana, rencana sarana, desain fisik hunian, dan gaji tenaga kerja.
Tabel V. 8
Perhitungan RAB Rumah Susun Keseluruhan
Komponen Rincian Anggaran
Pembebasan Lahan Rp3,660,000,000
IMB Rp7,866,027
Pematangan Lahan Rp671,000,000
Hunian Rp18,499,176,596
Sarana Rp13324680000
Tabel V.14
Pemetaan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pengaruh Stakeholder
Tingkat Pengaruh
Tidak Sedikit Pengaruh Sangat
Berpengaruh
Berpengaruh Pengaruh Sedang Berpengaruh
Kemenpera,
Tidak Dinas
Kemen
Penting Tenaga Kerja
ATR/BPN
dan
Sedikit
Transmigrasi, Perbankan
Penting
Penting Developer,Dinas
Dinas
Tingkat Cipta Karya,
Perhubungan,
Kepentingan Sangat DPKAD, dan Bappeda
Dinas
Penting Dinas Bina
Kesehatan
Marga
Pegawai
Pemain Formal dan
Utama Informal
Undip
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8B Pembangunan Rumah Susun, 2016
6.5 Konsep dan Strategi Dalam Teknologis Bangunan dan Infrastruktur Bangunan
Konsep non fisik perancangan hunian bagi MBR adalah rusunawa yaitu rumah susun dengan konsep sewa.
Sedangkan untuk konsep fisik yang di terapkan yaitu berupa bentuk dan fungsi fisik dari sarana dan prasarana
rumah susun. Rumah susun tersebut terdiri dari 4 tower dengan jumlah lantai tiap towernya adalah lima lantai dan
total 500 unit hunian. Semua unit memiliki type yang sama yaitu type 30 m 2 dengan sirkulasi sebesar 30%. Rusun
Blok A terdiri dari 40 unit, Rusun Blok B terdiri dari 32 unit, Rusun Blok C terdiri dari 16 unit, dan Rusun Blok D terdiri
dari 37 unit. Setiap unit terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu dan tempat menjemur
pakaian. Setiap lantai rusun memiliki 2 selasar kecil sebagai tempat berkumpul, 1 tabung pemadam kebakaran, 1
terminal listrik, tangga, dan 1 ruang untuk gudang. Desain tiap unitnya akan disediakan sirkulasi udara alami sebagai
penyejuk ruang-ruang dalam bangunan, lubang ventilasi dan pencahayaan, penyaring panas dan tritisan yang akan
dapat memberikan kenyamanan optimal di dalam bangunan walaupun berlantai lima.Pada setiap unit juga terdapat
balkon yang langsung menghubungkan dengan udara luar. Selain sebagai pemasok cahaya dan udara alami, balkon
secara psikologis berfungsi untuk tempat menjemur pakaiann memudahkan evakuasi penyelamatan penghuni.
Infrastruktur yang disediakan di rumah susun sudah di sesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun
2011. Prasarana yang akan di sediakan di rumah susun bagi MBR ini adalah jaringan jalan, jaringan drainase,
jaringan sanitasi, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan air hujan, jaringan air limbah, jaringan gas, jaringan
telepon, jaringan persampahan, serta fasilitas pemadam kebakaran. sedangkan untuk sarana yang di sediakan
adalah berupa dua posyandu, dua pujasera, tiga taman bermain, satu taman kanak-kanak, klinik, apotek, musholla,
pertokoan, parkir komunal, balai pertemuan, pos satpam, TPS, gedung instalasi penguat air bersih, dan 16 tempat
jemuran umum. Prasarana akan di sediakan pada setiap tower rusun. semua prasarana disediakan pada setiap
lantai, sendangkan sarana akan di bangun pada setiap lantai dasar. Pada blok A terdapat sarana disediakan berupa
parkir komunal, taman bermain, dan taman kanak-kanak. Blok B terdiri dari parkir komunal dan pertokoan dan
pujasera. Blok C terdiri dari balai pertemuan dan posyandu. Blok D terdiri dari parkir dan musholla.
7.1 Rekomendasi
Pemerintah dihimbau untuk lebih meningkatkan program pengadaan perumahan terjangkau (Affordable
Housing) bagi MBR untuk mengurangi backlog perumahan khusnya bagi MBR
Pemerintah harus mengikutsertakan masyarakat pada setiap tahap pembangunan agar tercipta masyarakat
yang berdaya dan agar pembangunan menjadi lebih tepat sasaran
Pemerintah harus mempunyai program yang jelas terhadap penyediaan peruamah untuk MBR seperti
menggagas kembali program KASIBA dan LASIBA
Pemerintah harus mempunyai program alokasi dana untuk perumahan masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR)
Pemerintah dan Swasta harus ikut bekerjasama dalam meningkatan kesejahtraan masyarakat yang
berpenghasilan rendah (MBR)
Para stakholder yang terkait dalam perencanaan perumaahan, harus ikut terlibat dalam penanganan
perumahaan masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR)