Anda di halaman 1dari 9

05

KONSEP BANGUNAN
& LINGKUNGAN
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN

5.1 V M
Dalam upaya untuk membangun Koridor RTBL Banjarsari
menjadi kawasan binaan yang memenuhi kriteria suatu ka-
wasan dengan citra positif, maka diperlukan visi dan misi pembangunan kawasan berupa gambaran
5.1.3 SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN
Prinsip perancangan Kabupaten/kawasan yang mendasar adalah adanya keterpaduan antar ber-
bagai elemen perancangan. Beberapa elemen perancangan Kabupaten tersebut merupakan suatu
spesifik karakter lingkungan di masa mendatang yang akan dituju sebagai hasil akhir penataan perangkat fisik yang berfungsi sebagai alat dalam mewujudkan suatu lingkungan binaan yang sesuai
suatu kawasan perencanaan. Visi dan misi ini disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan konsep dengan visi-misi kawasan, beberapa skenario yang harus dilakukan adalah :
tata ruang yang berlaku di daerah tersebut.
1. Penentuan Pusat Orientasi Pengembangan Kawasan
Adapun kriteria penetapan isi dari visi pembangunan : Pusat Orientasi pengembangan kawasan yang dapat mendukung fungsi dan peran Kawasan per-
1. Visi pembangunan spesifik mengacu pada konteks setempat. encanaan sebagai pertumbuhan wilayah tengah kabupaten Ciamis.
2. Memiliki spirit dalam pembentukan karakter dan identitas tempat.
3. Memperkuat/memperjelas struktur ruang lingkungan atau kawasan dalam skala makro. 2. Pembentukan aksesibilitas dan sistem keterkaitan kawasan
4. Pertimbangan berbagai sumber daya dukung lingkungan. Skenario pembentukan aksesibilitas dan sistem keterkaitan kawasan terkait dengan penyediaan
5. Perhatian terhadap kepentingan masyarakat pengguna/lokal. jaringan jalan dan sistem transportasi yang memadai. Aksesibilitas harus dapat mengaitkan antar
sub-sub kawasan sebagai perwujudan dari Koridor RTBL Banjarsari secara utuh.
5.1.1 VISI
Visi yang ingin dicapai dalam upaya penataan Koridor RTBL Banjarsari ini adalah : 3. Penciptaan kenyamanan dan citra kawasan
Skenario ini diterapkan melalui penyediaan pedestrian yang peneduh alami maupun buatan guna
“Mewujudkan Koridor Perekonomian Banjarsari Sebagi Etalase Kabupaten Ciamis melindungi pejalan kaki dari gangguan cuaca, serta penyediaan shelter pada titik pertemuan
yang Ramah dan Berwawasan Lingkungan” antara jalur pedestrian dengan jalan.

4. Pengendalian perubahan Fungsi kegiatan di dalam kawasan


5.1.2 MISI Sebagai kawasan dengan kegiatan yang heterogen, dimana permintaan terhadap kegiatan (khu-
Dari visi yang ingin di capai tersebut, maka tentu diperluakan suatu upaya/langkah dalam upaya susnya) komersial dan jasa sangat tinggi, maka akan berdampak pada fungsi hunian. Sehingga
untuk mewujudkan visi tersebut. Sehingga untuk mencapainya terdapat misi yang harus dilakukan, diperlukan perangkat pengendalian agar tidak terjadi pergeseran fungsi kegiatan tersebut.
antara lain :
1. Mengendalikan perubahan fungsi bangunan di koridor RTBL Banjarsari; 5. Perwujudan dimensi sosial kawasan
2. Mengendalikan pembangunan (khususnya pembangunan baru) agar sesuai dengan amanat tata Pertumbuhan aktivitas suatu kawasan akan senantiasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh ak-
ruang, serta memenuhi kaidah0kaidah bangunan dan lingkungannya; tivitas lainnya. Hubungan inilah yang dikenal sebagai hubungan sosial antar fungsi kawasan.
4. Menciptakan akses yang mudah dicapai, aman dan nyaman di dalam kawasan serta dapat di- Dampak dari pertumbuhan aktifitas ini biasanya diikuti oleh sektor informal, sehingga diperlukan
manfaatkan untuk semua orang termasuk para difabel; pengendalian terhadap sektor tersebut agar tidak mengganggu citra kawasan di masa menda-
5. Melakukan pengaturan sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki), serta menata sistem perparkiran tang.
umum di dalam kawasan dengan menghindari on street parking;
6. Membuat landmark kawasan; 6. Pengendalian lalu lintas kendaraan termasuk penyediaan sistem parkir
7. Membuat perangkat pengendalian pembangunan di dalam kawasan. Beberapa jalur utama Koridor RTBL Banjarsari yang juga sebagai salah satu jalur utama kawasan

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 2
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis
harus di diberikan prioritas penanganan. Selain itu mencari lahan yang dapat digunakan untuk secara visual.
GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN

membuat off street parking untuk menunjang kebutuhan pengguna kendaraan yang singgah di 8. Menata dan merencanakan street furniture yang konteks dengan fungsi koridor kawasan serta arsitektur
kawasan tersebut. yang dibentuknya (rambu, Reklame, Tempat sampah, tempat duduk, Lampu jalan/lampu taman, dsb).

5.1.4 PRINSIP PERANCANGAN KAWASAN 5.3 KONSEP PEMBAGIAN


Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan B K
Lingkungan, maka prinsip perancangan pengembangan kawasan yang disusun meliputi: Pembagian Blok kawasan didasarkan pada kegiatan yang sedang berlangsung serta rencana pengemban-
Prinsip 1 : Optimalisasi jalur sirkulasi menuju dan keluar dari pusat kawasan perdagangan dan jasa sehing- gan berdasarkan RDTR. :
ga pengunjung dapat dengan mudah mencapai kawasan. 1. BLOK - A : Bagian kawasan ini merupakan bagian kawasan paling padat disepanjang koridor perenca-
Prinsip 2 : Menguatkan identitas dan citra kawasan menjadi sebuah pusat destinasi. naan. Adanya rencana terminal tipe B serta rencana Mesjid Agung pada bagian kawasan ini juga akan
Prinsip 3 : Penyediaan sistem perpakiran yang memadai di sekitar pusat kawasan. mempengaruhi terhadap pesatnya pertumbuhan kawasan yang mengarah pada sektor ekonomi perda-
Prinsip 4 : Mempertahankan ruang hijau yang sudah ada dan menambah ruang hijau yang baru, sesuai gangan dan jasa.
dengan kondisi lahan. 2. BLOK - B : Perkembangan bagian kawasan ini lebih dipengaruhi oleh adanya kantor-kantor pelayanan,
Prinsip 5 : Penyediaan jalur pedestrian yang menghubungkan antar fungsi kawasan secara menerus dan sehingga arah perkembangannya mengikuti fungsi kegiatan tersebut.
tidak terputus, serta dilindungi oleh peneduh sehingga menciptakan jalur penghubung yang ny- 3. BLOK - C : merupakan daerah transisi, perkembangan bagian kawasn ini akan sangat dipengaruhi oleh
aman bagi semua warga termasuk difabel. tingkat pertumbuhan kegiatan yang terjadi pada pusat kawasan (blok A).

Berdasarkan tiga kategori/kelompok bangunan yang ada di Koridor RTBL Banjarsari, maka dilakukan Pemba-

5.2 P P Dari hasil


analisa yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya terkait dengan potensi dan permasalahan yang terdapat pada ka-
gian Blok kawasan dengan mempertimbangkan kondisi tersebut.

wasan perencanaan, maka terdapat beberapa poin penting sebagai bahan masukan rencana pengembangan
kawasan tersebut.

Beberapa poin penting sebagaimana dimaksud meliputi :


1. Menciptakan Landmark kawasan sebagai system penanda dan petanda kawasan
2. Menetapkan zona-zona fungsi kegiatan di dalam kawasan agar lebih terarah dan terencana, sebagai
upaya untuk mengendalikan perubahan fungsi bangunan di dalam kawasan.
3. Menciptakan koridor kawasan yang ramah bagi pejalan kaki, melalui penyediaan jalur pedestrian pada
setiap ruas jalan di dalam kawasan.
4. Sektor Informal Binaan disekitar RTH perlu dilakukan penataan, sehingga menjadi kesatuan yang tidak
saling mengganggu.
5. Menciptakan ruang-ruang parkir umum.
6. Menata jalur-jalur hijau sebagai bagian dari ruang terbuka hijau.
7. Menata kembali utilitas kawasan agara lebih tertata, serta tidak mengganggu baik secara fisik, maupun

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 3
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN

5.4 K STRUKTUR TATA BANGUNAN

&L
Konsep struktur Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor RTBL Banjarsari adalah menjadikan Pusat kawasan
PerKabupatenan Banjarsari sebagai counter magnet/Point Of Interest Kawasan bagi wilayah perKabupat-
enan Banjarsari, Dalam rangka mendukung pertumbuhan wilayah tengah kabupaten Ciamis, serta dapat
memberikan citra positif terhadap wilayah yang lebih luas sebagai koridor transit.

Adapun konsep struktur kawasan secara mikro adalah menciptakan ketegasan fungsi kegiatan pada masing
masing bagian kawasan, melalui penzonaan bagian kawasan berdasarkan fungsi yang akan diarahkan, den-
gan memperhatikan karakteristik calon pengunjung/pengguna.

5.5 KONSEP SISTEM


TRANSPORTASI KAWASAN
Konsep sistem sirkulasi pada kawasan perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan mobil, sirkulasi kendaraan motor dan
sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi utama kendaraan mobil dilayani dengan jalur - jalur jalan yang terdiri atas beberapa kelas
Secara makro, konsep pengembangan kawasan/koridor RTBL Banjarsari adalah menciptakan integrasi yang jalan, yakni kelas jalan arteri primer, kolektor primer dan jalan lokal.
baik antar fungsi kegiatan kawasan, sehingga dapat saling menunjang antar satu kegiatan dengan kegiatan
lain, melalui penataan untuk mempermudah aksesibilitas kawasan baik pergerakan kendaraan, barang, mau-
pun pejalan kaki.

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 4
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis
Safety ( keamanan ) Salah satu penyebab banyaknya tingkat ke-
GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN

celakaan yang terjadi pada pejalan kaki di jalur pedestrian adalah aki-
bat pencampuran fungsi jalur pedestrian dengan aktivitas yang lain.
Comfort (Kenyamanan) Kenyamanan merupakan segala sesuatu
yang memperlihatkan dirinya sesuai dan harmonis dengan peng-
gunaan suatu ruang. Jalur pedestrian memiliki peran penting dalam
pembentukan arsitektur Kabupaten. Kondisi jalur pedestrian yang
mengutamakan kenyamanan, tentunya juga mempertimbangkan as-
pek manusiawi.

Penentuan kapasitas jalur pedestrian di Koridor RTBL Banjarsari di-


tentukan dengan melakukan pendekatan terhadap beberapa standar
dari berbagai sumber yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dalam hal ini beberpa faktor yang sangat mempengaruhi perencanaan


kapasitas suatu pedestrian antara lain : (1) Flow Volume, (2) Speed,
(3) Density, (4) Head Way, serta (5) Queue.

KONSEP SISTEM PARKIR KOMUNAL beberapa faktor tersebut selanjutnya akan menjadi bahan pertimban-
Untuk menfasilitasi kebutuhan parkir pengunjung kawasan, maka diperlukan sarana parkir khusus yang mampu menam- gan di dalam perencanaan jalur pedestrian.

pung parkir kendaraan dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini dilakukan untuk mengalihkan on street parking yang se-
Adapun standar fisik perencanaan kapasitas jalur pedestrian diambil
lama ini berlangsung pada ruas jalan kawasan.
berdasarkan pertimbangan terhadap calon pengguna jalur pedestrian
tersebut, dimana calon pengguna jalur pedestrian terdiri dari calon
KONSEP PERGERAKAN PEJALAN KAKI pejala kaki dengan kondisi fisik sehat serta calon pengguna difabel.
Untuk memfasilitasi pergerakan pejalan kaki, maka perlu dibuatkan jalur-jalur pedestrian yang menerus tidak terputus
Dari ke dua calon pengguna tersebut memiliki karakteristik yang ber-
serta bisa digunakan oleh berbagai kelompok pejalan kaki termasuk para difabel. Konsep Pembentukkan Jalur Pedestrian
beda yang pada akhirnya berpegaruh kapasitas ruang yang harus di
harus memperhatikan kaidah-kaidah yang diberlakukan untuk suatu jalur pedestrian. Jalur pedestrian harus memiliki rasa
sediakan.
aman dan nyaman terhadap pejalan kaki, keamanan disini dapat berupa batasan-batasan dengan jalan yang berupa pen-
inggian trotoar, menggunakan pagar pohon, dan menggunakan street furniture. Selain merasa aman, mereka juga harus
Berikut ini adalah pendekatan standar ruang minimal yang harus
merasa nyaman dimana jalur pedestrian harus bersifat rekreatif karena hal tersebut sangat menunjang kenyaman pejalan
diperhatikan dalam merencanakan kapasitas jalur pedestrian.
kaki saat menggunakan jalur pedestrian sebagai jalur mereka.
Dasar perencanaan jalur pedestrian adalah dengan menggunanakan

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 5
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis
pendekatan terhadap dimensi tubuh manusia. Standar dimensi tubuh manusia yang digunakan adalah standar tubuh ma-
GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN

nusia dewasa. ukuran/dimensi tubuh yang digunakan adalah lebar bahu orang dewasa, dimana rata-rata memiliki dimensi A. Koefisien Dasar Bangunan
0.6 m. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara umum yang ingin dicapai dalam penentuan intensitas bangunan di sini meliputi
:
Sedangkangkan untuk konsep pengembangan jenis jalur pedestrian
• Blok-blok massa bangunan diupayakan masih memungkinkan adanya ruang-ruang terbuka guna memperbesar sirku-
yang akan di terapkan di Koridor RTBL Banjarsari ini, ditentukan ber-
dasarkan kebutuhan serta dengan memperhatikian tipikal jenis pe- lasi udara dan resapan air.
destrian yang dikembangkan sekarang. Pada bagian ini, konsep per- • Bangunan harus mempertimbangkan fungsi peruntukan lahan yang ditempati serta kemiringan lahan
encanaan jalur pedestrian di Koridor RTBL Banjarsari akan diarahkan • Jarak antar bangunan diupayakan memiliki area yang cukup untuk sirkulasi, area vegetasi, kegiatan sosial, serta keg-
pada beberapa jenis jalur pedestrian yang dianggap cocok dan sesuai iatan yang berhubungan dengan ekonomi.
untuk di kembangkan di kawasan tersebut. • Memiliki ketinggian yang disesuaikan dengan jarak dan sudut pandang manusia dari jalan, serta selaras dengan pera-
turan KLB masing-masing kawasan.
Adapun beberapa jenis pedestrian yang aka diterapkan antara lain :
• Bangunan tidak diperkenankan berdiri di area konservasi atau area-area yang memang dirancang sebagai hutan Ka-
1. Trotar (Side Walk)
• diarahkan sejajar dengan jalan; bupaten atau kawasan resapan air.
• diarahkan dipasang di sisi dalam saluran drainase, atau di atas
saluran drainase yang telah di tutup. B. Ketinggian Bangunan
• Pada lokasi pemberhentian kendaraan umum (halte) pedestrian Untuk Ketinggian Bangunan, konsep yang akan diterapkan adalah melalui penentuan langsung terhadap jumlah lantai
ditempatkan di sisi bagian belakang halte agar tidak bercampur den- di dalam kawasan tersebut. Ketinggian lantai bangunan dikelompokan ke dalam dua kelompok bangunan, yakni : a).
gan orang yang naik turun kendaraan.
kelompok bangunan hunian; jumlah lantai bangunan ditentukan maksimum 2 (dua) lantai, dimana atap bangunan
tidak dihitung sebagai lantai. b). Kelompok Bangunan Komersial/Jasa; Penentuan jumlah lantai maksimum
2. Green Path Way
• Merupakan fasilitas pejalan kaki di dalam ruang terbuka hijau. pada Blok ini adalah melalui beberapa pendekatan, antara lain : 1) melalui pendekatan ketinggian bangunan
• Diarahkan sebagai pembatas fisik antara pejalan kaki dengan taman (di dalam kawasan RTH). eksisting, dimana bangunan eksisting tertinggi yang telah memiliki ijin bangunan 2) melalui pendekatan bangunan den-
• Selain sebagai sarana sirkulasi pejalan kaki, juga bisa berfungsi sebagai sarana olahraga dan rekreasi. gan tingkat kepentingan tertentu (Rencana Mesjid Agung). 3) melaui Pendekatan terdahap delta jalan;

5.6 K
BANGUNAN
INTENSITAS
5.7 K ONSEP
Konsep pengembangan intensitas bangunan pada Koridor RTBL Banjarsari didasarkan pada klasifiksi intensitas sedang, R UANG T ERBUKA
dan tinggi. Untuk bangunan dengan tingkat intensitas “Sedang”, diarahkan pada hampir di sebagian besar kawasan. 4.8.1 POLA DAN BENTUK RUANG TERBUKA
Sedangkan untuk pengembangan bangunan dengan intensitas “Tinggi” diarahkan pada daerah sisi timur Koridor RTBL 1. Diversifikasi jenis dan fungsi dari ruang terbuka umum dan ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan potensi-potensi
Banjarsari atau pada daerah disepanjang Ruas Jl. Padjadjaran.

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 6
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis
yang ada dan membentuk ruang-ruang publik baru pada kawasan sebagai salah satu pembangkit vitalitas kegiatan di 9. Penjual Makanan /Pedagang informal/K-5 (vendors)
GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN

dalam kawasan. 10. Informasi dan sistem penanda


2. Pola penyebaran yang menerus yang mampu mengkaitkan dan mengintegrasikan semua ragam ruang terbuka pada 11. Pemeliharaan dan perawatan
koridor untuk membentuk sebuah green open space corridors system.
5.8.3 KONSEP ARAHAN RUANG TERBUKA HIJAU
5.8.2 POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA Ruang terbuka hijau (RTH) di Koridor RTBL Banjarsari, diarahkan pada dua 2 (dua) konsep arahan pengembangan. Yakni
Dalam usaha pemanfaatan ruang terbuka di Koridor RTBL Banjarsari maka dalam perencanaannya harus memiliki sifat- Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat; yaitu pada halaman atau pada bangunan, serta RTH Publik berupa
sifat sebagai ruang publik yaitu: taman. Adapun arahan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Ruang yang tanggap (terhadap berbagai kebutuhan pengguna) 1. Pada Bangunan/Kavling
2. Ruang yang demokratik (dapat diakses dan digunakan oleh berbagai lapisan pengguna). Sebagai Tempat interaksi Rencana RTH pada pekarangan ini disesuaikan dengan Koefisien Dasar Bangunan yang berlaku pada suatu blok/sub
social masyarakat blok kawasan perencanaan. selain KDB, faktor lain yang juga turut menentukan di dalam perencanaan RTH pekarangan
3. Ruang yang bermakna (menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga) ini adalah luas lahan yang tersedia. Dengan demikian, maka arahan konsep RTH pekarangan dapat diuraikan sebagai
berikut :
Maka komponen-komponen yang menjadi kriteria keberhasilan pemanfaatan ruang terbuka Koridor RTBL Banjarsari yaitu
: • Untuk dengan luas lahan di atas 500 m2, jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon pelind-
1. Lokasi dan konteks ung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
2. Iklim mikro • Untuk dengan luas lahan di atas antara 200-500 m2, jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua)
3. Program aktifitas pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput
4. Pengguna (user) dan aktifi- • Untuk dengan luas lahan di bawah 200 m2, jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon
tas pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
5. Sirkulasi • Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan
6. Keragaman visual RTH melalui penanaman dengan menggunakan pot atau media tanam lainnya.
7. Ruang-ruang mikro • Untuk kavling dengan tingkat KDB 70%-90% minimal harus memiliki 2 pohon sedang/besar yang ditanam pada hala-
8. Elemen-elemen Lansekap man atau pada pot minimal berdiameter 60 cm.
yang mendukung (tempat- • Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan ruang terbuka non hijau, seperti atap
tempat duduk, tanaman, gedung, teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan disamping bangunan, dan lain-lain, dengan memakai media
perbedaan ketinggian lantai, tambahan, seperti pot dengan berbagai ukuran sesuai lahan yang tersedia.
kolam dan air mancur, pa- • Lahan dengan KDB diatas 90% seperti pada kawasan pertokoan di pusat Kabupaten, atau pada kawasan-kawasan
tung (Sculpture) dan karya seni publik, dll) dengan kepadatan tinggi dengan lahan yang sangat terbatas, RTH dapat disediakan pada atap bangunan. Untuk itu

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 7
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis
bangunan harus memiliki struktur atap yang secara teknis memungkinkan.
GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN
pat mempengaruhi pelaksanaannya seperti pengaruh biaya untuk mendapatkan sambungan air dan pembayaran air
bersih oleh masyarakat .
2. RTH Lingkungan
Konsep pengembangan RTH lingkungan adalah berupa perencanaan RTH untuk tingkat kecamatan, dalam bentuk taman
aktif. Untuk RTH jenis ini, Luas area yang ditanami
tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90%
dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran Konsep
yang diperkeras sebagai tempat melakukan berba-
gai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan D
berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat
minimal 50 (lima puluh) pohon pelindung dari jenis
RTH
pohon kecil atau sedang untuk taman aktif.

5.9 K O N S E P S I S T E M
J ARINGAN U TILI -
TAS
5.9.1 SISTEM JARINGAN AIR BERSIH
Perencanaan sistem jaringan air bersih pada ka-
wasan perencanaan:
1. Berdasarkan proyeksi kebutuhan penduduk di
Kabupaten Renat dan dikaitkan dengan proyek-
si kebutuhan Koridor RTBL Banjarsari.
2. Memperhatikan berbagai hal yang terkait den-
gan sistem jaringan distribusi air bersih yaitu
sumber air, fasilitas pengolahan, pompa distri-
busi, pipa transmisi, dan pipa distribusi
3. Mengaitkan dengan faktor-faktor lain yang da-

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 8
Penyusunan
y Rencana Tata Bangunan
g dan Lingkungan (RTBL)
Kota Banjarsari Kabupaten Ciamis GAMBARAN  UMUM & ARAHAN
DELINEASI KAWASAN
5.9.2 JARINGAN AIR LIMBAH Dalam pengelolaan sampah yang ada di Koridor RTBL Banjarsari Kabupaten Ciamis di rencanakan menggunakan 3 ta-
Dalam perencanaan sistem jaringan air limbah pada Koridor RTBL Banjarsari harus: hapan kegiatan, yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam
1. Sesuai dengan kondisi setempat dan proyeksi kebutuhan kawasan di sekitar koridor dalam penysusunan sistem pen- pengelolaan sampah sebagai berikut :
yaluran dan pengelolaan air buangan 1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara
2. Sesuai dengan kebutuhan pengadaan dan penambahan sarana penyaluran dan pengelolaan air buangan sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah/bak sampah/
3. Mempertimbangkan berbagai hal yang terkait dengan pengadaan, pemeliharaan dan pengembangan sistem. peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengum-
pulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. Berdasar-
Adapun limbah (khususnya) minyak bekas penggorengan, maka penanggulanggannya mengikuti yang sudah terjadi seka- kan tahap ini, maka setiap kavling wajib menyediakan tong sampah.
rang. Yakni dengan mengmpulkan minyak bekas penggorengan, lalu diserahkan kepada pemerintah untuk diolah menjadi 2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke
bahan bakar kendaran bus dinas. Adapun kaitannya dengan pengelolaan minyak bekas penggorengan ini telah diatur oleh tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu
perda di Kabupaten Ciamis. mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA).
3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun bi-
5.9.3 JARINGAN DRAINASE ologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) direncanakan berada
Dalam perencanaan sistem jaringan drainase di Konsepkan untuk : di luar Koridor RTBL Banjarsari.
1. Melakukan perbaikan pada saluran drainase yang rusak
2. Menambah kapasitas drainase pada daerah tangkapan air, dengan memperhatikan sistem jaringan drainase kawasan
dalam lingkup lebih luas.
3. Untuk memperlancar aliran air pada drainase kawasan, maka perlu dilakukan sterilisasi saluran drainase di seluruh
kawasan dari endapan lumpur serta timbunan sampah yang ada.

5.9.4 JARINGAN LISTRIK


Dalam Perencanaan sistem jaringan listrik pada Koridor RTBL Banjarsari Kabupaten Ciamis di konsepkan menggunakan
jaringan listrik eksisting sebagai upaya untuk tetap memperkuat konsep heritage kawasan tersebut.

5.9.5 JARINGAN TELEPON


Dalam Perencanaan sistem jaringan telepon pada Koridor RTBL Banjarsari Kabupaten Ciamis di konsepkan mengguna-
kan sistem jaringan yang sudah ada.

5.9.6 PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


D I N A S C I P TA K A R YA , K E B E R S I H A N
D A N T A T A R U A N G D r a f t L a p o r a n
Laporan
A k h i r Bab 5 9

Anda mungkin juga menyukai