BAB 2
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
Tujuan perencanaan dalam konteks wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien,
nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi
dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pemerintah maupun swasta.
1. Identifikasi Masalah
2. Penetapan tujuan dan sasaran terhadap masalah yang telah teridentifikasi.
3. Identifikasi penghalang atau penghambat
4. Proyeksi situasi masa depan.
5. Penyusunan dan evaluasi alternatif tindakan, pemilihan rencana.
Proses perencanaan juga merupakan proses yang siklis, dimana akhir dari proses
perencanaan selalu menjadi umpan balik bagi penyempurnaan proses perencanaan berikutnya.
Proses perencanaan juga merupakan kesatuan dalam ragam kegiatan atau tahap, yang berarti
tidak ada satu kegiatan yang terisolasi dari kegiatan lainnya. Seluruh proses perencanaan saling
berhubungan satu dan yang lainnya. Salah satu model proses perencanaan adalah model
perencanaan Larz :
1. Identifikasi masalah, tahap ini merupakan titik awal dari siklus dalam proses
perencanaan. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dilakukan dengan benar
kemudian tujuan dan sasaran dapat dirumuskan. Dalam perumusan masalah ada empat
hal yang perlu diperhatikan, yaitu: latar belakang, identifikasi, pembatasan dan
perumusan persoalan.
2. Perumusan tujuan dan sasaran. Tujuan dan sasaran dalam pengertian umum
merupakan ekspresi prioritas yang ingin dicapai dari kegiatan perencanaan yang
dilakukan Pada tahap perumusan tujuan dan sasaran wajib melibatkan unsur spesifik,
terukur, dapat dicapai, beralasan, dan berjangka waktu.
3. Pengumpulan data, data yang didapatkan akan menjadi input dari proses perencanaan
di tahap selanjutnya
4. Analisis data, merupakan pendekatan, metode prosedur atau teknik yang dilakukan
untuk menelusuri kondisi historis dan kondisi sekarang dari wilayah perencanaan.
Kegiatan analisis mencakup:
a. Analisis data dasar, bertujuan untuk menilai keadaan atau kondisi masa lalu dan
masa sekarang sehingga permasalahan yang ditemukan didukung data yang
relevan.
b. Analisis prakiraan, dimaksudkan pada tujuan prediktif (memperkirakan
perubahan yang akan terjadi) dengan menggunakan data time-series 5 tahun.
c. Analisis penyusunan skenario di masa yang akan datang, untuk menilai
alternatif yang dapat dilakukan atau prediksi terhadap hasil yang mungkin
terjadi di masa yang akan datang.
5. Identifikasi dan evaluasi alternatif. Pada tahap ini diidentifikasi beberapa alternatif
untuk menyelesaikan permasalahan dan mencapai tujuan. Alternatif terpilih adalah
alternatif yang dianggap terbaik dan mampu mengantarkan perencanaan untuk
mencapai tujuan. Alternatif terpilih akan diimplementasikan dalam bentuk program
pada tahap perencanaan selanjutnya.
6. Implementasi. Merupakan tahapan pelaksanaan atau perwujudan tujuan dan sasaran
kebijaksanaan dalam bentuk program.
7. Pemantauan dan Evaluasi. Pemantauan adalah kegiatan untuk mengukur pencapaian
dalam suatu rencana. Pemantauan bertujuan untuk meningkatkan koordinasi,
mengantisipasi permasalahan atau memperkirakan permasalahan lebih dini
sehingga tindakan pembetulan apabila diperlukan dapat dilakukan. Evaluasi adalah
penilaian terhadap pelaksanaan rencana yang dilakukan dalam jangka waktu yang
ditentukan.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang salah satunya dipertimbangkan untuk
memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan
kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang. Untuk itu, kewenangan tersebut perlu diatur
demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak
menimbulkan kesenjangan antardaerah. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem,
fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Menurut UU 26/2007, Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional. Kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
meliputi perencanaan struktur ruang dan pola ruang.
wilayah kabupaten memuat rencana struktur ruang yang ditetapkan dalam RTRW Nasional dan
RTRW Provinsi yang terkait dengan wilayah kabupaten yang bersangkutan.
Sumber: http://www.penataanruang.com/rtrw-kota.html
Merujuk pada penjelasan pendapat Rondinelli diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam
suatu pembangunan ataupun penataan ruang suatu daerah harus berlandaskan azas
keterpaduan, yang mana semua pemangku kepentingan baik Pemerintah, Pemerintah
daerah maupun masyarakat harus saling keterkaitan dan berperan secara aktif dalam
penataan ruang suatu negara maupun daerah. Sehingga tercipta keserasian pemahaman
dan kepentingan dari pembangunan tersebut secara adil dan berpegang teguh terhadap
nilai-nilai dasar Pancasila maupun UUD 1945.
tujuan tata ruang yang baik sesuai amanat UUD 1945 demi mencapai suatu
keselarasan dan keseimbangan dalam bermasyarakat dan bernegara.
C. Keberlanjutan
Tantangan terhadap kelestarian lingkungan hidup kini menjadi salah satu masalah
terbesar yang dihadapi oleh manusia. Bahkan sudah menjadi masalah yang menembus
batas-batas negara, dan mempertaruhkan eksistensi manusia di muka bumi. Manusia
hanyalah salah satu unsur dalam mata rantai kehidupan di bumi, yang menyebabkan
ketergantungan pada sistem planet bumi sebagai life support system.
Merujuk pernyataan diatas, pemerintah sebagai pemegang andil utama dalam suatu
kebijakan pengaturan suatu daerah harus memiliki tolok ukur yang tepat dalam
pengaturan atau pengelolaan suatu daerah. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan
yang dihasilkan oleh pemerintah dapat dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat
secara adil, tertib, dan aman demi terwujud cita-cita negara.
E. Keterbukaan
Keterbukaan idealnya adalah membuka dan menyiapkan wadah informasi bagi publik
dan privat untuk mendapatkan semua informasi mengenai perencanaan pengelolaan
tata ruang. Hal ini tidak akan mungkin terjadi jika pemerintah tidak membuka diri
dalam merumuskan sebuah kebijakan. Selain itu, untuk memanifestasikan keterbukaan
perlu pelibatan masyarakat dalam menyusun rencana tata ruang sehingga apa yang
dicita-citakan oleh negara untuk menjalankan pemerintahan yang transparan dapat
terwujud.
Kepentingan umum dapat dilihat dalam isu pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau. Dalam
hal ini, masyarakat yang tergabung dalam aktivis lingkungan selalu menentang
keberadaan bangunan yang tidak tepat dibangun di suatu lokasi yang memiliki fungsi
lindung, dimana salah satu dampaknya adalah bangunan tersebut memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan masyarakat. Untuk melindungi kepentingan umum ini,
perlu dibentuk suatu instrumen hukum yang mempertimbangkan semua sektor secara
komprehensif.
I. Akuntabilitas
Adapun materi pokok yang diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
OKU Timur tentang RTRW Kabupaten OKU Timur Tahun 2019-2038 mengacu pada
Pasal 17 ayat (1) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
syarat-syarat teknis penyusunannya, baik yang berupa sistematika, pemilihan kata, dan
bahasa hukum yang harus jelas agar dapat dipahami oleh siapapun.
G. Asas Keterbukaan
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang
RTRW Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036, Penataan ruang wilayah Provinsi
Sumatera Selatan bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah provinsi yang produktif, efisien,
berkualitas dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pangan dan energi secara berkelanjutan
menuju provinsi yang unggul dan terdepan. Demi mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut,
dalam perencanaan tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan disusun berdasarkan kondisi
dan potensi yang dimiliki pada setiap kabupaten/kota. Dengan demikian seluruh
kabupaten/kota memiliki perannya masing-masing untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
tersebut.
2.3.1. Kedudukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dalam Provinsi Sumatera
Selatan
Peran setiap kabupaten/kota yang memiliki pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau daya dukung lingkungan hidup dan
pendayagunaan sumber daya alam (SDA) atau teknologi tinggi dalam penataan ruangnya
diprioritaskan dan disusun menjadi kawasan strategis baik tingkat nasional maupun provinsi.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan dan
diatur dalam RTRW Nasional yang meliputi, dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman
Nasional Bukit Barisan diusulkan penetapannya oleh pemerintah pusat melalui revisi PP No. 26
Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Rencana pengembangan KSN Taman Nasional
Sembilang dan koridor perkotaan PATUNGRAYA AGUNG (Palembang – Betung – Indralaya
– Kayu Agung) diusulkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan menjadi kawasan
strategis nasional melalui revisi PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Sedangkan
wilayah yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) berdasarkan kategori fungsi
kawasan yang terkait dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, meliputi:
Berdasarkan penjabaran terkait kawasan strategis nasional (KSN) dan kawasan strategis
provinsi (KSP) di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
(Ogan Komering Ulu Timur) memiliki kedudukan sebagai kawasan strategis provinsi dengan
fungsi pertumbuhan ekonomi, yang berperan sebagai kawasan agropolitan dan kawasan
minapolitan. Hal tersebut didasarkan pada potensi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang
besar dalam sektor pertanian dan perikanan, serta memiliki peran strategis sebagai salah satu
lumbung pangan di wilayah provinsi. Disamping itu sebagai kawasan yang berfungsi untuk
pertumbuhan ekonomi provinsi, Kota Martapura yang berperan sebagai ibukota Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur diarahkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) dalam
rencana struktur ruang Provinsi Sumatera Selatan, dan juga ditetapkannya koridor Baturaja –
Martapura sebagai kawasan strategis ekonomi akan memberikan stimulan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
Kota Baturaja sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Provinsi Sumatera Selatan yang
posisinya berdekatan dengan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur memberikan
pengaruh pertumbuhan, khususnya dari segi ekonomi. Adanya jalur lintas tengah yang
menghubungkan menyebabkan arus pergerakan antara Kota Baturaja dan Martapura seperti
aliran barang hingga pergerakan penduduk antara dua wilayah tersebut menjadi lebih mudah.
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur juga dapat terhubung dengan jalur lintas timur,
dengan tehubungnya antara Kecamatan Cempaka (Kab. Ogan Komering Ulu Timur) – Talang
Pangeran (Teluk Gelam, Kab. Ogan Komering Ilir) dan Juga terhubung melalui Kecamatan
Belitang II (Kab. Ogan Komering Ulu Timur) – Dabuk Rejo (Lempuing, Kab. Ogan Komering
Ilir). Kedua koridor tersebut dapat menjadi penghubung antara Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur dengan wilayah lain di Sumatera Selatan, dengan tujuan memberikan pengaruh
pertumbuhan, khususnya dengan manfaat ekonomi secara merata baik di wilayah Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur maupun pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan.
2.3.2. Peran Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dalam Provinsi Sumatera Selatan
Penataan ruang wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Ogan Komering Ulu
Timur) bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, maju, dan berdaya saing
melalui pengembangan tata ruang berbasis agropolitan yang berwawasan lingkungan. Dalam
perencanaan tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur diarahkan sebagai kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan. Untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang dan kedudukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur sebagai kawasan
agropolitan dan minapolitan tersebut maka dalam RTRW Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur disusun rencana Kawasan Strategis bagi kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis
yang sesuai dengan peran bagi pertumbuhan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
3. Kawasan strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) Belitang di Sembilan kecamatan yaitu,
Kecamatan Belitang, Kecamatan Belitang II, Kecamatan Belitang Madang Raya,
Kecamatan Belitang III, Kecamatan Belitang Jaya, Kecamtan Belitang Mulya,
Kecamatan Madang Suku I, Kecamatan Buay Madang Timur dan Kecamatan
Semendawai Suku III yang berfungsi sebagai kawasan ekonomi berbasis agropolitan
dan minapolitan.
saluran irigasi utama, menyebabkan pertanian pangan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur
menjadi unggul. Demikian halnya dengan perikanan, khususnya perikanan sungai dan perikanan
budidaya.
Implikasi yang mungkin terjadi dari penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
OKU Timur tentang RTRW Kabupaten OKU Timur Tahun 2019-2038 adalah perubahan
struktur ruang dan pola ruang serta terwujudnya kawasan strategis untuk mencapai tujuan
penataan ruang Kabupaten OKU Timur yaitu “Terwujudnya Ruang Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur Aman, Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan melalui
Pengembangan Potensi Daerah Berbasis Agropolitan yang Berwawasan Lingkungan”.
Adapun rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis RTRW
Kabupaten OKU Timur dijabarkan sebagai berikut.
3. Perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya yang meliputi sistem penyediaan air
minum, sistem pengelolan air limbah, sistem jaringan drainse, sistem jaringan
persampahan dan sistem jaringan evakuasi bencana.
Gambar 2.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten OKU Timur
2. Kawasan Budidaya
Gambar 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten OKU Timur
KSP meliputi kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi
kawasan koridor Baturaja – Martapura, kawasan agropolitan Ogan Komering Ulu Timur
dan kawasan minapolitan Ogan Komering Ulu Timur.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya berupa Kawasan Cagar
Budaya Komering meliputi makam bersejarah dan permukiman suku komering
berada di Kecamatan Semendawai Barat, Martapura, dan Cempaka.