NOTULENSI
RAPAT VALIDASI KLHS RPJPD KABUPATEN LAMANDAU
Perbaiki lagi narasinya karena tidak sesuai dengan data pada tabel.
untuk belantikan raya jasa ekosistem sangat tinggi nya adalah
18.383,15 Ha sedangkan nilai 496.517,78 Ha adalah Total
keseluruhan Kecamatan untuk jasa ekosistem sedang.
dan apabila dilihat dari tabel 3.28 Kecamatan yang memiliki Jasa
Ekosistem sangat tinggi adalah Kecamatan Menthobi Raya sebasar
33.649,31 Ha
Namun pada peta jasa ekosistemnya terlihat kecamatan belantikan
raya yang memiliki jasa ekosistem sangat tinggi.
Pebaikan penulisan
Potensi dan ketahanan keanekaragaman hayati, mohon untuk Tidak memiliki
ditambahkan dan satwa liar apa saja yang paling banyak di temui di data status
Kabupaten Lamandau. Tambahkan pula keterangan untuk status
spesies CITES dan IUCN nya.
spesies CITES
Tabel 3.44 Daftar Fauna dan Flora di Kabupaten Lamandau untuk dan IUCN
status di lindungi berdasarkan apa? Dari
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 atau yang lain mohon di
sebutkan.
III-123 Tidak
memperoleh data
tahun 2022
Mohon untuk menggunakan sumber data terbaru minimal 2022
Pada bab keanekaragaman hayati memuat bahwa kawasan hutan Sudah diperbaiki
sangat vital di Kabupaten Lamandau, namun pada bab kondisi pada III-106
umum belum ada informasi yang memuat mengenai gambaran
status dan fungsi kawasan hutan di Kabupaten Lamandau.
Mohon dapat ditambahkan mengenai informasi tersebut
menggunakan data yang terbaru, yaitu: Peta Perkembangan
Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Tengah sampai
dengan Tahun 2020 (lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor: SK.6627/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/2021
tanggal 27 Oktober 2021)
III-101
III-12 Rekomendasi bagi Isu Degradasi Lahan dan Penurunan Kualitas Sudah diperbaiki
Lingkungan Hidup, dapat dipertimbangkan dengan penguatan/ pada VI-30
pengembangan skema Perhutanan Sosial sebagai upaya
pengelolaan hutan oleh masyarakat, berupa:
a. Persetujuan Pengelolaan Hutan
Kemasyarakatan (PPHKm)
b. Persetujuan Pengelolaan Hutan Tanaman
Rakyat (PPHTR)
c. Persetujuan Pengelolaan Hutan Desa (PPHD)
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
Berdasarkan hasil analisis kami terhadap Peta Indikatif dan Areal
Perhutanan Sosial (Revisi VIII) sebagaimana lampiran Surat
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: SK.8/MENLHK-PKTL/REN/PLA.0/1/2023 tanggal
3 Januari 2023.
Penulisan kata yang berasal dari Bahasa asing dapat Sudah diperbaiki
ditulis huruf miring, dan diperbaiki kembali kata/istilah pada dokumen
-
yang masih salah ketik atau spasi antar kata yang masih
belum sesuai.
Peta Administrasi Kecamatan - Wilayah/Area dan ada IKK IKK Sudah diperbaiki
Belum ditampilkan Gambaran pembaca belum lengkap pada dokumen
Semua peta
Perlu dimasukan kode Jasa Ekosistem, Contoh : Penyedia Pangan Sudah diperbaiki
(P1) meskipun sdh ada di penjelasan. pada III-61
sampai III-101
Kelas Jasa Ekosistem dibuat Berurutan : dari Sangat Rendah Ke Sudah diperbaiki
Sangat Tinggi pada III-61
sampai III-101
Belum ada penjelasan IJE ini apakah dari D3TLH Lamandau IJE dari D3TLH
ataukah hanya clip/memotong dari IJE PRovinsi Lamandau
Setelah membaca laporan ini ada yang kurang, Infrastruktur jalan Penjelasan
apakah dapat mencapai semua Kecamatan dengan baik, Bagaimana mengenai
dengan Desa? Apakah semua dapat dilalui jalan darat?
infrastruktur
dimasukkan pada
penjelasan isu
pembangunan
berkelanjutan
pada IV-104
Luas Bukan Lahan Terbangun dan Non Kawasan Hutan/APL = Sudah diperbaiki
56.827.423 m2, jika dikonversi menjadi Ha adalah 5.682,7 Ha pada III-45
apakah memang sekecil itu? SK 6627 APL Lamandau
±223.678 Ha
Saya tertarik dengan Frame work ini, sumber KLHK 2023 tidak Framework
ada di Daftar Pustaka? Buku apa ini bisa dishare ke DLH utk mengambil dari
kami Copy
Ada beberapa sumber yang tidak ada di Pustaka Cth : InaRisk
materi paparan
KLHK
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
6. Fathkurohman
Terbitnya Permendagri 7/2018 pada tanggal 4 April 2018 atau hanya
sekitar 3 bulan sebelum Pilkada Serentak Pertama (27 Juni 2018),
menjadikan banyak pihak lupa bahwa:
1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat
KLHS untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi:
a) RTRW, RDTR, RPJP, dan RPJM nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota; dan
b) KRP yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup.
3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:
a) pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah;
b) perumusan alternatif penyempurnaan KRP; dan
c) rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan KRP yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
1
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
lingkungan” pada angka (9) dan pengertian “Berkelanjutan” pada
angka (10) adalah sebagai berikut:
9) Berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf i, yaitu untuk mewujudkan
kehidupan adil dan makmur tanpa harus
menimbulkan kerusakan lingkungan dalam
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan
sumber daya manusia.
2
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
global-lokal. Nilai ini juga bermakna holistik dengan adanya
keterkaitan analisis antar komponen fisik-kimia, biologi dan sosial
ekonomi.
Prinsip 5: Akuntabel
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Prinsip
akuntabel KLHS sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik
(good governance). KLHS tidak ditujukan untuk menjawab tuntutan
para pihak. Dengan prinsip ini pelaksanaan KLHS dapat lebih
menjamin akuntabilitas perumusan kebijakan, rencana, dan/atau
program bagi seluruh pihak.
Prinsip 6: Partisipatif
Sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, prinsip ini
menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka dan
melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang
terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program. Dengan
prinsip ini diharapkan proses dan produk kebijakan, rencana,
dan/atau program semakin mendapatkan legitimasi atau
kepercayaan publik.
Kelembagaan dalam Konteks KLHS
4
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
keputusan KRP yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Muatan mekanisme KLHS pada pasal 15 UU 32/2009 tersebut
termuat juga pada pasal 6 PP 46/20165 dan PermenLHK 69/2017.
Pada pasal 162 ayat (1) Permendagri 86/2017 termuat pernyataan
yang mirip dan sinergis dengan kebijakan pada pasal 15 UU 32/2009
tersebut, yakni sebagai berikut:
1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 161
Permendgi 86/2017, dilaksanakan dengan
mekanisme:
a) pengkajian teknis dan pengkajian pembangunan
berkelanjutan terhadap kebijakan, rencana,
dan/atau program pembangunan daerah;
b) perumusan alternatif penyempurnaan program
pembangunan Daerah dan/atau kegiatan yang
hasilnya berupa antisipasi, mitigasi, adaptasi,
dan/atau kompensasi program dan/atau
kegiatan; dan
penyusunan rekomendasi perbaikan terhadap program
pembangunan Daerah dan/atau kegiatan berupa alternatif antisipasi,
mitigasi, adaptasi, dan/atau kompensasi program dan/atau kegiatan.
PP 46/2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
5
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
rincinya, RPJP nasional, RPJP daerah,
RPJM nasional, dan RPJM daerah; dan
b. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup.
Kedua ayat dari pasal 2 PP 46/2016 sejalan dengan pasal 15 UU
32/2009 mewajibkan KLHS RTRW dan rencana rincinya, serta RPJP
dan RPJM nasional, provinsi, dan kabupaten/kota adalah wajib.
Pernyataan pada pasal 15 UU 32/2009 diulangi lagi pada pasal 2 PP
46/2016 dan pada pasal 3 PermenLHK 69/2017. Aturan-aturan
turunan lainnya seperti PermenATR/KaBPN 5/2022 dan
Permendagri 7/2018 dipastikan saling sinergis satu sama lainnya.
Jikapun ada sedikit perbedaan tekstual, hal tersebut hanya berlatar
belakang pada kewenangan kelembagaan atau para pihak yang
terlibat yang justru saling memperkuat atau sinergis.
Sebagai amanat dari pasal 162 ayat (2) Permendagri 86/2017 dan
pasal 17 PP 46/2017, pada pasal 1 Permendagri 7/2018 terdapat 2
(dua) pengertian “KLHS dan KLHS RPJMD” yang saling sinergis,
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
yakni:
1) “Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya
disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip Pembangunan
Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program”. Definisi
KLHS ini bersumber dari UU 32/2009 atau PP
46/2016, Wajib dilakukan oleh Pemerintah Daerah
(pasal 15 UU 32/2009 dan pasal 2 PP 46/2016)
sesuai UU 23/204 dan Permendagri 90/2019
dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah,
sementara
2) “Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam
Penyusunan Rencana Pembangunan Menengah
Daerah yang selanjutnya disingkat KLHS RPJMD
adalah analisis sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif yang menjadi dasar untuk
mengintegrasikan tujuan Pembangunan
Berkelanjutan ke dalam dokumen RPJMD”. Definisi
KLHS RPJMD ini berasal dari dan satu kesatuan
dengan Permendagri 86/2017 dilaksanakan oleh
Bappeda).
6
No. Halaman Saran, Masukan, dan Tanggapan Tanggapan Tim
Penyusun
86/2017 dan PermenPPN/KaBappenas 7/2018.
PP 46/2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) ini sejalan dengan pasal 14
Permendagri 7/2018, yakni: “Pendokumentasian dan validasi KLHS
RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Yang
dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah
PP 46/2016 yang memberikan amanat terbatas pada Permendagri
7/2018 dan PermenLHK 69/2017 yang diberikan amanat PP 46/2016
yang harus dirujuk oleh Permendagri 7/2018 sebagaimana
disebutkan dalam pasal 17 ayat (2) PP 46/2016.
Demikian notula rapat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pimpinan Rapat,
Kepala Bidang Tata Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Tengah,