Anda di halaman 1dari 15

Laporan Rencana

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 UMUM
Dalam penanganan pekerjaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, dapat
dipertanggung - jawabkan secara teknis, tepat guna dan tepat waktu maka disusunlah suatu
metode pelaksanaan pekerjaan supaya dapat berjalan dengan lancar, efisien dan terarah. Berikut
ini akan dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dengan mengacu pada
Kerangka Acuan Kerja (KAK).

3.2 PEKERJAAN PERSIAPAN


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan persiapan dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
3.2.1 Kegiatan Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah penyiapan personil (tenaga ahli dan tenaga
pendukung), penyiapan peralatan dan fasilitas, persiapan administrasi dan kordinasi dengan
instansi terkait.
3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data-data sebagai penunjang pekerjaan,
diantaranya data topografi, hidrologi, sosial ekonomi dan lingkungan, data pemetaan udara
rencana lokasi RTH Baru, lokasi, luas, sistem pengelolaan RTH eksisting, studi terdahulu
yang pernah dilakukan serta data-data lain yang diperlukan untuk kelengkapan pekerjaan.
3.2.3 Survey Pendahuluan
Konsultan bersama petugas dari Dinas yang ditunjuk, Pengawas Pekerjaan, serta
petugas dari instansi terkait, melakukan peninjauan lapangan/survey pendahuluan untuk
mendapatkan data dan gambaran serta informasi awal lokasi pekerjaan, baik dari aspek teknik
maupun aspek sosial.

iii-1
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

Sebagai awal kegiatan survey maka dilakukan orientasi lapangan awal. Kegiatan di
lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa :
1) Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana pengembangan
RTH.
2) Meninjau lokasi RTH yang akan dikembangkan.
3) Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan..
Untuk itu survey pendahuluan dilakukan dengan menelusuri calon lokasi RTH dan
batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh petugas yang berwenang dan betul-betul
mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dalam survey pendahuluan tim survey akan membuat
rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut :
1) Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya.
2) Posisi BM dan patok-patok lainnya.
3) Jadwal pelaksanaan pengukuran, dan lain sebagainya.
3.2.4 Penyusunan Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya berisi ;
1) Catatan data temuan hasil survey awal
2) Rencana kerja secara menyeluruh
3) Rencana mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung
4) Jadwal pengadaan dan mobilisasi peralatan
5) Jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan

3.3 PEKERJAAN LAPANGAN


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan lapangan dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
3.3.1 Identifikasi Kebutuhan RTH
A. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;

iii-2
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat;
3. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
4. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai
secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008).
B. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut:
1. Taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m 2
atau dengan standar 1 m2/penduduk.
2. Taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m 2 atau
dengan standar 0,5 m2/penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat
kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.
3. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2/penduduk.
4. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2/penduduk.
5. Dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2/penduduk yang lokasinya menyebar; dan
6. Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem
penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem
penyempurnaan.

iii-3
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

Tabel 3.1 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga

Jumlah
Kebutuhan Kriteria
Penduduk Standard
No. Jenis RTH Luas Lahan Lokasi dan
pendukung (m2/jiwa)
Min Penyelesaian
(jiwa)

Di tengah
Taman/ Tempat
1. 250 250 1 kelompok
Main (RT)
tetangga.
Di pusat
Taman/ Tempat
2. 2.500 1.250 0,5 kegiatan
Main (RW)
lingkungan
Sedapat
mungkin
3. Taman Kelurahan 30.000 9.000 0,3 berkelompk
dengan sarana
pendidikan.
Terletak di
jalan utama.
Sedapat
Taman
4. 120.000 24.000 0,2 mungkin
Kecamatan
berkelompok
dengan sarana
pendidikan.
Terletak
5. Jalur Hijau - Disesuaikan 15 m
menyebar.
Mempertimba
ngkan radius
Kuburan/
6. 120.000 Disesuaikan pencapaian
Pemakan Umum
dan area yang
dilayani.
Di pusat
7. Taman Kota 144.000 0.3 wilayah/kota

Di dalam atau
8. Hutan Kota 480.000 Disesuaikan 4 kawasan
pinggiran
Disesuaikan
Untuk Fungsi
9. Disesuaikan 12.5 dengan
Tertentu kebutuhan
Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008)

3.3.2 Penentuan Titik Lokasi Alternatif Rencana RTH


Hasil survei berupa beberapa lokasi alternatif rencana pembangunan RTH dan
pengumpulan data sekunder yang ada, akan dianalisa berdasarkan prioritas yang ada untuk
selanjutnya dilakukan pradesain pada lokasi terpilih. Segala hal tersebut diatas harus
diasistensikan/ didiskusikan kepada Direksi/ Pengawas pekerjaan untuk mendapat persetujuan
dari Direksi.

iii-4
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

3.3.3 Identifikasi Potensi RTH


Tahap awal merupakan tahapan pengumpulan, pendataan, dan pemetaan RTH
eksisting di Kabupaten Blitar. Dalam menentukan potensi lokasi Ruang Terbuka Hijau,
metode yang dilakukan ialah melalui analisis peta. Selain menginterpretasi citra, perlu ground
check untuk memastikan kebenaran data persebaran RTH. Hasil pemetaan dan identifikasi
RTH publik tersebut berfungsi untuk mengetahui pola persebaran RTH dan persentase luasan
RTH terhadap luas wilayah. Sehingga dari hasil tersebut akan menunjukkan kecukupan dan
arahan pengembangan lahan RTH di Kabupaten Blitar.

3.3.4 Pemetaan Udara dengan Drone


Pemetaan menggunakan pesawat tanpa pilot (drone) biasa disebut dengan foto udara.
Foto udara dimaksudkan untuk melihat, memfoto dan mempetakkan lokasi pekerjaan yang
kita inginkan dengan cara yang mudah dan cepat. Melakukan survei lokasi dengan
menggunakan drone hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit (tergantung kondisi cuaca).
Gambar-gambar bisa diubah menjadi peta dengan Autodesk. Menggunakan drone sebagai
survei pemetaan, dapat menghasilkan data awal yang dapat dilanjutkan untuk melakukan
survey tanah, wilayah dan objek untuk penyusunan perencanaan lokasi dan peta kontur dengan
orthophotos, fotogrametri. 3-D modeling, titik Cloud atau perhitungan volume.
Foto udara diambil dengan menggunakan drone untuk merekam kondisi aktual lokasi
studi beserta catchment area nya. Adapun perekaman diambil dalam bentuk foto dan video.
Pemetaan udara atau dikenal juga sebagai Aerial Mapping/Aerial Survey merupakan sebuah
aktivitas survei dengan tujuan menghasilkan peta  suatu kawasan atau wilayah menggunakan
wahana Drone atau Small Unmanned Aircraft System (sUAS). Dengan menggunakan drone,
pekerjaan survei udara dengan tujuan pemetaan dan fotogrametri dapat dilakukan secara lebih
mudah, murah, serta cepat. Umumnya, industri yang menggunakan drone untuk pemetaan
adalah industri perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, dinas pekerjaan umum,
hingga kontraktor yang ingin melihat perkembangan proyeknya.
Dalam melakukan penerbangan survey, Drone kami terbang rendah sekitar 100
hingga 500 meter sehingga dapat menghasilkan peta resolusi tinggi dengan tingkat ketelitian
hingga 5 cm per pixel atau sebanding peta skala 1:500. Dari proses survei akan menghasilkan
peta Fotogrametri (Photogrammetry) yang dapat diolah untuk menghasilkan Peta Orthophoto

iii-5
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

Mosaic, Peta Garis/Peta Topografi yang detail dengan skala yang anda inginkan dan peta
Digital Elevation Model (DEM).
Alasan menggunakan drone untuk survei pemetaan adalah :
1. Cepat
Proses pengambilan informasi lapangan hanya membutuhkan waktu 1-2 hari
untuk area seluas 1000-2000 ha, lalu proses data kurang dari 5 hari kerja.
2. Ekonomis
Dibandingkan dengan survei konvensional yang melibatkan banyak man power
dan menghabiskan banyak Man Hour, biaya pemetaan udara jauh lebih rendah.
3. Akurat
Dengan pengambilan informasi yang cukup dan dengan teknik yang benar,
produk hasil peta udara memiliki akurasi yang baik. Setiap penerbangan Drone
kami, kami merencanakan dan memprogram jalur terbang sehingga
menghasilkan data gambar yang akurat. Untuk mempertinggi akurasi,
dapat dilakukan peletakan GCP dengan bantuan surveyor darat, sehingga hasil
akhir dapat dipertanggungjawabkan. Resolusi dari pemetaan udara kami hingga
5 cm/pixel.
4. Bebas Awan
Kami melayani jasa pemetaan udara yang bebas awan. Peralatan kami terbang
sekitar 100 – 150 meter sehingga hasil citra bebas awan.

Kegunaan
Beberapa kegunaan yang didapatkan melalui Pemetaan Udara :
a. Pengamatan visual
b. Pemantauan progress proyek
c. Penghitungan/inventarisir stock lapangan
d. Pengecekan keadaan tanaman di perkebunan
e. Perencanaan desain proyek
f. Marketing property

Pengoperasian

iii-6
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

Kamera Udara terdiri dari pilot-pilot yang handal dalam merencanakan dan
menerbangkan Drone untuk survey pemetaan dan tenaga kerja pengolahan data
yang handal, memungkinkan kami untuk memberikan anda pemetaan udara
yang terbaik.

Dalam merencanakan dan menerbangkan Drone untuk survei pemetaan,


melakukan pemrograman flight plan sehingga autopilot Drone menerbangkan
pesawat secara otomatis dengan tingkat kepresisian tinggi.

Untuk meningkatkan keakurasian peta, Kamera Udara berkerja sama dengan


surveyor darat untuk melakukan pembuatan GCP (Ground Control Point)
dengan peralatan survey grade.

Peralatan Yang Digunakan


Kamera Udara menggunakan Drone atau Small Unmanned Aircraft System
(sUAS) berupa Multirotor dan Fixed-wing. Dimana masing-masing memiliki
kegunaan dan kelebihan tersendiri. Tiap Drone kami dilengkapi oleh sistem
navigasi autopilot dan GPS, sehingga dapat menjalankan penerbangan survey
yang terprogram yang menghasilkan peta berkualitas tinggi.

Software uang digunakan dalam pengolahan data foto yang didapat menjadi
sebuah informasi yang digunakan untuk sesuai keperluan.

Gambar 3.1 Peralatan Drone (Foto Udara)

iii-7
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

3.3.5 Survei Sosial, Ekonomi dan Tata Ruang


Melakukan survey identifikasi bangunan dan tanaman yang terdapat didaerah RTH
yang direncanakan menentukan perkiraan biaya ganti ruginya. Lingkup aspek yang ditelaah
dalam kegiatan survey sosial ekonomi dan Lingkungan ini adalah:
1. Aspek sosio-demografis dan kelembagaan
a. Jumlah penduduk, perkembangan penduduk, komposisi penduduk menurut
usia dan jenis kelamin.
b. Kondisi sosial masyarakat, struktur sosial, agama, pendidikan, adat-istiadat.
c. Status dan luas pemilikan lahan.
d. Organisasi/lembaga sosial - ekonomi yang ada, serta aktivitas lembaga
dewasa ini.
e. Prasarana dan sarana yang tersedia.
f. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan proyek
2. Aspek agronomis
a. Kondisi tataguna lahan yang ada.
b. Jenis tanaman budidaya, pola dan jadwal penanaman.
c. Tehnologi usaha tani yang diterapkan, tingkat input/masukan pertanian, dan
peluang pengembangan secara agronomis.
d. Produksi pertanian.
e. Kendala peningkatan produksi, khususnya menyangkut kondisi tata-air dan
kualitas lahan.
f. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala.
3. Aspek ekonomis
a. Corak nafkah penduduk.
b. Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
4. Aspek lahan
a. Jenis tanah.
b. Kesuburan tanah.
c. Kesesuaian lahan.

iii-8
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

3.4 ANALISA DATA


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan lapangan dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
3.4.1 Pendekatan Umum
A. Analisis Identifikasi RTH
Dalam mengidentifikasi potensi lokasi untuk pengembangan RTH, maka analisis yang
digunakan melalui analisis peta. Hasil dari analisis ini yaitu peta sebaran RTH dan peta
lokasi potensi RTH baru. Data peta yang diperlukan yaitu citra satelit, peta tutupan lahan
dan guna lahan. Distribusi dan sebaran RTH perlu diketahui untuk mengidentifikasi lokasi
mana saja yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi RTH baru. Dalam mengetahui
kecukupan luas RTH yang tersedia, maka dapat digunakan persamaan sebagai berikut.

Luas RTH Publik


Rasio RTH = x
Luas Wilayah
100%

Dengan nilai rasio:


RTH privat < 10% : Sangat Kurang
RTH Publik < 20% : Baik

B. Analisis Pusat Permukiman


Analisis persebaran pusat permukiman dilakukan melalui perhitungan Indeks
Skalogram Guttman. Skalogram merupakan teknik analisis yang berfungsi untuk
mengidentifikasi penyebaran fungsi fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi serta hirarki
pusat pengembangan dan prasarana pembangunan (Muta’ali, 2015). Analisis ini
dipergunakan untuk menentukan distribusi RTH sesuai hirarki permukimannya. Bentuk
skalogram berupa tabel distribusi wilayah yang diurutkan berdasarkan jumlah fasilitas
pelayanannya. Semakin tinggi kelengkapan fasilitas di suatu wilayah, maka wilayah
tersebut memiliki tingkatan/hirarki yang semakin tinggi yang dinyatakan sebagai pusat.
Langkah dalam melakukan analisis skalogram diuraikan sebagai berikut.
1. Mendistribusikan kelompok-kelompok wilayah disertai jumlah penduduk di
masing-masing wilayah tersebut.

iii-9
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

2. Membuat kolom jenis fasilitas pelayanan (perdagangan, pendidikan, kesehatan,


dsb) dan memberikan skor 1 (ada) atau 0 (tidak ada) berdasarkan keberadaannya.
3. Menjumlah total skor yang telah dilakukan pada langkah ke-2 berdasarkan
keberadaannya di tiap wilayah dimana dalam tabel disebut JF (Jumlah Fungsi)
4. Menjumlahkan semua skor fungsi berdasarkan jenis fungsinya dimana dalam hal
ini disebut TF (Total Fungsi).
5. Menghitung KF (Kelengkapan Fungsi) dengan cara membagi jumlah fungsi
pelayanan yang ada dibagi total jenis fungsi, kemudian dikali 100%. Wilayah
yang memiliki persentase paling besar memiliki tingkatan/hirarki wilayah yang
tertinggi.

Tabel 3.2 Contoh Tabel Analisis Skalogram dengna Skala Gutman (1=Ada, 0=Tidak Ada)
Jumlah Fungsi (Fasilitas Pelayanan) JF KF Hirarki
Wil
Penduduk 1 2 3 4 5
A 53.000 1 1 1 1 1 5 100% I
B 47.000 1 1 1 1 0 4 80% II
C 44.000 1 0 1 0 1 3 60% III
TF 3 2 3 2 2 12
Sumber: Muta’ali, 2015

Berdasarkan Tabel 3.2 Contoh tabel Skalogoram dengan Skala Gutman bahwa fungsi
fasilitas pelayanan apabila terdapat nilai 1 maka dikatakan ada atau tersedia. Nilai 0 pada
table ini menunjukkan ketidak tersediaan sarana atau fasilitas tersebut pada suatu kawasan.
C. Analisis Kebutuhan RTH
Analisis ini dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan RTH menurut luas wilayah
dan jumlah pendudukan, sebagaimana diuraikan dalam sub bab 3.4.1.

3.4.2 Analisa Pemenuhan Kebutuhan RTH


Analisis ini bertujuan untuk menemukan pemenuhan kebutuhan RTH berdasarkan
tingkat permintaan (demand) RTH dan penyediaan (supply) lahan bagi RTH. Permintaan RTH
diambil berdasarkan ketentuan kebutuhan RTH menurut luas wilayah dan jumlah penduduk,
sementara penyediaan lahan bagi RTH diambil berdasarkan pemetaan potensi RTH
mempergunakan citra satelit. Analisis ini menghasilkan usulan sebaran dan proporsi RTH
menurut fungsinya: RTH publik, RTH lindung dan RTH dengan fungsi khusus.

iii-10
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

Gambar 3.2 Bagan Ilustrasi proporsi pemenuhan kebutuhan RTH


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 05/PRT/M/2008

3.4.3 Analisa Sosial dan Tata Ruang


Data yang terkumpul berdasarkan hasil survey social ekonomi dan tata ruang,
kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
analisis ini dilakukan sinkronisasi antara sebaran RTH dengan struktur dan pola ruang
kawasan menurut RTRW. Sinkronisasi ini dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
pelayanan RTH publik dalam menjangkau pusat-pusat permukiman.

3.4.4 Menyusun Laporan Antara/Interim


Laporan Antara/Interim memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan, yang berisi
antara lain :
1. Laporan kemajuan pekerjaan
iii-11
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

2. Data-data yang telah dikumpulkan


3. Kriteria dan metode yang akan digunakan dalam penyusunan pra desain
4. Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya.

3.5 PEKERJAAN PERENCANAAN RTH KABUPATEN BLITAR


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan lapangan dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
3.5.1 Rekomendasi Pemilihan Rencana RTH pada Pusat Permukiman
Dalam rekomendasi pemilihan rencana RTH ini akan dilakukan perencanaan untuk
menentukan hal-hal berikut ini :
1. Pemilihan alternatif
2. Penentuan alternatif terpilih berdasarkan studi komparatif dan kesesuaian tata
ruang
3. Pembuatan konsep disain RTH pada pusat permukiman sesuai fungsi dan
sinkronisasi dengan tata ruang
3.5.2 Penetapan Sebaran dan Proporsi RTH pada Kabupaten Blitar serta Desain
RTH pada Pusat Permukiman
A. Kriteria
Penyusunan perencanaan detail harus mengacu kepada kriteria sesuai dengan SNI
atau standar lain yang disetujui oleh pengawas pekerjaan.
B. Parameter
Berdasarkan data hasil survey dan penyelidikan serta dengan berpedoman kepada
kriteria RTH, maka konsultan harus menyusun parameter desain yang akan dipakai dalam
analisis. Parameter desain tersebut harus didiskusikan serta mendapat persetujuan
pengawas pekerjaan.
Pra desain RTH terpilih yaitu RTH pada pusat permukiman terpilih sehingga bisa
diketahui data teknis RTH, meliputi lebar, jenis dan kapasitas RTH dan lain sebagainya.

3.5.3 Penggambaran
Gambar – gambar 2D dan 3D harus dibuat dengan manggunakan program CAD serta
diserahkan dalam cetakan ukuran A3 dengan skala yang pantas dan jelas.

iii-12
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

Penggambaran hasil pra desain RTH terpilih sebagai berikut :


1. Peta situasi untuk lokasi RTH dan bangunan penunjangnya pada masing-masing
alternatif lokasi skala 1:500.
2. Long dan cross section skala Vertikal 1 : 100 dan horizontal 1:200.

3.5.4 Menyusun RAB


Volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya akan dihitung berdasarkan hasil
perencanaan dan dihitung secara detail untuk masing-masing item pekerjaan. Prosedur dalam
perhitungan estimasi RAB untuk pembangunan bangunan utama dan pelngkap waduk ini
mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Survey harga dasar (basic price) bahan, tenaga, di lokasi bangunan.
2. Menghitung estimasi volume pekerjaan sesuai jenis/item pekerjaan.
3. Merencanakan metode pelaksanaan yang mudah dan menguntungkan serta
menyusun jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Membuat analisa harga satuan sesuai metoda pelaksanaan sebanyak item
pekerjaan yang ada.
5. Menyusun estimasi rencana anggaran biaya (Bill of Quantities) dengan format
sesuai arahan Direksi. Proses perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) secara
umum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Estimasi anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu biaya bahan-
bahan, buruh, peralatan, overhead, dan keuntungan yang dilakukan pada tiap-tiap jenis
pekerjaan. Dalam perhitungan anggaran biaya tersebut, biaya asuransi dan pajak tenaga buruh
sudah termasuk dalam harga buruh, biaya asuransi alat berat dan asuransi operator sudah
termasuk dalam sewa alat berat, biaya tenaga buruh dan alat dihitung berdasarkan jumlah jam
kerja.

iii-13
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

GAMBAR Daftar Jenis-Jenis


RENCANA Pekerjaan

Daftar Volume
Pekerjaan

Daftar Daftar Daftar Tabel Daftar Tabel


Bahan Koefisien Upah Koefisien Alat Koefisien

Harga Harga Harga Sewa


Bahan Upah /Beli Alat

Harga Satuan Tiap


Jenis Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya


perkelompok Pekerjaan

RAB TOTAL

Gambar 3.3 Proses Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

iii-14
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar

3.5.5 Menyusun Konsep Laporan Akhir


1. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir memuat analisa awal dan kesimpulan sementara hasil
pelaksanaan pekerjaan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat rangkuman dan kesimpulan penting dari seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. serta foto dokumentasi untuk tahap-tahap
tertentu dalam pelaksanaan pekerjaan.

iii-15

Anda mungkin juga menyukai