BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 UMUM
Dalam penanganan pekerjaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, dapat
dipertanggung - jawabkan secara teknis, tepat guna dan tepat waktu maka disusunlah suatu
metode pelaksanaan pekerjaan supaya dapat berjalan dengan lancar, efisien dan terarah. Berikut
ini akan dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dengan mengacu pada
Kerangka Acuan Kerja (KAK).
iii-1
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
Sebagai awal kegiatan survey maka dilakukan orientasi lapangan awal. Kegiatan di
lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa :
1) Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana pengembangan
RTH.
2) Meninjau lokasi RTH yang akan dikembangkan.
3) Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan..
Untuk itu survey pendahuluan dilakukan dengan menelusuri calon lokasi RTH dan
batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh petugas yang berwenang dan betul-betul
mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang perlu dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dalam survey pendahuluan tim survey akan membuat
rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut :
1) Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya.
2) Posisi BM dan patok-patok lainnya.
3) Jadwal pelaksanaan pengukuran, dan lain sebagainya.
3.2.4 Penyusunan Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya berisi ;
1) Catatan data temuan hasil survey awal
2) Rencana kerja secara menyeluruh
3) Rencana mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung
4) Jadwal pengadaan dan mobilisasi peralatan
5) Jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan
iii-2
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat;
3. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
4. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai
secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008).
B. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut:
1. Taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m 2
atau dengan standar 1 m2/penduduk.
2. Taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m 2 atau
dengan standar 0,5 m2/penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat
kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.
3. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2/penduduk.
4. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk,
diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2
m2/penduduk.
5. Dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2/penduduk yang lokasinya menyebar; dan
6. Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem
penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem
penyempurnaan.
iii-3
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
Tabel 3.1 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga
Jumlah
Kebutuhan Kriteria
Penduduk Standard
No. Jenis RTH Luas Lahan Lokasi dan
pendukung (m2/jiwa)
Min Penyelesaian
(jiwa)
Di tengah
Taman/ Tempat
1. 250 250 1 kelompok
Main (RT)
tetangga.
Di pusat
Taman/ Tempat
2. 2.500 1.250 0,5 kegiatan
Main (RW)
lingkungan
Sedapat
mungkin
3. Taman Kelurahan 30.000 9.000 0,3 berkelompk
dengan sarana
pendidikan.
Terletak di
jalan utama.
Sedapat
Taman
4. 120.000 24.000 0,2 mungkin
Kecamatan
berkelompok
dengan sarana
pendidikan.
Terletak
5. Jalur Hijau - Disesuaikan 15 m
menyebar.
Mempertimba
ngkan radius
Kuburan/
6. 120.000 Disesuaikan pencapaian
Pemakan Umum
dan area yang
dilayani.
Di pusat
7. Taman Kota 144.000 0.3 wilayah/kota
Di dalam atau
8. Hutan Kota 480.000 Disesuaikan 4 kawasan
pinggiran
Disesuaikan
Untuk Fungsi
9. Disesuaikan 12.5 dengan
Tertentu kebutuhan
Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008)
iii-4
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
iii-5
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
Mosaic, Peta Garis/Peta Topografi yang detail dengan skala yang anda inginkan dan peta
Digital Elevation Model (DEM).
Alasan menggunakan drone untuk survei pemetaan adalah :
1. Cepat
Proses pengambilan informasi lapangan hanya membutuhkan waktu 1-2 hari
untuk area seluas 1000-2000 ha, lalu proses data kurang dari 5 hari kerja.
2. Ekonomis
Dibandingkan dengan survei konvensional yang melibatkan banyak man power
dan menghabiskan banyak Man Hour, biaya pemetaan udara jauh lebih rendah.
3. Akurat
Dengan pengambilan informasi yang cukup dan dengan teknik yang benar,
produk hasil peta udara memiliki akurasi yang baik. Setiap penerbangan Drone
kami, kami merencanakan dan memprogram jalur terbang sehingga
menghasilkan data gambar yang akurat. Untuk mempertinggi akurasi,
dapat dilakukan peletakan GCP dengan bantuan surveyor darat, sehingga hasil
akhir dapat dipertanggungjawabkan. Resolusi dari pemetaan udara kami hingga
5 cm/pixel.
4. Bebas Awan
Kami melayani jasa pemetaan udara yang bebas awan. Peralatan kami terbang
sekitar 100 – 150 meter sehingga hasil citra bebas awan.
Kegunaan
Beberapa kegunaan yang didapatkan melalui Pemetaan Udara :
a. Pengamatan visual
b. Pemantauan progress proyek
c. Penghitungan/inventarisir stock lapangan
d. Pengecekan keadaan tanaman di perkebunan
e. Perencanaan desain proyek
f. Marketing property
Pengoperasian
iii-6
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
Kamera Udara terdiri dari pilot-pilot yang handal dalam merencanakan dan
menerbangkan Drone untuk survey pemetaan dan tenaga kerja pengolahan data
yang handal, memungkinkan kami untuk memberikan anda pemetaan udara
yang terbaik.
Software uang digunakan dalam pengolahan data foto yang didapat menjadi
sebuah informasi yang digunakan untuk sesuai keperluan.
iii-7
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
iii-8
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
iii-9
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
Tabel 3.2 Contoh Tabel Analisis Skalogram dengna Skala Gutman (1=Ada, 0=Tidak Ada)
Jumlah Fungsi (Fasilitas Pelayanan) JF KF Hirarki
Wil
Penduduk 1 2 3 4 5
A 53.000 1 1 1 1 1 5 100% I
B 47.000 1 1 1 1 0 4 80% II
C 44.000 1 0 1 0 1 3 60% III
TF 3 2 3 2 2 12
Sumber: Muta’ali, 2015
Berdasarkan Tabel 3.2 Contoh tabel Skalogoram dengan Skala Gutman bahwa fungsi
fasilitas pelayanan apabila terdapat nilai 1 maka dikatakan ada atau tersedia. Nilai 0 pada
table ini menunjukkan ketidak tersediaan sarana atau fasilitas tersebut pada suatu kawasan.
C. Analisis Kebutuhan RTH
Analisis ini dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan RTH menurut luas wilayah
dan jumlah pendudukan, sebagaimana diuraikan dalam sub bab 3.4.1.
iii-10
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
3.5.3 Penggambaran
Gambar – gambar 2D dan 3D harus dibuat dengan manggunakan program CAD serta
diserahkan dalam cetakan ukuran A3 dengan skala yang pantas dan jelas.
iii-12
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
iii-13
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
Daftar Volume
Pekerjaan
RAB TOTAL
iii-14
Laporan Rencana
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/ RTH di Kabupaten Blitar
iii-15