ABSTRAK
Ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai
ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Kota Unaaha harus
memperhitungkan perkembangan kota dimasa yang akan datang dengan suatu perencanaan, penyediaan dan
pengelolaan RTH di perkotaan yang diharapkan nantinya dapat terwujud ruang kota yang nyaman, produktif dan
berkelanjutan, serta terwujudnya kota hijau yang ramah lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah melihat kecenderungan pengelolaan RTH Perkotaan Unaaha dan pengembangan RTH
kedepannya. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode deskripsi kuantitatif dan kualitatif, serta metode
analisis keruangan (spasial).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan ruang terbuka hijau perkotaan berdasarkan luas wilayah yaitu
4542,6 ha (pemanfaatan RTH perkotaan Unaaha hanya sekitar 6%), dan penyedian RTH berdasarkan jumlah
penduduk sebesar 107,65 ha (pemanfaatan RTH perkotaan Unaaha hanya sekitar 2,37%).
Kata Kunci: Ruang terbuka hijau, RTH Publik, RTH Privat, Pemanfaatan RTH
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana ruang terbuka hijau
kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka
penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota
sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. (Dirthasia, 2017)
Di dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang yang mengatur pengembangan kawasan perkotaan dilihat dari
aspek penataan ruang. Dalam UU tersebut, disebutkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan sub sistem tata ruang
dan infrastruktur wilayah, khususnya dalam pengembangan permukiman dan perkotaan yang berbasis pada potensi
keanekaragaman hayati sebagai sumber daya alam setempat. UU tersebut mengamanatkan bahwa perencaan tata ruang
wilayah kota harus memuat ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH), dan
mensyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik
minimal 20% dan RTH Privat minimal 10%.
Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau, ruang
terbuka hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang mempunyai
unsur dan struktur alami yang dapat menjalani proses-proses ekologis. Jadi RTH adalah lahan atau kawasan di wilayah
perkotaan yang didominasi unsur alam seperti tumbuhan, tanaman dan vegetasi maupun air guna mendukung fungsi
ekologis, sosial budaya dan arsitektural yang dapat memberi manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya,
seperti antara lain: Fungsi ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi
udara dan pengatur iklim mikro; Fungsi sosial budaya, keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang
interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai ciri khas (landmark) kota; Fungsi arsitektural dan estetika, RTH dapat
meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota dan jalur hijau jalan kota;
dan Fungsi ekonomi, RTH sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan
wisatawan. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 05/PRT/M/2008)
Menanggapi hal tersebut, maka Kota Unaaha Kabupaten Konawe harus memperhitungkan perkembangan kota
dimasa yang akan datang dengan suatu perencanaan, penyediaan dan pengelolaan RTH di perkotaan yang diharapkan
nantinya dapat terwujud ruang kota yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, serta terwujudnya kota hijau yang
ramah lingkungan. Untuk itu, sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang
SNT2BKL-ST-1 1
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
terbuka hijau yang tingkat permasalahannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan kota dimasa yang akan
datang.
SNT2BKL-ST-1 2
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
2. PEMBAHASAN
2.1 Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Unaaha Kabupaten Konawe
Pola sebaran RTH perkotaan Unaaha Kabupaten Konawe yaitu berpola scattered (tersebar). Berdasarkan
distribusinya maka dapat diketahui bahwa tanah hijau masih mendominasi sebagian besar pemanfaatan lahan wilayah
perkotaan, pertanian, dan perkebunan di Kecamatan Wawotobi. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Unaaha lahan
telah terbangun perumahan, perkantoran dan untuk lapangan bola atau lapangan olah raga terdapat di beberapa
kecamatan.
Dari persebarannya di Kabupaten Konawe, lokasi-lokasi RTH adalah sebagai berikut:
a. Ruang Terbuka Hijau Publik
Identifikasi jumlah RTH Publik perkotaan Unaaha Kabupaten Konawe berdasarkan kondisi eksisting,
dikelompokan berdasarkan jenisnya. Jenis-jenis RTH tersebut diantaranya yaitu:
1) RTH Kawasan Taman Kota dan Lingkungan
RTH Taman Kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota.
Taman kota memiliki fungsi ekologis, rekreasi, estetis dan olah raga. Kota Unaaha memiliki taman kota yang diberi
nama Taman Kota Permata dan terletak di Kecamatan Uepai taman ini memiliki luasan 45.000 m2.
Berdasarkan data ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Unaaha, jenis ruang terbuka hijau taman dan
hutan kota yang ada di Kota Unaaha sangat bervariasi dan beragam.
SNT2BKL-ST-1 3
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Gambar 2 RTH Jalur Hijau Jalan di Beberapa Ruas Jalan di Kota Unaaha
Sumber: Observasi 2018
3) RTH Fungsi Tertentu
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Fungsi tertentu meliputi RTH Pemakaman, RTH Sempadan Sungai, Sempadan Pantai
dan RTH Wisata dan Rekreasi. Setiap unit kecamatan/kota harus memiliki sekurang-kurangnya satu ruang terbuka
yang berfungsi sebagai kuburan atau pemakaman umum. Besarnya lahan perkuburan atau pemakaman umum
tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Pertimbangan
radius pencapaian dan area yang dilayani. Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Unaaha dialokasikan secara
komunal dalam beberapa lokasi. Secara umum tidak ada patokan khusus mengenai kebutuhan ruang bagi TPU
dan perkembangannya disesuaikan dengan kebutuhannya.
Adapun tempat pemakaman umum di Kota Unaaha terdiri dari:
- Makam Raja Lakidende dengan luas 9.000 m²
- Pemakaman Umum yg terletak di Kelurahan Unaaha dengan luas 4.002,95 m²
- Pemakaman Umum yang terletak di Kelurahan Anggotoa Kecamatan Wawotobi dengan luas 15 ha
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan yang harus dilindungi karena fungsinya yang sangat penting untuk
menjaga kelestarian unsur alami. Berdasarkan kondisi eksisting dan karakteristik permukiman perkotaan secara umum
di Kota Unaaha, terdapat dua jenis sungai yaitu sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Namun pada
perkembangannya, kawasan sempadan sungai kurang diperhatikan dan dirawat dengan baik. Jenis vegetasi yang ada
pada sekitar kawasan sempadan sungai juga kurang terawat dan tertata dengan baik. Beberapa jenis vegetasi tersebut
kurang sesuai kondisi tanah yang berada di tepian sungai. Selain itu, fungsi kawasan sempadan sungai sebagai daerah
SNT2BKL-ST-1 4
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
yang dilindungi mulai berubah, banyak masyarakat yang mengalih fungsikan kawasan sempadan sungai tersebut
menjadi area permukiman, area pedagang kaki lima dan lain sebagainya.
Tabel 3 Garis Sempadan Sungai di Kota Unaaha
No. Nama Saluran Fungsi Garis Sempadan
1 Sungai Konawe Bendungan Cadangan Air 35 - 40 m
2 Terusan Sungai Konawe Pengairan lahan pertanian 15 m
Lahan pemakaman yang terdapat di Kota Unaaha sampai saat ini telah telah di gunakan sebesar 0,001% dari luas
lahan kota Unaaha. Untuk mengantisipasi perkembangan lahan pemakaman di pusat kota maka di masa mendatang
peruntukan lahan untuk pemakaman umum diarahkan pada daerah pinggir kota dengan lahan yang cukup dengan
pertimbangan tidak mudah banjir, tidak berada pada jaringan jalan utama dan bukan sebagai faktor penarik
perkembangan kota, sehingga lebih teratur dan dikelola oleh pemerintah daerah.
SNT2BKL-ST-1 5
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
SNT2BKL-ST-1 6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
Tabel 4. Kebutuhan RTH Kota Unaaha Kabupaten Konawe Berdasarkan Luas Wilayah
Kebutuhan RTH
Luas Wilayah
No Kecamatan Publik 20% Total
(Ha)
(Ha) Privat 10% (Ha)
1 Kecamatan Unaaha 3375 675 337,5 1012,5
2 Kecamatan Tongauna 2653 530,6 265,3 795,9
3 Kecamatan Anggaberi 4343 868,6 434,3 1302,9
4 Kecamatan Wawotobi 3638 727,6 363,8 1091,4
5 Kecamatan Konawe 1133 226,6 113,3 339,9
Jumlah 15142 3028,4 1514,2 4542,6
Sumber: Analisis, 2018
Berdasarkan standar perhitungan RTH sesuai Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007, yang
mensyaratkan luas RTH minimal 30% dari total wilayah, maka persentase RTH perkotaan Unaaha berdasarkan luas
wilayah masih belum memenuhi persyaratan, karena saat ini persentase luas lahan RTH yang tersedia hanya mencapai
6% dari total luas lahan yang dipersyaratkan.
Tabel 5. Kebutuhan RTH Kota Unaaha Kabupaten Konawe Berdasarkan Jumlah Penduduk
selama 20 Tahun
Proyeksi Penduduk
Berdasarkan Peraturan Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
RTH di Kawasan Perkotaan, setiap ruang wilayah dalam berbagai tingkatan, perlu menyediakan ruang terbuka dengan
standar luas minimal 20 m2/ jiwa. Pada perkotaan Unaaha pada tahun 2017 dengan jumlah penduduk 53.827 jiwa,
maka jumlah area RTH yang perlu disediakan sesuai peraturan tersebut di atas terhitung 107,65 ha. Jumlah ini lebih
kecil dari luas RTH yang ada dengan luasan 272,91 ha.
Tetapi jika digunakan standar perhitungan RTH sesuai Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007, yang
mensyaratkan luas RTH minimal 30% dari total wilayah, maka persentase RTH perkotaan Unaaha berdasarkan jumlah
penduduk masih belum memenuhi persyaratan, karena saat ini persentase kebutuhan RTH hanya mencapai 2,37% dari
total luas lahan yang dipersyaratkan.
SNT2BKL-ST-1 7
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2
3. KESIMPULAN
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Unaaha secara umum kurang dari standar yang telah ditentukan yaitu
30% dari luas lahan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau perkotaan Unaaha yaitu 272,91 ha dengan pemanfaatan terbesar
berasal dari kawasan perumahan/permukiman yaitu 224,94 ha.
Penyediaan ruang terbuka hijau perkotaan berdasarkan luas wilayah yaitu 4542,6 ha (pemanfaatan RTH perkotaan
Unaaha hanya sekitar 6%), dan penyedian RTH berdasarkan jumlah penduduk sebesar 107,65 ha (pemanfaatan RTH
perkotaan Unaaha hanya sekitar 2,37%).
PUSTAKA
______, 2007. Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2018. Konawe Dalam Angka 2018. Kabupaten Konawe
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen PU. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor.
05/PRT/M/2008. Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan.
Dirthasia Gemilang Putri dkk. 2017. Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pusat Kota Ponorogo.
(online). (https://www.academia.edu, diakses 19 Oktober 2018)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
SNT2BKL-ST-1 8