Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL

TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)


ISSBN : 978-602-71928-1-2

PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN


UNAAHA KABUPATEN KONAWE
Santi, Kurniati Ornam, Siti Belinda, Syafrianto Amsyar1), Masykur Kimsan2), Haryudin3)
1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo
E_mail: santi_ft@uho.ac.id ,kurniati.ornam@yahoo.co.id, linda.amri@gmail.com , amsyar.sa@gmail.com
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo
E_mail: de_noy1406@yahoo.com
3
Mahasiswa Program Pascasarjana Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas Halu Oleo, Kendari
E-mail: iyoeth_dudy@yahoo.com

ABSTRAK
Ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai
ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Kota Unaaha harus
memperhitungkan perkembangan kota dimasa yang akan datang dengan suatu perencanaan, penyediaan dan
pengelolaan RTH di perkotaan yang diharapkan nantinya dapat terwujud ruang kota yang nyaman, produktif dan
berkelanjutan, serta terwujudnya kota hijau yang ramah lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah melihat kecenderungan pengelolaan RTH Perkotaan Unaaha dan pengembangan RTH
kedepannya. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode deskripsi kuantitatif dan kualitatif, serta metode
analisis keruangan (spasial).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan ruang terbuka hijau perkotaan berdasarkan luas wilayah yaitu
4542,6 ha (pemanfaatan RTH perkotaan Unaaha hanya sekitar 6%), dan penyedian RTH berdasarkan jumlah
penduduk sebesar 107,65 ha (pemanfaatan RTH perkotaan Unaaha hanya sekitar 2,37%).

Kata Kunci: Ruang terbuka hijau, RTH Publik, RTH Privat, Pemanfaatan RTH

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana ruang terbuka hijau
kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka
penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota
sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. (Dirthasia, 2017)
Di dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang yang mengatur pengembangan kawasan perkotaan dilihat dari
aspek penataan ruang. Dalam UU tersebut, disebutkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan sub sistem tata ruang
dan infrastruktur wilayah, khususnya dalam pengembangan permukiman dan perkotaan yang berbasis pada potensi
keanekaragaman hayati sebagai sumber daya alam setempat. UU tersebut mengamanatkan bahwa perencaan tata ruang
wilayah kota harus memuat ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH), dan
mensyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik
minimal 20% dan RTH Privat minimal 10%.
Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau, ruang
terbuka hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang mempunyai
unsur dan struktur alami yang dapat menjalani proses-proses ekologis. Jadi RTH adalah lahan atau kawasan di wilayah
perkotaan yang didominasi unsur alam seperti tumbuhan, tanaman dan vegetasi maupun air guna mendukung fungsi
ekologis, sosial budaya dan arsitektural yang dapat memberi manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya,
seperti antara lain: Fungsi ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi
udara dan pengatur iklim mikro; Fungsi sosial budaya, keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang
interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai ciri khas (landmark) kota; Fungsi arsitektural dan estetika, RTH dapat
meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota dan jalur hijau jalan kota;
dan Fungsi ekonomi, RTH sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan
wisatawan. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 05/PRT/M/2008)
Menanggapi hal tersebut, maka Kota Unaaha Kabupaten Konawe harus memperhitungkan perkembangan kota
dimasa yang akan datang dengan suatu perencanaan, penyediaan dan pengelolaan RTH di perkotaan yang diharapkan
nantinya dapat terwujud ruang kota yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, serta terwujudnya kota hijau yang
ramah lingkungan. Untuk itu, sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang

SNT2BKL-ST-1 1
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

terbuka hijau yang tingkat permasalahannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan kota dimasa yang akan
datang.

1.2 Tinjauan Pustaka


Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Undang-Undang
Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 1).
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan
sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 05/PRT/M/2008). Selain meningkatkan ketersediaan udara bersih,
Ruang terbuka hijau di dalam kota berfungsi untuk menyediakan ruang untuk olahraga, bersosialisasi, serta melakukan
kontak dengan alam dan kultur di area tersebut. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi ruang terbuka hijau di
kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya
(Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 2).
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20% persen yang disediakan oleh pemerintah daerah kota
dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan
pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat (Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 3).
Penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan terdiri :
a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah yang terdiri dari RTH Publik dan RTH privat dengan proporsi RTH
pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%
terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk; Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk,
dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai
peraturan yang berlaku;
c. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu yaitu Fungsi RTH untuk perlindungan atau
pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki
atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak terganggu. RTH kategori ini
meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan
perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber air
baku/mata air. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 05/PRT/M/2008)
Sedangkan menurut Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 pasal 29 menyebutkan bahwa ruang
terbuka hijau dibagi menjadi ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik
merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain adalah taman kota,
taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang termasuk ruang terbuka
hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

1.3 Metodologi Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam kajian penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau perkotaan
Unaaha adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan filsafat positivisme, di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan menguji hipotesis
atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012).
Data yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, dan permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian dan proses analisis yang akan dilakukan. Pengumpulan data primer bertujuan untuk mengumpulkan
informasi mengenai kondisi ruang terbuka hijau di lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung
melalui observasi lapangan di setiap titik ruang terbuka hijau yang didapat melalui interpretasi citra perkotaan tahun
2016 dan identifikasi kawasan ruang terbuka hijau perkotaan. Serta pengumpulan data sekunder merupakan kegiatan
pencarian data tertulis yang meliputi survei instansi dan kajian literatur.

SNT2BKL-ST-1 2
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

2. PEMBAHASAN
2.1 Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Unaaha Kabupaten Konawe
Pola sebaran RTH perkotaan Unaaha Kabupaten Konawe yaitu berpola scattered (tersebar). Berdasarkan
distribusinya maka dapat diketahui bahwa tanah hijau masih mendominasi sebagian besar pemanfaatan lahan wilayah
perkotaan, pertanian, dan perkebunan di Kecamatan Wawotobi. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Unaaha lahan
telah terbangun perumahan, perkantoran dan untuk lapangan bola atau lapangan olah raga terdapat di beberapa
kecamatan.
Dari persebarannya di Kabupaten Konawe, lokasi-lokasi RTH adalah sebagai berikut:
a. Ruang Terbuka Hijau Publik
Identifikasi jumlah RTH Publik perkotaan Unaaha Kabupaten Konawe berdasarkan kondisi eksisting,
dikelompokan berdasarkan jenisnya. Jenis-jenis RTH tersebut diantaranya yaitu:
1) RTH Kawasan Taman Kota dan Lingkungan
RTH Taman Kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota.
Taman kota memiliki fungsi ekologis, rekreasi, estetis dan olah raga. Kota Unaaha memiliki taman kota yang diberi
nama Taman Kota Permata dan terletak di Kecamatan Uepai taman ini memiliki luasan 45.000 m2.

Gambar 1 RTH Kawasan Taman Kota di Kabupaten Konawe

Tabel 1 Pemanfaatan RTH Taman dan Hutan Kota Unaaha


No. RTH Taman dan Hutan Kota Jenis RTH Luas RTH (m2)
1 Taman Permata Taman Kota 45.000
2 Taman Perkantoran Taman Kota 103.000
3 Taman Adipura Taman Ornamen 35
4 Lapangan Sepak Bola Jalan Oheo Lapangan Olah Raga 10.687
5 Lapangan Bola Jalan Sandela Lapangan Olahraga 10.778
6 Masjid Babussalam Jl. Ir. Soekarno Taman Ornamen 26.330
7 STQ Kabupaten Konawe Taman Ornamen 16.000
8 GOR Abunawas Jl. Abunawas Lapangan Olah Raga 24.000
9 Lapangan Bola Wawotobi Lapangan Olahraga 14.000
Total 249.830
Sumber: Observasi, 2018

Berdasarkan data ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Unaaha, jenis ruang terbuka hijau taman dan
hutan kota yang ada di Kota Unaaha sangat bervariasi dan beragam.

2) RTH Kawasan Sempadan Jalan


Ruang Terbuka Hijau (RTH) sempadan Jalan dapat berupa taman median yang memiliki fungsi seperti sebagai
peneduh, penyerap polusi udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, penahan sinar lampu
kendaraan dan sebagainya. Luas taman median di Kota Unaaha yaitu 50.942,31 m².

SNT2BKL-ST-1 3
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Tabel 2 Luas Jalur hijau Taman Median Jalan di Kota Unaaha


No Nama Jalan Panjang (m) Lebar (m) Luas (m²)
1 Jalan Pongawa (menuju perkantoran) 439,17 1 439,17
2 Jl. Inowa 1.204,65 1 1.204,65
3 Jl. Sapati 1764,41 1 1764,41
4 Jl. Sudirman 37.378,80 1 37.378,80
5 Jl. Lakidende 1.587,11 1 1.587,11
6 Jl. Abd. Silondae 1.109,11 1 1.109,11
7 Jl. Ir. Soekarno 702,88 1 702,88
8 Jl. Pagala 2.075,56 1 2.075,56
9 Jl. Asinua 2,512 1 2.512,00
10 Jl. Poros Unaaha - Pondidaha 2,168,62 1 2.168,62
Jumlah 50.942,31
Sumber: Observasi 2018

Gambar 2 RTH Jalur Hijau Jalan di Beberapa Ruas Jalan di Kota Unaaha
Sumber: Observasi 2018
3) RTH Fungsi Tertentu
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Fungsi tertentu meliputi RTH Pemakaman, RTH Sempadan Sungai, Sempadan Pantai
dan RTH Wisata dan Rekreasi. Setiap unit kecamatan/kota harus memiliki sekurang-kurangnya satu ruang terbuka
yang berfungsi sebagai kuburan atau pemakaman umum. Besarnya lahan perkuburan atau pemakaman umum
tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Pertimbangan
radius pencapaian dan area yang dilayani. Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Unaaha dialokasikan secara
komunal dalam beberapa lokasi. Secara umum tidak ada patokan khusus mengenai kebutuhan ruang bagi TPU
dan perkembangannya disesuaikan dengan kebutuhannya.
Adapun tempat pemakaman umum di Kota Unaaha terdiri dari:
- Makam Raja Lakidende dengan luas 9.000 m²
- Pemakaman Umum yg terletak di Kelurahan Unaaha dengan luas 4.002,95 m²
- Pemakaman Umum yang terletak di Kelurahan Anggotoa Kecamatan Wawotobi dengan luas 15 ha

Gambar 3 Kompleks Makam Raja Lakidende


Sumber: Observasi 2018

Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan yang harus dilindungi karena fungsinya yang sangat penting untuk
menjaga kelestarian unsur alami. Berdasarkan kondisi eksisting dan karakteristik permukiman perkotaan secara umum
di Kota Unaaha, terdapat dua jenis sungai yaitu sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Namun pada
perkembangannya, kawasan sempadan sungai kurang diperhatikan dan dirawat dengan baik. Jenis vegetasi yang ada
pada sekitar kawasan sempadan sungai juga kurang terawat dan tertata dengan baik. Beberapa jenis vegetasi tersebut
kurang sesuai kondisi tanah yang berada di tepian sungai. Selain itu, fungsi kawasan sempadan sungai sebagai daerah

SNT2BKL-ST-1 4
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

yang dilindungi mulai berubah, banyak masyarakat yang mengalih fungsikan kawasan sempadan sungai tersebut
menjadi area permukiman, area pedagang kaki lima dan lain sebagainya.
Tabel 3 Garis Sempadan Sungai di Kota Unaaha
No. Nama Saluran Fungsi Garis Sempadan
1 Sungai Konawe Bendungan Cadangan Air 35 - 40 m
2 Terusan Sungai Konawe Pengairan lahan pertanian 15 m

Sumber: Observasi 2018

Gambar 4 Sempadan Sungai Konaweha di Kota Unaaha


Sumber: Observasi 2018

Gambar 4 Komplek Pemakaman Umum di Kelurahan Unaaha dan Kelurahan Anggota


Sumber: Observasi 2018

Lahan pemakaman yang terdapat di Kota Unaaha sampai saat ini telah telah di gunakan sebesar 0,001% dari luas
lahan kota Unaaha. Untuk mengantisipasi perkembangan lahan pemakaman di pusat kota maka di masa mendatang
peruntukan lahan untuk pemakaman umum diarahkan pada daerah pinggir kota dengan lahan yang cukup dengan
pertimbangan tidak mudah banjir, tidak berada pada jaringan jalan utama dan bukan sebagai faktor penarik
perkembangan kota, sehingga lebih teratur dan dikelola oleh pemerintah daerah.

SNT2BKL-ST-1 5
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Gambar 5. Peta Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Unaaha


Sumber: Observasi 2018
Tabel 6 Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Unaaha
BESARAN
NO. Pemanfaatan Ruang LOKASI
(Ha)
1 RTH Taman Kota dan Kompleks Perkantoran Unaaha, Taman Permata Taman 24,68
Lingkungan GOR, Taman Masjid Raya Kabupaten Konawe Selatan,
Taman Eks STQ, Taman Kolam Renang, Taman Makam
Raja Lakidende dan Rumah Adat
2 RTH Jalur Hijau Jalan Jalan perkotaan 5,09
3 RTH Pemakaman Kelurahan Unaaha dan Kelurahan Anggotoa 15,4
4 RTH Sempadan Sungai Sungai Konaweha dan Bendungan Wawotobi 27, 8
5 RTH Kawasan Perumahan/ Permukiman Perkotaan 224,94
Pemukiman
6 RTH Perkantoran, Jasa, Perkantoran Lingkup Kabupaten Konawe 2,8
dan Perdagangan
Jumlah 272,91
Sumber: Observasi 2018

2.2 Penyediaan RTH Perkotaan Unaaha


Ada beberapa penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan antara lain:
a. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Persentase wilayah
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan standar 30 % dari luas wilayah Kota Unaaha Kabupaten Konawe,
maka luas RTH yang dibutuhkan adalah seluas 30% x 15.142 Ha = 4.451,4 Ha yang terdiri dari RTH Publik seluas
3.028,4 Ha (20%) yang harus disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Konawe di Kota Unaaha dan RTH Privat seluas
1.514,2 Ha (10%) yang harus disediakan oleh masyarakat Kota Unaaha. Penyediaan RTH privat dapat dilakukan
dengan menerapkan ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang mengatur tentang persentase luas lahan yang
dapat dibangun.

SNT2BKL-ST-1 6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

Tabel 4. Kebutuhan RTH Kota Unaaha Kabupaten Konawe Berdasarkan Luas Wilayah
Kebutuhan RTH
Luas Wilayah
No Kecamatan Publik 20% Total
(Ha)
(Ha) Privat 10% (Ha)
1 Kecamatan Unaaha 3375 675 337,5 1012,5
2 Kecamatan Tongauna 2653 530,6 265,3 795,9
3 Kecamatan Anggaberi 4343 868,6 434,3 1302,9
4 Kecamatan Wawotobi 3638 727,6 363,8 1091,4
5 Kecamatan Konawe 1133 226,6 113,3 339,9
Jumlah 15142 3028,4 1514,2 4542,6
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan standar perhitungan RTH sesuai Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007, yang
mensyaratkan luas RTH minimal 30% dari total wilayah, maka persentase RTH perkotaan Unaaha berdasarkan luas
wilayah masih belum memenuhi persyaratan, karena saat ini persentase luas lahan RTH yang tersedia hanya mencapai
6% dari total luas lahan yang dipersyaratkan.

b. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Jumlah Penduduk


Analisa kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk dihitung berdasarkan proyeksi dari jumlah penduduk
adalah untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang. Hal ini perlu diketahui karena
penduduk merupakan salah satu faktor penentu dalam perencanaan RTH. Hasil dari proyeksi jumlah penduduk
digunakan sebagai acuan standar perhitungan RTH.

Tabel 5. Kebutuhan RTH Kota Unaaha Kabupaten Konawe Berdasarkan Jumlah Penduduk
selama 20 Tahun
Proyeksi Penduduk

No Kecamatan Keb. Keb. Keb. Keb. Keb.


2017 RTH 2022 RTH 2027 RTH 2032 RTH 2037 RTH
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
1 Kecamatan Unaaha 21659 43,32 23042 46,08 26089 52,18 29549 59,10 33471 66,94
2 Kecamatan Tongauna 5830 11,66 6039 12,08 6543 13,09 7089 14,18 7678 15,36
3 Kecamatan Anggaberi 5246 10,49 5439 10,88 5898 11,80 6397 12,79 6936 13,87
4 Kecamatan Wawotobi 17236 34,47 17864 35,73 19363 38,73 20992 41,98 22755 45,51
5 Kecamatan Konawe 3856 7,71 3995 7,99 4332 8,66 4697 9,39 5090 10,18
Jumlah 53827 107,65 56379 112,76 62225 124,45 68724 137,45 75930 151,86
Sumber: Analisis, 2018

Berdasarkan Peraturan Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
RTH di Kawasan Perkotaan, setiap ruang wilayah dalam berbagai tingkatan, perlu menyediakan ruang terbuka dengan
standar luas minimal 20 m2/ jiwa. Pada perkotaan Unaaha pada tahun 2017 dengan jumlah penduduk 53.827 jiwa,
maka jumlah area RTH yang perlu disediakan sesuai peraturan tersebut di atas terhitung 107,65 ha. Jumlah ini lebih
kecil dari luas RTH yang ada dengan luasan 272,91 ha.
Tetapi jika digunakan standar perhitungan RTH sesuai Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun 2007, yang
mensyaratkan luas RTH minimal 30% dari total wilayah, maka persentase RTH perkotaan Unaaha berdasarkan jumlah
penduduk masih belum memenuhi persyaratan, karena saat ini persentase kebutuhan RTH hanya mencapai 2,37% dari
total luas lahan yang dipersyaratkan.

SNT2BKL-ST-1 7
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL)
ISSBN : 978-602-71928-1-2

3. KESIMPULAN

Keberadaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Unaaha secara umum kurang dari standar yang telah ditentukan yaitu
30% dari luas lahan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau perkotaan Unaaha yaitu 272,91 ha dengan pemanfaatan terbesar
berasal dari kawasan perumahan/permukiman yaitu 224,94 ha.
Penyediaan ruang terbuka hijau perkotaan berdasarkan luas wilayah yaitu 4542,6 ha (pemanfaatan RTH perkotaan
Unaaha hanya sekitar 6%), dan penyedian RTH berdasarkan jumlah penduduk sebesar 107,65 ha (pemanfaatan RTH
perkotaan Unaaha hanya sekitar 2,37%).

PUSTAKA

______, 2007. Undang-Undang Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2018. Konawe Dalam Angka 2018. Kabupaten Konawe
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen PU. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor.
05/PRT/M/2008. Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan.
Dirthasia Gemilang Putri dkk. 2017. Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pusat Kota Ponorogo.
(online). (https://www.academia.edu, diakses 19 Oktober 2018)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

SNT2BKL-ST-1 8

Anda mungkin juga menyukai