Anda di halaman 1dari 2

Penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Ruang

Terbuka Hijau Kabupaten Nganjuk

Bab VI
Penutup

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan Naskah Akademik mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang
Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Nganjuk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan perencanaan


tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan
RTH yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. RTH di
perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat dimana proporsi RTH pada
wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH
publik dan 10% terdiri dari RTH privat.
2. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota
dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara
tipikal

6.2. Saran
1. Perangkat hukum mengatur penataan ruang hendaknya diimplementasikan
dengan baik oleh pengambil keputusan dan pemerintah harus konsisten dalam
menjalankan penataan ruang.
2. Penyediaan RTH harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan
dalam rencana tata ruang. Peraturan Daerah tentang Ruang Terbuka Hijau yang
memuat sanksi dapat digunakan sebagai payung hukum untuk memenuhi
kebutuhan RTH.
3. Pemerintah Kabupaten Nganjuk harus mampu menyediakan RTH bagi
masyarakat sehingga memberikan kenyamanan karena lingkungan yang
berkualitas. Identifikasi ketersediaan RTH perlu dilakukan sehingga pemerintah
mengetahui ketersediaan RTH sebagai salah satu bahan evaluasi dalam
menentukan arah kebijakan dan perlindungan RTH.

L a p o r a n A k h i r | VI - 1
Penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Ruang
Terbuka Hijau Kabupaten Nganjuk

4. RTH sebagai komponen ruang yang tingkat ketersedian, baik secara kualitas
maupun kuantitas harus selalu diperhitungkan dalam proses perencanaan kota
agar tercipta kota berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
5. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH.
Upaya ini dilakukan untuk memberikan hak masyarakat dan mencegah
terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang. Masyarakat perlu dilibatkan
dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Masyarakat dapat
berperan dengan meningkatkan kualitas lingkungan di permukiman misalnya
dengan menanam tanaman dan membangun sumur resapan serta pengelolaan
sampah.
6. Pemerintah Kabupaten Nganjuk harus mampu menempatkan diri sebagai
fasilitator, sementara masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama.
Masyarakat dalam hal ini baik individu, kelompok, lembaga, ataupun di
dalamnya termasuk swasta.

L a p o r a n A k h i r | VI - 2

Anda mungkin juga menyukai