Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENYUSUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN


DI PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kawasan perkotaan pada hakekatnya merupakan pusat kegiatan yang berfungsi mewujudkan
efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi,
sosial dan budaya, sehingga kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal melalui suatu
proses penataan ruang. Dimana penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah
penataan ruang sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan
berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan
sehingga tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
Dalam perjalanannya kawasan perkotaan mengalami perkembangan yang pesat sejalan
dengan dengan dinamika penduduk, perubahan sosial ekonomi dan interaksi dengan wilayah
lain. Perkembangan kawasan perkotaan yang cepat dapat memberikan dampak terhadap
menurunnya daya dukung lingkungan. Kawasan perkotaan memiliki keterbatasan lahan,
sementara permintaan akan pemanfaatan lahan pada kawasan perkotaan terus berkembang
untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan baik permukiman, industri, jalur transportasi
dan sebagainya yang menyita lahan-lahan atau ruang terbuka lainnya. Dampak dari
peningkatan kegiatan transportasi menambah jumlah bahan pencemar dan juga menimbulkan
permasalahan dilingkungan perkotaan.
Dalam hal ini lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomis, namun pada hakekatnya
menurun secara ekologis. Kawasan hijau sering kali dialihfungsikan menjadi kawasan
perdagangan, permukiman, perindustrian maupun penggunaan untuk sarana dan prasarana
kota lainnya. Secara ekologis Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat berfungsi sebagai sistem
sirkulasi udara (paru-paru) kota, pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara
alami dapat berlangsung lancar, resapan air, produsen oksiegen, penyedia habitat satwa,
sebagai peneduh, penyerapan polutan media udara, air dan tanah serta penahan angin. Selain
itu Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga dapat memberikan fungsi lain baik ekonomi, sosial budaya
maupun estetika.
Ruang terbuka hijau dalam kawasan perkotaan merupakan pemanfaatan ruang terbuka yang
bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah atau budidaya
tanaman oleh manusia seperti jalur hijau, pertamanan, lahan pertanian maupun hutan kota.
Dimana ruang terbuka hijau merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang disengaja ditanam.
1
Di dalam undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan
dalam penataan ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30% dari luas wilayah
kota, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam.
Sesuai pasal 30 undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, distribusi
ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan
dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kawasan
perkotaan, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat maupun sistem
ekologis lain yang dapat meningkatkan nilai estetika kota. Identifikasi ketersediaan Ruang
Terbuka Hijau perlu dilakukan untuk mengetahui ketersediaan Ruang Terbuka Hijau sebagai
bahan evaluasi dalam menentukan arah kebijakan dan perlindungan Ruang Terbuka Hijau
sehingga proporsi 30% ketersediaan Ruang Terbuka Hijau dapat tersediakan untuk
menciptakan kawasan perkotaan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

2. Maksud dan Tujuan


Penyusunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan
Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun strategi
dan kebijakan penataan ruang dalam memenuhi ketersediaan 30% Ruang Terbuka Hijau dari
luasan kawasan perkotaan, untuk :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan
lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan
perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Sementara manfaat tersusunnya kajian ini:
- Tersediannya dokumen kebutuhan penyediaan RTH privat dan publik; sebagai pedoman
terhadap pertimbangan lokasi penyediaan RTH untuk mencapai ketersediaan 30% RTH dari
luasan kawasan perkotaan;
- Sebagai pedoman bagi pengaturan ketersediaan RTH setempat.

3. Sasaran
Sasaran yang harus dicapai dari pekerjaan tersebut adalah :
- Sebagai kajian dan review kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan.
- Tersedianya data dan peta rencana proyeksi kebutuhan serta lokasi dalam memenuhi
ketersedian minimal 30% Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan.

2
- Tersusunnya strategi dan arahan kebijakan penataan ruang untuk memenuhi ketersediaan
minimal 30% Ruang Terbuka Hijau untuk mewujudkan kawasan perkotaan yang
berkualitas, serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung
lingkungan.

4. Lokasi
Lokasi pekerjaan adalah pada kawasan perkotaan di Kabupaten Deli Serdang, Batubara dan
Kota Gunung Sitoli.

5. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan kegiatan ini berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Sumatera Utara TA. 2017.

6. Nama dan Organisasi Pengguna Barang/Jasa


Nama dan Organisasi Pengguna Barang/Jasa adalah Dinas Penataan Ruang dan Permukiman
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

II. DATA PENUNJANG


7. Data Dasar
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1 0 - 40 Lintang
Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah
Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi
Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas
daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km 2. Administrasi pemerintahan Provinsi
Sumatera Utara terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota. Namun yang menjadi lokasi Kajian
Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan di Provinsi Sumatera Utara ini
adalah Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan kawasan perkotaan Ibukota Kabupaten
Batubara dan Kota Gunungsitoli.

8. Studi Terdahulu:
1. Penyusunan RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2029.
2. RTRW Kabupaten Deli Serdang.
3. RTRW Kabupaten Batubara
4. RTRW Kota Gunung Sitoli.
9. Referensi Hukum
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman;

3
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
- Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
- Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6
Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan;
- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
- Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kab./Kota;
- Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan;
- Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota;
- Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
- Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
- Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
- SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan;

III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


10. Ruang Lingkup Pekerjaan, meliputi:
1. Persiapan
Pada tahap ini pelaksanaan pekerjaan melakukan persiapan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Persiapan yang dilakukan meliputi:

Persiapan Administrasi
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah kelengkapan administrasi yang harus
disediakan sesuai dengan kebutuhan administrasi pekerjaan baik berupa dokumen
pekerjaan maupun surat menyurat.

Persiapan Teknis
Pada tahapan ini yang perlu dilakukan adalah persiapan yang berkaitan dengan teknis
pekerjaan termasuk pembuatan jadwal pekerjaan dan mobilisasi tenaga pelaksana
pekerjaan.

4
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan mulai melakukan pengumpulan data dan informasi
yang berkaitan dengan kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan baik dari instansi terkait
maupun peninjauan ke lapangan.
Metoda yang dapat dipergunakan dalam tahapan ini dapat berupa peta-peta yang memuat
ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (eksisting) serta peta rencana, melakukan survey guna
mendapatkan data primer dan juga dengan studi literatur baik dari produk sejenis yang
sudah ada maupun bahan bacaan lainnya sehingga dapat mempertajam hasil pekerjaan.
3. Tahap Analisa
Tahap ini merupakan lanjutan dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan dimana
pelaksana pekerjaan melakukan proses analisis terhadap permasalahan yang terjadi di
wilayah perencanaan serta melakukan analisis terhadap kebutuhan pemenuhan 30% Ruang
Terbuka Hijau.
Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait dengan RTH
pada kawasan perkotaan, meliputi:
- Klasifikasi peruntukan ruang terbuka hijau
- Ketentuan teknis perhitungan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
- Standar teknis alokasi Ruang Terbuka Hijau
- Strategi dan kebijakan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau

4. Tahap Rencana
Tahap ini merupakan lanjutan dari hasil analisis yang telah dilakukan dimana pelaksana
pekerjaan melakukan konsep rencana dan rencana pemenuhan kebutuhan 30% Ruang
Terbuka Hijau.
- Rencana penyediaan RTH yang dirinci berdasarkan jenis/tipologi RTH, lokasi, dan luas
dengan skala yang lebih detail/besar;
- Alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya arahan vegetasi dalam kelompok-kelompok
besar;
- Arahan elemen pelengkap pada RTH;
- Konsep-konsep rencana RTH sebagai arahan untuk pengembangan disain selanjutnya;
- Indikasi program mewujudkan penyediaan RTH pada masing-masing kawasan/bagian
wilayah kota;
- Ketentuan tentang peraturan zonasi.

5
11. Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini adalah berupa Dokumen Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
pada Kawasan Perkotaan adalah Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dan kawasan
perkotaan Ibukota Kabupaten Batubara dan Kota Gunungsitoli.

12. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Kuasa Pengguna Anggaran
a. Keluaran kegiatan-kegiatan sebelumnya berupa hasil studi, perencanaan, peta dasar, serta
program yang terkait dengan kegiatan ini.
b. Ruang Diskusi
c. Staf pengawas / Staf Teknis
Dalam pelaksanaan tugas, penyedia jasa akan diawasi dan didampingi oleh Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) atau staf yang diangkat oleh PPTK dalam pelaksanaan jasa konsultasi.

13. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultan


a. Instrumen Survey
b. Alat-alat Presentasi
c. Data dan Peta Dasar

14. Perkiraan Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender,
terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

15. Tenaga Ahli


Untuk melakukan pekerjaan Penyusunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan
Provinsi Sumatera Utara, Konsultan dituntut menyediakan tenaga ahli sebagai berikut:
a. Ahli Perencanaan Kota/Tim Leader, 1 orang dengan latar belakang pendidikan minimal
Sarjana (S1 atau S2) Planologi, memiliki pengalaman profesional selama 5 tahun untuk S1
dan 3 tahun untuk S2;, lulusan Universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah terakreditasi dan memiliki SKA. Pernah melaksanakan pekerjaan
perencanaan dibidang Penatan Ruang. Sebagai ketua tim mempunyai tugas memimpin dan
mengorganisasikan tim dalam pelaksanaan pekerjaan teknis, serta terlibat dalam
keseluruhan proses pekerjaan, termasuk mempersiapkan rencana kerja, metodologi, jadual
pelaksanaan, jadwal personil dan alokasi tugas masing-masing personil.

b. Ahli Sosial Kemasyarakatan, 1 orang dengan latar belakang pendidikan minimal Sarjana
(S1) Sosial, dengan pengalaman profesional di bidang sosial selama 3 tahun, lulusan
Universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah terakreditasi,
dengan melampirkan Ijajah dan Curriculum Vitae (CV).

c. Ahli Sistem Informasi Geografis (SIG), 1 orang dengan latar belakang pendidikan
minimal Sarjana (S1) Teknik Geodesi/Geografi/Perencanaan Wilayah dan

6
Kota/Kehutanan/Teknik Sipil/ Teknik Arsitektur/Teknik Komputer, memiliki pengalaman
profesional pada bidang GIS minimal selama 3 tahun; lulusan Universitas/perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah terakreditasi, dengan melampirkan Ijajah dan
Curriculum Vitae (CV).
Selain tenaga ahli di atas, masih diperlukan tenaga pendukung yaitu tenaga Surveyor
sebanyak 3 orang dan Sekretaris dan Operator Komputer/Typist sebanyak 1 orang.

16. Jadwal setiap Tahapan Pekerjaan

N Tahapan
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
o Pekerjaan
1 Persiapan

Penyusunan Lap.
2
Pendahuluan

Survey dan
3
Kompilasi Data

Penyusunan Lap.
4
Data dan Analisa

Penyusunan Lap.
5
Draft Rencana

Penyusunan Lap.
6
Rencana

7 Diskusi/Persentase

IV. LAPORAN
17. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan merupakan laporan awal yang memuat gambaran awal kegiatan serta
metodologi pelaksanaan pekerjaan. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak
7(tujuh) buku.

18. Laporan Data dan Analisa


Laporan merupakan laporan yang memuat hasil pengumpulan data serta analisis data yang
merupakan fakta dan analisis kawasan perencanaan, dilampiri data hasil survey. Laporan
disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan
puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 7 (tujuh) buku.

19. Laporan Akhir


Sebelum menyusun Laporan Akhir, maka konsultan diwajibkan menyusun Laporan draft
Laporan Akhir sebagai bahan diskusi dan persentase konsultan kepada pemberi kerja dan

7
instansi terkait. Laporan ini memuat konsep dan alternatif rencana pengembangan dan pola
ruang kawasan perencanaan.
Laporan Akhir merupakan penyempurnaan dari draft Laporan Akhir setelah dilakukan presentasi
atau diskusi. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-
lambatnya 150 (seratus lima puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10
(sepuluh) buku.
Semua Laporan dan peta dimasukan ke format DVD/CD, yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan
Data dan Analisa, Laporan Akhir, Data-data hasil survey dan data lainnya. DVD/CD harus
diserahkan selambat-lambatnya 150 (seratus lima puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) buah.

V. HAL-HAL LAIN
20. Produksi Dalam Negeri
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan kak ini harus dilakukan di dalam wilayah negara
Republik Indonesia kecuali dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
21. Persyaratan Kerjasama
Karena ruang lingkup pekerjaan merupakan pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan
tekologi tinggi maka tidak ada persyaratan kerjasama.
22. Pedoman Pengumpulan Lapangan
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Pedoman Observasi (Pengamatan)
- Penentuan Lokasi Berbasis GPS
- Data Dokumentasi
- Data Lainnya
23. Alih Pengetahuan
Penyedia jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan
dalam rangka alih pengetahuan kepada personil Kuasa Pengguna Anggaran Tata Ruang.
26. Tambahan
- Dalam penyusunan Laporan, acuan utama adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Batubara dan Kota Gunung Sitoli.
- Laporan dituliskan pada kertas ukuran A4, dengan Spasi 1,5 dan margin 3 cm.
- Ditulis dengan menggunakan jenis tulisan standart (mudah dibaca).
- Demikian kerangka acuan kerja ( Term of Reference) ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Medan, April 2017

8
Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,
Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan,
Bidang Tata Ruang,

Ir. ARDAN NOOR, MM Saleh Basyara Harahap, ST


NIP. 19660926 199303 1 001 NIP. 19740427 200312 1 005

Anda mungkin juga menyukai