KELAYAKA
N
PEMBANGU
NAN
GEDUNG
OLAHRAGA
KABUPATEN
BOLAANG
MONGONDOW
UTARA
DRAFT
KATA PENGANTAR
KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Nip. ..............................
DAFTAS ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan teknologi, sekitar abad 20 dapat dibuat gedung besar
yang seluruhnya beratap yaitu Astrodome, Houston, Texas. Pemanfaatan gedung
olah raga juga berkembang menjadi bangunan serba guna, dengan menyediakan
berbagai macam fasilitas penunjang. Gedung olah raga dimasa mendatang
terutama yang berada di pusat kota mempunyai kecenderungan untuk berperan
sebagai wadah kegiatan multi fungsi mengingat pertimbangan pengoptimalan
penggunaan lahan dan ruang yang terbatas.
Sementara itu, dalam hal berolahraga merupakan salah satu kebutuhan dalam
kehidupan manusia untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Setiap
orang melakukan kegiatan olahraga tidak hanya karena alasan kesehatan. Alasan lain
yang mendorong sesorang untuk berolahraga yaitu karena olahraga merupakan
kegiatan yang menghibur dan menyenangkan di tengah kesibukannya. Prestasi
melalui kegiatan olahraga pun menjadi suatu alasan sesorang menekuni olahraga.
Pemerintah bahkan menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya
manusia Indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu
arah kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999
(GBHN) yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas
manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang
cukup.
Melalui prestasi yang diraih dalam bidang olahraga, sebuah kota memiliki
kebanggaan tersendiri. Dukungan dari pemerintah akan sangat mempengaruhi
prestasi yang akan dicapai oleh atletnya. Tersedianya sarana dan prasarana
olahraga yang baik tentunya akan meningkatkan prestasi para atlet daerah.
Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga ini sendiri tidak diimbangi dengan
peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. Bahkan terjadi kecenderungan menurunnya kualitas fasilitas
olahraga karena kurangnya perawatan. Minimnya fasilitas olahraga menjadikan
kelompok-kelompok olahraga tidak tertampung kegiatannya. Mereka berlatih atau
berolahraga dengan fasilitas yang seadanya atau berlatih di tempat-tempat yang
kurang representatif. Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat
perkembangan olahraga di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.
Para atlet, klub maupun penggemar olahraga pasti memerlukan wadah atau
tempat yang representatif dimana mereka dapat melakukan aktivitas-aktivitas
berolahraga seperti berlatih untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan
kebugaran fisik sekaligus berekreasi. Karenanya muncul sebuah ide untuk
menyediakan sebuah fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan
tersebut dalam satu lokasi yang terpadu dalam bentuk sebuah kompleks gedung
olahraga.
Analis Kelayakan :
Analisis Kelayakan Teknis
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Kelayakan Lingkungan
LAYAK / TIDAK
LAYAK
Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1 (satu) maka proyek tersebut layak untuk
dikerjakan sebaliknya jika Net B/C kurang dari 1 (satu) berarti proyek tersebut tidak
layak untuk diteruskan.
III. PROFIL KABUPATEN BOLMOUT
IV. ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN GEDUNG
OLAHRAGA (GOR) KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW UTARA
1. Analisis Fisik dan Lingkungan Lokasi GOR
Lokasi proyek GOR berada di ............. Lokasi ini merupakan kawasan yang nantinya
akan di jadikan wilayah pengembangan kota ke arah ...., salah satu yang di rencanakan
dalam master Plan adalah perencanaan kawasan olah raga bertaraf nasional dengan
berbagai sarana pendukungnya.
Sesuai hasil pengamatan, lokasi GOR direncanakan berada di Kecamatan ...... yang
berada di ketinggian antara .... sampai dengan ....... dpl, dengan kemiringan lereng
bervariasi mulai............................. Pada lereng yang datar sampai berombak, proses
pengolahan tanah relatif mudah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah pada lereng
yang terjal atau berbukit.
Kapasitas terpasang tenaga listrik milik PLN di Kabupaten Bolmout saat ini
hanya bisa memproduksi listrik sekitar ................... kwh dan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka
pemerintah daerah perlu memmpersiapkan sumber enerji baru untuk
operasional GOR. Jaringan telepon di wilayah Kabupaten Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara sudah cukup luas, sehingga ketersediaan jaringan
telepon tidak menjadi masalah, termasuk di Kecamatan ........................ Akses
jalan menuju lokasi pembangunan GOR relatif dalam kondisi baik, tetapi harus
ada perbaikan karena kondisi jalan saat ini sudah mulai rusak dan berlubang.
Lokasi GOR yang idealnya harus berjarak minimal 1,5 km dari jalan utama......
Type B
Menyediakan minimal :
1 lapangan bola basket
1 lapangan bola voli
3 lapangan buku tangkis
Ukuran minimal hall : 32 x 22 dengan tinggi 12,5 m
Kapasitas penonton : 1000 - 3.000 orang
Type C
Menyediakan minimal :
1 lapangan bola basket
1 lapangan bola voli
Ukuran minimal hall : 24 x 16 dengan tinggi 9 m
Kapasitas penonton : 1000 orang.
2. Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B minimal
1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan ketentuan, sebagai
berikut :
1) Loksai ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui
koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton;
2) Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal:
a) 1 buah bak cuci tangan;
b) 1 buah kakus;
c) 1 buah ruang bilas tertutup;
d) 1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat simpan
dan bangku panjang
e) 2 tempat duduk;
3. Ruang pijat direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal 12 m2 dan tipe
C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya minimal 1 buah
tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah kakus;
4. Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau
ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal1 unit
yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15 m2.
Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur untuk pemeriksaan, 1
buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah kakus yang mempunyai
luas lantai dapat menampung 2 orang untuk kegiatan pemeriksaan
dopping;
10. Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas ruang
yang sesuai kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi mesin tidak
menimbulkan bunyi bising yang mengganggu ruang arena dan
penonton;
12. Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe C
diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan;
13. Tiket box direncanakan untuk untuk tipe A dan B sesuai kapasitas
penonton;
14. Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:
1) Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film;
2) Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex,
sedangkan untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon
dan telex;
3) Toilet khusus untuk pria dan wanita masing-masing minimal 1 unit
terdiri dari 1 kakus jongkok dan 1 bak cuci tangan;
15. Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk
tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus;
3. Kompartemenisasi penonton
Kompartemenisasi penonton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen yang masing-
masing menampung penonton minimal 2000 orang atau maximal 3000
orang;
2) Antar dua kompartemen yang bersebelahan harus dipisahkan dengan
pagar permanen transparan minimal setinggi 1,2 m, maksimal 2,0 m.
4. Sirkulasi Penunjang
Sirkulasi gedung olahraga yang terdiri dari penonton pemain dan pengelola
masing-masing harus disediakan pintu untuk masuk ke dalam gedung.
Sirkulasi bagi masing-masing kelompok agar diatur sesuai dengan
bagan,seperti Gambar 1.
3. Analisis Sosial Ekonomi
5. Analisis Finansial
Analisis ini akan menentukan prosepek investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran pendapatan,
seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membiayai
kembali dana tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan sehingga proyek
tersebut relevan untuk dilaksanakan.
Untuk merealisasi rencana pendirian GOR dibutuhkan sejumlah dana tertentu
untuk investasi yang meliputi keperluan dana untuk pembelian aktiva tetap
berwujud (tangible asset), seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesinmesin serta
aktiva tak berwujud (intangible asset) berupa hak paten, lisensi, biaya-biaya
pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasional (sunk cost). Di samping untuk
aktiva, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja berupa semua investasi untuk
membiayai aktiva lancar (current asset). Seluruh dana yang dibutuhkan itu harus
dalam bentuk pendanaan dengan biaya paling rendah dan tidak menimbulkan
masalah bagi GOR dan lembaga yang mensponsorinya.
Sumber dan rencana pembangunan GOR tipe B ini dapat berasal dari anggaran
APBD Kabupaten Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, tanpa menutup peluang
pihak swasta untuk berpartisipasi. Komponen biaya operasional dan
pemeliharaan terdiri dari biaya upah/gaji, listrik, telepon, air dan biaya
pemeliharaan terhadap asset-aset yang dimiliki. Beban biaya dalam pendirian GOR
bertaraf internasional ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya operasional meliputi biaya upah/gaji, biaya pemeliharaan dan biaya rutin seperti
biaya telepon, listrik dan air. Total biaya operasional dan pemeliharaan per tahun
diperkirakan sekitar Rp.193.250.000.000,- dengan asumsi tingkat inflasi sebesar 10
persen per tahun. Di samping itu juga dikeluarkan biaya-biaya lainnya seperti biaya
investasi (Rp. 19.207.100.000,-), dan biaya angsuran pinjaman (Rp. 828.306.188,-
dengan tingkat bunga pinjaman 15 persen per tahun. Perkiraan penerimaan dari
operasionalisasi GOR dibagi menjadi dua sumber : (1) penerimaan GOR yang hanya
berasal dari jasa/sewa gedung sebagai sarana olahraga; dan (2) penerimaan GOR
berasal dari jasa/sewa gedung sebagai gedung serbaguna. Berdasarkan hasil
perhitungan penerimaan dari jasa pertama diperkirakan sebesar Rp. 175.000.000,- per
tahun, pada tingkat inflasi 10 persen (asumsi) per tahunnya. Penerimaan dari sumber
kedua diperkirakan sebesar Rp.198.767.000.000,- per tahun, pada tingkat inflasi
sebesar 10 persen per tahun.
1). Kriteria Kelayakan Finansial Pembangunan GOR
Berdasarkan hasil analisis finansial, ditemukan NPV sebesar Rp. 10.059.894.898,-
yang berarti bahwa proyek pembangunan GOR tersebut memberikan keuntungan
sebesar yang sama selama 20 tahun menurut nilai sekarang. Sedangkan dari
perhitungan IRR dari pembangunan GOR ini didapatkan hasil sebesar 25 persen. Hal
ini berarti bahwa nilai IRR tersebut lebih besar dari social opportunity cost of capital
(SOCC) dan ini menguntungkan. Sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai Net
B/C sebesar 1,33 yang menunjukkan bahwa proyek ini menguntungkan.
Berdasarkan analisis finansial dengan menggunakan NPV, IRR dan Net B/C
menunjukkan bahwa rencana pendirian GOR tersebut LAYAK untuk diteruskan.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan penilaian terhadap seluruh aspek yang diukur
diperoleh hasil akhir bahwa pendirian GOR ini dapat dikategorikan LAYAK.
Alternatif lokasi GOR berada di wilayah Kecamatan ........ dan jarak dari pusat
Kota Boroko relatif dekat, lahan tersedia cukup luas dan kedua kecamatan
tersebut masuk dalam zona pengembangan kawasan perkotaan di Kabupaten
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
5.2. Rekomendasi
Sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa hal yang perlu segera
diantisipasi untuk ditindak lanjuti yaitu :
Pendirian GOR ini akan melibatkan banyak pihak dengan berbagai permasalahan
yang ada, maka sebaiknya terlebih dahulu dilakukan koordinasi lintas sektoral,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih program yang mengakibatkan tidak efisiennya
kegiatan. Selain itu diperlukan juga keterlibatan pihak-pihak profesional agar tujuan
pembangunan GOR ini dapat berhasil dan pelaksanaannya menjadi lebih optimal dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Gittinger, J.Price. Adler, Hans A., (1990). Evaluasi Proyek, Terjemahan Soemarsono
SR. Rineka Cipta. Jakarta
Ibrahim, Yacob H.M. Drs. M.M., (2003). Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,
Cetakan Kedua, Jakarta, Rineka Cipta.
22
Manurung, Adler Haymans, (1990). Teknik Peramalan Bisnis dan Ekonomi.
Rineka Cipta. Jakarta