Anda di halaman 1dari 32

STUDI

KELAYAKA
N
PEMBANGU
NAN
GEDUNG
OLAHRAGA

KABUPATEN
BOLAANG
MONGONDOW
UTARA

DRAFT
KATA PENGANTAR

Studi Kelayakan Pembangunan Gedung Olahraga Kabupaten Bolaang Mongondow


Utara ini disusun sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang akan melaksanakan proyek
pembangunan Gedung Olahraga.
Studi Kelayakan ini mencakup;

 Studi kelayakan ditinjau dari aspek teknis


 Studi kelayakan ditinjau dari aspek lingkungan
 Studi kelayakan ditinjau dari aspek sosial
 Studi kelayakan ditinjau dari aspek budaya
 Studi kelayakan ditinjau dari aspek ekonomi

Diucapkan terima kasih Kepada Konsultan Pelaksana “CV.........” yang telah


bekerjasama dengan baik dalam perencanaan dan penyusunan Dokumen ini.
Demikian Dokumen ini disusun, semoga dapat menjadi acuan bagi pihak terkait.

KEPALA BAPPEDA
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
LEMBAR PENGESAHAN

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN GEDUNG OLAHRAGA


KABUPATEN

KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA


PROPINSI SULAWESI UTARA

Boroko, April 2012

Disahkan Oleh Disusun Oleh

Bupati Bolaang Mongondow Utara BAPPEDA


Kab. Bolaang Mongondow Utara
KEPALA BADAN

Nip. ..............................
DAFTAS ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Gedung Olahraga (GOR) berawal dari didirikannya stadion (colloseum)


untuk memenuhi kebutuhan fasilitas keagamaan dan social pada jaman Yunani.
Pada masa itu, stadion biasanya berbentuk segi empat dan tidak beratap atau
hanya beratap sebagian yaitu di atas tempat duduk penonton.
Pada jaman Romawi dikenal adanya “Amphitheater” yang dapat dikatakan sebagai
pengembangan bangunan stadion dan merupakan penggabungan antara teater dan
fasilitas pertandingan. Berarti telah ada pemikiran penggunaan gedung olah raga
untuk keiatan olah raga dan hiburan.

Seiring dengan kemajuan teknologi, sekitar abad 20 dapat dibuat gedung besar
yang seluruhnya beratap yaitu Astrodome, Houston, Texas. Pemanfaatan gedung
olah raga juga berkembang menjadi bangunan serba guna, dengan menyediakan
berbagai macam fasilitas penunjang. Gedung olah raga dimasa mendatang
terutama yang berada di pusat kota mempunyai kecenderungan untuk berperan
sebagai wadah kegiatan multi fungsi mengingat pertimbangan pengoptimalan
penggunaan lahan dan ruang yang terbatas.

Sementara itu, dalam hal berolahraga merupakan salah satu kebutuhan dalam
kehidupan manusia untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Setiap
orang melakukan kegiatan olahraga tidak hanya karena alasan kesehatan. Alasan lain
yang mendorong sesorang untuk berolahraga yaitu karena olahraga merupakan
kegiatan yang menghibur dan menyenangkan di tengah kesibukannya. Prestasi
melalui kegiatan olahraga pun menjadi suatu alasan sesorang menekuni olahraga.
Pemerintah bahkan menjadikan olahraga sebagai pendukung terwujudnya
manusia Indonesia yang sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu
arah kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999
(GBHN) yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas
manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang
cukup.

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah salah satu kabupaten di Sulawesi


Utara yang memiliki potensi yang cukup baik dalam bidang olahraga. Dalam
perkembangannya, minat masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara terhadap perkembangan dunia keolahragaan cenderung meningkat.

Melalui prestasi yang diraih dalam bidang olahraga, sebuah kota memiliki
kebanggaan tersendiri. Dukungan dari pemerintah akan sangat mempengaruhi
prestasi yang akan dicapai oleh atletnya. Tersedianya sarana dan prasarana
olahraga yang baik tentunya akan meningkatkan prestasi para atlet daerah.

Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga ini sendiri tidak diimbangi dengan
peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara. Bahkan terjadi kecenderungan menurunnya kualitas fasilitas
olahraga karena kurangnya perawatan. Minimnya fasilitas olahraga menjadikan
kelompok-kelompok olahraga tidak tertampung kegiatannya. Mereka berlatih atau
berolahraga dengan fasilitas yang seadanya atau berlatih di tempat-tempat yang
kurang representatif. Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat
perkembangan olahraga di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.

Para atlet, klub maupun penggemar olahraga pasti memerlukan wadah atau
tempat yang representatif dimana mereka dapat melakukan aktivitas-aktivitas
berolahraga seperti berlatih untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan
kebugaran fisik sekaligus berekreasi. Karenanya muncul sebuah ide untuk
menyediakan sebuah fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan-kegiatan
tersebut dalam satu lokasi yang terpadu dalam bentuk sebuah kompleks gedung
olahraga.

Dari uraian di atas, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memerlukan sebuah


wadah baru untuk menampung kegiatan-kegiatan olahraga masyarakatnya.
Dengan adanya pembangunan gedung olahraga baru yang lebih terpadu
dan memenuhi standar nasional, masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara diharapkan akan meningkatkan prestasi, meningkatkan kebugaran fisik
sekaligus berekreasi serta sebagai upaya pemberdayaan kawasan Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.
I.2. Perumusan Masalah

Sebagai sarana public, GOR mewadahi kegiatan masyarakat dalam


melakukan kegiatan olah raga maupun kegiatan hiburan sekalipun karena
tidak jarang gedung-gedung olah raga di jadikan sarana hiburan baik itu
konser musik, pameran, resepsi pernikahan, try out tes, ataupun kegiatan
lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan kebutuhan olahraga.
Berdasarkan kondisi tersebut maka permasalahan pokok dalam studi ini
adalah: “Apakah pendirian Gedung Olahraga (GOR) tersebut layak untuk
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kelayakan finansial, teknis dan
manajemen serta lingkungan?”

I.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dari studi ini adalah untuk memperoleh data dan informasi akurat
dalam rangka merencanakan pendirian GOR di Boroko Kabupaten
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Propinsi Sulawesi Utara. Sedangkan
tujuan kegiatan adalah menyusun studi kelayakan pendirian GOR tersebut.

I.4. Sasaran dan Manfaat Kegiatan

Tersusunnya suatu gambaran komprehensif tentang kelayakan pendirian


Gedung Olahraga (GOR) di Boroko, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Hasil studi ini merupakan dokumen yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dalam
mengambil kebijakan pembangunan GOR. Kajian ini diharapkan
menghasilkan suatu naskah komprehensif mengenai rencana pendirian
GOR yang dapat dij adikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah
Kabupaten Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dalam menyusun
strategi dalam bidang olahraga khususnya pada pemgembangan bakat
dan peningkatan prestasi atlet
I.5. Ruang Lingkup Kegiatan

Secara substansial kegiatan ini menganalisis mengenai kelayakan


pendirian GOR ditinjau dari aspek ekonomi. finansial, teknis dan
lingkungan. Lokasi studi ini adalah wilayah Kota Boroko, Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara, Propinsi Sulawesi Utara, sebagai salah
satu lokasi alternatif pendirian GOR. Penyusunan studi kelayakan ini
dilaksanakan dalam waku tiga bulan, sedangkan periode pengamatan
khususnya untuk aspek pasar/ekonomi diupayakan sedapat mungkin
minimal lima tahun terakhir.
II. METODE KAJIAN

2.1. Kerangka Pikir


Kajian ini menggunakan metode survei guna menjaring data dan informasi
langsung dari masyarakat, di samping metode desk research. Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekonomi, lingkungan, dan
pendekatan sosial. Pendekatan ekonomi digunakan untuk menilai kelayakan
pendirian GOR ditinjau dari aspek finansial, pasar serta manajemen. Adapun
pendekatan lingkungan dimanfaatkan untuk menganalisis sejauh mana
keberadaan GOR akan berdampak pada lingkungan sekitarnya dan bagaimana
cara mengantisipasi atau meminimalkan kondisi negatif yang akan muncul.
Sedangkan pendekatan sosial digunakan untuk mencermati sejauhmana
kehidupan sosial kemasyarakatan terpengaruh oleh adanya GOR tersebut.
Dalam studi ini unit analisisnya adalah GOR itu sendiri. Adapun alur pikir
kegiatan yang menjadi landasan prosedur kegiatan ini disajikan dalam diagram
alir sebagaimana terlihat pada gambar 1.

Latar Belakang Tujuan


Pendirian GOR Pendirian GOR

Identifikasi Lokasi GOR :


Kondisi Fisik dan Lingkungan
Kondisi Fisik Prasarana pendukung

Analis Kelayakan :
Analisis Kelayakan Teknis
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Kelayakan Lingkungan

LAYAK / TIDAK
LAYAK

Gambar. 1 Alur Pikir Kegiatan


2.2. Variabel dan Indikator
Variabel dan indikator yang digunakan dalam studi ini dikelompokkan berdasarkan
jenis analisis kelayakan yang digunakan, yaitu :

1. Analisis kelayakan teknis, yang meliputi variabel lokasi (topografi dan


geografis), teknologi yang digunakan, bahan baku, kapasitas/daya
tampung penonton dan atlit, kebutuhan tenaga kerja, fasilitas air, fasilitas
listrik, transportasi, dan lain-lain.
2. Analisis kelayakan finansial, dengan variabel jumlah/kebutuhan investasi
untuk tanah dan bangunan, mesin, peralatan dan biaya pemasangannya,
perawatan serta biaya-biaya lainnya, biaya tetap, biaya tidak tetap, dan
sumber pembiayaan.
3. Analisis kelayakan lingkungan meliputi aspek-aspek kedekatan dengan
pemukiman penduduk, jalur transportasi, dan tempat pembuangan limbah.

2.3. Kebutuhan Dan Sumber Data


Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari nara sumber yang antara terdiri dari atas :
1. Pejabat Pemerintah terkait (Bupati, BAPPEDA, Institusi pemerintah dan
swasta yang membidangi olahraga dan kepemudaan, dll), untuk
mengetahui kebijakan yang diambil dalam pendirian GOR.
2. Tokoh Masyarakat dan pemangku kepentingan, untuk mengetahui respons
dan feedback masyarakat, sehubungan dengan adanya rencana pendirian
GOR tersebut.
3. Pengusaha / Distributor Peralatan olahraga, untuk mendapatkan informasi
mengenai harga peralatan yang akan digunakan GOR.
4. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan publikasi yang
diterbitkan oleh instansi terkait dan berhubungan langsung dengan studi
ini.
2.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Studi ini dibagi dalam dua tahap pengumpulan data. Tahap pertama di fokuskan
kepada aktivitas desk research yang meliputi telaah pustaka dan pencarian data
sekunder. Tahap kedua akan memfokuskan pada pencirian data primer melalui
wawancara mendalam (indepth interview) dengan nara sumber terpilih baik dari
kalangan pejabat pemerintahan, maupun masyarakat dengan metode random
sampling. Adapun teknik pengolahan data didasarkan kepada aspek-aspek analisis
kelayakan yang antara lain meliputi :

1. Aspek Kelayakan Teknis, melalui teknik analisis deskriptif terhadap


variabel-variabel yang telah ditentukan.
2. Aspek Kelayakan Finansial, melalui Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Returns (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio.
3. Aspek Kelayakan Lingkungan diterapkan secara deskriptif untuk
mengetahui dan mengukur kemanfaatan dan kerugian yang diprediksi akan
muncul dengan adanya fasilitas GOR.

2.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam studi ini adalah :

1). Teknik Analisis Deskriptif yang meliputi,


(1). Kecenderungan (trend) / animo masyarakat;
(2). Perkembangan penduduk;

(3). Dampak lingkungan.

2). Teknik Analisis Kelayakan Teknis, yang mencakup :

(1). Analisis bahan baku;


(2). Analisis sumber daya manusia;

(3). Analisis infrastruktur jalan, listrik, telepon, dll.

3). Teknik Analisis Kelayakan Finansial


(1). Teknik Analisis NPV
Teknik analisis NPV sangat bermanfaat untuk menilai kelayakan suatu
proyek dengan menghitung nilai penerimaan sekarang dan yang akan
datang. Penilaian proyek dilakukan dengan mengukur prospek
penerimaan sekarang atas sejumlah dana dengan mempertimbangkan
penerimaan di masa yang akan datang. Apabila dari hasil perhitungan,
NPV bernilai positif maka rencana proyek layak untuk dilanjutkan,
demikian pula sebaliknya.
Rumus yang digunakan untuk penilaian NPV adalah :

(2). Teknik Analisis Internal Rate of Returns (IRR)


Tingkat hasil pengembalian internal didefinisikan sebagai suku bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan atau penerimaan
kas, dengan pengeluaran investasi awal. Analisis IRR adalah proses
penghitungan suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama
dengan 0 (nol).

Formula persamaan untuk menghitung nilai IRR adalah :


Jika IRR lebih besar daripada CoC (Cost of Capital) maka proyek tersebut
layak untuk diteruskan, sedangkan apabila IRR lebih kecil atau sama dengan
CoC maka proyek tersebut sebaiknya dihentikan.

(3). Teknik Analisis Net Benefit Cost Ratio


Teknik analisis Net B-C Ratio merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari
proyek atau usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk
proyek atau usaha tersebut..
Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Nilai
Net B/C memiliki arti sebagai berikut:
Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah:

Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1 (satu) maka proyek tersebut layak untuk
dikerjakan sebaliknya jika Net B/C kurang dari 1 (satu) berarti proyek tersebut tidak
layak untuk diteruskan.
III. PROFIL KABUPATEN BOLMOUT
IV. ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN GEDUNG
OLAHRAGA (GOR) KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW UTARA
1. Analisis Fisik dan Lingkungan Lokasi GOR

Lokasi proyek GOR berada di ............. Lokasi ini merupakan kawasan yang nantinya
akan di jadikan wilayah pengembangan kota ke arah ...., salah satu yang di rencanakan
dalam master Plan adalah perencanaan kawasan olah raga bertaraf nasional dengan
berbagai sarana pendukungnya.

Dalam pemilihan peruntukan lokasi di dasarkan pada peraturan-peraturan pemerintah


yang telah ada, pokok- pokok peraturan tersebut terangkum dalam perundangan dan
peraturan yang terangkum dalam Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten,
adapun acuan kebijakan Pemerintah tersebut adalah;
.

Sesuai hasil pengamatan, lokasi GOR direncanakan berada di Kecamatan ...... yang
berada di ketinggian antara .... sampai dengan ....... dpl, dengan kemiringan lereng
bervariasi mulai............................. Pada lereng yang datar sampai berombak, proses
pengolahan tanah relatif mudah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah pada lereng
yang terjal atau berbukit.

Dalam mengukur kemampuan lahan berkenaan dengan rencana pembangunan sarana


GOR, unsur topografi adalah faktor penting, sebab kondisinya menunjukkan kestabilan
lereng, bentuk morfologi daratan, menentukan arah drainase dan sebagai indikator
daerah rawan erosi.

Lahan di Kecamatan ........................ memiliki struktur geologis berupa ....................


Jenis batuan ini memiliki daya dukung yang cukup baik untuk mendukung
bangunan-bangunan permanen secara horizontal. Jenis tanah yang ada di
sebagian besar wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara termasuk di
Kecamatan ..................adalah alluvial. Ditinjau dari segi daya dukung tanah
terhadap bangunan, jenis tanah ini cukup baik dipakai untuk wilayah terbangun,
karena tidak memerlukan pondasi yang khusus. Berdasarkan hal tersebut, maka
lahan yang di Kecamatan.................. bila ditinjau dari aspek geologi dan jenis
tanahnya memenuhi persyaratan dan mendukung kegiatan pembangunan fisik GOR..
Kondisi hidrologi lokasi GOR di Kecamatan ........... dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu air permukaan dan air tanah. Untuk air tanah, analisis hidrologi dilakukan untuk
mengetahui besarnya kandungan air tanah yang ada dan kekuatan tanah yang akan
digunakan sebagai dasar pendirian berbagai jenis bangunan. Permukaan debit air
tanah di lokasi GOR sebaiknya adalah 1 hingga 3 liter/detik dengan kedalaman kurang
dari 50 meter dan memiliki kualitas cukup baik (tidak terasa dan tidak berbau).
Berdasarkan hal tersebut, maka dari ketersediaan air tanah untuk keperluan
operasional GOR tidak terdapat hambatan yang berarti.

Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dapat


dikategorikan ..............., ini disebabkan karena curah hujan rata-rata di Kabupaten
Bolmout masuk dalam kategori ........ yaitu dalam setahun antara ....... mm
sampai ............. mm, temparatur rata-rata per tahun antara xx - xx°C dengan
kelembaban udara relatif ...... Kondisi seperti ini mengharuskan komposisi bangunan
pada landasan ketinggian yang cukup agar terdapat sirkulasi udara yang baik untuk
kenyamanan tempat berolahraga.
Status tanah di wilayah Kecamatan ................................ adalah tanah adat/ulayat dan
milik masyarakat,. Agar dikemudian hari masalah status tanah tidak menjadi
hambatan bagi perkembangan GOR maka perlu adanya kejelasan masalah status
tanah tersebut. Di samping itu pula Pemerintah Kabupaten Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara perlu mencermati secara jelas peruntukan tanah tersebut.

Kebutuhan air bersih untuk keperluan operasional GOR maupun untuk


kepentingan lainnya pada saat ini belum dapat dilayani melalui jaringan pipa
PDAM. Untuk jangka waktu kedepan, pemerintah daerah perlu mencari sumber
air alternatif untuk menggulangi ketergantungan kepada pasokan air PDAM.

Kapasitas terpasang tenaga listrik milik PLN di Kabupaten Bolmout saat ini
hanya bisa memproduksi listrik sekitar ................... kwh dan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk mengantisipasi kondisi ini maka
pemerintah daerah perlu memmpersiapkan sumber enerji baru untuk
operasional GOR. Jaringan telepon di wilayah Kabupaten Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara sudah cukup luas, sehingga ketersediaan jaringan
telepon tidak menjadi masalah, termasuk di Kecamatan ........................ Akses
jalan menuju lokasi pembangunan GOR relatif dalam kondisi baik, tetapi harus
ada perbaikan karena kondisi jalan saat ini sudah mulai rusak dan berlubang.

Aspek lingkungan hidup sangat diperlukan pula untuk dianalisis


kelayakannya, dalam hal ini mengacu pada analisis AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL perlu dilakukan berdasarkan UU Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan ketentuan hukum tersebut dan tipe GOR yang akan


dikembangkan, maka pendirian GOR wajib memenuhi AMDAL. Hal ini
bertujuan agar para pemilik proyek memperhatikan kualitas lingkungan dan
tidak hanya mengkalkulasi keuntungan ekonomis proyek saja tetapi
mengabaikan dampak samping yang ditimbulkan kepada semua sumber daya.

Lokasi GOR yang idealnya harus berjarak minimal 1,5 km dari jalan utama......

2. Analisis Teknik Operasional

1). Persyaratan Teknis Lokasi GOR


Sesuai dengan rencana dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara untuk membangun GOR dengan segala fasilitasnya maka GOR
yang akan dibangun tergolong dalam GOR tipe B. Adapun persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
(1). Jaraknya kurang lebih 2 – 3 km dari pemukiman penduduk
(2). Mudah dicapai kendaraan
(3). Tersedia sumber/pasokan air segar yang memadai dengan tekanan cukup
tinggi, air harus dapat diminum (potable) dan memenuhi standar baku internasional
untuk air minum WHO 1977 (untuk air berkaporit tidak mengandung bakteri
coliform atau E-coli dalam 100 ml).
(4). Tersedia fasilitas pengolahan/penimbunan/pembuangan limbah padat seperti isi
perut, kulit, tulang dan darah serta limbah cair.
(5). Tersedia fasilitas
(6). Lokasi GOR harus tidak mengganggu aktifitas masyarakat, tidak
mengganggu ketenangan atau menumbuhkan kebisingan lokal.
(7). Pagar atau dinding tembok keliling harus kuat, dan dapat meredam suara

4). Persyaratan Bangunan GOR

1. Klasifikasi gedung olahraga


Klasifikasi gedung olahraga direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:

Klasifikasi Gedung Olah Raga


Klasifikasi dan penggunaan bangunan gedung olah raga
Type A
 Menyediakan minimal :
 1 lapangan bola basket
 1 lapangan bola voli
 5 lapangan buku tangkis
 1 lapangan tennis
 Ukuran minimal hall : 50 x 30 dengan tinggi 12,5 m
 Kapasitas penonton : diatas 3.000 orang

Type B
 Menyediakan minimal :
 1 lapangan bola basket
 1 lapangan bola voli
 3 lapangan buku tangkis
 Ukuran minimal hall : 32 x 22 dengan tinggi 12,5 m
 Kapasitas penonton : 1000 - 3.000 orang

Type C
 Menyediakan minimal :
 1 lapangan bola basket
 1 lapangan bola voli
 Ukuran minimal hall : 24 x 16 dengan tinggi 9 m
 Kapasitas penonton : 1000 orang.

Berdasarkan skala pelayanannya, gedung olah raga dibagi atas :


1. Skala Nasional
Fasilitas olah raga ini menampung atau melayani kegiatan-kegiatan di
antaranya kpmpetisi utama, pertandingan, latihan dan mengajar dengan
standar internasional seperti PON, Sea Games, dan sejenisnya.
2. Skala Regional
Fasilitas olah raga yang melayani satu atau beberapa daerah denga
populasi sebesar 200.000 sampai dengan 350.000 penduduk dan
merupakan fasilitas pelengkap di suatu daerah atau wilayah.
3. Skala Lingkungan
Fasilitas olah raga yang melayani satu lingkungan, dalam hal ini
lingkungan pemukiman dngan populasi 2.000 sampai dengan 10.000
orang, dan biasannya disediakan dalam suatu kompleks perumahan
sebagai satu pelengkap sarana.
4. Skala Sekolahan
Fasilitas olah raga ini melayani olah raga di suatu sekolahan, biasanya
berbentuk aula, serbaguna dan dapat berbentuk lapangan terbuka serta
digunakan hanaya untuk latihan olah raga standar saja.
5. Skala Khusus
Fasilitas olah raga yang menangani olah raga jenis tertentu yang sifatnya
komersial atau yang diperuntukkan khusus bagi penyandang cacat,
biasanya dibentuk oleh pihak swasta.
2. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang harus memenuhi ketentuan, sebagai berikut:


1. Ruang ganti atlit direncanakan untuk tipe A dan B minimal dua unit dan
tipe C minimal 1 unit, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui
koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton.
2) Kelengkapan fasilitas tipa-tiap unit antara lain :
a) Toilet pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci tangan,
4 buah peturasan dan 2 buah kakus;
b) Ruang bilas pria dilengkapi minimal 9 buah shower;
c) Ruang ganti pakaian pria dilengkapi tempat simpan benda-
benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi
bangku panjang minimal 20 tempat duduk;
d) Toilet wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kakus dan 4
buah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin;
e) Ruang bilas wanita harus dibuat tertutup dengan jumlah
minimal 20 buah;
f) Ruang ganti pakaian wanita dilengkapi tempat simpan
benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi
bangku panjang minimal 20 tempat duduk.

2. Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B minimal
1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan ketentuan, sebagai
berikut :
1) Loksai ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui
koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton;
2) Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal:
a) 1 buah bak cuci tangan;
b) 1 buah kakus;
c) 1 buah ruang bilas tertutup;
d) 1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat simpan
dan bangku panjang
e) 2 tempat duduk;
3. Ruang pijat direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal 12 m2 dan tipe
C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya minimal 1 buah
tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah kakus;

4. Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau
ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal1 unit
yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15 m2.
Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur untuk pemeriksaan, 1
buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah kakus yang mempunyai
luas lantai dapat menampung 2 orang untuk kegiatan pemeriksaan
dopping;

5. Ruang pemanasan direncanakanuntuk tipe A minimal 300 m2, tipe B


minimla 81 m2 dan maximal 196m2, sedangkan tipe C minimal 81 m2 ;

6. Ruang latihan beban direncanakan mempunyai luas yang disesuaikan


dengan alat latihan yang digunakan minimal 150 m2 untuk tipe A, 80 m2
untuk tipe B dan tipe C diperbolehkan tanpa ruang latihan beban;

7. Toilet penonton direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan


perbandingan penonton wanita dan pria adala 1:4 yang
penempatannya dipisahkan. Fasilitas yang dibutuhkan minimal
dilengkapi dengan:
1) Jumlah akus jongkok untuk pria dibutuhkan 1 bush kakus untuk
200 penonton pria dan untuk wanita 1 buah kakus jonkok
untuk 100 penonton wanita;
2) Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan
minimal 1 buah untuk 200 penonton pria dan 1 buah untuk 100
penonton wanita.
3) Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100
penonton pria. 8) Kantor pengelolaan lapangan tipe A dan B
direncanakan sebagai berikut :
a) Dapat menampung minimal 10 orang, maximal 15 orang
dan tipe C minima l 5 orang dengan luas yang dibutuhkan
minimal 5 m2 untuk setiap orang.
b) Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas
keamanan, petugas kebakaran dan polisi yang masing-
masing membutuhkan luas minimal 15 m2. Untuk tipe C
diperbolehkan tanpa ruang tersebut;

8. Gudang direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat


olahraga dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan atau
alat olahraga yang digunakan, antara lain:
1) Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
2) Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
3) Tipe C, gudang alat olahraga yang dibutuhkan 20m2 dan 9 m2
untuk gudang dan alat kebersihan;

9. Ruang panel direncanakan untuk tipe A, B dan C harus diletakan


dengan ruang staf teknik;

10. Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas ruang
yang sesuai kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi mesin tidak
menimbulkan bunyi bising yang mengganggu ruang arena dan
penonton;

11. Ruang kantin direncanakan untuk tipe A, untuk tipe B dan C


diperbolehkan tanpa ruang kantin;

12. Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe C
diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan;

13. Tiket box direncanakan untuk untuk tipe A dan B sesuai kapasitas
penonton;
14. Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:
1) Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film;
2) Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex,
sedangkan untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon
dan telex;
3) Toilet khusus untuk pria dan wanita masing-masing minimal 1 unit
terdiri dari 1 kakus jongkok dan 1 bak cuci tangan;

15. Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk
tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus;

16. Tempat parkir direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut :


1) Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat
pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk gedung
olahraga 1500m;
2) 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal untuk 4 orang
pengunjung pada saat jam sibuk;

17. Toilet penyandang cacat direncanakan untuk tipe A dan B sedangkan


untuk tipe C diperbolehkan tanpa toilet penyandang cacat. Fasilitas yang
dibutuhkan minimal, sebagai berikut :
1) 1 unit yang terdiri dari 1 buah kakus, 1 buah peturasan, 1 buah
bak cuci untuk pria dan 1 buah kakus duduk serta 1 buah bak
cuci tangan untuk wanita;
2) Toilet untuk pria harus dipisahkan dari toilet untuk wanita;
3) Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan
perpindahan dari kursi roda ke kakus duduk yang diletakan di
depan dan di samping kakus duduk setinggi 80 cm;

18. Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan,


sebagai berikut :
1) Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8%, panjangnya
maksimal 10m
2) Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari
bahan-bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air;
3) Pada ujung tanjakan harus disediakan bagian datar minimal 180
cm;
4) Selasar harus cukup lebar untuk kursi roda melakukan putaran
1800.

3. Kompartemenisasi penonton
Kompartemenisasi penonton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen yang masing-
masing menampung penonton minimal 2000 orang atau maximal 3000
orang;
2) Antar dua kompartemen yang bersebelahan harus dipisahkan dengan
pagar permanen transparan minimal setinggi 1,2 m, maksimal 2,0 m.

4. Sirkulasi Penunjang
Sirkulasi gedung olahraga yang terdiri dari penonton pemain dan pengelola
masing-masing harus disediakan pintu untuk masuk ke dalam gedung.
Sirkulasi bagi masing-masing kelompok agar diatur sesuai dengan
bagan,seperti Gambar 1.
3. Analisis Sosial Ekonomi

5. Analisis Finansial

Cakupan studi pada aspek finansial dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan


kebutuhan dana dan aliran kas sehingga dapat diketahui tingkat kelayakan
pendirian dan pengembangan GOR. Dalam hal ini, yang perlu dipersiapkan
adalah kebutuhan dana serta sumber pendanaannya, penentuan kebijakan aliran
kas serta biaya modal.

Analisis ini akan menentukan prosepek investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran pendapatan,
seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membiayai
kembali dana tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan sehingga proyek
tersebut relevan untuk dilaksanakan.
Untuk merealisasi rencana pendirian GOR dibutuhkan sejumlah dana tertentu
untuk investasi yang meliputi keperluan dana untuk pembelian aktiva tetap
berwujud (tangible asset), seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesinmesin serta
aktiva tak berwujud (intangible asset) berupa hak paten, lisensi, biaya-biaya
pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasional (sunk cost). Di samping untuk
aktiva, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja berupa semua investasi untuk
membiayai aktiva lancar (current asset). Seluruh dana yang dibutuhkan itu harus
dalam bentuk pendanaan dengan biaya paling rendah dan tidak menimbulkan
masalah bagi GOR dan lembaga yang mensponsorinya.

Berdasarkan hasil perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB), jumlah dana


investasi yang dibutuhkan untuk pendirian GOR tipe B sebesar Rp.
19.207.100.000,- Biaya investasi tersebut telah termasuk biaya untuk aktiva
tetap berupa pembebasan tanah, biaya bangunan dan peralatan GOR.

Sumber dan rencana pembangunan GOR tipe B ini dapat berasal dari anggaran
APBD Kabupaten Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, tanpa menutup peluang
pihak swasta untuk berpartisipasi. Komponen biaya operasional dan
pemeliharaan terdiri dari biaya upah/gaji, listrik, telepon, air dan biaya
pemeliharaan terhadap asset-aset yang dimiliki. Beban biaya dalam pendirian GOR
bertaraf internasional ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya operasional meliputi biaya upah/gaji, biaya pemeliharaan dan biaya rutin seperti
biaya telepon, listrik dan air. Total biaya operasional dan pemeliharaan per tahun
diperkirakan sekitar Rp.193.250.000.000,- dengan asumsi tingkat inflasi sebesar 10
persen per tahun. Di samping itu juga dikeluarkan biaya-biaya lainnya seperti biaya
investasi (Rp. 19.207.100.000,-), dan biaya angsuran pinjaman (Rp. 828.306.188,-
dengan tingkat bunga pinjaman 15 persen per tahun. Perkiraan penerimaan dari
operasionalisasi GOR dibagi menjadi dua sumber : (1) penerimaan GOR yang hanya
berasal dari jasa/sewa gedung sebagai sarana olahraga; dan (2) penerimaan GOR
berasal dari jasa/sewa gedung sebagai gedung serbaguna. Berdasarkan hasil
perhitungan penerimaan dari jasa pertama diperkirakan sebesar Rp. 175.000.000,- per
tahun, pada tingkat inflasi 10 persen (asumsi) per tahunnya. Penerimaan dari sumber
kedua diperkirakan sebesar Rp.198.767.000.000,- per tahun, pada tingkat inflasi
sebesar 10 persen per tahun.
1). Kriteria Kelayakan Finansial Pembangunan GOR
Berdasarkan hasil analisis finansial, ditemukan NPV sebesar Rp. 10.059.894.898,-
yang berarti bahwa proyek pembangunan GOR tersebut memberikan keuntungan
sebesar yang sama selama 20 tahun menurut nilai sekarang. Sedangkan dari
perhitungan IRR dari pembangunan GOR ini didapatkan hasil sebesar 25 persen. Hal
ini berarti bahwa nilai IRR tersebut lebih besar dari social opportunity cost of capital
(SOCC) dan ini menguntungkan. Sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai Net
B/C sebesar 1,33 yang menunjukkan bahwa proyek ini menguntungkan.

Tabel ... Hasil Perhitungan Analisis Finansial Pembangunan GOR


Analisis Finansial Nilai Keterangan
NPV Rp. 10.059.894.898,- Layak
IRR 25 persen Layak
Net B/C 1,33 Layak

Berdasarkan analisis finansial dengan menggunakan NPV, IRR dan Net B/C
menunjukkan bahwa rencana pendirian GOR tersebut LAYAK untuk diteruskan.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan penilaian terhadap seluruh aspek yang diukur
diperoleh hasil akhir bahwa pendirian GOR ini dapat dikategorikan LAYAK.
Alternatif lokasi GOR berada di wilayah Kecamatan ........ dan jarak dari pusat
Kota Boroko relatif dekat, lahan tersedia cukup luas dan kedua kecamatan
tersebut masuk dalam zona pengembangan kawasan perkotaan di Kabupaten
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

5.2. Rekomendasi

Sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa hal yang perlu segera
diantisipasi untuk ditindak lanjuti yaitu :

1. Penyusunan AMDAL (RKL dan RPL)


2. Penguasaan lahan/pembebasan lahan di lokasi GOR

3. Penetapan status dan peruntukan lahan GOR

4. Penyusunan site plan dan rencana pembangunan GOR


5. Pembuatan Detail Engineering Design/DED (Estimasi Pembangunan Fisik)

6. Koordinasi lintas sektoral untuk implementasi rencana pendirian GOR


7. Pembentukan manajemen pengelolaan GOR

8. Penetapan sumber dan model investasi pendirian GOR

Pendirian GOR ini akan melibatkan banyak pihak dengan berbagai permasalahan
yang ada, maka sebaiknya terlebih dahulu dilakukan koordinasi lintas sektoral,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih program yang mengakibatkan tidak efisiennya
kegiatan. Selain itu diperlukan juga keterlibatan pihak-pihak profesional agar tujuan
pembangunan GOR ini dapat berhasil dan pelaksanaannya menjadi lebih optimal dan
efisien.

Sesuai dengan rencana pentahapan kegiatan pembangunan GOR, maka secara


bersamaan juga perlu dilakukan pembentukan manajemen pengelola GOR.
Pembentukan ini selain memilih pihak-pihak yang mampu mengelola proyek, juga
harus mampu mengembangkan serta menata manajemen sehingga menjadi lebih baik
dalam susunan organisasi yang solid. Para pihak sepantasnya memahami dan
mengerti sepenuhnya mengenai rencana dan strategi yang telah ditetapkan bersama
mengenai pendirian GOR baik dari segi manejemen, pengembangan, dan
pemeliharaan. Sebaiknya susunan organisasi ini mengikutsertakan berbagai pihak
sebagai pemangku kepentingan (stake holders), baik dari pihak pemerintah maupun
swasta (termasuk komunitas/club olahraga). Pihak pemerintah berperan sebagai
penunjang dari segi fasilitas, regulasi dan birokrasi. Sedangkan pihak swasta berperan
dalam hal pengelolaan manajemen, penggalangan dana dan peningkatan prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, BAPPEDA, (2011). Kabupaten Bolaang Mongondow


Utara Dalam Angka Tahun 20116,

Badan Perencanaan Pembangunan, (20.....). Rencana Pembangunan Jangka


Menengah (RPJM) Kabupaten Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Dayan, Anto, (1989). Pengantar Metode Statistik. LP3ES. Jakarta

Djamin, Zulkarnain, (1984). Perencanaan dan Analisis Proyek. Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Gittinger, J.Price. Adler, Hans A., (1990). Evaluasi Proyek, Terjemahan Soemarsono
SR. Rineka Cipta. Jakarta

Husnan, Suad, (1984). Studi Kelayakan Proyek. BPFE. Yogyakarta

Ibrahim, Yacob H.M. Drs. M.M., (2003). Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,
Cetakan Kedua, Jakarta, Rineka Cipta.

22
Manurung, Adler Haymans, (1990). Teknik Peramalan Bisnis dan Ekonomi.
Rineka Cipta. Jakarta

Sigel, Sidney, (1986). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT.


Gramedia. Jakarta
Sutojo, Siswanto, (1995). Studi Kelayakan Proyek: Teori dan Praktek, Jakarta,
Lembaga PPM dan PT. Pustaka Binaman Presindo.

Wonnacott, Thomas H. and Ronald J. Wonnacott, (1976). Introduction Statistics


for Business and Economics, Ontario Canada 2nd edition.

Anda mungkin juga menyukai