Anda di halaman 1dari 13

5.

1 SISTEM DISTRIBUSI
Pembangunan infrastruktur air minum khususnya IPA dan
bangunan pelengkapnya selama ini mengacu pada SNI 7507-2011
tentang Spesifikasi Bangunan Pelengkap Unit Instalasi Pengolahan
Air. Namun pada SNI tersebut belum terdapat acuan bagaimana
pengaturan tata letak bangunan IPA dan bangunan pelengkapnya.
Saat ini diperlukan contoh tata letak bangunan IPA dan bangunan
pelengkapnya yang memperhatikan aspek estetika dan berwawasan
lingkungan, yang selanjutnya dapat diacu dalam pembangunan IPA
dan bangunan pelengkapnya dimasa yang akan datang.

Definisi Sistem Distribusi


Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau
pembagian air melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan
(reservoir) ke daerah pelayanan (konsumen). Dalam perencanaan
sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain adalah :
Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani daerah
layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau
wilayah Kabupaten/ kotamadya;
Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada:
Kebutuhan, Kemauan/minat, Kemampuan atau tingkat sosial
ekonomi masyarakat, sehingga dalam satu daerah layanan belum
tentu semua penduduk terlayani;
Kebutuhan air
Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk
distribusi daerah pelayanan;
Letak topografi daerah layanan yang akan menentukan sistem
jaringan dan pola aliran yang sesuai.
Jenis sambungan system;
Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan
meliputi:
 Sambungan halaman : yaitu sambungan pipa distribusi dari
pipa induk/ pipa utama ke tiap-tiap rumah atau halaman;
 Sambungan rumah : yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa
induk/pipa utama ke masing-masing utilitas rumah tangga;
 Hidran umum: merupakan pelayanan air bersih yang
digunakan secara komunal pada suatu daerah tertentu untuk
melayani 100 orang dalam setiap hidran umum;
 Terminal air: adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-
tangki air yang diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah
terpencil atau daerah yang rawan air bersih;
 Kran umum: merupakan pelayanan air bersih yang digunakan
secara komunal pada kelompok masyarakat tertentu, yang
mempunyai minat tetapi kurang mampu dalam membiayai
penyambungan pipa ke masing-masing rumah. Biasanya 1
kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20 orang.

Pipa Distribusi
Pipa distribusi adalah pipa yang membawa air ke konsumen
yang terdiri dari:
 Pipa induk: yaitu pipa utama pembawa air yang membawa air ke
konsumen;
 Pipa cabang: yaitu pipa cabang dari pipa induk;
 Pipa dinas: yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani
konsumen.

Tipe Pengaliran
Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran
gravitasi dan aliran secara perpompaan. Tipe pengaliran secara
gravitasi diterapkan bila tekanan air pada titik terjadi yang diterima
konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka
pengaliran harus menggunakan sistem perpompaan.
Pola Jaringan
Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih:
1. Sistem cabang adalah sistem pendistribusian air bersih yang
bersifat terputus membentuk cabang-cabang sesuai dengan
daerah pelayanan.
Keuntungan:
 Tidak membutuhkan perhitungan dimensi pipa yang rumit
karena debit dapat dibagi berdasarkan cabang-cabang pipa
pelayanan;
 Untuk pengembangan daerah pelayanan lebih mudah karena
hanya tinggal menambah sambungan pipa yang telah ada.
Kerugian:
 Jika terjadi kebocoran atau kerusakan pengaliran pada
seluruh daerah akan terhenti;
 Pembagian debit tidak merata;
 Operasional lebih sulit karena pipa yang satu dengan yang lain
saling berhubungan

Gambar 4.1
Pola Jaringan Sistem Cabang

2. Sistem Loop
Sistem loop adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung
pipa yang satu bertemu dengan ujung pipa yang lain.
Kentungan:
 Debit terbagi rata karena perencanaan diameter berdasarkan
pada jumlah kebutuhan total;
 Jika terjadi kebocoran atau kerusakan atau perubahan
diameter pipa maka hanya daerah tertentu yang tidak
mendapat pengaliran, sedangkan untuk daerah yang tidak
mengalami kerusakan aliran air tetap berfungsi;
 Pengoperasian jaringan lebih mudah

Kerugian:
 Perhitungan dimensi perpipaan membutuhkan kecermatan
agar debit yang masuk pada setiap pipa merata.

Gambar 4.2
Pola Jaringan Sistem Loop

KETENTUAN TEKNIS
PERPIPAAN
Pada bab ini akan ditentukan dasar-dasar dan kriteria
perencanaan untuk perpipaan yang dapat dibedakan atas 2 (dua)
bagian, yaitu :
 Perpipaan transmisi yang berfungsi untuk mengalirkan air
darisumber ke reservoir dan pengolahan air, serta dari
reservoir menuju reservoir lainnya.
 Perpipaan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air
darireservoir distribusi sampai dengan disambungkan
pelanggan
 Bahan Pipa
Bahan pipa yang akan dipergunakan dipilih dengan beberapa
faktorpertimbangan antara lain:
 Diameter
 Tekanan
 Kondisi tanah/topografi
 Kualitas air
 Kemudahan /pemasangan
Selain itu pula faktor harga, ketahanan/keawetan dan kemudahan
untuk mendapatkan pipa tersebut akan dipertimbangkan.

Tabel 4.1.
Bahan Pipa Sesuai Dengan Diameter

PIPA DISTRIBUSI
 Pemasangan Pipa
Perpipaan induk distribusi sedapat mungkin akan dipasang di
dalam tanah.Kedalaman tanah penutup pipa minimum
ditentukan 80 cm pada kondisi biasa dan 100 cm untuk pipa
dibawah jalan. Untuk kemudahan pemasangan dan
pemeriksaan perpipaan ini dipasang pada sepanjang pinggir
jalan yang diperlukan.
Secara terperinci ketebalan lapisan penutup pipa sesuai
kondisi lapangan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4.2
berikut ini:
Tabel Lampiran 4.2.
Tebal Penutup Pipa
 Perlengkapan Pipa Perpipaan Distribusi
a. Kapasitas sistem dan dimensi pipa
Kapasitas sistem dan dimensi perpipaan distribusi
direncanakan berdasarkan kebutuhan air pada saat jam
puncak yang terjadi. Pemilihan dimensi pipa dilakukan
dengan mempergunakan rumus Hazen William dan metode
Hardy Cross.

b. Tekanan kerja
Tekanan kerja minimum yang terjadi pada perpipaan
distribusi direncanakan sebesar 1,0 bar (dihitung terhadap
permukaan tanah.
C. Koefisien kekasaran pipa dan kecepatan aliran
Harga-harga koefisien kekasaran pipa dan kecepatan aliran
air dalamsistem perpipaan distribusi pada dasarnya sama
dengan ketentuan-ketentuan seperti yang telah disebutkan
untuk perpipaan transmisi.

Tabel Lampiran 4.3.


Koefisien Kekasaran Pipa

RESERVOIR DISTRIBUSI

 Kapasitas Reservoir

Reservoir distribusi diperlukan untuk menyimpan air akibat

adanya variasi pemakaian yang terjadi selama 24 jam.

Kapasitas reservoir distribusi ini direncanakan sebesar 16% -

20% dari kebutuhan maksimum harian.

 Penempatan Reservoir

Reservoir distribusi ditempatkan di lokasi yang relatif paling

di daerah perencanaan itu dan sedapat mungkin terletak di

pusat, atau pada lokasi-lokasi yang paling dekat dengan

daerah pelayanan.

 Konstruksi Reservoir

Konstruksi reservoir direncanakan berdasarkan standar-

standar yangberlaku di Indonesia. Konstruksi ini dapat berupa


konstruksi beton atau baja. Reservoir ini harus ditutup, untuk

mencegah masuknya air hujan atau sampah/kotoran

kedalamnya.

 Perlengkapan Perpipaan

Pada reservoir ini harus diperlengkapi dengan sistem

perpipaan yang terdiri dari pipa masuk dan pelampung,

keluaran, peluap dan penguras serta manhole dan ventilasi.

 Standard Perencanaan

Standard perencanaan reservoir baik reservoir, didasarkan

kepada standard dari Direktorat Air Bersih. Kapasitas

standard tersebut adalah :

Reservoir bawah : 100, 300, 500, 750 dan 1000 m3

 Jenis-Jenis Reservoir Berdasarkan Perletakannya:


1. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir): Ground

reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan

permukaan tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang

dimiliki mencukupi untuk distribusi air minum. Jika

kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka diperlukan

ground reservoir lebih dari satu.


2. Menara Reservoir (Elevated Reservoir): Reservoir ini

digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan

ground reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk

distribusi. Dengan menggunakan elevated reservoir maka

air dapat didistribusikan secara gravitasi. Tinggi menara

tergantung kepada head yang dibutuhkan.


3. Stand PipeReservoir: jenis ini hampir sama dengan

elevated reservoir, dipakai sebagai alternatif terakhir bila


ground reservoir tidak dapat diterapkan karena daerah

pelayanan datar.

HAL- HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MERANCANG

RESERVOIR

1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan

memperhatikan fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu

kota yang akan dilayani.


2. Tinggi elevasi energy
Elevasi energi reservoir harus bisa melayani seluruh jaringan

distribusi. Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran

dari reservoir menuju jaringan distribusi. Bila elevasi energi

pada reservoir lebih tinggi dari sistem distribusi maka

pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk kondisi

sebaliknya, bila elevasi energi reservoir lebih rendah dari

jaringan distribusi maka pengaliran dapat dilakukan dengan

menggunakan pompa.
3. Letak reservoir.
Reservoir diusahakan terletak di dekat dengan daerah

distribusi. Bila topografi daerah distribusi rata maka reservoir

dapat diletakkan di tengah-tengah daerah distribusi. Bila

topografi naik turun maka reservoir diusahakan diletakkan

pada daerah tinggi sehingga dapat mengurangi pemakaian

pompa dan menghemat biaya.


4. Pemakaian pompa
Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa

mencukupi kebutuhan pengaliran air.


5. Konstruksi reservoir
 Ambang Bebas dan Dasar Bak
 Ambang bebas minimum 30 cm di atas muka air tertinggi
 Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah
 Kemiringan dasar bak adalah 1/1000 – 1/500 ke arah pipa

penguras
 Inlet dan Outlet
 Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan

pertimbangan bentuk dan struktur tanki sehingga tidak

ada daerah aliran yang mati


 Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan

minimum 10 cm di atas lantai atau pada muka air

terendah
 Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melalui

dinding reservoir, harus dapat dipastikan dinding kedap

air dan diberi flexible-joinT


 Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve
 Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu

mengalirkan debit air maksimum secara gravitasi dan

saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi luar.


 Ventilasi dan Manhole
 Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat

ukur tinggi muka air


 Tinggi ventilasi ± 50 cm dari atap bagian dalam
 Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan

kedap air

KRITERIA DESAIN

Bak penampung air minum diberi sekat-sekat yang dilengkapi

dengan:

1. Ventilasi

2. Tangga

3. Pelimpah air
4. Lubang pemeriksaan dan perbaikan

5. Alat ukur ketinggian air

6. Instalasi pengolahan air penguras

Gambar 4.1
Diagram Sederhana Sistem Penyediaan Air Bersih

Gambar 4.2
Diagram Sederhana Instalasi Pengolahan Air Bersih
Biasanya reservoir dirancang untuk hanya menyimpan air
bersih, jadi sekali terkontaminasi, banyak usaha dan modifikasi
jangka panjang yang diperlukan untuk perbaikan. Karena filtrasi
adalah proses terakhir dari pengolahan, tidak boleh ada bagian
kotoran yang lolos setelah filtrasi.
Hal lain adalah, banyak unit pengolahan tidak dirancang
untuk dicuci/dibersihkan pada jalan air antara filter dan reservoir,
sehingga pemulihan akan memakan waktu lama. Di samping
pemantauan normal, sangat berguna untuk memeriksa kualitas air
di setiap proses pengolahan (koagulasi, sedimentasi, filtrasi) untuk
memahami kondisi di setiap sistem pengolahan tersebut.

Gambar 4.2 Kotoran (yang tidak boleh ada) di reservoir

Gambar 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran dari


IPA tertentu. Dalam sistem kiri, air olahan terkontaminasi dalam
reservoir, sedangkan gambar kanan menunjukkan kegagalan
filtrasi. Jadi, ini memungkinkan untuk mengidentifikasi proses di
mana terdapat hal-hal penyebab kekeruhan.

Gambar 4.4 Perubahan kekeruhan di setiap proses

Anda mungkin juga menyukai