JL. Haluoleo No. 05 Kompleks Bumi Praja Andonuohu Tlp (0401) 3122927 Kendari
PEKERJAAN :
PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN TAMAN HIJAU
KANTOR GUBERNUR SULTRA
KONTRAKTUAL
I. PENDAHULUAN
Pada hakekatnya suatu kota merupakan pusat kosentrasi penduduk yang cukup besar
dengan segala aktifitasnya. Kota selain tempat pemusatan pemukiman penduduk, kegiatan
sosial ekonomi, kebudayaan dan administrasi, juga sebagai pusat industri, jasa perdagangan
dan pemerintahan.
Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara guna
meningkatkan eksistensi fungsi dan fisik kawasannya. Tetapi kegiatan tersebut belum
mampu merubah pandangan dan kesadaran masyarakat secara mendalam sehingga program
dan rencana yang telah disusun seolah terabaikan. Hingga kini kesadaran dan persepsi
masyarakat dalam mendukung upaya tersebut belum optimal. Apalagi di tengah gencarnya
upaya Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menggelar program promosi
kawasannya. Hal ini tentunya dapat diintegrasikan dengan prioritas program di sektor
transportasi, kebersihan, pertamanan, kependudukan serta penataan bangunan dan
lingkungan guna mendukung sektor-sektor unggulan dan berbagai sektor lainnya di Kota
Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi. Menanggapi hal ini perlu adanya upaya penataan secara
terpadu dari tiap sektor kecipta karyaan, penanggung jawab substansial dari keterpaduan
antar sektor ini untuk Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Dinas Cipta Karya, Bina
Konstruksi dan Tata Ruang.
Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik (public
space). Setiap kota diharapkan melakukan penataan terhadap kawasan ruang publik dan
disusun dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kota. Dalam menyususn perencanaan tataruang
wilayah kota, maka suatu kota harus menyediakan dan memanfaatkan areal untuk Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan ruang terbuka publik. Penyediaan areal untuk ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka publik dalam suatu wilayah kota, paling sedikit 40% dari luas
wilayah kota, dengan proporsi seluas 30% untuk areal Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
seluas 10% untuk areal Ruang Terbuka Publik (RTP). Pengembangan kawasan kepentingan
umum dilakukan dengan memperhatikan struktur maupun fungsi dan bentuk kota. Struktur
kota sebagai kerangka kota yang mempunyai hirarki dapat berwujud terpusat, linear,
maupun multiple nuclei, dengan hirarki mulai pusat kota metropolitan, kota atau kota
Hal - 1
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
satelit, kawasan sampai dengn skala lingkungan. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sebagai bagian kawasan kepentingan umum yang terstruktur diarahkan untuk estetika
perkotaan maupun sebagai ruang kesehatan lingkungan perkotaan, fasilitas olah raga
maupun rekreasi. Wujud fisik kawasan kepentingan umum dapat berupa jalur hijau seperti
pedestrian, danau dan pantai maupun buffer zone yang bisa berfungsi sebagai jogging track
atau bicycle track, jalur biru yang berfungsi untuk kegiatan olahraga, ruang terbuka seperti
taman-taman atau ruang terbuka hijau, area bermain anak-anak plaza, alun-alun, dan hutan
kota. Kota Kendari yang merupakan Ibu Kota Provinsi adalah merupakan kota terbesar di
Sulawesi Tenggara yang diarahkan sebagai kota pendidikan, pariwisata dan industri, yang
sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Penataan dan pengolaan kawasan
ruang publik di Kota Kendari dapat dijadikan contoh (model) bagi kota lainnya. Penataan
dan Pengelolaan kawasan ruang publik di Kota Kendari khususnya dalam penataan
kawasan hijau pada areal kawasan kantor Gubernur Sulawesi Tenggara dapat dijadikan
suatu model konsep penataan dan pengelolaan kawasan raung publik yang baik, yang dapat
memberikan dampak positif timbal-balik bagi masyarakat dan lingkungan setempat.
Produk yang sifatnya berupa pengaturan pemanfaatan ruang perlu ditindak lanjuti dengan
penyusunan desain kawasan dalam upaya konservasi kawasan berskala lingkungan dalam
dokumen yang disusun sesuai Pedoman Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (Permen
PU No. 06/PRT/M/2007). Upaya tersebut diharapkan tercapai dengan fokus pada
penciptaan ide-ide kreatif sebagai target penataan kawasan yang mampu menciptakan
suasana kondusif dalam rangka pembangunan bangunan gedung, Fokus pada desain
lingkungan yang dapat menghemat penggunaan sumber daya tak terbarukan/fossil fuel dan
pendetilan tata cara pelaksanaan di tingkat basis masyarakat untuk mencapai target sasaran
wilayah.
Iklim Bumi mengalami perubahan kearah yang makin buruk. Gejala perubahan ini lebih
akrab disebut pemanasan global (global warming) karena indikasi yang sangat nyata adalah
meningkatnya suhu udara merata dipermukaan bumi. Pemanasan global tersebut
diakibatkan oleh efek Gas Rumah Kaca (GRK) yang telah mengalami peningkatan
komposisi dan kuantitas serta terjadinya pulau panas (heat island) di perkotaan yang pada
skala mikro ditimbulkan oleh hiruk-pikuk aktivitas kota. Penting diperhatikan bahwa ruang
terbuka hijau dapat berperan secara optimal dalam mengendalikan suhu udara jika luasnya
proporsional dengan luas kota.
Hal - 2
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
Hutan alam yang masih eksis sekarang ini tidak bisa lagi sepenuhnya diharapkan
kemampuannya untuk menetralisir iklim perkotaan, apalagi jika melihat kenyataan bahwa
letak perkotaan di Indonesia pada umumnya jauh dari kawasan hutan. Dengan demikian,
kawasan perkotaan harus memiliki hutan/vegetasi atau Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sebagai sistim pengendali iklim. Keberadaan hutan kota/vegetasi atau RTH mutlak
dibutuhkan oleh warga kota yang menginginkan lingkungan kerja dan hunian yang
nyaman.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dimana disyaratkan luas
RTH minimal 30 % dari luas wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik
20 % dan RTH Privat minimal 10 %. Namun dengan perkembangan perkotaan, terjadi
penurunan kuantitas Ruang Terbuka Hijau yang sangat signifikan di kawasan perkotaan
serta dibarengi dengan menurunnya kualitas ruang terbuka publik perkantoran.
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi
sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas tamanan kota, kawasan hijau
hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau
pekarangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,
Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alami maupun yang sengaja ditanam.
Peraturan Menetri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang disingkat
RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan diisi oleh tumbuhan
dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung
jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.
Ruang terbuka hijau dapat menjadi optimal apabila disiapkan perencanaan, pembangunan
dan pengelolaan yang matang, serta perlu ditata sejak dini melalui regulasi ruang untuk
pembangunan ruang terbuka hijau sehingga ruang terbuka hijau benar-benar tumbuh dan
Hal - 3
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
berkembang dalam wujud kawasan yang hijau. Konsep kota hijau (kota berkelanjutan)
merupakan kota yang dibangun dengan tidak mengorbankan aset kota, melainkan terus
menerus memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun, sumber
daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Kota hijau juga dapat dipahami
sebagai kota yang ramah lingkungan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang
berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, antara lain dengan
memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah,
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan
mensinergikan lingkungan alami dan buatan.
Dalam penanganan infrastruktur ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sejak
awal, hal ini meliputi :
1. Setiap bangunan gedung negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga
mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, handal dan dapat menjadi
teladan bagi lingkungannya, serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
arsitektur di Indonesia.
2. Setiap gedung negara harus direncanakan, dirancang sebaik-baiknya, sehingga dapat
memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya dan kriteria
administrasi bagi bangunan gedung negara.
3. Pemberian jasa perencanaan untuk bangunan gedung negara perlu diarahkan secara
baik dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya perencanaan teknis
bangunan yang memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku
profesional.
4. Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan perencanaan perlu disiapkan secara
matang sehingga mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai
dengan kepentingan proyek.
Hal - 4
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
V. LINGKUP TUGAS
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana adalah berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara,
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007, yang dapat meliputi tugas-
tugas perencanaan lingkungan, site/tapak bangunan dan perencanaan fisik bangunan
gedung negara yang terdiri dari :
1. Persiapan atau konsepsi perencanaan, antara lain mengumpulkan data dan informasi
lapangan (bila diperlukan : termasuk pemetaan dan penyelidikan tanah sederhana),
Hal - 5
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
Hal - 6
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
Hal - 7
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
2. Ketentuan Penggambaran
a. Cara penggambaran diutamakan dengan komputerisasi, menggunakan program
Auto CAD minimal versi Auto CAD-2007.
b. Notasi dan keterangan gambar mengikuti bakuan yang ada.
3. Jumlah Dokumen
Jumlah Dokumen yang wajib diserahkan oleh Konsultan perencana adalah sebagai
berikut :
a. Dokumen Perencanaan yang meliputi:
Gambar Kerja print dan atau Foto Copy sebanyak 5 (Lima) exemplar.
RAB / EE sebanyak 5 (Lima) exemplar
RKS sebanyak 5 (Lima) exemplar
b. Laporan-laporan lainnya (jika ada) sebanyak 5 (Lima) exemplar.
Hal - 8
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
menunjukkan jalur-jalur saluran pembuangan air hujan dari dalam tapak menuju
ke luar tapak, dilengkapi dengan detai-detail type salurannya.
e. Gambar-gambar lainnya yang dianggap perlu untuk kemudahan pelaksanaan
dilapangan, dibuat dalam skala yang disesuaikan dengan kebutuhan.
C. PRODUK PELAPORAN
Dari tahapan proses diatas produk pelaporan yang harus diserahkan adalah :
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Laporan Akhir
4. Laporan Gambar Perencanaan
5. Laporan RAB dan RKS
6. Laporan Soft Copy dalam Flash Disk
VIII. BIAYA
A. SUMBER DANA
Sumber dana dari keseluruhan pekerjaan perencanaan dibebankan pada : DPPA
Perubahan Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun Anggaran 2018.
B. BIAYA PERENCANAAN
1. Biaya pekerjaan konsultan perencana sebesar Rp. 270.000.000,- (Dua Ratus Tujuh
Puluh Juta Rupiah) dengan tata cara pembayarannya diatur secara kontraktual
setelah melalui tahapan proses pengadaan konsultan perencana sesuai peraturan
yang berlaku, yang terdiri dari :
a. Honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang.
b. Materi dan penggandaan hasil perencanaan.
c. Pembelian dan atau sewa peralatan.
d. Sewa kendaraan.
Hal - 9
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
Hal - 10
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
Struktur Organisasi serta daftar tenaga ahli beserta kualifikasinya sebagai berikut :
Penyedia jasa diharapkan melengkapi proposal usulan teknis dengan melampirkan waktu
penugasan, rincian tugas serta mekanisme pelaksanaan pekerjaan team leader dan tenaga
ahli lainnya dalam bentuk Bar Chart Schedule.
Hal - 11
Perencanaan Penataan Kawasan Taman Hijau Kantor Gubernur Sultra
XII. PENUTUP
1. Setelah Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diterima, maka konsultan hendaknya
memeriksa semua bahan yang diterima dan mencari bahan masukan lain yang
dibutuhkan.
2. Berdasarkan bahan-bahan tersebut konsultan agar segera menyusun program kerja
untuk dibahas dengan Pengguna Anggaran/Kepala Satuan Kerja.
Hal - 12