Anda di halaman 1dari 6

Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Perencanaan dan Pengembangan BioPark pada Taman Madukoro sebagai


Atribut Kota Hijau di Semarang

Dimas Wicaksono1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang
dimaz.arch@gmail.com

Tri Munasari2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang
trimunmun19@gmail.com

INTISARI
Taman Kota sebagai ruang terbuka di wilayah perkotaan sudah layaknya difungsikan sebagai ruang interaksi warga kota untuk
berbagai kegiatan, fungsi dan kepentingan yang bermanfaat. Keberadaan ruang terbuka merupakan unsur penting yang dapat
menjaga keberlanjutan ekologi suatu kota. Taman kota yang ada saat ini sudah mulai dimanfaatkan oleh warga kota secara
maksimal, karena mengingat keberadaannya diimbangi dengan eksistensi pusat perdagangan seperti bangunan retail dan
komersil yang pembangunannya marak di perkotaan. Pertumbuhan Kota cenderung menghabiskan ruang-ruang terbuka yang
ada untuk pemenuhan aspek ekonomi sehingga lansekap dan tata guna lahan di perkotaan menjadi lebih dinamis. Berdasarkan
data yang ada, kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik sebesar 20% dari luas kota. Tujuan penelitian ini adalah
merencanakan Konsep BioPark pada Taman Kota Maduko di Semarang sebagai ruang terbuka hijau yang menggunakan
delapan atribut kota hijau. Dengan ruang terbuka hijau yang berkualitas dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat.
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini memberikan banyak manfaat dan juga memberikan kontribusi yang positif dalam
mendukung kebutuhan akan falilitas kota dan perluasan Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang. Metode penelitian yang
dilakukan ini dengan studi pustaka primer dan sekunder. Taman Madukoro Semarang menggunakan 8 (delapan) atribut kota
hijau yaitu green planning dan green design, green community, green open space, green building, green energy, green
transportasion, green water, dan green waste. Dari hasil analisis data 8 atribut Kota Hijau tersebut akan digunakan sebagai
acuan dalam perencanaan atau pengembangan taman kota yang lebih nyaman dan standar RTH Kota Semarang.

Kata kunci: Taman Madukoro, Ruang terbuka hijau, dan Atribut kota hijau

1 PENDAHULUAN perkotaan maupun di perdesaan khususnya wujud


fisik bangunan dan lingkungan. Adanya fenomena
Perkembangan kota Semarang yang pesat sebagai tersebut mengakibatkan terjadinya proses transformasi
akibat dari aktivitas ekonomi yang tinggi, menuntut ruang dan sosial ekonomi wilayah kota-kota
kejelian dan kearifan dalam penataan bangunan dan menengah maupun kota–kota kecil di sekitarnya
lingkungan di perkotaan. Penataan bangunan dan sebagai akibat dari proses modernisasi dan
lingkungan dalam suatu kawasan maupun suatu industrialisasi kota besar (inti), dimana pada akhirnya
koridor tidak boleh terlepas dari rencana tata ruang mengakibatkan perkembangan kota-kota tersebut
yang sudah ada dan sesuai dengan regulasinya. terkesan menyatu.
Perkembangan kota Semarang cenderung mengarah Kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang
terbentuknya kawasan perkotaan yang semakin merupakan manifestasi dari perencanaan dan
membesar dan terintegrasi. Kondisi tersebut terlihat perencanaan yang dipenuhi oleh berbagai unsur
dari semakin luasnya daerah yang menunjukkan ciri seperti bangunan , jalan dan ruang terbuka hijau
fisik perkotaan di kawasan suburban yang telah (Jackson, 1972). Sebuah Kota yang baik sewajarnya
menyatu dengan kota intinya, dimana proses memiliki unsur-unsur yang baik pula untuk
pengkotaan yang terjadi di pinggiran kota besar terjadi menunjang kegiatan manusia di dalamnya. Unsur-
lebih cepat dibanding yang terjadi di kota besar itu unsur tersebut diperlukan untuk membuat semua
sendiri. Penataan bangunan dan lingkungan adalah kehidupan manusia lebih baik dan mudah. Kota
serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian sebagai ruang yang kompleks, cenderung dinamis
dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama serta menekankan pada aspek ekonomi. Hal ini
untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di semakin banyak urbanisasi di kota, kota yang dahulu

VI-50
Semarang, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

nyaman sekarang kurang nyaman lagi karena lahan 5. Taman sebagai penyaring debu : Pohon-pohon
untuk ruang terbuka hijau tergantikan oleh banyak tinggi di sebuah taman dapat membantu memperkecil
bangunan-bangunan dan tempat tinggal. pulusi di luar lingkungan.

Pembangunan kawasan perkotaan secara fisik 6. Taman sebagai peredam suara : taman juga
cenderung menghabiskan ruang terbuka hijau dan berfungsi sebagai peredam suara, baik dalam
menjadikan area terbangun. Untuk mengatasi hal itu lingkungan ke luar atau sebaliknya dapat dibantu
dibutuhkan tata guna lahan yang baik sebagai dengan menggunakan
pembatas antara kebutuhan ruang terbangun dengan
kebutuhan ruang terbuka hijau. Taman sebagai salah Permasalahan dalam pengelolaan ruang terbuka
satu produk arsitektur, merupakan ruang terbuka yang hijau kota Semarang adalah belum terintegrasinya
sehari-hari dimanfaatkan masyarakat untuk institusi pengelolaan RTH di Semarang. Pengelolaan
berinteraksi dan berkegiatan, disamping fungsi masih dilakukan parsial dan sektoral, belum efisien
utamanya sebagai penyedia atau penyuplai oksigen dan efektif dalam rangka menghasilkan kualitas dan
dan pelengkap kebutuhan ruang terbuka hijau di kuantitas RTH, serta belum melibatkan semua
perkotaan (Widyastri Budi & Agus 2012). stakeholder termasuk para ilmuwan. Berdasarkan data
Keberadaan Taman sebagai ruang terbuka public lapangan ditemui banyak fakta bahwa dalam
secara tidak langsung dapat mempengaruhi karakter pengelolaan ruang terbuka hijau kawasan Kota
dan budaya masyarakat di suatu perkotaan, karena Semarang tidak memiliki fungsi yang semestinya.
idealnya sebuah taman kota harus dapat
mengintegasikan antara lingkungan, masyarakat dan 2 METODOLOGI
kesehatan melalui pendekatan ekologis terhadap Metode pengumpulan data di dasarkan pada
kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat observasi di lapangan, dengan dokumentasi foto,
yang berdasarkan alam sekitar. wawancara dengan dinas terkait, tokoh masyarakat
dan respon acak masyarakat sekitar serta dukungan
Taman Kota adalah ruang terbuka hijau yang
data menggunakan studi pustaka primer maupun
mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan
sekunder dan literature terkait. Data dianalisis secara
interaksi social. Taman Kota sebagai salah satu ruang
deskriptif dan spasial, ilusrasi desain dengan software
terbuka hijau juga memiliki fungsi, lansekap,
AutoCAD, SketchUp, dan Lumion.
pelestarian lingkungan dan estetika. Menurut Atmojo
(2007) Fungsi taman kota adalah :
3 PEMBAHASAN
1. Fungsi untuk kesehatan : taman dianalogikan Kota Semarang sebagai kota yang mengusung
dengan paru-paru manusia bagi sebuah lingkungan. konsep hijau, pada saat ini banyak pemerintah
Tanaman pad ataman tersebut pada siang hari kabupaten/kota yang sedang giat-giatnya menyusun
melangsungkan proses simbiose mutualisme dengan rencana dan rancangan berkaitan dengan penambahan
manusia. Proses pernafasan manusia diperlukan bagi taman kota yang ada. Hal ini tentu saja dimaksudkan
proses asimilasi pada tanaman, begitu pula sebaliknya selain untuk mengejar kebutuhan luas ruang terbuka
hijau (RTH) publik kota juga untuk memberi
2. Fungsi untuk keindahan : taman yang ditata dengan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan ruang
baik dan dirancang dengan tepat dapat memberikan publik untuk bersosialisasi, rekreasi, olahraga ataupun
kesan asri, tenang, nyaman dan menyejukkan. Hal ini memenuhi kebutuhan akan estetika dan identitas
diperlukan manusia sebagai kompensasi dari lingkungan. Untuk itu perlu kiranya perencanaan
kesibukan kerja sehari-hari, untuk menggairahkan taman kota yang memperhatikan aspirasi masyarakat.
semangat baru bagi masyarakat dalam berkegiatan.

3. Taman sebagai daya tarik : taman yang ditata di 3.1 Analisis Situasi
lingkungan sebuah bangunan dengan penataan yang Taman Madukoro terletak di JL.Jenderal
menarik akan menjadi daya Tarik dan ciri khas dari Sudirman, Kota Semarang tepatnya bundaran Jenderal
bangunan tersebut. Sudirman. Dulu taman ini hanya sekedar pembatas
jalan yang di tanami beberapa tanaman. Sampai
4. Taman sebagai petunjuk arah : Penempatan akhirnya pemkot membuatnya menjadi taman yang
tanaman tertentu pad ataman sedemikian rupa dapat sejuk. Di sini ada sejumlah tanaman yang di tata,
menjadi penunjuk arah dan dapat mengarahkan gerak hingga terlihat enak di pandang mata. Arsitektur
kegiatan di sebuah lingkungan semisal deretan pohon tulisan Taman Madukoro yang unik terlihat saat
palem kiri dan kanan jalan masuk (entrance) melewati jalan.
bangunan.

VI-51
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Insurance Taman Madukoro


BMT NU sejahtera
Company
Prudential

Bank CIMB Niaga

Jembatan
Banjir Kanal
Barat

AHAAS
Mustika
Jaya Abadi

Batik Lesmono BJM Motorsport Sarang knalpot


Gambar 1. Lokasi Taman Madukoro di Semarang, Jawa Tengah
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

3.2 Elemen Taman


 Tanaman, adalah elemen wajib pada sebuah  Jalan, berfungsi sebagai akses bagi pengunjung
taman. Tak terkecuali pada Taman Madukoro. didalam taman, sehingga tidak merusak atau
Tanaman di sini jumlahnya cukup banyak dan menginjak tanah dan rumput yang sudah terawat.
sudah tertata dengan baik. Terdapat Pohon Jalan ini kurang berfungsi dengan baik karena saat
Beringin yang menambah teduhnya taman dan ini sudah jarang pengunjung yang datang ke
tiga Pohon Palem yang menjulang tinggi. taman ini.

Gambar 2. Pohon Palem di Taman Madukoro Gambar 3. Jalur Pedestrian di Taman Madukoro
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019) (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)
VI-52
Semarang, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

 Drainase, Pada taman madukoro ini sudah  Aksesbilitas, Letak taman ini berada di tengah
terdapat drainase yang terletak pada bagian Jalan Raya, sehingga cukup sulit untuk
luar site tapi kurang berfungsi dengan baik, mengaksesnya, ditambah lagi Lalu lintas di jalan
karena berisi sampah. Jenderal Sudirman yang sangat ramai. Ada 3 pintu
masuk pada taman madukoro ini, yaitu pada
timur, selatan dan utara taman. untuk trotoar di
tepi taman ini, lebarnya kurang dari 1m sehingga
jarang digunakan.

Gambar 4. Saluran drainase di Taman Madukoro


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

 Tempat Sampah, ada tujuh titik tempat


sampah pada taman madukoro ini, tapi kurang
berfungsi dengan baik karena ada beberapa
yang rusak dan Peletakkanya juga kurang Gambar 7. Area Trotoar yang ada di Taman Madukoro
tertata. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

 Kenyamanan, Di taman ini terdapat banyak


tanaman yang tentunya dapat menambah
kesejukan dalam taman, terutama beberapa pohon
beringin yang menjadi peneduh pada taman ini.
Terdapat pula seating Group, sehingga
pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati
taman.

Gambar 5. Tempat Sampah di Taman Madukoro


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

 Area Parkir, Saat ini belum ada tempat parkir


khusus di Taman Madukoro ini. Pengunjung
biasanya memarkir kendaraan pada tempat-
tempat terdekat dan di pinggiran taman.

Gambar 8. Kursi yang ada di Taman Madukoro


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

 Taman madukoro mempunyai Landmark berupa


papan nama taman yang berada di atas dinding
yang didesain melengkung dengan material
dinding batu bata plester kasar dan dihiasi dengan
beberapa tanaman perdu. desain Landmark
tersebut sudah cukup menarik, namun perlu
didesain lebih menarik, agar lebih banyak
Gambar 6. Area Parkir di Taman Madukoro pengunjung yang datang ke taman madukoro ini.
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

VI-53
Civil Engineering and Environmental Symposium 2019 Semarang, 1 Mei 2019

Gambar 9. Penerapan Konsep Desain Biopark di Taman Madukoro


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) 6. Green Transportasion, yaitu system transportasi
merumuskan 8 (Delapan) atribut kota hijau yaitu : pada tapak yang ramah lingkungan. Hal ini
mengacu pada konsep mengembangkan
1. Green Planning & Green Desain , yaitu transportasi berkelanjutan yang berprinsip pada
pendekatan dilakukan dengan penerapan dalam pengurangan dampak negative terhadap
membuat desain Taman Kota. Desain yang lingkungan. Aplikasi dengan pemilihan jenis
diusulkan berupa penerapan konsep taman kota kendaraan yang dapat memasuki tapak. Untuk
yang terdiri dari 80% hijauan yang minim kendaraan bermotor hanya akan memasuki
pemeliharaan diwujudkan dalam pemilihan bahan entrance pada tapak. Sedangkan untuk memasuki
yang mudah perawatan, mudah ditemukan, tidak tapak disediakan kendaraan ramah lingkungan
mudah rusak dan menggunakan energy yang berupa sepeda yang dapat mengakses keseluruh
terbaharukan. tapak dan juga berjalan kaki.
2. Green Community, yaitu peran aktif masyarakat 7. Green Water, yaitu efisiensi terhadap
atau komunitas sangat diperlukan guna pemanfaatan sumber daya air untuk
menciptakan kota hijau. Wujud dari penerapan keberlangsungan hidup dengan memaksimalkan
konsep ini taman digunakan masyarakat dan penyerapan air, mengurangi limpasan air, dan
komunitas sebagai tempat berkumpul. efisiensi pemakaian air. Penerapan berupa
3. Green Open Space, yaitu wilayah area terbuka pengadaan biopori untuk meningkatkan area
hijau harus memenuhi standard dan peraturan. resapan air dan pemilihan vegetasi yang mampu
4. Green Building, yaitu upaya pengembanag menyerap air.
bagunan hemat energy dan ramah lingkungan. 8. Green Waste, yaitu pemanfaatan limbah sampah
Upaya ini akan dilakukan melalui penerapan di daur ulang menjadi benda baru maupun
prinsip bangunan gedung hijau. sculture berbagai objek, disediakan tempat
5. Green Energy, yaitu penerapan tapak berupa sampah berdasarkan jenisnya plastic, kertas,
pemanfaatan energy terbarukan yang tersedia kaleng, dan botol. Menerapkan konsep 3R reduce
pada tapak seperti sinar matahari. Aplikasi dapat (mengurangi), seuse (memberi nilai tambah bagi
berupa lampu penerangan jalan yang diberi panel sampah hasil proses daur ulang), dan recycle.
surya.

VI-54
Semarang, 1 Mei 2019 Civil Engineering and Environmental Symposium 2019

Gambar 10. Site Plan rencana desain di Taman Madukoro Semarang


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

Purnomohadi, N. (2006). Ruang Terbuka Hijau


4 KESIMPULAN
sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Direktorat
Taman kota di Semarang perlu kesesuaian fungsi Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan
dengan konsep Kota Smart City yang ada di Umum.
Semarang. Taman kota ini sebagai bagian dari Ruang
Terbuka Hijau kota yang perlu perhatian khusus, dari Mulyandari, H. 2001. Pengantar Arsitektur Kota.
aspek perencanaan yang diikuti aspek lain yaitu Yogyakarta: Penerbit Andi
kelembagaan, koordinasi, pendanaan dan sumber daya
manusia.secara khusus pada aspek perencanaan Irwan, Z. D. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi: Ekosistem
elemen utama adalah keseimbangan ekosistem dan Lingkungan dan Pelestarian. Jakarta: Bumi Aksara.
keberlanjutan ruang terbuka di Kota Semarang.
Jackson, John Brickefhoff (1972), dalam
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/20-
5 DAFTAR PUSTAKA pengertian-kota-menurut-para-ahli.html
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Semarang
Dalam Angka Tahun 2014. Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Evan, P. (2002). Livable Cities? Urban Struggles for
Livelihood and Sustainability Zoer’aini, D.I. 2005. Tantangan Lingkungan dan
Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 1 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan.

VI-55

Anda mungkin juga menyukai