Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) _TATA RUANG

Putri Dewi

Riani_1112101000077

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN TATA RUANG HUTAN KOTA DI


INDONESIA YANG LAYAK DAN RAMAH UNTUK ANAK
Putri Dewi Riani
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
INDONESIA
putridewiriani@gmail.com

ABSTRAK
Currently, the population explosion in urban areas due to urbanization, the
construction of settlements and other infrastructure in urban areas that are not based on the
spatial plan cities pose many problems both physically and socially. One is the presence of
green open space (RTH) in urban areas are minimal thereby affecting the quality of life in the
region. One of the alternatives that can be done is to do the planning and management of
Forest City viable, especially for children. Important aspects that should be considered in
forest management for a child-friendly city that is the choice of location, choice of plants,
and facilities are provided tailored to the needs of children. The Government needs to provide
control design of children's playgrounds in both closed and open spaces to minimize the
negative influence of playgrounds and facilities for the safety and health of children, then, the
most important thing is good for the maintenance of urban forests in order to be maintained
and sustainable. Therefore, to achieve it needed the participation and support from both the
public and policy makers.
Keywords: Spatial, Urban Forestry, Child-Friendly
PENDAHULUAN
Di era globalisasi saat ini, Pembangunan infrastruktur perkotaan di Indonesia masih
dalam perbaikkan serta perencanaannya yang masih kurang baik. Pembangunan gedunggedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, perumahan, pabrik dan sebagainya kurang
memperhatikan aspek tata ruang kota. Kawasan hijau sering kali dikalahkan atau
dialihfungsikan menjadi kawasan perdagangan, permukiman, perindustrian, serta untuk
sarana dan prasarana kota lainnya. Sehingga kondisi lingkungan hidup yang makin buruk
seperti pencemaran udara, peningkatan suhu, penurunan air tanah, dan lain-lain khususnya di
perkotaan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi.1 Kurangnya ruang terbuka
hijau ini sangat dirasakan oleh semua kalangan umur mulai dari usia muda hingga tua dan
mempengaruhi keberlangsungan dan kualitas hidup masyarakat di wilayah perkotaan.
Alternatif yang dapat memberikan dampak signifikan dalam mengatasi permasalahan
lingkungan hidup di perkotaan adalah melalui program pembangunan dan pengelolaan hutan
kota. Hutan kota dapat mempertimbangkan kualitas hidup seseorang karena mempengaruhi
kehidupan sehari-hari sekitar 80% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat. Disamping
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, hutan kota dikatakan sangat penting pada abad ke21 saat ini. Terjadinya peningkatan pertumbuhan penduduk membuat para pemegang
1

Samsoedin, Ismayadi dan Endro Subiandono. (2007). Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Prosiding Ekspose Hasil-hasil
Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan Padang, 20 september 2006 )

Page 1 of 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) _TATA RUANG

Putri Dewi

Riani_1112101000077

kebijakan, perancang dan tingkat manajemen baik tingkat lokal maupun nasional di Amerika
secara bersama menfokuskan untuk membuat perencanaan dan pengelolaan keberlanjutan
hutan kota.2 Masalah lain yang dihadapi di Indonesia yaitu Kenyataannya anak-anak bermain
di jalan-jalan, atau menonton televisi, atau bermain permainan di gadget mereka tanpa adanya
gerak atau aktivitas. Hal ini timbul akibat ketersediaan ruang untuk anak bermain semakin
berkurang atau hampir tidak ada. Kenyataan saat ini banyak anak yang termarjinalisasi dan
sulit untuk mengakses fasilitas-fasilitas yang ada di kota-kota, sehingga keberadaan hutan
kota,taman kota dan taman bermain sangat penting dan sering menjadi satu-satunya tempat
anak-anak bermain. Kebutuhan yang tinggi akan ruang bermain beserta fasilitas permainan
yang memadai telah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk menyediakan jika ingin
generasi penerusnya dapat memiliki perkembangan fisik dan mental yang baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan penataan ruang bertujuan untuk menciptakan keteraturan dan
pegendalian dalam pelaksanaan pembangunan, baik secara fisik dan menghindari
penyalahgunaan dalam peruntukan ruang serta pemanfataan sumber daya yang terlalu
berlebihan tanpa melihat aspek keberlanjutan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa Hutan Kota adalah
suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam
wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan
kota oleh pejabat yang berwenang.3 Pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman
kota atau hutan kota harus tersinkron dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dari
segi pemanfaatan ruang penambahan ruang sosial masyarakat melalui pembangunan tamantaman kota atau hutan kota diharapkan akan memberikan manfaat bagi masyarakat
diantaranya sebagai sarana rekreasi, olahrga maupun manfaat sosial-estetika dan ekologis.
Sesuai dengan peruntukannya, hutan kota dapat dibangun dalam beberapa bentuk, di
antaranya: (1) ruang hijau pertamanan kota, (2) ruang hijau rekreasi kota, (3) ruang hijau
stadion olahraga, (4) ruang hijau pemakaman, (5) ruang hijau pertanian, (6) ruang jalur hijau,
(7) ruang hijau taman hutan raya, (8) ruang hijau kebun binatang, (9) ruang hijau hutan
lindung, (10) ruang hijau areal penggunaan lain, (11) ruang hijau kebun raya , dan (12) ruang
hijau kebun serta halaman di lingkungan perumahan, perkantoran, pertokoan, pabrik, terminal
dan sebagainya.
Pembangunan dan pengembangan hutan kota perlu dilakukan dengan pendekatan
bentuk dan struktur karena bentuk dan struktur hutan kota mempunyai hubungan yang
menguntungkan dengan kualitas lingkungan di sekitarnya dan mempercepat serta
mempermudah pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun pemeliharaan hutan kota.
Dalam Samsoedin dkk (2007), menyatakan adapun peranan dan fungsi penting keberadaan
hutan kota yaitu: (a) sebagai identitas kota, (b) pelestarian plasma nutfah, (c) penahan dan
2 Grosvenor,Lane and Bethesda. 2013. Urban Forestry : A Position Statement of Society of American Foresters. SAF Councils
3 Ibid 1

Page 2 of 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) _TATA RUANG

Putri Dewi

Riani_1112101000077

penyaring partikel padat dari udara, (d) penyerap dan penjerap partikel timbal dan debu
industri, (e) peredam kebisingan, (f) mengurangi bahaya hujan asam, (g) penyerap karbon
monoksida, (h) penyerap karbon-dioksida dan penghasil oksigen, (i) penahan angin, (j)
penyarap dan penapis bau, (k) mengatasi penggenangan air, (l) mengatasi intrusi air laut, (m)
produksi terbatas dan ammeliorasi iklim, (n) penapis cahaya silau dan meningkatkan
keindahan, (o) untuk mengurangi stress dan sarana hobi dan pengisi waktu luang dsb. 4
Keberadaan hutan kota mutlak diperlukan karena memiliki banyak manfaat. Kenyamanan
dan keamanan serta nilai estetika perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pengelolaannya.
Disamping itu, salah satu aspek yang perlu diperhatikan akan keberadaan Hutan Kota yaitu
kelayakan yang dapat diberikan kepada anak-anak sehingga, anak dapat memanfaatkannya
sebagai tempat beraktivitas, taman bermain serta berfungsi sebagai sarana yang
memungkinkan untuk berinteraksi, dan bereskplorasi dengan baik. Karena, Aktivitas bermain
selain menciptakan kegembiraan bagi anak, juga dapat mengembangkan kemampuan
kognitif, sosial, fisik, serta kemampuan emosional yang selalu dibutuhkan saat tumbuh
menjadi dewasa.5 Bermain adalah pekerjaan anak-anak, dan sebagian besar waktu anak
dihabiskan untuk bermain. Melalui bermain pula anak belajar mengeksplorasikan lingkungan
dan belajar untuk lebih kreatif.6 Adanya ruang publik, maka anak-anak dapat bermain dengan
aman dan nyaman serta menciptakan pertumbuhan anak menjadi lebih kreatif dan
berkembang.7
HASIL
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan mengaharuskan kawasan hijau perkotaan minimal 20
persen dari seluruh luas perkotaan untuk publik dan 10% untuk luasan RTH Privat. Namun,
pada kenyataannya beberapa kota di Indonesia hanya memiliki ruang terbuka hijau kurang
dari 30% luas wilayah seperti di Kota Jakarta, Kota Tangerang dan Kota Palangkaraya. Hasil
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 1. Luas Ruang Terbuka Hijau Tiga Kota di Indonesia
No
1

Kota
DKI Jakarta

Luas RTH
13,94%

Tahun Survei
2011

Tangerang

6,4%

2013

Palangkaraya

13 %

2014

Sumber : Jurnal Planesa Vol 2 No 1, Jurnal Perspektif Arsitektur Vol 9 No,1 ,

4 Ibid 1
5 Baskara, Medha. (2011). Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain Anak di Ruang Publik. Jurnal Lanskap Indonesia Vol 3
No.1 Hal: 27-34

6 Pamungkas, Dwi Ratna, Sarwono dan Ainul Hayat. (2012).Perencanaan Pembangunan Ruang Publik untuk Kebutuhan Anak (Studi di
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri). Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol 2, No 4 Hal: 722-728

7 Ibid 6
Page 3 of 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) _TATA RUANG

Putri Dewi

Riani_1112101000077
Survei RTH kota Tangerang 2013

DKI Jakarta saat ini hanya memiliki ruang terbuka hijau hanya 13,94%, dan apabila ingin
memenuhi angka 30% maka pemerintah DKI Jakarta perlu menambah 10.595,6 ha (16,1%)
dari keseluruhan luas DKI Jakarta (66,152 ha).8 Kemudian, RTH eksisting di Tangerang
hanya sebesar 6,4% dari luas total kota Tangerang. Kemudian, hasil survei lainnya
menunjukkan di kota Tangerang tahun 2013, bahwa harapan RTH publik terhadap
penambahan fasilitas tempat duduk dan ruang bermain anak cukup tinggi sebesar 23,8%
dalam bentuk Taman kota (57,1%) dan hutan kota sebesar (14,3%). Dan pada akhirnya,
Tangerang dikatakan belum memenuhi luas RTH publik untuk kawasan kota sebesar 20%
dari total luas wilayah.9 Dan Kota Palangkaraya menunjukkan luasan RTH Publik yang
terdapat di Kota Palangka Raya diperkirakan masih berkisar 12%-13%. Oleh karena itu,
dapat dikatakan RTH di Palangka Raya masih kurang mencukupi dari peraturan perundangan
yang berlaku sebesar 30% dari luas kota yaitu 20% RTH publik dan 10% RTH privat.10
PEMBAHASAN
Hutan kota sering berada di luar batas kota. Jalur hijau, hutan kota, hutan lindung dan
tanaman urugan dapat dikatakan bagian dari hutan kota. Area ini biasanya untuk umum dan
bermanfaat untuk berbagai macam kegunaan, serta mempunyai nilai luar biasa untuk
lingkungan kota sebagai rekreasi, tempat hiburan dan lainnya. 11 Alokasi Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dalam suatu kota di Indonesia dapat berbentuk kawasan lindung, kawasan hijau
pertanaman kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan
hijau tempat pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau jalur hijau dan kawasan
pekarangan yang kesemua kawasan tersebut terus dikembangkan oleh Pemerintah Daerah
(PEMDA) di masing-masing kota hijau karena, PEMDA merupakan institusi yang
bertanggung jawab dalam penyediaan dan penetapan fungsi suatu ruang sebagai RTH. Tipe
hutan kota yang sesuai dengan kenyaman bagi anak-anak adalah tipe rekreasi dan keindahan,
dimana tipe ini bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi yang jenuh dengan kegiatan
rutin melalui sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.
Selanjutnya ,Masyarakat dapat bertindak dan terlibat sebagai pihak yang terkena
dampak kegiatan pemanfaatan ruang, sebagai pihak yang mempengaruhi kebijakan
pemanfaatan ruang perkotaan, sebagai pihak yang mengawasi dan mengontrol kebijakan
pemanfaatan ruang perkotaan. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan pelaku pembangunan
8 Nursanto, Ali. (2011). Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman Jakarta Pusat. Jurnal Planesa
Vol 2 No.1 Hal: 10-16

9 Kholish, Fathuddin, Janthy Trilusianthy Hidayat dan Yusi Febrian. (2013). Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Tangerang.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak

10 Amiany, Rony Setya Siswadi, dan Lisa Virgiyanti.(2014). Karakteristik Arsitektural Ruang

Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya.

Jurnal Perspektif Arsitektur Vol 9 N0. 1 Hal 29-36

11 Sundari, Eva Siti. (2011). Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah Lingkungan Perkotaan. Jurnal PWK Unisba H:
68-83

Page 4 of 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) _TATA RUANG

Putri Dewi

Riani_1112101000077

yang memiliki peran terbesar dalam pemanfaatan ruang perkotaan. Hutan kota sebagai salah
satu bentuk Ruang Terbuka Hijau perlu direncanakan dan dikelola secara matang. Hutan Kota
yang ramah dan layak bagi anak sangat diperlukan di kota besar seperti kota DKI Jakarta,
Tangerang dan Palangka Raya untuk menunjang perkembangan baik kognitif,motorik dan
sosial bagi anak. Keberadaan hutan kota diharapkan memberikan dampak yang baik melalui
sarana dan prasarana yang disediakan untuk memberikan kesempatan bagi anak agar dapat
mengeksplor hal-hal yang ada di lingkungan. Hasil penelitian oleh Kevin Lynch, seorang
arsitek dari Massachussets Institute of Technology mengenai Persepsi anak terhadap ruang
menjelaskan bahwa lingkungan kota yang terbaik untuk anak adalah yang memiliki komuniti
yang kuat secara fisik dan sosial, komuniti yang memiliki aturan yang jelas dan tegas, adanya
pemberian kesempatan pada anak, dan fasilitas pendidikan yang memberi kesempatan anak
untuk mempelajari dan menyelediki lingkungan dan dunia mereka. Keberadaan tempat
bermain anak sebagai salah satu indikator kota layak anak perlu diperhatikan.12
Seperti hal contohnya Taman menteng yang berada di Jakarta pusat, Hutan kota dapat
dibuat dengan beberapa elemen pendukung seperti tempat bersantai, lapangan olahraga, ,
tempat bermain, tempat makan dan tempat parker serta ditambah sarana edukasi. Adanya
elemen pendukung yang lebih heterogen membuat fungsi taman ini menjadi penyeimbang
lingkungan dan alternatif pilihan masyarakat sebagai tempat olahraga dan rekreasi keluarga
dan teman bermain anak.13 Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan dan
pengelolaan adalah aspek perencanaan baik dari lokasi, fungsi, pemanfaatan,sarana dan
prasarana serta teknik pengelolaan lingkungan, kemudian aspek kelembagaan dan organisasi
pelaksanaan, aspek pemilihan jenis tanaman, aspek penentuan luas hutan kota, dan komponen
pendukungnya (peraturan perundangan, ilmu dan teknologi yang memadai, dukungan dari
pembuat kebijakan, jasa konsultasi, dukungan masyarakat, kebun bibit, tenaga ahli serta
pemeliharaannya). 14Persyaratan taman bermain anak yaitu dapat menjamin keselamatan,
keamanan dan kesehatan anak, menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi semua anak,
menciptakan keharmonisan estetika visual dengan karakter kawasan di sekitarnya,
memberikan kejelasan tentang fungsi peralatan permainan dan kekuatan konstruksinya.
Pengendalian perancangan taman bermain anak melalui keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, kemudahan, keamanan dan keindahan.15
KESIMPULAN
Dengan dibentuknya ruang-ruang terbuka hijau, maka dapat disusun suatu jaringan
RTH kota sebagai pendukung ekosistem lingkungan perkotaan yang berfungsi meningkatkan
kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat dan indah. Salah satu
12 Ibid 14
13 Ibid 8
14 Ibid 1
15 Widyawati, Karya dan Rita Laksmitasari. (2015). Penilaian Ruang Bermain Anak di Kota Depok Sebagai Salah Satu Indikator
Tercapainya Kota Layak Anak. Jurnal Faktor Exacta Vol .8 (3) H: 195-207

Page 5 of 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) _TATA RUANG

Putri Dewi

Riani_1112101000077

diantaranya adalah perencanaan dan pengelolaan hutan kota di wilayah perkotaan yang
mendukung terhadap kebutuhan anak sehingga menjadi hutan kota yang layak dan ramah
bagi anak karena, anak-anak membutuhkan taman bermain yang aman dan nyaman untuk
mengembangkan aspek jiwa dan raga dengan memperhatikan aspek fisik, sosial, ekonomi
dan lingkungan. Untuk itu diperlukan kondisi nyata rencana tata ruang wilayah dan ruang
terbuka hijau yang perlu dirancang oleh pemerintah daerah setempat untuk kebutuhan anak di
wilayah kota, dan sinkronisasi antara rencana tata ruang wilayah dan ruang terbuka hijau
dengan kebutuhan dinamika masyarakat terhadap ruang publik untuk kebutuhan anak.

REFERENSI
Samsoedin, Ismayadi dan Endro Subiandono. (2007). Pembangunan dan Pengelolaan Hutan
Kota. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi
Sumberdaya Hutan Padang, 20 september 2006 )
Pamungkas, Dwi Ratna, Sarwono dan Ainul Hayat. (2012).Perencanaan Pembangunan
Ruang Publik untuk Kebutuhan Anak (Studi di Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri). Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol 2, No 4 Hal: 722-728
Nursanto, Ali. (2011). Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria
Kualitas Taman Jakarta Pusat. Jurnal Planesa Vol 2 No.1 Hal: 10-16
Widyawati, Karya dan Rita Laksmitasari. (2015). Penilaian Ruang Bermain Anak di Kota
Depok Sebagai Salah Satu Indikator Tercapainya Kota Layak Anak. Jurnal Faktor
Exacta Vol .8 (3) H: 195-207
Baskara, Medha. (2011). Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain Anak di Ruang
Publik. Jurnal Lanskap Indonesia Vol 3 No.1 Hal: 27-34
Sundari, Eva Siti. (2011). Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan. Jurnal PWK Unisba H: 68-83
Grosvenor,Lane and Bethesda. 2013. Urban Forestry : A Position Statement of Society of
American Foresters. SAF Councils
Kholish, Fathuddin, Janthy Trilusianthy Hidayat dan Yusi Febrian. (2013). Identifikasi Ruang
Terbuka Hijau Publik di Kota Tangerang. Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota FT-Unpak
Amiany, Rony Setya Siswadi, dan Lisa Virgiyanti.(2014). Karakteristik Arsitektural Ruang
Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya. Jurnal Perspektif Arsitektur Vol 9 N0. 1
Hal 29-36

Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai