Anda di halaman 1dari 9

ARSITEKTUR PERTAMANAN

Disusun oleh :
Serafim Ezra Maharani 23020219130042

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Pengelolaan Taman Kota Oleh Dinas Pertamanan
Kota Semarang
Maharani, S. E.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: (echa.maharani@gmail.com)

Abstrak
Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan suhu dan polusi udara meningkat.
Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan adanya Ruang Terbuka Hijau. Taman Kota
merupakan salah satu bentuk dari Ruang Terbuka Hijau publik. Tujuan utama adanya
pembangunan dan pengelolaan Taman Kota adalah untuk memperindah kota dan membantu
mengurangi polusi udara. Taman Kota yang baik adalah taman yang mendukung konsep Kota
Layak Huni. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis kebijakan tata ruang
wilayah, kondisi eksisting, pengelolaan retribusi kebersihan dan Taman Kota Semarang. Metode
yang digunakan pada praktikum ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah
pengembangan Ruang Terbuka Hijau menurut kecenderungan pengembangan wilayah dibagi
menjadi 4 dan fungsi masing-masing wilayah tersebut disesuaikan dengan potensi wilayah.
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau menurut pengembangan struktur ruang kota dibagi
berdasarkan komponen utama kegiatan kota, sistem pusat pelayanan, dan struktur jaringan. Total
taman aktif berjumlah 33 buah dengan luas total 41.152,10 m² yang tersebar di seluruh Kota
Semarang, kecuali Kecamatan Mijen, Gunungpati, Tembalang, Pedurungan, Genuk, Tugu, dan
Ngaliyan. Retribusi kebersihan dibebankan kepada masyarakat atau badan untuk keperluan jasa
kebersihan. Pengelolaan sampah Ruang Terbuka Hijau dibagi menjadi pemukiman, pasar, jalan,
industri, perkantoran dan fasilitas umum. Dinas Pertamanan Kota Semarang telah memiliki
program-program kerja untuk meningkatkan kualitas Taman Kota Semarang.

Kata kunci : pengelolaan, Taman Kota,Ruang Terbuka Hijau

1. Pendahuluan

Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan suhu dan polusi udara
meningkat. Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan adanya Ruang Terbuka Hijau.
Kota dikatakan ideal apabila memiliki luas Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari luas
kota. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yang menyatakan bahwa perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat
rencana penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dengan luas minimal 30%
dari luas kota. Luas minimal 30% dari luas kota terdiri dari Ruang Terbuka Hijau publik
minimal 20% dari luas kota dan Ruang Terbuka Hijau privat minimal 10% dari luas kota.
Ruang Terbuka Hijau merupakan suatu kawasan dalam perkotaan yang menjadi
tempat pertemuan alam dengan manusia. Peran Ruang Terbuka Hijau cukup penting
untuk memberikan keleluasaan gerak penggunanya, memiliki nilai ekonomis bagi
manusia dan pengembangan kota itu sendiri (Setyani et al., 2017). Ruang Terbuka Hijau
berupa bagian dari ruang-ruang yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Bentuk dari Ruang Terbuka Hijau yaitu berupa taman kota, hutan kota, jalur hijau kota,
lapangan olahraga, taman pemakaman umum, dan jalan raya (Riatno, 2017).
Taman Kota merupakan salah satu bentuk dari Ruang Terbuka Hijau publik. Ruang
terbuka umum yang digunakan banyak orang dan multifungsi salah satunya adalah
Taman Kota (Sudarwani dan Ekaputra, 2017). Taman Kota dimanfaatkan masyarakat
tanpa adanya diskriminasi. Fungsi dan manfaat Taman Kota sangat tergantung dari
keanekaragaman dan penyusunan vegetasi, serta penggunanya.
Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah dengan aktivitas yang
cukup ramai. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan infrastruktur Kota Semarang sangat
berkembang pesat. Kota Semarang juga menjadi pusat pemerintahan, perindustrian, dan
perdagangan (Martuti, 2013). Hal tersebut pastinya berimbas pada bertambahnya
pengguna kendaraan bermotor.
Tujuan utama adanya pembangunan dan pengelolaan Taman Kota adalah untuk
memperindah kota dan membantu mengurangi polusi udara. Taman Kota yang baik
adalah taman yang mendukung konsep Kota Layak Huni. Kota Layak Huni erat kaitannya
dengan kota yang berkelanjutan, dimana kota tersebut mampu memenuhi setiap
kebutuhan mereka tanpa merusak generasi masa depan (Iswara et al., 2017).

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana kebijakan tata ruang wilayah Kota Semarang?


b. Bagaimana kondisi eksisting Taman Kota Semarang?
c. Bagaimana pengelolaan retribusi kebersihan di Taman Kota Semarang?
d. Bagaimana pengelolaan Taman Kota oleh Dinas Pertamanan Kota
Semarang?

3. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan menganalisis kebijakan tata ruang wilayah Kota Semarang.


b. Mengetahui dan menganalisis kondisi eksisting Taman Kota Semarang.
c. Mengetahui dan menganalisis pengelolaan retribusi kebersihan di Taman Kota
Semarang.
d. Mengetahui dan menganalisis pengelolaan Taman Kota oleh Dinas
Pertamanan Kota Semarang.

4. Manfaat Penelitian

a. Memperoleh informasi mengenai kebijakan tata ruang wilayah Kota


Semarang.
b. Memperoleh informasi mengenai kondisi eksisting Taman Kota Semarang.
c. Memperoleh informasi mengenai pengelolaan retribusi kebersihan di Taman
Kota Semarang.
d. Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal
pengelolaan Taman Kota yang lebih baik.

5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menggambarkan segala permasalahan yang ada dan memberikan jawaban atas
permasalahan tersebut.
5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang. Dasar penelitian ini karena terlihat
semakin berkembangnya aktivitas di Kota Semarang dan beberapa Taman Kota
Semarang yang kurang optimal.

5.2. Jenis dan Sumber Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah:

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, buku-buku, dan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pengelolaan Taman Kota oleh Dinas
Pertamanan Kota Semarang.

5.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mencari informasi dan data-data dari berbagai sumber yang mendukung.

6. Hasil dan Pembahasan

6.1. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kota Semarang

6.1.1. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau menurut Kecenderungan


Pengembangan Wilayah

Aspek Ruang Terbuka Hijau sangat dipengaruhi oleh kegiatan yang bersifat
kekotaan, seperti industri, pendidikan, perkantoran dan pelayanan umum, perdagangan
dan jasa komersial, serta pendidikan dengan sarana perhubungan dan prasarana jalan
sebagai faktor pendukung, sehingga dapat membentuk suatu pola keruangan penghijauan.
Struktur tata ruang Kota Semarang mengalami perkembangan dengan mengikuti pola
jaringan jalan yang bersifat linear, yaitu ke arah barat (Kecamatan Tugu), timur
(Kecamatan Genuk), selatan (Kecamatan Banyumanik), dan timur – tenggara (Kecamatan
Pedurungan). Ruang Terbuka Hijau yang terdapat pada pusat-pusat aktivitas yang
berkembang dan mempengaruhi struktur Kota Semarang berada di Kecamatan Tugu,
Genuk, Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Mijen, Gunungpati, serta di pusat Kota
Semarang itu sendiri. Pola perkembangan ini terus berkembang menuju ke wilayah-
wilayah pinggiran atau hinterland.
Kecenderungan perkembangan Ruang Terbuka Hijau Kota Semarang berdasarkan
arah perkembangan kota, dapat dibedakan atas arah dan sifat perkembangannya, sebagai
berikut :
 Wilayah Pengembangan I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Semarang
Timur, Semarang Barat, Semarang Utara, Candisari dan Gajahmungkur.
Penataan Ruang Terbuka Hijau bersifat kekotaan yang meliputi perkantoran,
perdagangan, komersial, pelabuhan dan industri, perumahan dan 25
lingkungan dengan kepadatan tinggi, konservasi bangunan dan lingkungan
bersejarah serta revitalisasi daerah yang kurang berkembang.
 Wilayah Pengembangan II meliputi Kecamatan Tugu (sebagai industri,
perikanan pantai, pertambakan dan sebagaian perumahan permukiman
dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang), Ngaliyan (sebagai
industri, pendidikan serta pengembangan sarana dan prasarana perkotaan)
dan sebagian Wilayah Genuk (sebagai industri dan perumahan permukiman
dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang).
 Wilayah Pengembangan III meliputi Kecamatan Genuk, Gayamsari,
Pedurungan dan perluasan Kecamatan Semarang Selatan. Penataan Ruang
Terbuka Hijau kawasan dikembangkan mengikuti fungsi kawasan pada area
sub urban dengan fungsi penghijauan kawasan pada wilayah perumahan dan
permukiman dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang,
pengembangan fungsi jasa, kesehatan, pendidikan dan wisata.
 Wilayah Pengembangan IV meliputi Kecamatan Tembalang, Banyumanik,
Gunungpati, Mijen dan sebagian Wilayah Kecamatan Tugu. Penataan Ruang
Terbuka Hijau yang terdapat pada kawasan tersebut memiliki sifat
penghijauan sub urban dengan fungsi pengembangan penghijauan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat agraris serta pengembangan penghijauan
pada perumahan dan permukiman dengan lingkungan kepadatan rendah
sampai sedang.

6.1.2. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau menurut Pengembangan Struktur


Ruang Kota
 Pengembangan Ruang Terbuka Hijau pada komponen utama kegiatan kota
meliputi kegiatan perdagangan, jasa komersial, perkantoran, pendidikan,
pelayanan umum dan sosial, olahraga, rekreasi dan wisata, perumahan dan
permukiman, pertanian lahan kering, peternakan dan perikanan. Faktor yang
penting karena akan dipengaruhi oleh faktor kegiatan yang saling
berinteraksi dan didukung oleh struktur jaringan yang memadai.
 Pengembangan ruang terbuka hijau pada sistem pusat pelayanan meliputi
fasilitas jasa komersial bersifat grosir maupun eceran dan pelayanan
umum atau sosial berupa ruang terbuka hijau untuk pelayanan
pemerintahan umum maupun pelayanan yang bersifat sosial (pendidikan,
kesehatan, ibadah) dengan skala pelayanan sesuai dengan jumlah penduduk
baik dalam skala lokal maupun regional atau kota.
 Pengembangan ruang terbuka hijau pada struktur jaringan meliputi jalan
arteri primer, arteri sekunder, jalan kolektor primer, dan jalan kolektor
sekunder.

6.2. Kondisi Eksisting Taman Kota Semarang

Karakteristik Ruang Terbuka Hijau berupa Taman Kota sebagian besar terdapat
pada wilayah dataran rendah pusat kota dan merupakan ruang luar yang tersisa di antara
bangunan dan struktur lain yang mendukung aktivitas warga kota. Elemen alami pada
ekosistem dataran rendah di pusat kota ini sudah menjadi elemen minor, sedangkan
elemen buatan manusia menjadi elemen yang mendominasi ruang terbuka kota. Ruang
Terbuka Hijau pada taman di pusat kota ini biasanya hanya berfungsi dan memiliki
kecenderungan sebagai taman kota yang bersifat pasif. Menurut Dinas Pertamanan Kota
Semarang, secara keseluruhan taman aktif berjumlah 33 buah dengan luas total 41.152,10
m² yang tersebar di seluruh Kota Semarang, kecuali Kecamatan Mijen, Gunungpati,
Tembalang, Pedurungan, Genuk, Tugu, dan Ngaliyan. Dilihat dari sebaran taman aktif di
Kota Semarang pada tiap kecamatan diketahui bahwa yang terbanyak adalah Kecamatan
Semarang Utara yaitu sebanyak 8 buah, tetapi bila dilihat dari luasnya yang paling luas
adalah Kecamatan Semarang Selatan 15.948 m². kecamatan Semarang Tengah
merupakan kecamatan dengan jumlah terbanyak dan terluas untuk keberadaan taman 28
pasif, yaitu 28 buah dengan luas 22.926,15 m².

6.3. Pengelolaan Retribusi Kebersihan

Retribusi kebersihan merupakan pungutan yang harus dibayar oleh masyarakat


kepada Pemerintah Kota Semarang atas jasa penyelenggaraan pelayanan pengangkutan
sampah dari TPS ke TPA. Hukum yang melandasi retribusi kebersihan yaitu Peraturan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun 1993 tentang
Kebersihan dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dan Keputusan
Walikota Semarang No. 660.2/274 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Kotamadya
Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan dalam Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. Retribusi kebersihan tersebut digunakan untuk
pengambilan dan pengangkutan sampah rumah tangga dan niaga dari TPS ke TPA,
pemusnahan atau pemanfaatan sampah di TPA, serta penyediaan lokasi TPS dan TPA.
Pungutan tersebut dibebankan kepada individu atau lembaga yang mendapatkan layanan
kebersihan. Struktur tarif retribusi kebersihan digolongkan berdasarkan pelayanan yang
diberikan, volume sampah yang dihasilkan, lebar jalan dan peruntukan penggunaan persil.
Sektor Rumah Tangga sebagai penghasil sampah utama dituntut partisipasinya
dalam pembiayaan pengelolaan sampah berupa retribusi kebersihan melalui rekening
PDAM, membayar iuran pengangkutan sampah dari sumber sampah (persil
masingmasing) ke TPS yang dikelola RT, RW, maupun Kelurahan, membayar iuran
penyapu jalan yang dikelola oleh KSM (bagi persil yang menghadap jalan protokol).
Pengelolaan sampah Ruang Terbuka Hijau dibagi menjadi pemukiman, pasar, jalan,
industri, perkantoran dan fasilitas umum.

6.4. Pengelolaan Taman Kota Semarang

Sesuai dengan kondisi dan masalah yang terjadi, maka pengelolaan yang dilakukan
oleh Dinas Pertamanan Kota Semarang sebagai berikut :
a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
 Penyediaan Jasa Surat Menyurat
 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air, dan Listrik
 Penyediaan Jasa Peralatan dan Perlengkapan Kantor
 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
 Penyediaan Alat Tulis Kantor
 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik atau Penerangan Bangunan Kantor
 Penyediaan Makanan dan Minuman
 Rapat-Rapat Kordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah
 Belanja Jasa Peningkatan PAD
 Jasa Operasional Kelurahan
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
• Perlengkapan Gedung Kantor
• Pemeliharaan Rutin atau Berkala Gedung Kantor
• Pemeliharaan Rutin atau Berkala Kendaraan Dinas atau Operasional
• Pemeliharaan Rutin atau Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
• Rehabilitasi Sedang atau Berat Kendaraan Dinas atau Operasional
c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan
• Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
d. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
• Penyapuan dan Pengangkutan Sampah Jalan Protokol dan Pasar
• Perbaikan Kontainer
• Pengadaan Kontainer Plat
• Pengadaan Truck Arm Roll
• Pengadaan Becak Sampah
• Pengadaan Tong sampah
• Pengadaan Gerobag Sampah
• Pengadaan Kendaraan Roda
• Peningkatan Sarana dan Prasarana TPA Jatibarang
• Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan
• Peningkatan Kemampuan Aparat Pengelolaan Persampahan
• Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan
• Pengadaan Truck Compactor
• Peningkatan IPLT
e. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
 Pengkajian Dampak Lingkungan
f. Program Penataan Peraturan Perundangan-Undangan
 Penetapan Retribusi Kebersihan 54 g.
g. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Taman Kota
 Pemeliharaan Dekorasi
 Peningkatan Lapangan Simpang Lima
 Peningkatan Taman Tugu Muda
 Rehab Median Taman jalan J.Sudirman
 Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
 Pemeliharaan Sarana Prasarana Taman Kota
 Pemeliharaan Dekorasi Kota
 Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau
 Rehab. dan Peningkatan Seluruh Taman Kota Semarang
 Kajian Studi Tematik Taman Kota Semarang

Dinas Pertamanan Kota Semarang juga memiliki beberapa program unggulan yang
tentunya berkaitan dengan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan kondisi Taman
Kota. Program-program unggulan tersebut antara lain :
a. Optimalisasi Pengelolaan Sampah dan Pertamanan
• Meningkatkan aman aktif untuk Ruang Terbuka Hijau kota dan dekorasi
kota
• Meningkatkan RTH sebagai sarana rekreasi keluarga sekaligus sebagai paru-
paru kota
• Meningkatkan pengelolaan sampah TPST untuk mengurangi jumlah volume
sampah yang masuk TPA
• Meningkatkan pengeloaan IPLT (lumpur tinja)
• Meningkatkan pengelolaan sampah di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)
sampah di TPA Jatibarang dengan sistem sanitary landfill dengan
menambah sarana dan prasarana kebersihan.
• Terciptanya Semarang Green.
• Pemeliharaan Pool Barat, Pool Timur, Pool Selatan , Kantor IPLT dan 8
Kantor UPTD
b. Peningkatan Pelayanan
• Meningkatkan pelayanan kebersihan dan pertamanan kepada masyarakat
• Meningkatkan kebersihan jalan protokol yang bekerja sama dengan pihak ke
3 (tiga) dengan sistem kontrak kerja
• Memberikan penyuluhan tentang budaya hidup bersih dan keindahan
lingkungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti kebersihan
dan indah bagi diri sendiri dan lingkungan lewat penyuluhan
• Memberikan pembinaan kepada Penyapu Jalan (KSM)
• Pembinaan Break Down bidang kebersihan
• Penyuluhan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Non PDAM di
masing – masing kecamatan.
• Mencari objek retribusi baru untuk peningkatan PAD
• Peningkatan pelayanan kebersihan masyarakat yang retribusinya ditarik
lewat PDAM 3.
c. Optimalisasi Sarana dan Prasarana
 Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan dan pertamanan

7. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul Pengelolaan Taman Kota Oleh Dinas


Pertamanan Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa pengembangan Ruang Terbuka
Hijau menurut kecenderungan pengembangan wilayah dibagi menjadi 4 dan fungsi
masing-masing wilayah tersebut disesuaikan dengan potensi wilayah. Pengembangan
Ruang Terbuka Hijau menurut pengembangan struktur ruang kota dibagi berdasarkan
komponen utama kegiatan kota, sistem pusat pelayanan, dan struktur jaringan. Total
taman aktif berjumlah 33 buah dengan luas total 41.152,10 m² yang tersebar di seluruh
Kota Semarang, kecuali Kecamatan Mijen, Gunungpati, Tembalang, Pedurungan, Genuk,
Tugu, dan Ngaliyan. Retribusi kebersihan dibebankan kepada masyarakat atau badan
untuk keperluan jasa kebersihan. Pengelolaan sampah Ruang Terbuka Hijau dibagi
menjadi pemukiman, pasar, jalan, industri, perkantoran dan fasilitas umum. Dinas
Pertamanan Kota Semarang telah memiliki program-program kerja untuk meningkatkan
kualitas Taman Kota Semarang.
Daftar Pustaka

Iswara, R., W. Astuti, dan R. A. Putri. 2017. Kesesuaian fungsi taman kota dalam
mendukung konsep kota layak huni di Surakarta. J. Arsitektura. 15 (1) : 115 – 123.
Martuti, N. K. T. 2013. Peranan tanaman terhadap pencemaran udara di jalan protokol
Kota Semarang. J. Biosantifika. 5 (1) : 36 – 42.
Riatno, R. 2017. Pengelolaan taman median jalan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Pekanbaru. Jom FISIP. 4 (1) : 1 – 15.
Setyani, W., S. R. P. Sitorus, dan D. R. Panuju. 2017. Analisis ruang terbuka hijau dan
kecukupannya di Kota Depok. Buletin Tanah dan Lahan. 1 (1) : 121 – 127.
Sudarwani, M. M. dan Y. D. Ekaputra. 2017. Kajian penambahan ruang terbuka hijau di
Kota Semarang. J. Teknik Sipil dan Perencanaan. 19 (1) : 47 – 56.

Anda mungkin juga menyukai