Aris Munandar
Staf Pengajar Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Keywords: child-friendly park, benefit-based participaton, park
Pertanian IPB benefits, park user response
Pengelolaan berbasis manfaat (PBM) adalah aman bagi anak (Senda, 2015) menjadi faktor
pendekatan pengelolaan lingkungan penentu adanya aktivitas anak di ruang
berdasarkan manfaat yang diterima oleh terbuka publik perkotaan seperti taman. Oleh
masyarakat terhadap pembangunan suatu karena itu, pendapat dan penilaian
fasilitas dan infrastruktur yang bersifat masyarakat terhadap manfaat taman di
rekreatif (Lee dan Driver, 1999). PBM dalam mempromosikan aktivitas ramah anak
dikembangkan untuk mempelajari persepsi, menjadi penting untuk dicermati. Penelitian
opini, dan pandangan masyarakat sebagai ini merupakan upaya untuk mengungkap
penerima manfaat melalui aktivitasnya opini dan tanggapan masyarakat sebagai
mengunjungi ruang publik seperti taman, dan bentuk partisipasi masyarakat tersebut
secara bersamaan mengkaji setting rekreasi terhadap penataan taman ramah anak.
yang ada di dalamnya.
METODE
Fokus pendekatan studi PBM adalah adanya
Lokasi dan Waktu
partisipasi masyarakat sebagai pengguna
sekaligus penerima manfaat (beneficiary) dari Lokasi penelitian adalah lima buah taman di
kegiatan rekreasi di taman. Pengguna lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta
berkeperluan mengartikan kegiatan rekreasi yang dicanangkan Pemerintah Provinsi
bagi diri mereka sendiri melalui pemuasan sebagai RPTRA percontohan. Kelima taman
keinginan dan manfaat yang diinginkan dari tersebut adalah RPTRA Sungai Bambu
aktivitas yang dilakukannya di taman. Oleh (3.858 m²) di Jakarta Utara, RPTRA Kenanga
karena itu, pendekatan PBM merupakan (3.266 m²) di Jakarta Pusat, RPTRA Bahari
bentuk partisipasi masyarakat yang (962 m²) di Jakarta Selatan, RPTRA
diperlukan dalam proses perencanaan, Kembangan (3.250 m²) di Jakarta Barat, dan
perancangan, dan pengelolaan sebuah RPTRA Cililitan (2.542 m²) di Jakarta Timur
taman. Partisipasi masyarakat dalam (Gambar 1).
pengembangan infrastruktur kota seperti
Penelitian dilakukan selama jam kunjungan
taman penting dilakukan agar infrastruktur
RPTRA. Masing-masing RPTRA memiliki
yang dibangun tersebut menjadi lebih tepat
kebijakan yang berbeda terkait waktu
guna, layak, dan berkelanjutan.
kunjungan dan jam istirahat pengelola, tetapi
Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi secara umum RPTRA dibuka setiap hari
terhadap keselamatan anak di ruang publik pukul 07.00-18.00 WIB. Masing-masing
(Shamsuddin et al., 2014) serta model RPTRA diamati peneliti melalui dua kali
keterpaduan penataan ruang perkotaan yang kunjungan, satu kali di hari kerja (Senin-
Gambar 1 Lokasi penelitian ruang publik terpadu ramah anak di DKI Jakarta
Jumat), dan satu kali di akhir minggu (Sabtu- Kuisioner yang digunakan sebagai komponen
Minggu). Penelitian dilakukan selama lima pengumpulan data penelitian terdiri dari tiga
minggu pada bulan Maret hingga April 2016. bagian utama pertanyaan. Bagian pertama
berisi pertanyaan terkait data demografi
2.2 Responden
responden seperti usia, jenis kelamin, dan
Masyarakat yang dituju sebagai responden frekuensi kunjungan. Bagian kedua berisi
adalah warga sekitar RPTRA yang berusia penilaian masing-masing variabel ruang oleh
lebih dari 14 tahun dan mengunjungi taman responden. Bagian ketiga adalah jenis
lebih dari 1 kali kunjungan dalam kurun waktu pertanyaan semi-terbuka mengenai
1 minggu. Metode pengambilan data pengelolaan taman, termasuk fasilitas yang
dilakukan dengan kuisioner dan wawancara paling disukai dan harapan responden
singkat terhadap masing-masing responden. terhadap perbaikan atau penambahan
Jumlah responden adalah 30 orang di fasilitas taman di masa yang akan datang.
masing-masing lokasi RPTRA sehingga total
Set kuisioner kemudian disebar kepada
responden yang berpartisipasi adalah 150
pengunjung taman yang ada di lokasi pada
orang (n=150).
saat survei dilaksanakan. Survei dilakukan
2.3 Prosedur pada saat taman ramai pengunjung seperti
sore hari dan akhir minggu. Wawancara Ruang individual adalah ruang yang
singkat dilakukan terhadap tiap responden digunakan pengguna untuk melakukan
sebagai upaya mengeliminasi responden relaksasi dan mendapatkan efek restoratif
yang kurang sesuai dengan kriteria yang dari kegiatan rekreasi yang dilakukannya di
ditentukan sebelumnya, misalnya terkait taman. Berbeda dengan ruang aktif, ruang
umur, frekuensi kunjungan, serta kesediaan individual mengedepankan fungsi kegiatan
pengunjung untuk berpartisipasi mengisi rekreatif yang sifatnya pasif dan
kuisioner. membutuhkan ketenangan, seperti
membaca, merenung, atau sekedar duduk-
2.4 Variabel dan pengukuran
duduk. Ruang individual dalam taman identik
Campbell (2013) mengemukakan terdapat dengan bentuk yang tertutup (enclave)
empat tipe ruang dalam taman yang dapat sehingga faktor keamanan menjadi prioritas
mempromosikan aktivitas ramah anak, yaitu dalam penataan ruang ini.
adanya ruang aktif, ruang ekologis, ruang
Ruang kultural adalah ruang tempat
individual, dan ruang kultural.
terjadinya interaksi sosial dan budaya dari
Ruang aktif adalah ruang yang dapat pengguna melalui komunikasi dan berbagi
menstimulasi kemampuan motorik informasi. Ciri ruang ini umumnya welcoming
penggunanya sehingga menjadi lebih enerjik, (menyambut), interaktif, dan fleksibel
bugar, dan sehat. Ruang aktif dalam taman terhadap ragam aktivitas pengguna. Oleh
dapat berbentuk tempat bermain anak karena itu, taman harus memiliki ciri khas
(children play ground) dan ruang olahraga kultur dari lingkungan sekitar pengguna.
termasuk jogging track. Pengguna dengan
Penilaian variabel ruang berjumlah 12 butir
kebutuhan khusus (disabilitas) juga harus
pertanyaan, dengan masing-masing tiga
memiliki akses terhadap jenis ruang ini.
pertanyaan pada tiap tipe ruang. Penilaian
Ruang ekologis adalah ruang yang dapat tipe ruang aktif terbagi menjadi pertanyaan
menumbuhkan respon positif pengguna terkait aksesibilitas multifungsi dalam taman,
terhadap alam, termasuk rasa tanggung ketersediaan sarana bermain dan olahraga
jawab, eksplorasi, dan refleksi dari pengguna termasuk bagi penyandang disabilitas, dan
sebagai bagian dari ekosistem. Elemen kemampuan fasilitas untuk digunakan secara
penyusun ruang ini adalah keragaman aktif. Penilaian tipe ruang ekologis terbagi
habitat vegetasi, hewan, dan elemen alami menjadi pertanyaan terkait keberadaan
lainnya seperti air sebagai ekosistem di elemen alami dan air, kontak pengguna
dalam taman. dengan elemen alami, dan peningkatan
fungsi ekologis dalam taman. Penilaian tipe artinya tidak menunjukkan adanya
ruang individual terdiri dari pertanyaan terkait perbandingan atau hubungan (Siregar,
keberadaan fasilitas untuk relaksasi diri, 2013). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
keberadaan pengelola sebagai penunjang terhadap hasil jawaban kuisioner untuk
keamanan taman, dan kemampuan taman mengetahui kesahihan instrumen penelitian
untuk memberikan efek restoratif secara dan sejauh mana hasil pengukuran dapat
perorangan. Penilaian tipe ruang kultural dianggap konsisten.
terdiri dari pertanyaan terkait kemampuan
Validitas konstruk kuisioner diukur dengan
taman sebagai tempat berkumpul bagi
menghitung koefisien korelasi product-
pengguna, keberadaan fasilitas pengamalan
moment (r hitung) pada tiap butir pertanyaan,
seni dan budaya, dan ketersediaan jaringan
dengan butir pertanyaan dianggap valid jika
teknologi dan informasi di taman.
nilai r hitung > r tabel (Sugiyono, 1999).
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Metode Alpha Cronbach digunakan untuk
Skala Likert rentang 1 sampai dengan 6. Skor menghitung reliabilitas konsistensi tes yang
terendah 1 menunjukkan penilaian sangat tidak memiliki jawaban ‘benar’ atau ‘salah’,
tidak setuju dan skor 6 tertinggi menunjukkan seperti tes untuk mengetahui sikap, opini,
penilaian sangat setuju. Penggunaan rentang dan perilaku (Siregar, 2013). Jawaban
1 sampai dengan 6 dilakukan untuk responden dianggap reliabel jika nilai alpha
menghindari penilaian tengah sehingga (α) > 0,600.
jawaban responden akan memperlihatkan
Tabel 1 menunjukkan hasil uji validitas dan
kecenderungan pendapat lebih tinggi jika
reliabilitas gabungan jawaban responden
dibandingkan dengan skala 5 atau 7 (Sakip
(n=150) disertai dengan deskripsi variabel
et al., 2015).
dari masing-masing tipe ruang yang ramah
HASIL DAN PEMBAHASAN anak di kelima lokasi RPTRA percontohan.
Variabel ruang ramah anak Hasil uji menunjukkan baik instrumen variabel
penelitian maupun konsistensi hasil
Uji data secara deskriptif dilakukan untuk
gabungan jawaban responden dinyatakan
menguji generalisasi suatu sampel dari satu
valid dan reliabel pada taraf signifikansi 1%
variabel atau lebih dan bersifat mandiri
(0,01).
Tabel Pengunjung
1 Uji validitas yang menjadi hasil
dan reliabilitas responden penelitian
jawaban responden dianggap
terhadap dapat mewakili
keramahan opini
ruang bagi anak di
RPTRA
*
Tipe Variabel Deskripsi Validitas Konstruk Reliabilitas
Ruang aktif Aksesibilitas Jalur pejalan kaki nyaman 0,824 0,632
multifungsi digunakan secara multifungsi oleh
anak, selain untuk aksesibilitas juga
untuk berjalan, jogging, bersepatu
roda, dan bersepeda
Sarana bermain dan Tersedia sarana bermain dan 0,772
olahraga olahraga yang layak bagi anak,
termasuk bagi anak penyandang
cacat / anak dengan disabilitas
Kemampuan fasilitas Fasilitas bermain anak aman dari 0,833
untuk digunakan bahaya fisik seperti rusak, licin,
secara aktif berkarat, tajam, dan sebagainya
Ruang ekologis Elemen alami dan air Keberadaan tanaman (pohon, 0,896 0,605
rumput, bunga, semak) dan elemen
air (kolam ikan, air mancur)
menambah keindahan dan
kenyamanan bagi anak untuk
berekreasi di taman
Kontak dengan Taman memberikan nuansa alami 0,835
elemen alami dan air yang dapat dilihat (warna daun/
tanah/langit), didengar (suara
burung, suara air), dan dirasakan/
diendus (hembusan angin/wangi
bunga) oleh anak
Peningkatan fungsi Taman selain memberikan manfaat 0,843
ekologis secara ekologis juga bersifat
edukatif bagi anak (contoh: adanya
sumur resapan, informasi bank
sampah, himbauan ramah
lingkungan, larangan merusak
tanaman, dsb)
Ruang individu Fasilitas relaksasi diri Taman memberikan fasilitas bagi 0,860 0,700
anak-anak yang ingin bersantai,
membaca buku, atau sekedar
duduk-duduk
Penunjang Keberadaan prasarana seperti 0,857
keamanan taman petugas dan CCTV menambah
rasa aman dan nyaman bagi
orangtua untuk mengijinkan anak
menggunakan RPTRA
Efek restoratif Pengunjung anak-anak dapat 0,877
perorangan mendapatkan ketenangan dan
kenyamanan di taman walaupun
datang seorang diri
Ruang kultural Kemampuan sebagai Kemampuan fasilitas taman untuk 0,843 0,661
ruang berkumpul dijadikan ruang berinteraksi dan
berbagi informasi
Pengamalan seni Fasilitas taman mewadahi aktivitas 0,861
dan budaya kultur dan kebiasaan masyarakat
sekitar
Ketersediaan Tanggapan masyarakat terhadap 0,819
jaringan teknologi manfaat jaringan internet/wifi dan
dan informasi perpustakaan di dalam taman bagi
anak dalam mendapatkan informasi
*
Taraf signifikansi 0,01 dengan r hitung > r tabel (0,463)
masyarakat secara umum terhadap variabel lemah terlihat pada keeratan hubungan tipe
penyusun ruang yang ramah bagi anak untuk ruang ekologis dengan ketiga tipe ruang
dapat melakukan aktivitas di RPTRA. lainnya.
Tabel 3 Hasil penilaian responden terhadap variabel ruang ramah anak di RPTRA
** *
Skor responden Interval Kelas Uraian
9.000 – 10.800 Sangat baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap sangat optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, peningkatan sarana
dan prasarana serta perbaikan desain tidak
dibutuhkan
7.200 – 8.999 Baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, peningkatan sarana
prasarana dan perbaikan desain tidak
terlalu dibutuhkan
5.400 – 7.199 Cukup Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap cukup optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, diperlukan
peningkatan sarana prasarana dan
8.771
perbaikan desain agar menjadi lebih optimal
3.600 – 5.399 Kurang baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap kurang optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, diperlukan
peningkatan sarana prasarana dan
perbaikan desain untuk mengoptimalkan
variabel ruang ramah anak
1.800 – 3.599 Tidak Baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap tidak mendukung kebutuhan
ruang anak untuk tumbuh dan berkembang,
diperlukan peningkatan sarana prasarana
dan perbaikan desain secara komprehensif
untuk membentuk ruang luar yang ramah
anak
Gambar 1 Aspirasi masyarakat terhadap peningkatan penataan ruang ramah anak yang diinginkan di
RPTRA
elemen alami di taman seperti tata hijau dan berdasarkan karakteristik tempat rekreasi
elemen air; ruang kultural (11,02%) berupa dengan harapan pengguna untuk
fasilitas tempat duduk-duduk dan berkumpul memperoleh manfaat RPTRA.
seperti plasa dan aula; sisanya (7,87%) tidak
Hasil penilaian menunjukkan keinginan
memberikan jawaban secara rinci (Gambar
masyarakat untuk lebih mengoptimalkan
2).
RPTRA sebagai ruang luar yang secara
Aspirasi masyarakat menunjukkan keinginan terpadu ramah bagi tumbuh kembang anak
pengguna taman agar anak mendapatkan secara aktif, ekologis, individu, dan kultural.
lebih banyak manfaat ruang aktif ketika Keterpaduan keempat variabel ruang ramah
mengunjungi RPTRA jika dibandingkan anak ini harus ditingkatkan agar erat
dengan ketiga tipe ruang lainnya. Ruang aktif berhubungan dan saling mendukung satu
yang optimal akan menunjang kebutuhan sama lain untuk meningkatkan manfaat
tumbuh kembang fisik anak melalui fasilitas RPTRA sebagai ruang luar yang ramah anak.
yang memicu gerak motorik anak.
Pendekatan pengelolaan berbasis manfaat
Peningkatan desain dan peralatan permainan
berorientasi kepada pengguna sebagai
yang berfungsi serta aksesibilitas dan faktor
penerima manfaat. Oleh karena itu,
keamanan akan meningkatkan minat anak
diperlukan penelitian lebih lanjut terkait
ketika menggunakan ruang luar untuk
manfaat yang ingin didapatkan oleh anak dan
bermain (Aziz dan Said, 2012).
kecenderungan anak ketika menggunakan
SIMPULAN DAN SARAN RPTRA. Keterpaduan penelitian manfaat
RPTRA bagi keseluruhan masyarakat,
Simpulan
termasuk anak-anak, akan memberikan
Tanggapan masyarakat sebagai pendamping wawasan dan pertimbangan terkait penataan
anak saat menggunakan RPTRA dalam RPTRA secara lebih menyeluruh sehingga
penelitian ini tergolong valid dan reliabel penataan RPTRA yang akan dilakukan di
untuk mengetahui sejauh mana ruang masa yang akan datang akan memiliki
penyusun taman yang diusung sebagai ruang manfaat yang lebih baik jika dibandingkan
publik terpadu ramah anak dapat dengan RPTRA percontohan yang menjadi
memberikan manfaat rekreatif dan restoratif. objek penelitian kali ini.
Hal ini merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan taman
berbasis manfaat karena memperlihatkan
adanya hubungan antara pengelolaan
Aziz NF, Said I. 2012. The trends and Senda M. 2015. Safety in public spaces for
influential factors of children’s use of outdoor children’s play and learning. International
environments: a review. Procedia Social and Association of Traffic and Safety Sciences 38
Behavioral Sciences 38 (2012): 204-212. (2015): 103-115.
Campbell H. 2013. Landscape and Child Shamsuddin S, Zaini K, Sulaiman AB. 2014.
Development. Toronto (CA): Evergreen. Effectiveness of gated communities in
providing safe environments for children’s
Lee ME, Driver BL. 1999. Benefit-based
outdoor use. Procedia Social and Behavioral
management: a new paradigm for managing
Sciences 140 (2014): 77-85.
amenity resources. London (UK): Taylor &
Francis. Siregar S. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan
Mahidin AMM, Maulan S. 2012.
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta (ID):
Understanding children preferences of natural
Prenadamedia Group.
environment as a start for environmental
sustainability. Procedia Social and Behavioral Sugiarto DS. 2006. Metode Statistika: Untuk
Sciences 38 (2012): 324-333. Bisnis dan Ekonomi. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. 2015. Keputusan Gubernur Provinsi Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian.
DKI Jakarta Nomor 349 Tahun 2015 tentang Bandung (ID): Alfabeta
Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan
dan Pemeliharaan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak. Jakarta (ID): Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.