Anda di halaman 1dari 11

UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA BERBASIS MANFAAT


DALAM MEMBENTUK TAMAN PUBLIK RAMAH ANAK
Benefit-Based Urban ABSTRACT
Community Participation Child-friendly public park is a form of urban outdoor space that
In Shaping Children Friendly beneficial not only for citizen in general but also beneficial for child’s
Public Park needs in urban spaces. Urban environment around children, including
community in it gives great influence to the existence of child-friendly
public spaces. Therefore, study on community participation in
establishing park that promotes child-friendly public park is proper to
Putri Kharisma Utami conduct. This study focuses on investigating response from user that
Mahasiswa Sekolah benefits from city park development project called Ruang Publik
Pascasarjana IPB, Program Terpadu Ramah Anak (RPTRA), a project developed by Jakarta
Studi Arsitektur Lanskap municipality to promotes integrated community outdoor activities that
Email rima.landarch@gmail.com is friendly for children’s growth and development needs. Result from
using questionaire and interview method shows reliability of user is
Wahju Qamara Mugnisjah sufficient (Cronbach’s Alpha > 0.600) in showing relation between
Staf Pengajar Departemen space variables in child-friendly public parks and response from
Arsitektur Lanskap, Fakultas community as beneficiary user.
Pertanian IPB

Aris Munandar
Staf Pengajar Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Keywords: child-friendly park, benefit-based participaton, park
Pertanian IPB benefits, park user response

PENDAHULUAN yang bertujuan tidak hanya sebagai ruang


bersama masyarakat untuk beraktivitas,
Kota yang baik adalah kota yang mampu
tetapi secara terpadu juga mempromosikan
memfasilitasi kegiatan dan kebutuhan ruang
aktivitas ruang luar yang ramah anak.
masyarakat di dalamnya, termasuk anak-
Keramahan ruang publik tersebut bagi anak
anak. Taman publik ramah anak merupakan
diwujudkan melalui peran serta pemerintah
ruang luar perkotaan yang dibentuk sebagai
bersama-sama dengan masyarakat di sekitar
bagian dari lingkungan kota yang ramah
anak di dalam membentuk serta mengawasi
anak. Lingkungan yang ramah anak adalah
secara langsung mulai dari pembangunan
lingkungan yang dapat menunjang kebutuhan
hingga pengelolaan RPTRA. Hal ini
tumbuh kembang anak dan turut membentuk
dijelaskan dalam Keputusan Gubernur DKI
karakter anak yang baik secara fisik, sosial,
Jakarta Nomor 349 Tahun 2015 tentang Tim
dan emosional (Rezasoltani dan Said, 2012).
Pelaksana Pembangunan dan Pemeliharaan
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak Ruang Publik Terpadu Ramah Anak yang
(RPTRA) merupakan program Pemerintah menggarisbawahi adanya partisipasi
Provinsi DKI Jakarta yang berupa masyarakat sebagai penerima manfaat
pembangunan taman berskala ketetanggaan dibangunnya RPTRA.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 28


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

Pengelolaan berbasis manfaat (PBM) adalah aman bagi anak (Senda, 2015) menjadi faktor
pendekatan pengelolaan lingkungan penentu adanya aktivitas anak di ruang
berdasarkan manfaat yang diterima oleh terbuka publik perkotaan seperti taman. Oleh
masyarakat terhadap pembangunan suatu karena itu, pendapat dan penilaian
fasilitas dan infrastruktur yang bersifat masyarakat terhadap manfaat taman di
rekreatif (Lee dan Driver, 1999). PBM dalam mempromosikan aktivitas ramah anak
dikembangkan untuk mempelajari persepsi, menjadi penting untuk dicermati. Penelitian
opini, dan pandangan masyarakat sebagai ini merupakan upaya untuk mengungkap
penerima manfaat melalui aktivitasnya opini dan tanggapan masyarakat sebagai
mengunjungi ruang publik seperti taman, dan bentuk partisipasi masyarakat tersebut
secara bersamaan mengkaji setting rekreasi terhadap penataan taman ramah anak.
yang ada di dalamnya.
METODE
Fokus pendekatan studi PBM adalah adanya
Lokasi dan Waktu
partisipasi masyarakat sebagai pengguna
sekaligus penerima manfaat (beneficiary) dari Lokasi penelitian adalah lima buah taman di
kegiatan rekreasi di taman. Pengguna lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta
berkeperluan mengartikan kegiatan rekreasi yang dicanangkan Pemerintah Provinsi
bagi diri mereka sendiri melalui pemuasan sebagai RPTRA percontohan. Kelima taman
keinginan dan manfaat yang diinginkan dari tersebut adalah RPTRA Sungai Bambu
aktivitas yang dilakukannya di taman. Oleh (3.858 m²) di Jakarta Utara, RPTRA Kenanga
karena itu, pendekatan PBM merupakan (3.266 m²) di Jakarta Pusat, RPTRA Bahari
bentuk partisipasi masyarakat yang (962 m²) di Jakarta Selatan, RPTRA
diperlukan dalam proses perencanaan, Kembangan (3.250 m²) di Jakarta Barat, dan
perancangan, dan pengelolaan sebuah RPTRA Cililitan (2.542 m²) di Jakarta Timur
taman. Partisipasi masyarakat dalam (Gambar 1).
pengembangan infrastruktur kota seperti
Penelitian dilakukan selama jam kunjungan
taman penting dilakukan agar infrastruktur
RPTRA. Masing-masing RPTRA memiliki
yang dibangun tersebut menjadi lebih tepat
kebijakan yang berbeda terkait waktu
guna, layak, dan berkelanjutan.
kunjungan dan jam istirahat pengelola, tetapi
Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi secara umum RPTRA dibuka setiap hari
terhadap keselamatan anak di ruang publik pukul 07.00-18.00 WIB. Masing-masing
(Shamsuddin et al., 2014) serta model RPTRA diamati peneliti melalui dua kali
keterpaduan penataan ruang perkotaan yang kunjungan, satu kali di hari kerja (Senin-

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 29


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

Gambar 1 Lokasi penelitian ruang publik terpadu ramah anak di DKI Jakarta

Jumat), dan satu kali di akhir minggu (Sabtu- Kuisioner yang digunakan sebagai komponen
Minggu). Penelitian dilakukan selama lima pengumpulan data penelitian terdiri dari tiga
minggu pada bulan Maret hingga April 2016. bagian utama pertanyaan. Bagian pertama
berisi pertanyaan terkait data demografi
2.2 Responden
responden seperti usia, jenis kelamin, dan
Masyarakat yang dituju sebagai responden frekuensi kunjungan. Bagian kedua berisi
adalah warga sekitar RPTRA yang berusia penilaian masing-masing variabel ruang oleh
lebih dari 14 tahun dan mengunjungi taman responden. Bagian ketiga adalah jenis
lebih dari 1 kali kunjungan dalam kurun waktu pertanyaan semi-terbuka mengenai
1 minggu. Metode pengambilan data pengelolaan taman, termasuk fasilitas yang
dilakukan dengan kuisioner dan wawancara paling disukai dan harapan responden
singkat terhadap masing-masing responden. terhadap perbaikan atau penambahan
Jumlah responden adalah 30 orang di fasilitas taman di masa yang akan datang.
masing-masing lokasi RPTRA sehingga total
Set kuisioner kemudian disebar kepada
responden yang berpartisipasi adalah 150
pengunjung taman yang ada di lokasi pada
orang (n=150).
saat survei dilaksanakan. Survei dilakukan
2.3 Prosedur pada saat taman ramai pengunjung seperti

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 30


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

sore hari dan akhir minggu. Wawancara Ruang individual adalah ruang yang
singkat dilakukan terhadap tiap responden digunakan pengguna untuk melakukan
sebagai upaya mengeliminasi responden relaksasi dan mendapatkan efek restoratif
yang kurang sesuai dengan kriteria yang dari kegiatan rekreasi yang dilakukannya di
ditentukan sebelumnya, misalnya terkait taman. Berbeda dengan ruang aktif, ruang
umur, frekuensi kunjungan, serta kesediaan individual mengedepankan fungsi kegiatan
pengunjung untuk berpartisipasi mengisi rekreatif yang sifatnya pasif dan
kuisioner. membutuhkan ketenangan, seperti
membaca, merenung, atau sekedar duduk-
2.4 Variabel dan pengukuran
duduk. Ruang individual dalam taman identik
Campbell (2013) mengemukakan terdapat dengan bentuk yang tertutup (enclave)
empat tipe ruang dalam taman yang dapat sehingga faktor keamanan menjadi prioritas
mempromosikan aktivitas ramah anak, yaitu dalam penataan ruang ini.
adanya ruang aktif, ruang ekologis, ruang
Ruang kultural adalah ruang tempat
individual, dan ruang kultural.
terjadinya interaksi sosial dan budaya dari
Ruang aktif adalah ruang yang dapat pengguna melalui komunikasi dan berbagi
menstimulasi kemampuan motorik informasi. Ciri ruang ini umumnya welcoming
penggunanya sehingga menjadi lebih enerjik, (menyambut), interaktif, dan fleksibel
bugar, dan sehat. Ruang aktif dalam taman terhadap ragam aktivitas pengguna. Oleh
dapat berbentuk tempat bermain anak karena itu, taman harus memiliki ciri khas
(children play ground) dan ruang olahraga kultur dari lingkungan sekitar pengguna.
termasuk jogging track. Pengguna dengan
Penilaian variabel ruang berjumlah 12 butir
kebutuhan khusus (disabilitas) juga harus
pertanyaan, dengan masing-masing tiga
memiliki akses terhadap jenis ruang ini.
pertanyaan pada tiap tipe ruang. Penilaian
Ruang ekologis adalah ruang yang dapat tipe ruang aktif terbagi menjadi pertanyaan
menumbuhkan respon positif pengguna terkait aksesibilitas multifungsi dalam taman,
terhadap alam, termasuk rasa tanggung ketersediaan sarana bermain dan olahraga
jawab, eksplorasi, dan refleksi dari pengguna termasuk bagi penyandang disabilitas, dan
sebagai bagian dari ekosistem. Elemen kemampuan fasilitas untuk digunakan secara
penyusun ruang ini adalah keragaman aktif. Penilaian tipe ruang ekologis terbagi
habitat vegetasi, hewan, dan elemen alami menjadi pertanyaan terkait keberadaan
lainnya seperti air sebagai ekosistem di elemen alami dan air, kontak pengguna
dalam taman. dengan elemen alami, dan peningkatan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 31


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

fungsi ekologis dalam taman. Penilaian tipe artinya tidak menunjukkan adanya
ruang individual terdiri dari pertanyaan terkait perbandingan atau hubungan (Siregar,
keberadaan fasilitas untuk relaksasi diri, 2013). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
keberadaan pengelola sebagai penunjang terhadap hasil jawaban kuisioner untuk
keamanan taman, dan kemampuan taman mengetahui kesahihan instrumen penelitian
untuk memberikan efek restoratif secara dan sejauh mana hasil pengukuran dapat
perorangan. Penilaian tipe ruang kultural dianggap konsisten.
terdiri dari pertanyaan terkait kemampuan
Validitas konstruk kuisioner diukur dengan
taman sebagai tempat berkumpul bagi
menghitung koefisien korelasi product-
pengguna, keberadaan fasilitas pengamalan
moment (r hitung) pada tiap butir pertanyaan,
seni dan budaya, dan ketersediaan jaringan
dengan butir pertanyaan dianggap valid jika
teknologi dan informasi di taman.
nilai r hitung > r tabel (Sugiyono, 1999).
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Metode Alpha Cronbach digunakan untuk
Skala Likert rentang 1 sampai dengan 6. Skor menghitung reliabilitas konsistensi tes yang
terendah 1 menunjukkan penilaian sangat tidak memiliki jawaban ‘benar’ atau ‘salah’,
tidak setuju dan skor 6 tertinggi menunjukkan seperti tes untuk mengetahui sikap, opini,
penilaian sangat setuju. Penggunaan rentang dan perilaku (Siregar, 2013). Jawaban
1 sampai dengan 6 dilakukan untuk responden dianggap reliabel jika nilai alpha
menghindari penilaian tengah sehingga (α) > 0,600.
jawaban responden akan memperlihatkan
Tabel 1 menunjukkan hasil uji validitas dan
kecenderungan pendapat lebih tinggi jika
reliabilitas gabungan jawaban responden
dibandingkan dengan skala 5 atau 7 (Sakip
(n=150) disertai dengan deskripsi variabel
et al., 2015).
dari masing-masing tipe ruang yang ramah
HASIL DAN PEMBAHASAN anak di kelima lokasi RPTRA percontohan.

Variabel ruang ramah anak Hasil uji menunjukkan baik instrumen variabel
penelitian maupun konsistensi hasil
Uji data secara deskriptif dilakukan untuk
gabungan jawaban responden dinyatakan
menguji generalisasi suatu sampel dari satu
valid dan reliabel pada taraf signifikansi 1%
variabel atau lebih dan bersifat mandiri

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 32


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

(0,01).
Tabel Pengunjung
1 Uji validitas yang menjadi hasil
dan reliabilitas responden penelitian
jawaban responden dianggap
terhadap dapat mewakili
keramahan opini
ruang bagi anak di
RPTRA
*
Tipe Variabel Deskripsi Validitas Konstruk Reliabilitas
Ruang aktif Aksesibilitas Jalur pejalan kaki nyaman 0,824 0,632
multifungsi digunakan secara multifungsi oleh
anak, selain untuk aksesibilitas juga
untuk berjalan, jogging, bersepatu
roda, dan bersepeda
Sarana bermain dan Tersedia sarana bermain dan 0,772
olahraga olahraga yang layak bagi anak,
termasuk bagi anak penyandang
cacat / anak dengan disabilitas
Kemampuan fasilitas Fasilitas bermain anak aman dari 0,833
untuk digunakan bahaya fisik seperti rusak, licin,
secara aktif berkarat, tajam, dan sebagainya

Ruang ekologis Elemen alami dan air Keberadaan tanaman (pohon, 0,896 0,605
rumput, bunga, semak) dan elemen
air (kolam ikan, air mancur)
menambah keindahan dan
kenyamanan bagi anak untuk
berekreasi di taman
Kontak dengan Taman memberikan nuansa alami 0,835
elemen alami dan air yang dapat dilihat (warna daun/
tanah/langit), didengar (suara
burung, suara air), dan dirasakan/
diendus (hembusan angin/wangi
bunga) oleh anak
Peningkatan fungsi Taman selain memberikan manfaat 0,843
ekologis secara ekologis juga bersifat
edukatif bagi anak (contoh: adanya
sumur resapan, informasi bank
sampah, himbauan ramah
lingkungan, larangan merusak
tanaman, dsb)
Ruang individu Fasilitas relaksasi diri Taman memberikan fasilitas bagi 0,860 0,700
anak-anak yang ingin bersantai,
membaca buku, atau sekedar
duduk-duduk
Penunjang Keberadaan prasarana seperti 0,857
keamanan taman petugas dan CCTV menambah
rasa aman dan nyaman bagi
orangtua untuk mengijinkan anak
menggunakan RPTRA
Efek restoratif Pengunjung anak-anak dapat 0,877
perorangan mendapatkan ketenangan dan
kenyamanan di taman walaupun
datang seorang diri
Ruang kultural Kemampuan sebagai Kemampuan fasilitas taman untuk 0,843 0,661
ruang berkumpul dijadikan ruang berinteraksi dan
berbagi informasi
Pengamalan seni Fasilitas taman mewadahi aktivitas 0,861
dan budaya kultur dan kebiasaan masyarakat
sekitar
Ketersediaan Tanggapan masyarakat terhadap 0,819
jaringan teknologi manfaat jaringan internet/wifi dan
dan informasi perpustakaan di dalam taman bagi
anak dalam mendapatkan informasi
*
Taraf signifikansi 0,01 dengan r hitung > r tabel (0,463)

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 33


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

masyarakat secara umum terhadap variabel lemah terlihat pada keeratan hubungan tipe
penyusun ruang yang ramah bagi anak untuk ruang ekologis dengan ketiga tipe ruang
dapat melakukan aktivitas di RPTRA. lainnya.

3.2 Hubungan antarvariabel ruang ramah Hasil penelitian menunjukkan bahwa


anak hubungan antarvariabel ruang belum erat
bahkan masih tergolong lemah hingga
Fungsi keterpaduan ruang luar ramah anak
sedang, artinya masih diperlukan penataan
yang terdapat di RPTRA menjadikan ruang-
taman dan penambahan fasilitas yang lebih
ruang penyusun RPTRA harus saling
sesuai agar RPTRA dapat memberikan
berhubungan agar dapat meningkatkan
manfaat sebagai ruang ramah anak yang
manfaat taman RPTRA sebagai ruang luar
lebih optimal secara aktif, ekologis, individual,
yang ramah bagi tumbuh kembang anak.
dan kultural. Ruang ekologis dalam hal ini
Analisis terhadap hubungan antarvariabel
menjadi prioritas untuk ditata mengingat
dilakukan untuk mengetahui keeratan
ruang ekologis memiliki nilai keeratan
hubungan antarruang ramah anak di RPTRA
hubungan yang paling lemah bahkan nyaris
berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
tidak berhubungan dengan ketiga tipe
responden.
variabel penyusun ruang ramah anak lainnya.
Koefisien korelasi Spearman (rs) Hal ini mengindikasikan bahwa elemen
menunjukkan korelasi keeratan sedang penyusun ruang ekologis di RPTRA belum
antara ruang kultural dengan ruang individu dianggap mampu memberikan manfaat bagi
(0,584) dan ruang kultural dengan ruang aktif tumbuh kembang anak secara aktif, individu,
(0,418), serta korelasi lemah antara ruang dan kultural.
kultural dengan ruang ekologis (0,334).
Elemen alami yang menjadi penyusun utama
Hubungan korelasi keeratan sedang juga
ruang ekologis pada taman adalah setting
diperlihatkan antara ruang aktif dengan ruang
lingkungan terbaik bagi anak untuk bermain
individu (0,447), sedangkan hubungan antara
dan berkreativitas di ruang luar (Azeri et al.,
ruang aktif dengan ruang ekologis (0,272)
2015). Selain itu, elemen alami yang berada
dan ruang ekologis dengan ruang individu
di ruang luar dengan penataan lebih menarik
(0,380) menunjukkan korelasi keeratan lemah
bagi anak untuk dieksplorasi jika
antarvariabel (Tabel 2). Hasil menunjukkan
dibandingkan dengan elemen alami tanpa
secara keseluruhan keeratan hubungan
penataan (Mahidin dan Maulan, 2012). Oleh
antarvariabel ruang di RPTRA tergolong
karena itu, penataan elemen alami seperti
kategori sedang hingga lemah. Korelasi
elemen air dan tanaman (soft landscape

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 34


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR
Tabel 2 Nilai korelasi Spearman antara variabel ruang aktif, ruang ekologis, ruang individu, dan ruang
kultural

Variabel Ruang aktif Ruang ekologis Ruang individu Ruang kultural


Ruang aktif 1,000 0,272 0,447 0,418
Ruang ekologis 1,000 0,380 0,334
Ruang individu 1,000 0,584
Ruang kultural 1,000

Tabel 3 Hasil penilaian responden terhadap variabel ruang ramah anak di RPTRA
** *
Skor responden Interval Kelas Uraian
9.000 – 10.800 Sangat baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap sangat optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, peningkatan sarana
dan prasarana serta perbaikan desain tidak
dibutuhkan
7.200 – 8.999 Baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, peningkatan sarana
prasarana dan perbaikan desain tidak
terlalu dibutuhkan
5.400 – 7.199 Cukup Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap cukup optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, diperlukan
peningkatan sarana prasarana dan
8.771
perbaikan desain agar menjadi lebih optimal
3.600 – 5.399 Kurang baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap kurang optimal dalam mendukung
tumbuh kembang anak, diperlukan
peningkatan sarana prasarana dan
perbaikan desain untuk mengoptimalkan
variabel ruang ramah anak
1.800 – 3.599 Tidak Baik Variabel ruang yang ada di RPTRA
dianggap tidak mendukung kebutuhan
ruang anak untuk tumbuh dan berkembang,
diperlukan peningkatan sarana prasarana
dan perbaikan desain secara komprehensif
untuk membentuk ruang luar yang ramah
anak

material) akan menambah rasa panjatan di ruang aktif, penataan urban


keingintahuan dan kreativitas anak di dalam farming sebagai sarana ruang kultural, dan
sebagainya. Keeratan hubungan
menggunakan RPTRA. Peningkatan
antarvariabel ruang ramah anak akan
penataan elemen alami ini harus
meningkatkan manfaat RPTRA sebagai
berhubungan erat dengan penyusun ketiga
taman perkotaan yang mempromosikan
tipe ruang ramah anak lainnya, misalnya
aktivitas ramah anak.
dengan penataan teduhan pohon sebagai
pembentuk ruang individu, pohon dengan 3.3 Penilaian responden terhadap variabel
percabangan rendah sebagai tempat ruang ramah anak

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 35


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

Responden merupakan pengunjung RPTRA terlalu dibutuhkan. Walaupun demikian, hasil


yang juga berperan sebagai pendamping survei terkait aspirasi pengguna
anak di dalam menggunakan RPTRA. menunjukkan dari total 150 responden
Perhitungan hasil penilaian responden sebanyak 127 responden (84,67%) masih
dengan metode Sturges (1926 dalam menginginkan adanya peningkatan fasilitas
Sugiarto, 2006) menunjukkan bahwa secara dan penataan ruang ramah anak, dan
keseluruhan variabel ruang ramah anak sisanya 23 responden (15,33%) tidak
berkategori baik dengan skor sebesar 8.771 menginginkan peningkatan dan penataan
dari skor tertinggi 10.800 dan skor terendah fasilitas ruang ramah anak di RPTRA.
1.800. Tabel 3 menunjukkan posisi skor
Peningkatan fasilitas dan penataan variabel
variabel ruang ramah anak di RPTRA
penyusun ruang ramah anak yang diinginkan
berdasarkan hasil penilaian oleh responden.
secara berurutan sebagai berikut: ruang aktif
Penilaian pengguna RPTRA menunjukkan (38,58%) berupa peningkatan fasilitas
hasil bahwa variabel-variabel penyusun permainan anak dan prasarana olahraga;
ruang ramah anak di RPTRA dianggap ruang individu (25,98%) berupa fasilitas
mampu secara optimal mendukung gazebo, perpustakaan, dan mushola yang
kebutuhan ruang anak untuk tumbuh dan dilengkapi dengan pengaman berupa pagar,
berkembang, sehingga penerangan dan kamera CCTV; ruang
peningkatan/perbaikan desain taman tidak ekologis (16,54%) dalam bentuk penataan

Gambar 1 Aspirasi masyarakat terhadap peningkatan penataan ruang ramah anak yang diinginkan di
RPTRA

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 36


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

elemen alami di taman seperti tata hijau dan berdasarkan karakteristik tempat rekreasi
elemen air; ruang kultural (11,02%) berupa dengan harapan pengguna untuk
fasilitas tempat duduk-duduk dan berkumpul memperoleh manfaat RPTRA.
seperti plasa dan aula; sisanya (7,87%) tidak
Hasil penilaian menunjukkan keinginan
memberikan jawaban secara rinci (Gambar
masyarakat untuk lebih mengoptimalkan
2).
RPTRA sebagai ruang luar yang secara
Aspirasi masyarakat menunjukkan keinginan terpadu ramah bagi tumbuh kembang anak
pengguna taman agar anak mendapatkan secara aktif, ekologis, individu, dan kultural.
lebih banyak manfaat ruang aktif ketika Keterpaduan keempat variabel ruang ramah
mengunjungi RPTRA jika dibandingkan anak ini harus ditingkatkan agar erat
dengan ketiga tipe ruang lainnya. Ruang aktif berhubungan dan saling mendukung satu
yang optimal akan menunjang kebutuhan sama lain untuk meningkatkan manfaat
tumbuh kembang fisik anak melalui fasilitas RPTRA sebagai ruang luar yang ramah anak.
yang memicu gerak motorik anak.
Pendekatan pengelolaan berbasis manfaat
Peningkatan desain dan peralatan permainan
berorientasi kepada pengguna sebagai
yang berfungsi serta aksesibilitas dan faktor
penerima manfaat. Oleh karena itu,
keamanan akan meningkatkan minat anak
diperlukan penelitian lebih lanjut terkait
ketika menggunakan ruang luar untuk
manfaat yang ingin didapatkan oleh anak dan
bermain (Aziz dan Said, 2012).
kecenderungan anak ketika menggunakan
SIMPULAN DAN SARAN RPTRA. Keterpaduan penelitian manfaat
RPTRA bagi keseluruhan masyarakat,
Simpulan
termasuk anak-anak, akan memberikan
Tanggapan masyarakat sebagai pendamping wawasan dan pertimbangan terkait penataan
anak saat menggunakan RPTRA dalam RPTRA secara lebih menyeluruh sehingga
penelitian ini tergolong valid dan reliabel penataan RPTRA yang akan dilakukan di
untuk mengetahui sejauh mana ruang masa yang akan datang akan memiliki
penyusun taman yang diusung sebagai ruang manfaat yang lebih baik jika dibandingkan
publik terpadu ramah anak dapat dengan RPTRA percontohan yang menjadi
memberikan manfaat rekreatif dan restoratif. objek penelitian kali ini.
Hal ini merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan taman
berbasis manfaat karena memperlihatkan
adanya hubungan antara pengelolaan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 37


UTAMI, MUGNISJAH, MUNANDAR

DAFTAR PUSTAKA environments. Procedia Social and


Behavioral Sciences 49 (2012): 39-46.
[Azeri ARK, Parvizi R, Khaleghi SJ, Hosseini
SB. 2015. Effective design principles in Sakip SRM, Akhir NM, Omar SS. 2015.
promotion of children’s creativity in residential Determinant factors of successful public
spaces. Procedia Social and Behavioral parks in Malaysia. Procedia Social and
Sciences 202 (2015): 31-46. Behavioral Sciences 170 (2015): 422-432.

Aziz NF, Said I. 2012. The trends and Senda M. 2015. Safety in public spaces for
influential factors of children’s use of outdoor children’s play and learning. International
environments: a review. Procedia Social and Association of Traffic and Safety Sciences 38
Behavioral Sciences 38 (2012): 204-212. (2015): 103-115.

Campbell H. 2013. Landscape and Child Shamsuddin S, Zaini K, Sulaiman AB. 2014.
Development. Toronto (CA): Evergreen. Effectiveness of gated communities in
providing safe environments for children’s
Lee ME, Driver BL. 1999. Benefit-based
outdoor use. Procedia Social and Behavioral
management: a new paradigm for managing
Sciences 140 (2014): 77-85.
amenity resources. London (UK): Taylor &
Francis. Siregar S. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan
Mahidin AMM, Maulan S. 2012.
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta (ID):
Understanding children preferences of natural
Prenadamedia Group.
environment as a start for environmental
sustainability. Procedia Social and Behavioral Sugiarto DS. 2006. Metode Statistika: Untuk
Sciences 38 (2012): 324-333. Bisnis dan Ekonomi. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. 2015. Keputusan Gubernur Provinsi Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian.
DKI Jakarta Nomor 349 Tahun 2015 tentang Bandung (ID): Alfabeta
Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan
dan Pemeliharaan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak. Jakarta (ID): Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.

Rezasoltani M, Said I. 2012. Methods for


evaluating responses of children with outdoor

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 38

Anda mungkin juga menyukai