http://siar.ums.ac.id/
lapangan hijau, halaman kampus atau sekolah, spesifik. Behavior Setting mengandung unsur –
atrium, pasar, dan juga waterfront seperti: unsur sekelompok orang yang melakukan
riverfront, lakefront, dan dermaga (Stephen, suatu kegiatan ataupun aktivitas dari
1992). sekelompok orag tersebut, tempat kegiatan
Ruang publik dapat memberikan terebut dilakukan, dan waktu dari kegiatan
karakter tersendiri, memiliki fungsi interaksi tersebut (Haryadi & Setiawan, 2010). Contoh
sosial bagi masyarakat, kegiatan ekonoini behavior setting sudah sering kita jumpai di
rakyat dan tempat apresiasi budaya, sekaligus kehidupan sehari-hari seperti didalam suatu
dapat meningkatkan kualitas ruang kota setting kelas, ruang tunggu pasar, dan lain-lain.
(Darmawan, 2005) Dalam beberapa kajian, behavior
setting dijabarkan menjadi 2 istilah, yaitu :
Unsur - Unsur Ruang Publik system of setting dan system of activity yang
Ruang publik memiliki unsur – unsur mana keduanya memiliki keterkaitan dan
agar dapat berjalan dengan baik, yaitu comfort, membentuk suatu behavior setting. System of
relaxation, passive engagement, active setting atau sistem tempat merupakan
engagement, dan discovery (Carmona, 2003) rangkaian unsur-unsur fisik yang mempunyai
• Comfort hubungan dan terkait sehingga dapat dipakai
Salah satu syarat mutlak keberhasilan untuk suatu kegiatan. Sedangkan, system of
suatu ruang publik. Tolok ukur activity atau sistem aktivitas merupakan
berdasarkan lama tinggalnya seseorang rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
berada di ruang publik dapat menjadi seseorang ataupun beberapa orang. Oleh
tolok ukur kenyamanan suatu ruang karena itu, sekelompok orang dapat
publik. membentuk suatu behavior setting yang
berbeda-beda. (Haryadi & Setiawan, 2010)
• Relaxation
Aktivitas yang erat hubungannya
Pola Pemanfaatan Ruang
dengan psychological comfort. Suasana
Menurut Undang-Undang No. 26
rileks mudah dicapai apabila badan dan
tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
pikiran dalam kondisi yang sehat dan
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
senang.
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
• Passive Engagement
sesuai dengan rencana tata ruang melalui
Aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh penyusunan dan pelaksanaan program beserta
kondisi lingkungan. Kegiatan pasif pembiayaannya. Sedangakan, pola
dilakukan dengan cara duduk-duduk atau pemanfaatan ruang merupakan hubungan
berdiri sambil melihat aktivitas yang aspek non fisik berupa proses, cara, dan pelaku
terjadi di sekeliling atau melihat aktivitas dalam bentuk yang terstruktur yang
pemandangan. tetap dengan pemanfaatan ruang sebagai
• Active Engagement suatu aspek fisik. (Muhammad & Adhitama,
Ruang publik dapat dikatakan berhasil 2021)
apabila dapat mewadahi aktivitas kontak /
interaksi antar anggota masyarakat METODE PENELITIAN
(teman, famili atau orang asing) dengan Penelitian ini memiliki fokus untuk
baik. mengkaji pola pemanfaatan ruang publik pada
• Discovery Taman Bendung Tirtonadi. Untuk metode yang
Sebuah proses mengelola ruang publik digunakan dalam penelitian ini kualitatif
agar terjadi suatu aktivitas yang tidak deskriptif. Metode penelitian kualitatif
monoton. deskriptif merupakan penelitian yang
menjabarkan yang sebenarnya terjadi di
Behavior Setting tempat.
Behavior Setting merupakan interaksi Penelitian ini mengggunakan
antara suatu kegiatan dengan tempat yang pendekatan Behavioral Mapping. Behavioral
Pada Taman Bendung Tirtonadi Bagian Untuk area parkir, pada Taman
Selatan terdapat jalur pedestrian, plaza, Bendung Tirtonadi Bagian Selatan berada
ruang terbuka hijau, pos penjaga, dan area di halaman gedung Papan Krawuh Tirta.
parkir. Selain sebagai pos penjaga, Adanya area parkir tersendiri, sehingga
bangunan tersebut juga menjadi warung tidak menggangu pengguna jalan.
yang menyediakan minuman dan
makanan ringan. Kondisi taman cukup
baik. Sarana prasarana pada taman
seperti bangku taman, gazebo, tempat
sampah, dan lampu taman cukup
memadai. Taman terlihat cukupkotor.
Untuk vegetasi, pada taman terdapat
beberapa pohon. Gambar 10. Area Parkir pada Taman
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Aktivitas
• Taman Bendung Tirtonadi Bagian Utara
Aktivitas olahraga mendominasi
aktivitas pada pagi hari. Pengunjung
melakukan olahraga seperti jogging pada
jalur pedestrian. Selain itu, terdapat
pengunjung yang bersantai di pedestrian,
plaza, dan ruang terbuka hijau.
Pengunjung juga memanfaatkan sarana
prasarana yang ada disana seperti bangku
untuk bersantai.
Gambar 7. Sarana Prasarana pada
Taman Bendung Tirtonadi Bagian Selatan
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Gambar 8. Pos Penjagaan yang Beralih menjadi Warung Gambar 12. Aktivitas Pengunjung Taman Bendung
di Sore Hari Tirtonadi Bagian Utara di Pagi Hari
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021) (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021)
Sedangkan pada sore hari, aktivitas Sedangkan pada sore hari, pengunjung
didominasi oleh aktivitas bersantai didominasi oleh aktivitas bersantai
dengan berjalan-jalan dan duduk pada dengan berjalan-jalan maupun duduk-
pedestrian, plaza, dan ruang terbuka duduk pada plaza, jalur pedestrian, dan
hijau. Pengunjung juga memanfaatkan ruang terbuka hijau. Pengunjung juga
sarana prasarana yang ada disana seperti memanfaatkan sarana prasarana yang ada
bangku untuk bersantai. Selain itu disana seperti bangku untuk bersantai.
terdapat pengunjung yang memancing di Selain itu, terdapat pengunjung yang
tangga. bermain bola, bermain skateboard di
plaza tengah dan juga memancing di
tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Carmona, d. (2003). Public places – urban
spaces, the dimension of urban design.
New York: Architectural Press.
Darmawan, E. (2005). RUANG PUBLIK DAN
KUALITAS RUANG KOTA. PESAT, 35-43.
Dinas Pariwisata Kota Surakarta (n.d.). Taman
Bendung Tirtonadi. Retrieved from
SOLO THE SPIRIT OF JAVA:
https://pariwisatasolo.surakarta.go.id
/destinations/taman-bendung-
tirtonadi/
Haryadi, & Setiawan, B. (2010). Arsitektur,
Lingkungan, dan Perilaku : Pengantar
Teori, Metodelogi dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kementerian PUPR (2016, Maret 28).
Menciptakan Ruang Publik. Retrieved
from P2KH:
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/k