Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BESAR

ARSITEKTUR PERILAKU

Dosen :

Ir. SYAHROZI, M.T.


NIP. 19660610 199302 1 001

Disusun oleh Kelompok 3 :

KETRIN CIARESTI AMIANI NIM. 193010502014


ELIZABETH MIRACLE M.M NIM. 193020502025

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Setiap Lingkungan buatan manusia, sangatlah mungkin timbul perbedaan maksud
atau tujuan dari desain sebuah bangunan, apakah desain yang ada benar-benar digunakan.
Tentunya, sebuah desain dapat mempengaruhi tingkah laku, aktivitas individu yang satu
dengan individu lainnya maupun kelompok. Menurut Rustam Hakim, 1987 Ruang publik
adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung aktivitas masyarakat, baik secara
individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada
pola dan susunan massa bangunan.
Menurut Carr dkk (1992), tipologi ruang publik penekanan kepada karakter kegiatannya,
lokasi dan proses pembentuknya. Carr dkk membagi tipologi ruang publik diantaranya
adalah: Jalan, taman bermain, jalur hijau, perbelanjaan dalam ruang, ruang spontan dalam
lingkungan hunian, ruang terbuka komunitas, square dan plaza, pasar, tepi air. Carr dalam
Carmona, et al (2003) mengemukakan adanya keterlibatan pasif (passive engagement) dan
aktif (active engagement) dalam pemanfaatan ruang publik. Kedua bentuk pengalaman ini
terjadi sebagai akibat adanya proses interaksi tersebut, dimana pengguna ruang publik dapat
melakukan interaksi dengan cara yang berbeda. Ruang sebagai wadah harus mampu
menyediakan lingkungan yang kondusif bagi terpenuhinya syarat interaksi, yaitu memberi
peluang bagi terjadinya kontak dan komunikasi sosial. Interaksi sosial dapat terjadi dalam
bentuk aktivitas yang pasif seperti sekedar duduk menikmati suasana atau mengamati situasi
dan dapat pula terjadi secara aktif dengan berbincang bersama orang lain membicarakan
suatu topik atau bahkan melakukan kegiatan bersama.
Itulah yang diterapkan di “Cafe Samudera Coffe” . Dimana, melalui pengamatan ini kami
dapat mengetahui perilaku orang-orang yang ada di cafe tersebut, interaksi antar pelaku, dan
aktivitas yang ada di dalam ruangan tersebut. Adapun metode yang kami gunakan adalah
placecentered mapping dan person-centered mapping, dengan menggunakan metode ini kami
dapat mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan orang di dalam suatu ruangan baik
ruangan indoor maupun outdoor yang berhubungan dengan ruang, waktu, fungsi ruang,
keadaan ruang, dan apa saja yang mempengaruhi aktivitas di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kajian pemetaan perilaku pada setting “Ruang Publik” ( in door ataupun
out door) dengan menerapkan dua metode pengamatan yaitu place-centered mapping
dan person-centered mapping ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pemetaan perilaku pada setting “Ruang Publik” ( in door ataupun
out door) dengan menerapkan dua metode pengamatan yaitu place-centered mapping
dan person-centered mapping di “Cafe Samudera Coffe”.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian Ruang Publik


Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan
akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang ini
memungkinkan terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada
ruang ini seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini
dikategorikan sebagai ruang umum. Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya ruang
publik adalah ruang terbuka.
Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Ruang publik tertutup : adalah ruang publik yang terdapat di dalam suatu bangunan.
Keberadaan ruang publik di lokasi studi kualitas ruang belum presentatif, terlihat
komponen pembentuk ruang masih sederhana, lantaipun masih berupa tanah, tidak
berdinding atap dari seng gelombang, struktur bangunan dari bahan bambu.Bangunan
pos kamling (keamanan lingkungan) juga digunakan untuk ruang publik dan warung-
warung makanan di tepi sungai Winongo.

2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering
juga disebut ruang terbuka (open space).

Menurut Ian Bentley, Public Realm, dalam menilai kualitas ruang publik yang tanggap dan
bersahabat berdasarkan beberapa hal diantaranya adalah :
a. Permeability Tingkatan kemampuan suatu lingkungan dalam menyediakan pilihan
akses untuk pergerakan warga dari satu tempat ke tempat lain /lingkungan harus
bersifat aksesibel.
b. Variety Aspek yang berkaitan dengan penciptaan suasana/pengalaman meruang
 Keragaman pengalaman dicapai lewat desain bentuk elemen ruang, kegunaan dan
makna yang beragam.
 Tempat yang memiliki variasi fungsi menyediakan beragam bentuk dan tipe bangunan
hunian, komersil,dsb
c. Legibility Kualitas yang mengakibatkan identitas suatu lingkungan atau tempat
mudah
dikenali/diingat, Legibilitas lingkungan dicapai dari bentuk desain, struktur dan pola
ruang suatu tempat.
d. Robustness
 Lingkungan atau tempat mampu memberikan peluang bagi berlangsungnya berbagai
aktivitas dan tujuan yang berbeda,
 Lingkungan harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai fungsi
baru pada masa yang akan datang.
e. Richness
 Berkaitan dengan kemampuan suatu lingkungan untuk meningkatkan pengalaman
 Seseorang mengindera lingkungannya termasuk perasaan terhibur dan memperkaya
pengalaman meruang
 Pengalaman seseorang dalam hal sensory ,pemandangan indah/bisa dilihat, diraba,
penciuman/bau
f. Visual Appropriatness Berkaitan dengan kualitas tampilan fisik lingkungan
mempengaruhi persepsi pengamat terhadap lingkungan.
g. Personalization.
Pada ruang publik sekalipun, desainer perlu memperhatikan: 1. Kebutuhan individu
akanprivasi,

Konfirmasi pribadi terhadap selera dan nilai tertentu melalui bentuk/desain yang
ditujukan untuk kepentingannya sendiri.
Randy Hester (Arsitek Landskap), mengatakan bahwa perancang umumnya lebih
menekankan pentingnya activity setting. Sementara pemakai lebih mempertimbangkan siapa
saja orang yang memakai fasilitas itu, atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi dalam
penggunaan fasilitas tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan ruang publik
secara ideal :

Kemudahan akses : masyarakat tentu akan merasa senang mengunjungi tempat yang
memiliki akses jalan yang bagus, dekat dengan pemberhentian kendaraan umum, maupun
mudah dijangkau dengan berjalan kaki.

Desain yang fleksibel : artinya tempat tersebut bisa digunakan untuk berbagai kegiatan. Tidak
terbatas pada satu atau dua kegiatan.
Ketenangan : ruang terbuka akan sangat baik jika memiliki kualitas dimana orang akan
merasakan ketenangan. Anda bisa membaca, mendengarkan musik maupun menulis dan
mendapat inspirasi dengan merasakan ketenangan.

Memiliki daya tarik : hal ini memungkinkan warga datang karena tertarik dengan
keistimewaan yang ada di ruang publik tersebut. Bisa dimulai dengan membuat konsep yang
unik seperti taman jomblo atau taman lansia. Atau bisa diberikan fitur lain seperti sewa
sepeda gratis, air mancur, adanya pertunjukan serta atraksi dan sebagainya.

Keramahan : keramahan berhubungan dengan siapa yang akan mengunjungi ruang publik
tersebut. Ruang publik yang baik tentunya harus bisa diakses oleh semua orang, tanpa perlu
memandang status sosial maupun umur. Dan jika ruang publik tersebut berupa gedung atau
tempat dimana perlu adanya petugas yang berjaga, pastikan bahwa petugas yang ada selalu
mengutamakan kenyamanan para pengunjung. Dengan cara memberikan pelayanan yang
prima dan ramah.

2.2 Metode Pengamatan yaitu Place-Centered Mapping dan Person-Centered Mapping

1. Place-centered mapping Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manusia


atau seketompok manusia memanfaatkan, menggunakan dan mengakomodasikan
Jurnal RUAS, Volume 11 N0 2, Desember 2013, ISSN 1693-3702 4 perilakunya
dalam suatu waktu pada tempat tertentu. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada
teknik ini adalah:

1. Membuat sketsa tempat / seting yang meliputi seluruh unsur fisik yang diperkirakan
mempengaruhi perilaku pengguna ruang.
2. Membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol / tanda sketsa
setiap perilaku.
3. Kemudian dalam kurun waktu tertentu, peneliti mencatat bcrbagai perilaku yang
terjadi
di tempat tersebut dengan menggunakan simbol - simbol di peta dasar yang telah
disiapkan.
1. Person-centered mapping Teknik ini menekankan pada pergerakan manusia pada
periode waktu tertentu, dimana teknik ini berkaitan dengan tidak hanya satu tempat
atau lokasi akan tetapi beberapa tempat / lokasi. Pada teknik ini peneliti berhadapan
dengan seseorang yang khusus diamati. Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik
ini adalah :
1. Menentukan jenis sampel person yang akan diamati (aktor / pengguna ruang secara
ndividu).
2. Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam)
3. Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing individu.
4. Mencatat aktivitas sampel yang diamati dalam matrix
5. Membuat alur sirkulasi sampel di area yang diamati mengetahui kemana orang itu
pergi.

Teknik Pengambilan Sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu mengambil


sampel dari populasi berdasar suatu kriteria tertentu Menurut Jogiyanto 2008 : 76. A.
Teknik Behavior mapping beberapa tekniknya adalah : a) Place-centered mapping Teknik
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok manusia
memanfaatkan, menggunakan dan mengakomodasikan perilakunya dalam suatu waktu di
tempat tertentu. Langkah-langkah yang harus dilakukan di teknik ini adalah: 1. Membuat
persebaran jenis aktifitas 2. Membuat kelompok pelaku kegiatan 3. Membuat kelompok
setting waktu dengan jenis kegiatan dan pelakunya

2) Person-centered mapping Teknik ini menekankan di pergerakan manusia di periode


waktu tcrtentu dan kecenderungan dilapangan, hal ini dikaitkan dengan aktifitas
perilaku terhadap setting fisik
1. Menentukan jenis sampel individu yang akan diamati
2. Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam)
3. Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing satu individu
4. Mencatat aktivitas sampel individu yang diamati dalam matrix
5. Membuat alur sirkulasi sampel individu di area yang diamati.
Teknik Time budget
Menurut Michelson dan Reed dalam Joyce 2005 : 184 dalam behavior setting juga dilakukan
analisis dengan Time Budged yaitu berfungsi untuk memperlihatkan bagaimana seorang
individu mengonsumsi atau menggunakan waktunya. Informasi ini meliputi hal – hal sebagai
berikut :
1. Jumlah waktu yang dialokasikan untuk kegiatan tertentu dengan variasi waktu dalm
sehari, seminggu atau semusim.
2. Frekuensi dari aktifitas dan jenis aktivitas yang dilakukan
3. Pola tipikal dari aktivitas yang dilakukan Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi
permasalahan di waktu observasi dilakukan katagorisasi yaitu :
1. Waktu pengamatan
2. Hari pengamatan
BAB III
DATA OBYEK

Obyek pengamatan untuk tugas ini :


 Lokasi : Café Samudera Coffee
 Hari/Tanggal : Jumat, 29 April 2022
 Waktu Pengamatan : Pukul 18.00 WIB – 22.00 WIB

Pada penelitian ini, mengamati perilaku dan kebiasaan serta interaksi dari orang-orang yang
ada pada café, seperti :
 Pegawai Café
 Pelanggan 1 (Area Indoor)
 Pelanggan 2 (Area Outdoor)
 Pelanggan 3 (Take Away)
 Objek Online (Take Away)

Gambar : Pantry Café.


Gambar :
Pelanggan Café (Area Indoor) rata-rata adalah pelanggan perempuan.

Gambar :
Banyak Pelanggan mengantri di depan pantry memesan/menunggu pesanan
merupakan area terpadat di Café.

Gambar :
Pelanggan Café (Area Outdoor) rata-rata adalah pelanggan laki-laki.
TOILET TOILET

DAPUR

PANTRY

AREA INDOOR

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Gambar disamping terlihat area Outdoor


Cafe “Samudera Coffee” yang memiliki daya
Tarik Memiliki daya tarik : hal ini
memungkinkan orang orang datang karena
tertarik dengan keistimewaan yang ada di
ruang publik tersebut. Dengan konsep tempat
duduk yang unik berwarna putih dan tanaman
yang menghiasi bagian outdoor.

Pada gambar disamping terlihat interaksi antar individu dengan


individu, jumlah dan penataan kursinya pun disesuaikan dengan
kebutuhan pengunjung ada yang personal dan ada juga yang
berkelompok. Untuk aktivitas individu pada bagian indoor café lebih
ke aras personal ada yang hanya ngobrol satu sama lain, dan ada juga
yang mengerjakan tugas. Untuk waktu yang diperlukan tergantung
tujuan individu ke cafe. Jika hanya sekedar makan hanya
membutuhkan waktu tidak sampai 1 jam berada di dalam café. Jika
makan sambal ngobrol biasanya waktunya akan lebih dari 1 jam
berada di café. Dan jika mengerjakan tugas di café waktu yang
diperlukan bisa lebih dari 2 jam di dalam cafe.
TOILET TOILET

DAPUR

PANTRY

AREA INDOOR

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

KETERANGAN :
PEGAWAI CAFE

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
TOILET TOILET

DAPUR

PANTRY

AREA INDOOR

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

KETERANGAN :
PELANGGAN 1 (AREA INDOOR)

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
TOILET TOILET

DAPUR

PANTRY

AREA INDOOR

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

KETERANGAN :
PELANGGAN 2 (AREA OUDOOR)

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
TOILET TOILET

DAPUR

PANTRY

AREA INDOOR

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

KETERANGAN :
PELANGGAN 3 (TAKE AWAY)
OJEK ONLINE (TAKE AWAY)

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
PELANGGAN BIASANYA JUGA
PERGI KE TOILET (SERVICE) UNTUK
BAK/BAK ATAUPUN MENCUCI
TANGAN DI WASTAFEL

TOILET TOILET

DAPUR
PEGAWAI CAFÉ CENDERUNG
MENGHABISKAN BANYAK WAKTU
DI AREA PANTRY DAN DAPUR,
UNTUK MELAYANI PELANGGAN
MAUPUN MENYIAPKAN PESANAN

PANTRY

AREA INDOOR

PELANGGAN (PEREMPUAN) BIASANYA


GEMAR BERDIRI DI DEPAN CERMIN
YANG DISEDIAKAN PIHAK CAFÉ PELANGGAN SELAIN DATANG UNTUK
UNTUK MENGGAMBIL FOTO NONGKRONG DAN BERSANTAI,
CENDERUNG MENCARI SPOT-SPOT FOTO
YANG DIRASA MENARIK BAIK DI
DALAM MAUPUN LUAR CAFE

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

KETERANGAN :
PEGAWAI CAFE
PELANGGAN 1 (AREA INDOOR)
PELANGGAN 2 (AREA OUTDOOR)

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
TOILET TOILET

BIASANYA PELANGGAN (PEREMPUAN)


LEBIH MEMILIH TEMPAT DUDUK DI
DALAM CAFÉ, KARENA BER-AC DAN
BANYAK SPOT FOTO YANG DISUKAI. DAPUR

PANTRY

AREA DEPAN PANTRY


MERUPAKAN AREA TERPADAT
AREA INDOOR DIMANA PELANGGAN
CENDERUNG BERDIRI MENGANTRI
DI DEPAN PANTRY
UNTUK MEMESAN MAUPUN
MENUNGGU PESANAN

SEDANGKAN PELNGGAN (LAKI-LAKI)


LEBIH MEMILIH TEMPAT DUDUK DI
LUAR CAFÉ,KARENA LEBIH NYAMAN
TERUTAMA BAGI PELANGGAN YANG AREA PARKIR
INGIN MEROKOK.

AREA OUTDOOR

KETERANGAN :
PEGAWAI CAFE
PELANGGAN 1 (AREA INDOOR)
PELANGGAN 2 (AREA OUTDOOR)
PELANGGAN 3 (TAKE AWAY)
OJEK ONLINE (TAKE AWAY)

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung aktivitas
masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang
publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan yang di
dalamnya terdapat aktivitas dan perilaku baik individu antar individu maupun
kelompok. Dimana, metode pengamatan yaitu Place-Centered Mapping dan Person-
Centered Mapping bertujuan untuk mengetahui bagaimana manusia atau seketompok
manusia memanfaatkan, menggunakan dan mengakomodasikan perilakunya dalam
suatu waktu pada tempat tertentu dan mengetahui di pergerakan manusia di periode
waktu tcrtentu dan kecenderungan dilapangan, hal ini dikaitkan dengan aktifitas
perilaku terhadap setting fisik.
Pengamatan Place-Centered Mapping dan Person-Centered Mapping pada
Samudera Coffee yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perilaku yang dilakukan
oleh pelanggan yang datang selain untuk nongkrong dan bersantai di Café tetapi juga
memiliki tujuan lain yaitu untuk mencari spot-spot foto yang ada pada Café, yaitu
pada spot cermin di dekat pintu masuk utama, area outdoor maupun area indoor café
yang dirasa menarik dan bagus sebagai tempat berfoto. Untuk pegawai sendiri,
cenderung dihabiskan di area pantry dan dapur, sedangkan area lain hanya di lakukan
saat mengantar pesanan dari pelanggan.(selain pelanggan yang melakukan Take
Away).
Dikarenakan area terpadat (area yang paling sering didatangi oleh pelanggan
maupun pegawai) adalah area depan Pantry, sehingga kami menyarankan perubahan
tata letak/posisi pantry pada café, sehingga membantu mengurangi kepadatan yang
ada dan meminimalisir terganggunya pelanggan lain yang sedang duduk bersantai
pada tempat duduk masing-masing oleh pelanggan lain yang berdiri
memesan/menunggu pesanan di depan pantry yang awalanya terletak pada tengah
Café, dipindahkan posisinya menjadi bagian depan samping kanan Café.
TOILET TOILET

DAPUR

AREA INDOOR

PANTRY

AREA PARKIR

AREA OUTDOOR

DENAH SAMUDERA KOFFIE

SKALA 1 : 100
DAFTAR PUSTAKA

Indah Rudinanda, Oktavia ( 2018 ). Kualitas Penggunaan Ruang Publik Berdasarkan

Aktivitas Masyarakat Permukiman Kampung Kota Malang. Jurnal Teknik, Universitas

Brawijaya, 34.

Hantono, Dedi dan Ariantantrie, Nike ( 2016 ). Kajian Ruang Publik dan Isu yang

Berkembang di Dalamnya. Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai