Abstrak
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kaitan yang erat dengan lingkungannya.
Bagaimana kita berperilaku dan menjalankan aktivitas pasti ada pengaruhnya dari
lingkungan sekitar kita. Setting suatu lingkungan akan menciptakan tanggapan yang berbeda
dari berbagai macam individu. Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan terhadap aspek
fisik objek penelitian dengan teknik observasi partisipatif. Hasil studi berupa pengaruhnya
terhadap alur kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam setting tersebut.
Kata kunci: aspek fisik, setting, arsitektur, observasi
Pendahuluan
Arsitektur merupakan ilmu yang mempelajari tentang bangunan. Hal ini mencakup
tentang perencanaan, perancangannya. Manusia memiliki keterkaitan yang kuat dengan
lingkungan sekitarnya, dan karena itu, arsitektur memiliki kemampuan untuk secara
signifikan mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan tersebut. Perilaku manusia
juga berdampak pada kualitas dan fungsionalitas suatu bangunan atau ruangan. Oleh karena
itu, pengaturan atau setting dalam arsitektur menjadi sangat penting. Dengan memahami
lebih lanjut tentang setting dalam arsitektur, para arsitek dan perancang dapat menciptakan
ruang yang lebih fungsional, nyaman, dan dapat beradaptasi dengan kebutuhan manusia.
Penerapan setting perilaku dalam arsitektur melibatkan berbagai elemen, termasuk tata letak
pada ruang, desain interior, sirkulasi, sistem pencahayaan, akustik, serta penggunaan warna.
Setiap elemen ini memiliki pengaruh terhadap perilaku manusia dalam setting tersebut.
Kajian Pustaka
1. Definisi Behavior
Menurut B.F. Skinner pada tahun 1953, perilaku atau behavior dapat diartikan sebagai
segala perubahan yang dapat diamati dalam tindakan dan respon seseorang sebagai hasil dari
interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya.
2. Definisi Setting
Menurut Setiawan (1995), penggunaan istilah setting dalam studi arsitektur lingkungan
dan perilaku merujuk pada hubungan antara ruang (lingkungan fisik) dan semua aktivitas
individu maupun kelompok pada waktu tertentu. Dalam hal ini, setting menggambarkan
unsur aktivitas manusia yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dalam konteks ini, setting
mempertimbangkan interaksi antara lingkungan fisik dan aktivitas manusia di dalamnya.
Behavior setting merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Roger Barker, seorang
tokoh psikologi ekologi pada tahun 1968. Dalam konteks ini, behavior setting mengacu pada
lingkungan fisik khusus di mana individu berinteraksi dan menjalankan aktivitas mereka.
Lingkungan ini meliputi ruang fisik, objek, dan situasi di mana perilaku manusia terjadi.
Pada dasarnya, behavior setting terbentuk karena keberadaan individu dan tempat di mana
mereka melakukan aktivitas mereka. Behavior setting memiliki variabel-variabel yang dapat
memengaruhi perilaku suatu indvidu pada lingkungan. Variabel ini meliputi beberapa aspek
yakni aspek fisik, aspek sosial, aspek budaya, dan aspek psikologi suatu setting.
Aspek fisik memiliki elemen-elemen yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam
suatu setting. Faktor-faktor seperti desain arsitektur, tata letak ruang, dan kondisi fisik suatu
tempat dapat merangsang respons yang beragam dari individu dan berdampak pada perilaku
mereka. Contohnya, tata letak ruangan yang memperhatikan kemudahan akses fisik dan
mobilitas. Penataan ruangan yang optimal akan meningkatkan kegiatan fisik dan interaksi
sosial manusia di area tersebut.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi partisipatif yakni sebuah pengamatan
langsung pada suatu objek yang ada, dimana peneliti terlibat dalam kegiatan orang-orang
yang diamati dan digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam hal ini, peneliti
2
PENGARUH ASPEK FISIK DALAM BEHAVIOR SETTING PADA OBJEK BREAD TALK
Objek yang diamati adalah Bread Talk, sebuah toko roti yang terletak di Bypass Nusa
Dua. Setelah pengamatan, terlihat bahwa tempat ini sangat memperhatikan aspek fisik
setting-nya. Hal ini terlihat dari tata letak furnitur di ruangan, sistem pencahayaan, dan
pemilihan warna.
3
Cattleya Marva Aditya
2. Pencahayaan
3. Pemilihan warna
Bread Talk memilih warna-warna yang harmonis dan cenderung 'hangat' untuk interior
mereka. Mereka menggunakan finishing tekstur kayu dan lantai berkeramik berwarna coklat.
Pencahayaan yang memiliki nuansa kekuningan juga memberikan suasana hangat dan
welcoming di toko roti tersebut.
4. Letak furnitur
Penempatan display makanan di toko roti ini sangat efektif. Mereka memanfaatkan
jendela besar dan pintu kaca untuk menarik perhatian pengunjung. Dari luar, pengunjung
dapat melihat tampilan makanan yang menarik dengan berbagai jenis roti yang dipajang.
Kesimpulan
Arsitektur adalah ilmu yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perilaku manusia
melalui kualitas ruang yang diciptakan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan
perhatian khusus pada aspek fisik setting saat merancang suatu ruang. Bentuk ruang,
penataan furnitur, pencahayaan, dan pemilihan warna yang digunakan dapat memberikan
kesan yang berbeda. Penting bagi kita untuk mengaplikasikan pengetahuan ini guna
meningkatkan kualitas bangunan dan ruang yang kita rancang.
Daftar Pustaka
Nurhidayati, L. (2021). ANALISIS SETTING FISIK PEMBENTUK AKTIVITAS DI
RUANG TERBUKA PUBLIK ALUN-ALUN SUBANG.
Barker, Roger Garlock. ( 1968). Ecological Psychology: Concepts and
Methods forStudying the Environment of Human Behavior. Stanford, Calif: Stanford
University Press.
Cialdini, R. B., T=Reno, R.R., & Kallgren, C. A. (1990). A Focus Theory of
Normative Conduct: Recycling The Concept of Norms to Reduce Littering in Public
Places. Journal of Personality and Social Psychology.
Hershberger, R., Kachmar, S., & Jones, A. (2019). The Role of Behavior Setting
Design in Achieving Social Sustainability in Architecture. Social Science.
4
PENGARUH ASPEK FISIK DALAM BEHAVIOR SETTING PADA OBJEK BREAD TALK