Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH ASPEK FISIK DALAM BEHAVIOR SETTING PADA

OBJEK BREAD TALK


Oleh: Cattleya Marva Aditya1

Abstrak
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kaitan yang erat dengan lingkungannya.
Bagaimana kita berperilaku dan menjalankan aktivitas pasti ada pengaruhnya dari
lingkungan sekitar kita. Setting suatu lingkungan akan menciptakan tanggapan yang berbeda
dari berbagai macam individu. Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan terhadap aspek
fisik objek penelitian dengan teknik observasi partisipatif. Hasil studi berupa pengaruhnya
terhadap alur kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam setting tersebut.
Kata kunci: aspek fisik, setting, arsitektur, observasi

Pendahuluan

Arsitektur merupakan ilmu yang mempelajari tentang bangunan. Hal ini mencakup
tentang perencanaan, perancangannya. Manusia memiliki keterkaitan yang kuat dengan
lingkungan sekitarnya, dan karena itu, arsitektur memiliki kemampuan untuk secara
signifikan mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan tersebut. Perilaku manusia
juga berdampak pada kualitas dan fungsionalitas suatu bangunan atau ruangan. Oleh karena
itu, pengaturan atau setting dalam arsitektur menjadi sangat penting. Dengan memahami
lebih lanjut tentang setting dalam arsitektur, para arsitek dan perancang dapat menciptakan
ruang yang lebih fungsional, nyaman, dan dapat beradaptasi dengan kebutuhan manusia.
Penerapan setting perilaku dalam arsitektur melibatkan berbagai elemen, termasuk tata letak
pada ruang, desain interior, sirkulasi, sistem pencahayaan, akustik, serta penggunaan warna.
Setiap elemen ini memiliki pengaruh terhadap perilaku manusia dalam setting tersebut.

Kajian Pustaka

1. Definisi Behavior

Menurut B.F. Skinner pada tahun 1953, perilaku atau behavior dapat diartikan sebagai
segala perubahan yang dapat diamati dalam tindakan dan respon seseorang sebagai hasil dari
interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya.

Perilaku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a) Perilaku memiliki sifat kasat mata, namun pemicu dari terjadinya perilaku
tersebut mungkin tidak kasat mata atau tidak bisa diamati.
b) Perilaku memiliki beberapa tingkatan, yakni perilaku stereotip, perilaku
kompleks, dan perilaku sederhana

1 Prodi Arsitektur, FT - Unud


Email: cattleyamrva@gmail.com
Cattleya Marva Aditya

c) Perilaku diklasifikasikan menjadi kognitif, afefktif, dan psikomotorik


d) Perilaku bisa disadari maupun tidak disadari

2. Definisi Setting

Menurut Setiawan (1995), penggunaan istilah setting dalam studi arsitektur lingkungan
dan perilaku merujuk pada hubungan antara ruang (lingkungan fisik) dan semua aktivitas
individu maupun kelompok pada waktu tertentu. Dalam hal ini, setting menggambarkan
unsur aktivitas manusia yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dalam konteks ini, setting
mempertimbangkan interaksi antara lingkungan fisik dan aktivitas manusia di dalamnya.

Terdapat empat jenis lingkungan menurut Joyce Marcella Laurens :

a) Lingkungan fisik yang berbentuk terestrial atau geografis


b) Lingkungan sosial yang berbentuk suatu organisasi atau suatu kelompok
intrapersonal
c) Lingkungan psikologikal yang berbentuk imaji yang terbangun di dalam pikiran
seseorang
d) Lingkungan behavioral yang berbentuk elemen-elemen yang memicu reaksi atau
respon dari seseorang

3. Definisi Behavior Setting

Behavior setting merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Roger Barker, seorang
tokoh psikologi ekologi pada tahun 1968. Dalam konteks ini, behavior setting mengacu pada
lingkungan fisik khusus di mana individu berinteraksi dan menjalankan aktivitas mereka.
Lingkungan ini meliputi ruang fisik, objek, dan situasi di mana perilaku manusia terjadi.
Pada dasarnya, behavior setting terbentuk karena keberadaan individu dan tempat di mana
mereka melakukan aktivitas mereka. Behavior setting memiliki variabel-variabel yang dapat
memengaruhi perilaku suatu indvidu pada lingkungan. Variabel ini meliputi beberapa aspek
yakni aspek fisik, aspek sosial, aspek budaya, dan aspek psikologi suatu setting.

Aspek fisik memiliki elemen-elemen yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam
suatu setting. Faktor-faktor seperti desain arsitektur, tata letak ruang, dan kondisi fisik suatu
tempat dapat merangsang respons yang beragam dari individu dan berdampak pada perilaku
mereka. Contohnya, tata letak ruangan yang memperhatikan kemudahan akses fisik dan
mobilitas. Penataan ruangan yang optimal akan meningkatkan kegiatan fisik dan interaksi
sosial manusia di area tersebut.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi partisipatif yakni sebuah pengamatan
langsung pada suatu objek yang ada, dimana peneliti terlibat dalam kegiatan orang-orang
yang diamati dan digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam hal ini, peneliti

2
PENGARUH ASPEK FISIK DALAM BEHAVIOR SETTING PADA OBJEK BREAD TALK

mengobservasi bagaimana setting fisik objek memengaruhi aktivitas fisik manusia di


dalamnya.

Hasil dan Pembahasan

Objek yang diamati adalah Bread Talk, sebuah toko roti yang terletak di Bypass Nusa
Dua. Setelah pengamatan, terlihat bahwa tempat ini sangat memperhatikan aspek fisik
setting-nya. Hal ini terlihat dari tata letak furnitur di ruangan, sistem pencahayaan, dan
pemilihan warna.

1. Tata letak ruang dan alur kegiatan


Dalam penataan ruangnya Bread Talk menggunakan tata letak yang mendukung sistem
self-service, di mana konsumen mendominasi ruang gerak. Pengunjung Bread Talk memulai
kegiatan dengan memasuki melalui pintu depan, kemudian mereka mengambil nampan dan
capitan yang disediakan. Selanjutnya, mereka akan mengikuti koridor di mana makanan
dipajang di bagian kiri dan kanan. Di sini, pengunjung memiliki kebebasan untuk memilih
produk yang mereka inginkan. Setelah memilih produk dan menaruhnya di atas nampan,
pengunjung akan melanjutkan perjalanan melalui koridor dan akhirnya tiba di area kasir, di
mana mereka melakukan pembayaran. Penataan ini membuat pengunjung dengan mudah
memilih produk yang mereka inginkan.

Gambar 1.1 Alur kegiatan Bread Talk


Sumber: dokumentasi pribadi

3
Cattleya Marva Aditya

Gambar 1.2 Peletakan nampan Gambar 1.3 Koridor dengan display


Sumber: dokumentasi pribadi makanan pada sisi kiri dan kanan
Sumber: dokumentasi prbadi

2. Pencahayaan

Bread Talk memanfaatkan pencahayaan alami secara optimal dengan menggunakan


jendela besar di bagian depan dan pintu masuk yang terbuat dari kaca. Hal ini
memungkinkan masuknya cahaya matahari yang melimpah pada siang hari dan mengurangi
ketergantungan pada pencahayaan buatan. Cahaya matahari juga memberikan efek visual
yang menarik pada makanan, memperlihatkan tekstur dan warnanya dengan lebih jelas.
Untuk pencahayaan buatan, Bread Talk menggunakan lampu-lampu bernuansa hangat.

3. Pemilihan warna

Bread Talk memilih warna-warna yang harmonis dan cenderung 'hangat' untuk interior
mereka. Mereka menggunakan finishing tekstur kayu dan lantai berkeramik berwarna coklat.
Pencahayaan yang memiliki nuansa kekuningan juga memberikan suasana hangat dan
welcoming di toko roti tersebut.

4. Letak furnitur

Penempatan display makanan di toko roti ini sangat efektif. Mereka memanfaatkan
jendela besar dan pintu kaca untuk menarik perhatian pengunjung. Dari luar, pengunjung
dapat melihat tampilan makanan yang menarik dengan berbagai jenis roti yang dipajang.

Kesimpulan

Arsitektur adalah ilmu yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perilaku manusia
melalui kualitas ruang yang diciptakan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan
perhatian khusus pada aspek fisik setting saat merancang suatu ruang. Bentuk ruang,
penataan furnitur, pencahayaan, dan pemilihan warna yang digunakan dapat memberikan
kesan yang berbeda. Penting bagi kita untuk mengaplikasikan pengetahuan ini guna
meningkatkan kualitas bangunan dan ruang yang kita rancang.

Daftar Pustaka
Nurhidayati, L. (2021). ANALISIS SETTING FISIK PEMBENTUK AKTIVITAS DI
RUANG TERBUKA PUBLIK ALUN-ALUN SUBANG.
Barker, Roger Garlock. ( 1968). Ecological Psychology: Concepts and
Methods forStudying the Environment of Human Behavior. Stanford, Calif: Stanford
University Press.
Cialdini, R. B., T=Reno, R.R., & Kallgren, C. A. (1990). A Focus Theory of
Normative Conduct: Recycling The Concept of Norms to Reduce Littering in Public
Places. Journal of Personality and Social Psychology.
Hershberger, R., Kachmar, S., & Jones, A. (2019). The Role of Behavior Setting
Design in Achieving Social Sustainability in Architecture. Social Science.

4
PENGARUH ASPEK FISIK DALAM BEHAVIOR SETTING PADA OBJEK BREAD TALK

Joyce Marcella Laurens. (2004). Arsitektur Dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT


Grasindo.
Setiawan, Haryadi B. (2014). Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku: pengantar
ke teori, metodologi dan aplikasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2014
Mellisa, Dr. Drs. IGN. Ardana., M.Erg, Sherly De Yong., S.Sn., M.T. (2017).
Kajian Behavioral Setting pada Interior Cafe di Surabaya. Vol.5. No.2, 937-945.

Anda mungkin juga menyukai