Oleh:
Muhammad Fauzan Arifin 6013211050
A. LATAR BELAKANG
Persepsi ruang merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan kenyamanan
visual (Nasrollahi, 2020). Menurut Hall, E (1996) persepsi ruang ditentukan oleh faktor
pengalaman pengguna dalam memahami ruang salah satunya visual space yang terbentuk dari
persepsi indera mata, secara tidak langsung kenyaman visual dipengaruhi oleh persepsi ruang
yang dihasilkan dari indera penglihatan. Persepsi ruang dalam meningkatkan kenyamanan visual
dapat dicapai dengan menyediakan kebutuhan iluminasi yang sesuai, mengurangi tingkat silau
(glare) dan adanya distribusi pencahayaan yang merata di dalam ruang (Leslie, 2003).
Disisi lain, persepsi ruang yang dipengaruhi oleh kinerja pencahayaan dapat
mempengaruhi persepsi privasi seseorang. Altman (1975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis
dari perilaku yang penting adalah untuk mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok
dengan lingkungan sosial. Bila seseorang mendapatkan privasi seperti yang diinginkan maka ia
akan dapat mengatur kapan harus berhubungan dengan orang lain dan kapan harus sendiri.
Sementara itu Maxine Wolfe dkk (dalam Holahan, 1982) mencatat bahwa pengelolaan hubungan
interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya orang yang terganggu privasinya akan merasakan keadaan yang tidak mengenakkan.
Rumah susun dibangun untuk menjawab keterbatasan lahan permukiman di perkotaan.
Rumah susun memiliki banyak tingkat pada bangunannya, letak hunian saling berdekatan dan
luas ruang terbatas. Desain layout ruang pada rumah susun menjadi hal yang penting dalam
mengoptimalkan luas ruang yang ada. Penataan ruang yang baik dapat menciptakan persepsi
ruang privasi yang baik bagi penggunanya. Tingkat pencahayaan yang baik dalam ruangan juga
dapat mempengaruhi persepsi ruang penggunanya. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hendrik (2017) menunjukkan bahwa Perubahan posisi kamar tidur di dalam unit
hunian memberi pengaruh yang cukup besar terhadap distribusi iluminan dan rata – rata iluminan
di dalam ruang. Posisi kamar tidur yang terkonsentrasi pada satu sisi ruang, menghasilkan
kinerja iluminan berupa rata – rata iluminan dan distribusi iluminan yang cukup baik, dan dapat
menjangkau hingga area yang paling dalam. Persentase area yang memenuhi standar berkisar
antara 25%-27% dimana menurut Dinapradipta (2015) minimal area yang mendapat cahaya
alami untuk beraktivitas harus memenuhi standar iluminasi sebesar 30%, dibawah 30%
merupakan kondisi intermediate (cukup baik). Sedangkan untuk distribusi iluminan dan rata –
rata iluminan, pada posisi bidang transparan satu bidang, dan tiga bidang transparan lebih baik
dibandingkan distribusi pada posisi dua bidang transparan. Hal ini sejalan dengan teori yang
disampaikan oleh Lechner (2009), dimana posisi bidang transparan yang tersebar pada fasad,
dapat mendistribusikan cahaya dengan baik.
Apabila ditinjau kembali antara persepsi ruang, kondisi pencahayaan dan layout ruang
pada rumah susun mempunyai hubungan yang sangat erat. Dengan adanya luas ruangan yang
terbatas menuntut adanya penataan layout yang optimal. Disisi lain, rumah susun merupakan
hunian masyarakat menengah kebawah yang mengutamakan penghematan energi pada kinerja
bangunannya sehingga penerapan pencahayaan baik siang hari maupun malam hari yang
optimal sangat penting untuk diterapkan. Adanya intensitas pencahayaan ruang juga
mempengaruhi persepsi ruang privasi penggunanya khususnya di rumah susun yang memerlukan
tingkat privasi yang tinggi. Namun, fakta di lapangan menunjukkan adanya keterbatasan bukaan
pada rumah susun yang menyebabkan tingkat pencahayaan di dalam ruang kurang terpenuhi
dengan baik. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi ruang privasi
pengguna terhadap pencahayaan ruang pada layout rumah susun.
A. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, pentingnya pemenuhan ruang privasi pengguna pada
rumah susun dengan mengetahui persepsi ruang penggunanya berdasarkan pencahayaan dalam
tatanan layout ruang terdapat masalah sebagai berikut:
a. Letak unit rumah susun yang saling berdekatan menyebabkan tidak adanya batasan
privasi ruang pengguna namun penghuni merasa nyaman tinggal
b. Kinerja pencahayaan dengan satu akses bukaan rumah susun tidak terpenuhi dengan baik
c. Luas area unit rumah susun yang terbatas memerlukan penataan layout yang optimal
sehingga dapat memenuhi kenyamanan penggunanya
Berdasarkan latar belakang tersebut pertanyaan penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana persepsi privasi ruang terhadap pencahayaan rumah susun?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan:
a. Untuk mengetahui persepsi ruang privasi pengguna terhadap pencahayaan ruang rumah
susun
b. Untuk mengetahui pencahayaan yang sesuai untuk mencapai persepsi ruang privasi dalam
rumah susun
c. Untuk melakukan evaluasi dan menjelaskan tatanan layout yang sesuai dengan persepsi
ruang privasi pengguna rumah susun
D. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
dimana melibatkan persepsi ruang privasi pengguna terhadap pencahayaan dalam tatanan layout
ruang rumah susun. Secara ontologis paradigma ini menyatakan bahwa realita ada di dalam
beragam bentuk konstruksi yang terbentuk berdasarkan pengalaman. Penelitian ini dilakukan di
Kota Pasuruan, Rumah Susun yang berlokasi di Kecamatan Tembok Rejo Kota Pasuruan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan taktik pengumpulan data
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Variasi Sumber Data yang Digunakan
Partisipan berjumlah tiga orang dengan rentang usia beragam. Pengamatan secara
langsung dilakukan untuk memperoleh data berupa gambar layout bangunan rumah susun serta
dokumentasi pribadi.
E. KERANGKA TEORITIS
1. Konsep Privasi
Privasi merupakan kemampuan individu atau kelompok untuk mengontrol interaksi
visual, pendengaran dan penciuman mereka dengan orang lain (Lang, 1987). Rapoport (1977)
mendefinisikan privasi sebagai kemampuan mengontrol interaksi, memilih pilihan dan mencapai
interaksi yang diinginkan. Privasi tidak boleh dilihat hanya sebagai penarikan fisik seseorang
dalam makna pengasingan diri dari orang lain (Schwartz, 1968).
Beberapa jenis privasi dengan tujuan berbeda-beda. Menurut Westin (1970)
mengidentifikasi empat jenis yaitu:
a. Solitude: keadaan bebas dari pengamatan orang lain
b. Intimacy: keadaan bersama dengan orang lain tetapi bebas dari dunia luar
c. Anonymity: keadaan tidak dikenal bahkan ditengah keramaian
d. Reserve: keadaan dimana terjadi gangguan psikologis untuk mengontrol intuisi yang
diinginkan.
Privasi mengatur interaksi terbuka dan tertutup, yaitu proses ketika ingin berinteraksi atau tidak.
Kerangka kerja mengenai privasi diilustrasikan lebih detail oleh Altman dan Chemers (1980)
seperti Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Kerangka Kerja Perilaku Privasi
Sumber: Altman dan Chemers( 1980)
2. Layout Ruang
Desain ruang adalah hasil dari proses desain yang menentukan penggunaan dan alokasi
ruang untuk diusulkan pada pengguna. Pada bangunan, ruang adalah daerah tertutup dan
ditentukan oleh dinding dalam dan luar. Desain ruang mengacu pada proses analisis dan desain
tata ruang dan persyaratan hunian, namun tidak terbatas pada layout ruang, dan perencanaan
akhir (Kisnarini, 2015). Pile (1988), mengemukakan bahwa sebelum menentukan layout,
perancang harus terlebih dahulu mengetahui aktivitas apa yang terjadi pada ruang, dan perabot
apa saja yang diletakkan didalamnya. Senada dengan Pile, Thompson (2011) menyatakan layout
ruang pada hunian harus tumbuh dari keterkaitan antara aktivitas yang terjadi, serta melihat
aktivitas apa saja yang dapat dilakukan bersama dalam satu ruang. Mendukung pernyataan Pile
dan Thompson, Neufert (1980) menyatakan bahwa pembagian ruang pada hunian atau rumah,
setidaknya harus menyediakan ruang penghuni untuk sejumlah kegiatan dasar, yang terkait
dengan kebutuhan manusia, misalnya: ruang untuk persiapan makanan; mencuci, mandi dan
buang hajat; kerja; makan; dan beristirahat. Oleh karena itu Pile (1988) menyatakan area
fungsional pada sebuah hunian dapat berupa, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar
tidur, dapur, dan area non-hunian.
Gambar 2. Persyaratan minimum fungsi pada hunian
Sumber: Kisnarini (2015)
Tata letak unit hunian ditentukan oleh beberapa faktor, seperti: status keuangan rumah
tangga, nilai budaya dan kepercayaan, preferensi gaya hidup, dan dinamika struktur keluarga.
Misalnya, keluarga berpenghasilan tinggi memiliki sarana untuk membangun ruang tambahan
untuk meningkatkan kenyamanan. Namun, keluarga berpenghasilan rendah mungkin terpaksa
menggunakan ruang yang sama untuk kegiatan yang tumpang tindih, yang mengakibatkan rasa
kram bersama di antara penghuninya. Selain itu, dalam budaya yang lebih konservatif, ada
kebutuhan untuk memberikan pemisahan fisik antara ruang kolektif dan publik berdasarkan dan
karena perbedaan gender. Ini pada akhirnya membutuhkan dua zona masuk yang terpisah, kamar
tamu, dan juga ruang makan formal satu untuk pria dan yang lainnya untuk wanita. Disisi lain,
dalam keluarga besar, perlu untuk menyediakan beberapa ruang dengan kebutuhan ruang yang
berbeda untuk menyesuaikan setiap tahap kehidupan sesuai dengan usia penghuninya (Tomah,
2010). Pendekatan yang menggambarkan tata letak internal dari pandangan yang berbeda dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Waktu penggunaan, yang membagi fungsi menjadi aktivitas harian dan malam. Kegiatan
sehari-hari meliputi ruang-ruang seperti ruang tamu, dapur, dan ruang makan sedangkan
kegiatan malam hari meliputi kamar tidur utama dan kamar tidur sekunder. Namun,
pendekatan ini jugamempertimbangkan aspek fleksibilitas aktivitas individu, dimana
kamar tidur anak dapat digunakan untuk belajar, bermain, atau menghibur teman dekat
atau keluarga besar. Kegiatan ini kebanyakan terjadi pada siang hari, bukan pada malam
hari. (Lisitsyan et al., 1990).
2. Gaya hidup keluarga, yang mengelompokkan desain ruang menjadi empat komponen:
a. Komponen komunitas yang diwakili oleh dapur, area sarapan, dan ruang keluarga,
b. Komponen privasi yang terdiri dari kamar utama, dan kamar tidur sekunder, dan
komponen upacara yang meliputi pintu masuk, ruang tamu, dan ruang makan, dan
terakhir,
c. Komponen luar terdiri dari halaman belakang, halaman depan, dan daya tarik tepi
jalan (James, 1995).
Morris (Ministry of Housing and Local Government, 1961) mengilustrasikan perubahan
yang terjadi pada keluarga selama perkembangan, melalui sebuah diagram dibawah ini, untuk
mendemonstrasikan bagaimana komposisi dalam suatu rumah tangga dapat berubah. Gambar 3.
6. Theoritical Framework
Berdasarkan kajian teori diatas dapat ditarik hubungan antara privasi, layout dan
pencahayaan ruang. Privasi dapat menciptakan hirarki teritori antara lain zona public,
semi-public, private dan semi-private sehingga mempengaruhi konfigurasi tata letak ruangan.
Disisi lain, privasi dipengaruhi oleh faktor visual, audio dan bau. Kenyamanan visual dapat
dicapai salah satunya dengan merancang pencahayaan ruang yang baik. Selain itu, Tata letak
ruangan juga mempengaruhi intensitas pencahayaan ruangan baik pencahayaan alami maupun
buatan. Jika tata letak ruang meliputi bukaan ruang dirancang dengan baik maka pemenuhan
kebutuhan pencahayaan bagi pengguna dapat tercapai. Kerangka teori ini dapat dilihat pada
Gambar 4 dibawah ini.
F. ANALISIS DATA
Setelah melakukan pengumpulan data kemudian dianalisis menggunakan model analisis
data kualitatif Miles dan Huberman dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, dan interview partisipan dengan
rincian sebagai berikut:
a. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya lokasi dan lingkungan
Rusun serta dapat mengamati secara langsung perilaku penggunanya.
b. Dokumentasi dilakukan sebagai data sekunder dalam melakukan analisis selanjutnya
berkaitan dengan kondisi fisik bangunan rusun.
c. Interview dilakukan secara langsung face to face dengan partisipan dengan dilakukan
record wawancara atas persetujuan partisipan. Interview dilakukan dengan 3
partisipan penghuni rusun yang dipilih berdasarkan kategori penghuni yang tinggal
sejak awal serta lokasi unit rusun yang berbeda.
d. Hasil record selama proses interview akan ditranskrip secara keseluruhan untuk
mengetahui kode dan kategori yang muncul berdasarkan variabel penelitian ini.
Gedung rusunawa kota Pasuruan terdiri dari 5 lantai dengan total unit hunian sejumlah 76
unit type 36. Bukaan masing-masing unit berada pada satu sisi bangunan yakni sebelah timur
atau barat sehingga pemenuhan pencahayaan pada siang hari tidak merata (Gambar 5.) Koridor
pada tiap lantai memiliki lebar dua meter memanjang dengan bukaan pencahayaan berada pada
ujung utara, selatan dan area tangga pada tengah bangunan sehingga sepanjang ruang koridor
kondisi pencahayaan selalu gelap (Gambar 6).
Gedung rusunawa berada ditengah-tengah area persawahan sehingga tidak ada vegetasi
yang berfungsi sebagai peneduh cahaya di sekeliling bangunan. Area koridor depan tangga
sering dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul tamu ketika melebihi batas penggunaan ruang
tamu pada unit hunian yaitu maksimal 4 orang (Gambar 7). Bukaan yang cukup lebar dapat
memenuhi pencahayaan siang hari pada area tersebut.
Privasi
P1 “Sering masak saya.” “masak sendiri saya, masak Hobi Aktivitas Pribadi
sendiri.” “Tidak melibatkan orang luar, ya dikerjakan
keluarga sendiri””Yang jadi sibuknya itu kan ketika ada
pesanan,””gak bisa ditinggal”
P1 Disini, disini. (Ruang Tamu). Gak pernah dikamar saya, Ruang Aspek
saya, gak krasan, ya gitu. Apalagi gak ada pasangannya, Tamu Arsitektural
hahahaha
P1 “sering saya tutup, kalau ada tamu baru saya buka,”kalau Pembatas
gak ditutup nanti takutnya ada orang lain tamu tapi Ruang
kelakuannya gak baik,
P2 saya buka pintu ini (pintu depan) tidur disini saya. Pintu
kamar saya tutup kan kuatir kucing masuk kan gitu ya.
Wong disini yang itungannya dalam naungan, jadi ya
tertutup.
P1 “tapi biasanya ya di ruang tamu kalau orang lain. Kecuali Saudara Kedekatan
kalau orang tua atau saudara. Kalau saudara kan lain mas” Hubungan
P3 kan aturannya gak boleh ya. Takut nanti ada masalah. Kan
disini ya cuman nyewa mas jadi ya gak perlu
bangun2 kayaknya
P1 pokoknya kalau saya sudah menata perlengkapan masak Pembatasa Perilaku Privasi
saya disekeliling dapur” n area
pokoknya wadah-wadah untuk mengemas masakan saya
tata diatas tikar sini sama pintu ini sya tutup suapay tidar
terlihat dari luar
Aktivitas-Layout Ruang
P1 Kalau dari jendela ya bagus, terang. Kalau dari lampu ini Menyalaka Terang
sudah tak ganti, dulunya redup. Sekarang tak n lampu
ganti semua.
kalau pas sore sialu, iya. Karena mataharinya kan
langsung dari barat.
kalau saya suka pakai lampu, karena terang. Kalau
orangnya gak ada baru mati. Kalau ada ya
nyala terus lampunya.
Terganggu mas, terang sekali dan panas kalau sore
P2 dari segi sinar matahari disini itu bagus pak, bagus. Mematikan Gelap
Lebih-lebih yang menghadap ke barat itu lebih bagus. lampu
Karna kan cahaya matahari langsung masuk dari timur
kesini ya. Tapi kalau siang, sudah enak, jadi intinya sehat
kalau yang menghadap kesini (Barat) Kalau yang
menghadap kesini (Timur) ini yang menurut saya kurang
sehat. Karna kan matahari pagi gak menyinari, yang
menghadap ke timur, cuma sore menyinari. Kan gitu pak.
Hehehe
Tak nyalain semua mas karna anak saya paling kecil ini
gak suka gelap. Nanti kalau tidur baru tak
kurangi. Hanya ini lampu dapur aja yang nyala
biar gak gelap semua,
Hasil analisis data interview menunjukkan bahwa aspek privasi pengguna rusunawa dipengaruhi
oleh beberapa aspek antara lain aktivitas pribadi, aspek arsitektural, kedekatan hubungan
seseorang, regulasi dan perilaku privasi. Sedangkan aktivitas pengguna rusunawa telah
diklasifikasikan berdasarkan tempat melakukan aktivitas tersebut meliputi private area, semi
private area dan public area. Dalam melakukan aktivitas privat pengguna memiliki persepsi
privasi terhadap pencahayaan yang berbeda-beda, partisipan 1 merasakan bahwa pencahayaan
terang dapat meningkatkan tingkat privasi, partisipan 2 kebalikannya bahwa pencahayaan gelap
dapat menambah privasi, sedangkan partisipan 3 berpendapat bahwa pencahayaan redup lah
yang dapat menambah tingkat privasi.
3. Menampilkan data dengan menggunakan ilustrasi berwarna, tabel dan diagram yang
dilengkapi dengan penjelasan secara tertulis.
Rusunawa di Kota Pasuruan memiliki bentuk bangunan yang sama antara satu bangunan
dengan bangunan yang lain. Dalam satu bangunan rusunawa terdiri dari unit hunian dengan tipe
yang sama yaitu tipe 36 sebanyak 76 hunian. Penelitian ini dilakukan di lantai 2 dengan tiga unit
yang mempunyai lokasi berbeda. Unit pertama berada didekat lobi lantai 2 dengan orientasi
menghadap ke timur. Unit kedua berada di pojok utara dengan orientasi menghadap ke barat
(Gambar 9). Unit ketiga berada di sebelah selatan yang diapit oleh hunian yang lain di sisi
selatan dan utara. Ketiga lokasi dipilih dengan pertimbangan melihat perbedaan perilaku privasi
antara ketiga unit tersebut. Disisi lain, partisipan yang dipilih adalah pengguna dengan masa huni
mulai awal rusunawa dibangun untuk dapat menggali pengalaman pengguna ketika interview
secara mendalam.
Keterangan: Area Kuning (Partisipan 1), Area Merah (Partisipan 2), Area Biru (Partisipan 3)
Sebelum mengetahui aspek privasi dari pengguna dan aplikasi arsitekturnya pada ketiga
hunian tersebut dilakukan analisis aktivitas pada masing-masing unit yang dilakukan sehari-hari
pada zona masing-masing di dalam ruangan. Pembagian zona yang dipengaruhi oleh aktivitas
sehari-hari pada hunian menurut Tomah (2010) meliputi public zone, private dan semi-private.
Aspek privasi pada masing-masing unit akan dapat diketahui dengan analisis tersebut. Aktivitas
sehari-hari partisipan unit rusunawa 1 yang didapatkan dari data interview partisipan 1 dan
observasi penulis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Aktivitas di dalam unit rusunawa dilakukan
oleh seluruh pengguna meliputi Kakek, Anak, Menantu, dan Cucu. Kakek lebih banyak
menghabiskan waktu diluar ruangan. Sedangkan anak dan menantu menghabiskan waktu di
dalam ruangan setelah jam kerja selesai. Cucu 1 menghabiskan waktu di dalam ruangan sepulang
sekolah sedangkan cucu 2 menghabiskan waktu di dalam ruangan sehari penuh. Aktivitas yang
dilakukan penghuni ruangan memiliki tingkat privasi yang beragam berada pada zona tertentu
sesuai dengan konteks aktivitas tersebut.
Tabel 2. Aktivitas harian pengguna, zoning, aspek privasi dan aplikasi pada unit rusunawa 1 (Partisipan 1)
Semi private zone: Bersiap berangkat ke Pembatas ruang kamar Dinding kamar, pintu
Kamar Tidur 1 sekolah, belajar, semi tertutup, ada akses selalu terbuka, jendela
(Anak, menantu, cucu) bermain, istirahat siang keluar masuk dengan gorden selalu tertutup
mudah
Public zone : Dapur, Memasak, mencuci, Area terbuka, mudah Tidak terdapat
Jemuran menjemur pakaian, diakses, terhubung pembatas area dapur
(Kakek, anak, menantu, dengan kamar mandi dan jemuran
cucu, tamu)
Private zone : Kamar Mandi, buang air kecil Penutup ruang Dinding permanent,
Mandi dan besar permanen, penerangan Pintu ditutup ketika
(Kakek, Anak, cucu, buatan, kedap suara dan ruang difungsikan,
tamu) bau lampu menyala
Private zone: Dapur Memasak pesanan dan Pembatasan ruang Menata peralatan
dan Ruang Tamu Menata pesanan dapur dan ruang tamu, masak di sekeliling area
(Kakek, Anak) masakan pencahayaan terang masak.
Memasang tikar dan
menata perlengkapan
kemasan di sekeliling
ruang tamu
Public zone: Ruang Bersantai, membaca, Ruang terbuka, dapat Pintu masing-masing
Tamu menonton TV, diakses semua kamar terbuka, lampu
(Kakek, anak, menantu, menemani anak pengguna ruangan, ruang menyala
cucu, tamu) pencahayaan terang
Public zone: Ruang Menerima tamu, Pembatas area tamu Pintu masing-masing
Tamu dan Lobi Lantai 2 mendata/mengecek dengan area lain semi kamar terbuka, Pintu
(Kakek, anak, menantu, berkas tertutup, pembatas utama terbuka, lampu
cucu, tamu) ruang luar terbuka, ruang menyala, Tikar
pencahayaan terang pada area lobi,
pencahayaan alami
Private zone: Ruang Tamu menginap Pembatas ruang Pintu kamar tertutup,
Tamu tertutup, Pencahayaan lampu menyala, pintu
(Tamu) terang utama tertutup
Private zone: Kamar Istirahat malam Pembatas ruang semi Pintu kamar terbuka,
Tidur 1 dan 2, Ruang tertutup, sebagian sebagian lampu
Tamu pencahayaan menyala menyala, pintu utama
(Kakek, Anak, tertutup
menantu, cucu)
Public zone : Tempat Bekerja, olahraga, Tidak ada pembatas, Tanpa pagar, tanpa
kerja, Lapangan, bercocok tanam, ternak akses mudah, berada di bangunan, pencahayaan
Masjid, Kebun, Kolam ikan luar ruangan alami
(Kakek, Anak,
menantu, cucu)
Sunber : Penulis (2022) diadaptasi dari tabel Razali (2010)
Ruang tamu pada unit rusunawa 1 memiliki zona ganda sesuai fungsi pada waktu
tertentu. Public zone sebagai ruangan yang berfungsi menerima tamu, bersantai, membaca, menonton
TV dan menemani anak yang dilakukan oleh seluruh penghuni ditambah tamu yang sedang berkunjung.
Respon arsitektur dan lingkungannya yaitu pintu masing-masing kamar terbuka, pintu utama terbuka,
lampu ruang menyala. Namun jumlah tamu yang dapat juga mempengaruhi tempat yang digunakan. Jika
tamu melebihi 5 orang maka area yang digunakan adalah lobi lantai 2 dan koridor depan unit dikarenakan
lokasi unit ini berdekatan dengan area tersebut. Jika tamu berjumlah maksimal 5 orang maka cukup
diterima di ruang tamu dengan respon arsitektur seperti tersebut diatas. Fungsi ruang tamu yang lain
sebagai Private zone dikarenakan aktivitas yang dilakukan berbeda. Aktivitas menata/mengemas hasil
masakan dilakukan ketika mendapatkan pesanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Aktivitas ini
dilakukan oleh kakek dan anak yang memerlukan fokus tertentu sehingga tidak dapat diganggu oleh orang
lain. Respon lingkungan ruangan terhadap aktivitas privasi ini yaitu dengan menata menata perlengkapan
kemasan di sekeliling ruang tamu, menutup pintu utama serta menyalakan penerangan tambahan di ruang
tamu.
Unit rusunawa 2 hanya ditempati sepasang suami istri. Aktivitas sehari-hari di unit ini
mayoritas dilakukan di dalam ruangan. Selain melakukan aktivitas rumah tangga, juga terdapat
aktivitas tambahan yang dilakukan secara rutin yaitu berjualan sayuran di dalam ruangan ini.
Aktivitas jualan hanya dilakukan pada waktu pagi hari sekitar pukul 05.00-08.00 WIB. Setelah
aktivitas tersebut selesai penghuni melakukan aktivitas rumah tangga yang berfokus di dalam
ruangan unit rusunawa ini. Namun, suami juga melakukan aktivitas diluar ruangan pada waktu
yang tidak dapat ditentukan. Pada malam hari, penghuni hanya melakukan aktivitas didalam
ruangan ketika beristirahat saja. Selebihnya mereka berbelanja sayuran mulai pukul 18.00-21.00
WIB. Sehingga dapat disimpulkan aktivitas di unit rusunawa ini memiliki tingkat privasi lebih
tinggi dibandingkan dengan unit rusunawa 1 dikarenakan sedikitnya penghuni dan tingkat privasi
aktivitas yang dilakukan. Rincian aktivitas, zona, dan respon lingkungan ruangan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Aktivitas harian pengguna, zoning, aspek privasi dan aplikasi pada unit rusunawa 2 (Partisipan 2)
Private zone: Ruang Menyiapkan dagangan Pembatasan ruang, ada Menata dagangan di
Tamu sayuran yang akan akses terbatas, sekeliling ruang tamu,
(Suami/Istri) dijual pencahayaan terang lampu menyala
menyala
Private zone : Ruang Menjual dagangan Pembatasan ruang, ada Menata dagangan di
Tamu sayuran akses terbatas, sekeliling ruang tamu,
(Istri/Suami) pencahayaan terang lampu menyala
menyala
Public zone : Ruang Membeli dagangan Pembatasan ruang, ada Menata dagangan di
Tamu, Transisi Teras sayuran akses terbatas, sekeliling ruang tamu,
(Pembeli) pencahayaan terang lampu menyala
menyala
Semi Private zone: Memasak, mencuci, Tidak ada pembatasan Tidak terdapat penutup
Dapur dan Jemuran menjemur pakaian ruang dapur dan ruangan dapur dan
(Istri/Suami) jemuran pencahayaan jemuran, pencahayaan
terang, akses dekat daylight dan lampu
dengan kamar mandi
Public zone: Ruang Bersantai, membaca, Ruang terbuka, dapat Pintu masing-masing
Tamu menonton TV diakses semua kamar tertutup, Pintu
(Suami) pengguna ruangan, utama terbuka, jendela
pencahayaan terang terbuka
Public zone: Ruang Menerima tamu Pembatas area tamu Pintu masing-masing
Tamu dengan area lain semi kamar terbuka, Pintu
(Suami, Istri, Tamu) tertutup, pembatas utama terbuka, lampu
ruang luar terbuka, ruang menyala,
pencahayaan terang pencahayaan alami
Private zone: Ruang Tamu menginap Pembatas ruang Pintu kamar tertutup,
Tamu dan Kamar Tidur tertutup, Pencahayaan lampu mati, pintu
2 gelap utama tertutup
(Tamu)
Private zone: Kamar Istirahat malam Pembatas ruang Pintu kamar tertutup,
Tidur 1 tertutup, pencahayaan gorden tertutup, Pintu
(Suami, Istri) mati utama tertutup, lampu
mati
Public zone : Tempat Bekerja Tidak ada pembatas, Tanpa pagar, tanpa
kerja akses mudah, berada di bangunan, pencahayaan
(Suami) luar ruangan alami
Private zone : Kamar Mandi, Buang Air Pembatas ruang Dinding permanent,
Mandi Besar dan kecil, permanen, kedap suara Pintu ditutup ketika
(Suami) mencuci baju dan bau, penerangan ruang difungsikan,
menyala lampu menyala
Public zone : Teras Merawat burung Tidak ada pembatas Tanpa dinding/partisi,
(Suami) peliharaan ruang, pencahayaan ruang terbuka/teras
alami, terbuka depan, pencahayaan
alami
Sumber : Penulis (2022) diadaptasi dari tabel Razali (2010)
Gambar 11. menunjukkan hasil zoning ruangan berdasarkan aktivitas pengguna pada
unit rusunawa yang didapatkan melalui hasil interview partisipan 2. Terdapat tiga ruang yang
memiliki fungsi tunggal yaitu private zone yaitu Kamar Tidur 2, Kamar Tidur 1 dan Kamar
Mandi. Kamar Tidur 2 merupakan ruangan yang difungsikan hanya sebagai istirahat saja
terutama ketika ada tamu saudara dekat yang menginap di unit rusunawa ini. Selebihnya
digunakan secara bebas oleh pengguna ruangan baik suami maupun istri. Ruangan ini juga
merespon terhadap aktivitas privasi tersebut dengan adanya dinding pembatas, gorden dan pintu
tertutup ketika ruangan difungsikan. Kamar Tidur 1 merupakan ruang istirahat utama pengguna
suami istri yang difungsikan paling lama pada malam hari. Tidak terdapat aktivitas berarti yang
lain yang dilakukan didalam kamar tidur 1 ini sehingga mempunyai tingkat privasi yang tinggi.
Respon arsitekturnya antara lain adanya dinding pembatas permanen, pintu yang selalu ditutup
ketika beristirahat, gorden yang tertutup serta penerangan ruangan yang dimatikan.
Dapur dan jemuran merupakan dua area yang berada pada satu ruangan. Menurut
fungsinya, dua area ini memiliki hubungan baik dari segi operasional maupun aktivitas
penggunanya. Aktivitas yang dilakukan pada dua area ini terbatas pada aktivitas sehari-hari yaitu
memasak, makan, menjemur pakaian sehingga tidak terdapat pembatasan area baik secara
permanen maupun semi permanen. Kedua area ini dapat diakses baik suami maupun istri. Pada
saat berlangsung proses jual beli, suami dan istri membagi tugas, jika suami berjualan maka istri
memasak dan sebaliknya sehingga hanya terbatas satu orang pengguna saja namun masih dapat
diakses oleh pengguna yang lain sehingga kedua area ini termasuk dalam semi-private zone.
Pencahayaan ruangan mayoritas memanfaatkan pencahayaan alami yang berada di sisi timur unit
rusunawa ini dikarenakan sangat melimpah.
Ruang tamu pada unit hunian rusunawa 2 ini merupakan satu-satunya ruang yang
memiliki zona ganda. Public zone difungsikan ketika ada aktivitas menerima tamu, bersantai,
membaca dan menonton TV. Respon arsitektur pada ruangan ini yaitu pintu masing-masing kamar
terbuka, pintu utama terbuka, lampu ruang menyala ketika malam hari, serta optimalisasi pencahayaan
alami pada saat siang hari. Private zone berlaku ketika pengguna melakukan aktivitas menata barang
dagangan serta melakukan penjualan barang dagangan di ruang tamu. Aktivitas tersebut bagi pengguna
merupakan aktivitas privasi dikarenakan area jualan tidak dapat diakses oleh orang lain/pembeli sehingga
pengguna melakukan respon terhadap area privasi ini dengan menata dagangan di sekeliling ruang tamu
sehingga pengguna menganggap area tersebut merupakan area privasinya. Selain itu penerangan
maksimal difungsikan pada aktivitas ini untuk memfasilitasi aktivitas jual beli yang memerlukan
kejelasan objek sehingga transaksi dapat berjalan dengan baik.
Gambar 11. Zona ruang unit rusunawa 2 (Partisipan 2)
Sumber: Penulis (2022)
Berbeda dengan unit 1 dan 2, unit 3 ini dihuni oleh 5 orang penghuni yang terdiri dari 1
orang ibu dan 4 orang anak. Aktivitas sehari-hari terfokus pada ibu yang menyelesaikan
pekerjaan rumahnya sehingga sehari-hari ibu menghabiskan waktunya di dalam ruangan.
Aktivitas lain yang dilakukan yaitu mengantar anak sekolah serta sebagai pembantu rumah
tangga dengan waktu yang tidak dapat ditentukan. Usia keempat anak-anak masih sebagai
pelajar sehingga tidak mempunyai aktivitas lain di dalam ruangan ini selain belajar. Jumlah
penghuni di unit ini cukup banyak sehingga terjadi sharing area antar satu penghuni dengan
penghuni yang lainnya. Respon lingkungan terhadap aktivitas di ruangan ini mengikuti eksisting
bangunan yang ada, tidak dilakukan perubahan denah pada ruangan ini. Aktivitas secara rinci,
zoning serta aspek lingkungannya yang merespon tingkat privasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Aktivitas harian pengguna, zoning, aspek privasi dan aplikasi pada unit rusunawa 3 (Partisipan 3)
Public zone: Kamar Bersiap berangkat ke Pembatas ruang kamar Dinding kamar, pintu
Tidur 2 sekolah, belajar, semi tertutup, ada akses selalu terbuka, jendela
(Anak 2, Anak 3, Anak bermain, istirahat siang keluar masuk dengan dan gorden terbuka
4) mudah
Public zone : Dapur, Memasak, mencuci, Area terbuka, mudah Tidak terdapat
Jemuran menjemur pakaian, diakses, terhubung pembatas area dapur
(Ibu, Anak 2) dengan kamar mandi dan jemuran
Private zone : Kamar Mandi, buang air kecil Penutup ruang Dinding permanent,
Mandi dan besar permanen, penerangan Pintu ditutup ketika
(Ibu, Anak) buatan, kedap suara dan ruang difungsikan,
bau lampu menyala
Public zone: Kamar 1 Bersantai, membaca, Ruang terbuka, dapat Pintu masing-masing
(Ibu, Anak 4, Anak 3) menonton TV, bermain diakses semua kamar terbuka, lampu
Ruang Tamu (Anak 1, pengguna ruangan, ruang menyala
Anak 2 pencahayaan terang
Private zone: Ruang Belajar Pembatasan area belajar Terdapat meja portable
Tamu (Anak) pada ruang tamu, sewaktu-waktu bisa
pencahayaan terang, difungsikan di ruang
TV mati tamu
Public zone: Ruang Menerima tamu Tidak ada pembatas Pintu masing-masing
Tamu area tamu dengan area kamar terbuka, Pintu
(Ibu, Tamu) lain semi tertutup, utama terbuka, lampu
pembatas ruang luar ruang menyala,
terbuka, pencahayaan pencahayaan alami
terang
Semi private: Ruang Tamu menginap Pembatas ruang semi Pintu kamar terbuka,
Tamu, Kamar 2 tertutup, Pencahayaan lampu menyala, pintu
(Tamu) terang utama tertutup
Semi Private zone: Istirahat malam Pembatas ruang semi Pintu kamar terbuka,
Kamar Tidur 1 dan 2 tertutup, sebagian sebagian lampu
(Ibu, Anak, menantu, pencahayaan menyala menyala, pintu utama
cucu) tertutup
Public zone : Tempat Bekerja, mengantar Tidak ada pembatas, Tanpa pagar, tanpa
kerja,Sekolah anak sekolah akses mudah, berada di bangunan, pencahayaan
(Ibu luar ruangan rusunawa alami
Sunber : Penulis (2022) diadaptasi dari tabel Razali (2010)
“Begini mas, pokoknya kalau saya sudah menata perlengkapan masak saya disekitar dapur itu
anak-anak sudah faham berarti saya sedang masak, jadi cucu saya ya gak berani dekat-dekat
karna takut. Takut ganggu gitu mas. Kalau anak saya ya ikut bantu lah” (diterjemahkan dalam
bahasa indonesia)
“ …pokoknya wadah-wadah untuk mengemas masakan saya tata diatas tikar sini sama pintu ini
saya tutup supaya tidak terlihat dari luar.” (diterjemahkan dalam bahasa indonesia)
“…kalau saya suka pakai lampu, karena terang. Kalau orangnya gak ada baru mati. Kalau ada
ya nyala terus lampunya.”(diterjemahkan dalam bahasa indonesia)
I : “Kalau misalkan ada aktivitas khusus, misalkan masak tadi pak kira-kira butuh
penerangan tambahan apa tidak pak?”
P1 : “Oo ndak-ndak. Sudah saya ganti lampunya yang lebih terang.”
Kebutuhan area di dalam unit rusunawa ini menyesuaikan persediaan ruang yang ada.
Menurut partisipan 1 menjelaskan latar belakang tidak menambah area/ruang tertentu
dikarenakan adanya peraturan yang tidak dapat merubah tatanan ruangan sehingga tidak dapat
dilakukan. Akibatnya ruang-ruang yang ada akan memiliki fungsi ganda dengan menyesuaikan
aktivitas penggunanya. Sebagai contoh ruang tamu yang memiliki fungsi utama sebagai tempat
menerima tamu tetapi dalam waktu tertentu berubah fungsi menjadi ruang istirahat dan juga
tempat mengemas masakan yang akan dikemas. Hal ini dapat menyebabkan tidak terpenuhinya
aktivitas privasi pada unit rusunawa 1 ini.
Menurut partisipan 2 dengan lokasi unit rusunawa menghadap barat dan bukaan berada di
timur menyebutkan bahwa kondisi pencahayaan ruang pada unit ini sangat bagus terutama pada
pagi hari sampai siang hari sehingga tidak memerlukan pencahayaan tambahan. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan jawaban partisipan 2 berikut ini:
“Kalau dari segi sinar matahari disini itu bagus pak, bagus. Lebih-lebih yang menghadap ke
barat itu lebih bagus. Karna kan cahaya matahari langsung masuk dari timur kesini ya. Tapi
kalau siang, sudah enak, jadi intinya sehat kalau yang menghadap kesini (Barat) Kalau yang
menghadap kesini (Timur) ini yang menurut saya kurang sehat. Karna kan matahari pagi gak
menyinari, yang menghadap ke timur, cuma sore menyinari. Kan gitu pak.” (diterjemahkan dalam
bahasa indonesia)
Penggunaan cahaya matahari secara optimal dimanfaatkan oleh penghuni unit rusunawa 2 ini
pada siang hari. Sedangkan pada waktu malam hari ketika penghuni beristirahat, semua
penerangan dimatikan dikarenakan faktor kenyamanan pengguna ketika beristirahat serta
meningkatkan aktivitas privasi. Hampir sama dengan penghuni unit rusunawa 1, penghuni unit
rusunawa 2 ini juga memiliki aktivitas khusus diluar aktivitas sehari-sehari yaitu berjualan
sayuran di dalam ruangan. Aktivitas berjualan dilakukan di ruang tamu dengan menggunakan
penerangan tambahan lampu yang terang untuk melancarkan proses transaksi jual beli dan
mewadahi persiapan dagangan yang akan dijual pada pagi hari. Proses jual beli berlangsung
mulai pukul 05.00-08.00 WIB setelah itu ruang tamu kembali berfungsi seperti semula dalam
kondisi yang bersih.
Partisipan 2 juga menjelaskan bahwa tidak dapat menambahkan ruang tambahan
dikarenakan terkendala regulasi yang tidak memperbolehkan adanya renovasi ruangan. Namun
dengan jumlah penghuni hanya 2 orang dan status nya hanya sebagai penyewa maka untuk saat
ini kebutuhan ruangan sudah terpenuhi pada unit 2 ini. Berikut merupakan kutipan jawaban
partisipan 2:
“Oo, maksudnya ruang ini direnovasi gitu ya mas. Kan aturan dari UPT kan gak boleh,
merubah tatanan ruang kan gak boleh. Kalau misalkan hanya ditutup ya tetep gak boleh.”
(diterjemahkan dalam bahasa indonesia)
Menurut partisipan 3 yang tinggal di unit rusunawa 1 yang menghadap ke barat dengan
jendela berada di bagian barat menyatakan bahwa kebutuhan ruangan telah memaksimalkan
ruangan yang ada tanpa melakukan penambahan area/ruangan. Namun sebenarnya dengan
jumlah penghuni 5 orang tidak cukup mengakomodir aktivitas masing-masing penghuni jika
tidak pandai-pandai dalam menata ruangan. Akibatnya terdapat penggunaan ruang yang
difungsikan ganda sehingga mempunyai kategori zona ruang lebih dari satu. Berikut ini
merupakan kutipan partisipan 3 terkait penambahan area/ruangan didalam unit:
“Gak berani saya mas, kan aturannya gak boleh ya. Takut nanti ada masalah. Kan disini ya
cuman nyewa mas jadi ya gak perlu bangun2 kayaknya” (diterjemahkan dalam bahasa indonesia)
Pada unit rusunawa 3 melalui partisipan 3 dijelaskan bahwa adanya fungsi ganda pada
ruang tamu selain digunakan sebagai area menerima tamu dengan tidak adanya pembatasan
khusus dengan area yang lain sehingga kondisi area yang lain dapat terlihat oleh tamu dari ruang
tamu. Aktivitas selain menerima tamu di ruang tamu yaitu sebagai tempat belajar anak-anak
dengan menggeser meja portabel yang berada di ruang tamu dan menutup pintu utama serta
mematikan TV. Kutipan jawaban partisipan 3 sebagai berikut:
“Iyaa, gak bisa sendiri-sendiri, kadang kalau mau belajar gitu itu (sambil nunjuk meja portabel)
itu digeret untuk alas. Kalau masalah lampu ya anak-anak yang terang yang ini (tengah), yang
ini kurang, yang dikamar sudah tak pindah, ya gini tak betulin sendiri dulu.” (diterjemahkan dalam
bahasa indonesia)
Berdasarkan uraian partisipan 3 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas ruang/area
pada unit rusunawa 3 memiliki zona publik dengan aktivitas masing-masing penghuni saling
dilakukan pada beberapa ruang secara bersamaan. Pencahayaan ruang fokus pada pencahayaan
alami pada siang hari serta pemanfaatan lampu ruangan pada malam hari namun ketika istirahat
hanya satu lampu yang dinyalakan dikarenakan tigkat privasi anak ketika istirahat dapat tercapau
dengan pencahayaan yang redup.
Apabila ditinjau ulang berdasarkan 3 partisipan tersebut dapat ditarik benang merah
temuan yang dihasilkan yaitu adanya perilaku tidak dapat menambah area/ruangan untuk
memenuhi aktivitas khusus yang bersifat privasi dikarenakan adanya faktor eksternal yaitu
regulasi yang melarang kegiatan renovasi dan status penghuni yang hanya sebagai penyewa
sehingga tidak perlu memperbaiki kondisi ruangan padahal sangat dibutuhkan untuk mencukupi
aktivitas privasi. Selain itu adanya fungsi ganda pada area tertentu yaitu ruang tamu. Selain
difungsikan sebagai tempat menerima tamu juga berfungsi sebagai private zone untuk
melakukan aktivitas privasi yang memerlukan tingkat fokus lebih daripada aktivitas sehari-hari
yang lain.
H. KESIMPULAN
Privasi merupakan kemampuan individu atau kelompok untuk mengontrol interaksi
visual, pendengaran dan penciuman mereka dengan orang lain (Lang, 1987). Rapoport (1977)
mendefinisikan privasi sebagai kemampuan mengontrol interaksi, memilih pilihan dan mencapai
interaksi yang diinginkan. Privasi tidak boleh dilihat hanya sebagai penarikan fisik seseorang
dalam makna pengasingan diri dari orang lain (Schwartz, 1968).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi ruang privasi terhadap layout ruangan
dalam konteks pencahayaan yang mengambil objek rusun di Kota Pasuruan. Berdasarkan hasil
penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat zona ganda pada area ruang tamu pada tiga unit rusunawa yang diambil
sebagai studi kasus sehingga ruang tamu dapat berfungsi sebagai Public Zone dan
Private Zone melihat aktivitas dan waktu berlangsungnya aktivitas tersebut.
2. Adanya perilaku tidak dapat menambah area/ruangan untuk memenuhi aktivitas
khusus yang bersifat privasi dikarenakan adanya faktor eksternal yaitu regulasi
yang melarang kegiatan renovasi dan status penghuni yang hanya sebagai
penyewa sehingga tidak perlu memperbaiki kondisi ruangan padahal sangat
dibutuhkan untuk mencukupi aktivitas privasi.
3. Terdapat aspek-aspek yang mempengaruhi privasi antara lain aktivitas pribadi,
aspek arsitektural, kedekatan personal seseorang, perilaku privasi dan regulasi.
Dari kesimpulan tersebut dapat ditinjau ulang dengan theoritical framework penelitian ini
yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut maka aspek
eksternal yang terdiri dari regulasi rusunawa dan status kepemilikan penghuni rusunawa yang
hanya sebagai penyewa dapat mempengaruhi privasi penghuni yang dapat dilihat pada diagram
dibawah ini:
Gambar 13. Hasil Temuan Penelitian Berdasarkan Theoritical Framework
DAFTAR PUSTAKA
Altman, I. (1975). The Social Environment and Behavior; Privacy, Personal Space, Territory and
Crowding. Monterey, California: Brooks / Cole Publishing Company.
Altman, I., & Chemers, M. M. (1984). Culture and Environment (basic concepts in environment and
behavior series). New York: Cambridge University Press.
Altman, I., Vinsel, A., & Brown, B. B. (1981). Dialectic Conceptions in Social Psychology: An
Application and Privacy Regulation.Advances in Experimental Social Psychology , 14, 107-157.
Rahim, A. A. (2008). Housing from the Islamic Perspective. Selangor: IIUM Press,.
Creswell, J. W. (2012). Educational Research, Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and
Qualitative Research; Fourth Edition. Pearson Education, Inc.
Creswell, J. W. (2009). Research Design, Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches;
Third Edition. SAGE Publications.
Lang, J. (1987). Creating architecture theory: The role of the behavior sciences in environmental design.
Library of Congress: Van Nostrand Reinhold
Rapoport, A. (1977). Human aspects of urban form. Towards a man environment approach to urban form
and design. Pergamon Oxford: Press. ISBN: 978-0-08- 017974-2.
Rapoport, A. (1991). Housing and culture. In L. Taylor (Ed.), Housing: Symbol, structure, site (pp.
14e15). New York: Rizzoli.
Daniels, K. (1998). Low-tech, light-tech, high-tech: Building in the information age. Boston:
Birkhauser
Heerwagen,J. and B. Hase,(2001). Building biophilia: Connecting people To nature in building
design. Environmental Design and Construction 30-36
Lechner, Nobert, (2015), Heating, Cooling, Lighting, Sustainable Design Methods for Architects,
4 editions, Prestel, New York.
Leslie,R.(2003. Capturing the daylight dividend in buildings: why and How? Building and
environment 38 (2003) 381-385.
Linda N. Groat and David Wang, Architectural Reseatch Method, Second Edition.
Nasrollahi, Nazanin. (2020). Parametric Analysis of Architectural Elements on Daylight, Visual
Comfort, and Electrical Energy Performance in the Study Spaces,Journal of Daylighting7
Nemeth, Darlyne G. (2015). Ecopsychology : advances from the intersection of psychology and
environmental protection / Darlyne G. Nemeth, set volume 1. Science and theory —
volume 2. Intervention and policy. ISBN 978–1–4408–3172–0 (hard copy : alk. paper) —
ISBN 978–1–4408– 3173–7 (ebook)
Olgyay, D. Egan and V.W.(2002). Architectural lighting, McGraw-Hill
Sarwono, Sarlito Wirawan, (1992). Psikologi Lingkungan, Grashindo
Szokolay (2004) Introduction to Architectural Science the basis of sustainabledesign
Widarji, Suriansyah, Yasmin. (2011). Kualitas Pencahayaan Alami pada Enam Rumah Susun di
Bandung
Vinsensius Sigrid Canny (2015) Pengaruh pemberian shading terhadap kenyamanan visual pada
siang hari di fasilitas lapangan futsal sewa pelle babarsari yogyakarta
LAMPIRAN
● PERTANYAAN WAWANCARA
Nama :
Tanggal :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pencahayaan
1. Menurut anda bagaimana kondisi pencahayaan ruang di rusun ini?
2. Bagaimana kondisi pencahayaan di siang hari?
3. Bagaimana kondisi pencahayaan di malam hari?
4. Apakah anda memerlukan pencahayaan tambahan? Kapan? Untuk aktivitas apa saja?
5. Apa yang anda rasakan ketika jendela terbuka total di siang hari?
6. Jika anda ingin melakukan aktivitas khusus apakah anda mengatur pencahayaan
khusus?
7. Apakah anda pernah merasa terganggu dengan pencahayaan? Kapan?
8. Berdasarkan pencahayaan yang ada, area/ruang mana yang akan anda gunakan ketika
bertemu dengan orang lain?
9. Apakah ada aktivitas privat yang anda lakukan? Dengan pencahayaan seperti apa anda
merasa nyaman melakukan aktivitas tsb?
10. Apakah anda melakukan aktivitas khusus di malam hari? Apakah yang anda rasakan
dengan pencahayaannya?
Aspek Arsitektur (Denah)
1. Menurut anda bagaimana denah/layout ruang di rusun ini?
2. Apakah anda merasa nyaman? Mengapa?
3. Apakah anda pernah merubah layout ini? Kapan?
4. Apakah ada area paling privat di layout ini?
5. Apakah anda pernah melakukan aktivitas yang memiliki tingkat fokus tinggi? Di area
manakah anda melakukannya?
6. Apakah yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas di dekat jendela pada siang
hari?
7. Apakah yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas didekat lampu pada malam
hari?
8. Apakah ada aktivitas yang tidak memerlukan pencahayaan? Kapan?
9. Apakah ada area yang bisa diakses banyak orang pada rusun ini? Bagaimana kondisi
pencahayaannya?
10. Apa yang anda lakukan untuk membatasi diri dengan orang lain?
● TRANSKRIP WAWANCARA
Partisipan 1
Nama : TA
Tanggal : 19 Mei 2022
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Orientasi Rumah : Menghadap Timur
Partisipan 2
Nama : TM
Tanggal : 19 Mei 2022
Usia : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Orientasi Rumah : Menghadap Barat
I : Sudah berapa lama tinggal di rusun ini Pak kalau boleh tahu?
P2 : Saya sudah 4 tahun disini Pak, tinggal sama istri itu, masih belum ada yang lain
hehehe
I : Selama 4 tahun itu bagaimana pak kesannya tinggal disini?
P2 : Ya enak aja Pak, saya kan disini hanya hak sewa bukan hak milik jadi menurut saya
kalau lihat rumahnya ini ya enak lah. Meskipun banyak gak enaknya juga sebenarnya
hehehe
I : Kalau boleh tau keluhannya apa saja pak disini?
P2 : Begini Pak, kalau kondisi rumahnya sendiri sudah cukup lah, enak. Menurut saya
yang kurang itu operasionalnya aja. Kami disini kan sebagai penyewa pak seharusnya
kalau ada kerusakan seperti lampu, atap bocor gitu itu kan yang menanggung bagian
yang menyewakan tapi kalau disini enggak. Jadi intinya pengelolaan disini kurang
bagus pak.
I : Kalau dari pencahayaan di rumah ini sendiri Pak?
P2 : Kalau dari segi sinar matahari disini itu bagus pak, bagus. Lebih-lebih yang
menghadap ke barat itu lebih bagus. Karna kan cahaya matahari langsung masuk dari
timur kesini ya. Tapi kalau siang, sudah enak, jadi intinya sehat kalau yang menghadap
kesini (Barat) Kalau yang menghadap kesini (Timur) ini yang menurut saya kurang
sehat. Karna kan matahari pagi gak menyinari, yang menghadap ke timur, cuma sore
menyinari. Kan gitu pak. Hehehe
I : Apakah kondisi pencahayaan seperti ini cukup, tidak terlalu gelap, atau terang Pak?
P2 : Ndak, kalau gelap ndak, cukup aja mas
I : Kalau untuk lampu sendiri di malam hari bagaimana Pak?
P2 : Kalau malam hari, saya kira sudah cukup, cuman, lampunya aja yang watt nya harus
dibesarkan itu aja.
I : Berarti selama ini seperti apa pak?
P2 : Selama ini untuk hunian kan warga beli sendiri, seharusnya dari pihak pengelola yang
menyediakan.
I : Kalau aktivitas bapak sendiri sehari-hari seperti apa Pak?
P2 : Aktivitas kalau di pagi hari saya jualan, jualan sayur mayur, kalau siang ya seadanya
lah, kadang ya saya makelaran, pokoknya ya serabutan lah.
I : Berarti aktivitasnya difokuskan di rumah ini ya Pak?
P2 : Difokus iya, intinya aktivitas saya dan istri saya itu jualan mas. Lebih banyak di
rumah ini.
I : Kira-kira area yang digunakan mana saja Pak kalau di rumah ini?
P2 : Di dalam sini. Ruang tamu.. Kan habis sholat shubuh kan buka, jam setengah 5 sudah
buka, jam 8 sudah selesai. Di Rusun sini, di dalam sini. Kan dulu kan jualannya
dibawah, diluar, terus katanya UPT, apa namanya, gak boleh dengan alasan kumuh. Lha
sedangkan kita mencari nafkah diluar rusun itu dalam keadaan kalau selesai, sampah
satu pun gak ada selalu dibersihkan, intinya gak boleh sama pihak UPT. Jadi kalau
masalah sayur mayur satu rusun sudah tau disini.
I : Kalu untuk belanja dagangannya dilakukan kapan Pak?
P2 : Yaa, malamnya belanja, terus paginya dijual.
I : Selain difungsikan sebagai ruang tamu juga sebagai tempat jualan ya Pak?
P2 : Betul, tempat jualan. Masalahnya, disini kan fungsinya kan kecil. Tapi kalau
fungsinya besar, mungkin melebar keluar tidak apa-apa. Berhubung fungsinya kecil, ya
disini cukup.
I : Kalau misalkan di teras sini bagaimana Pak untuk jualannya?
P2 : Bisa, dengan catatan bersih gitu aja. Dari pihak UPT pun, saya sempat dengar,
didalam pun sebenarnya gak boleh, terus pihak pengelola bilang gini, sudah saya buat
mata buka telinga tuli gak papa jualan aja lha intinya kan diberi kelonggaran.
I : Kalau untuk area yang lain bagaimana pak, ketika ada pembeli merasa terganggu apa
tidak pak?
P2 : Kalau terganggu ndak sih mas, intinya saya sama istri saya itu kalau pagi hari itu
kerjasama jadi gak ada yang merasa terganggu, istri saya yang jualan, saya di dapur,
blak-blak an aja ya hahaha kadang juga cuci piring, pokok aktivitas nya saling
membantu. Saling membantu bukan berarti laki-laki takut istri ya. Saya sama istri saya
ini saling kerja sama. Jadi intinya istri saya yang jualan saya yang didapur, saya yang
jualan istri saya yang di dapur. Terus siang saya keluar, kerja seadanya. Jadi intinya ya
jual sayur mayur itu mas. Kalau pekerjaan saya ndak bisa dibilang, masalahnya gak ada
tembusannya.
I : Kalau menurut bapak apakah ada ruang khusus yang dianggap privat begitu Pak, yang
tidak bisa diakses orang lain gitu?
P2 : Oo, di dalam rumah ini. Kalau ruang khusus yang jelas kamar, selain itu ndak ada
kalau kamar ya seperti ini mas, mas nya kan tau sendiri tapi intinya disini yang masuk
ya saya sama istri saya. Orang lain ya gak mungkin lah, kecuali saudara.
I : Kalau misalkan ada tamu gitu Pak, mungkin menginap?
P2 : Kalau tamu menginap kebetulan saya disini sudah empat tahun itu belum pernah ada
yang menginap disini, cuman dulu almarhum ibu saya pernah menginap disini saya
taruh di kamar sebelah ini, kamar anak. Kalau tamu gak ada mas.
I : Kalau bapaknya sendiri tidurnya dimana Pak kalau boleh tahu?
P2 : Kalau saya ini tidurnya tergantung cuaca, tergantung situasi dan kondisi. Kalau di
kamar panas saya tidur di ruang tamu. Pokok intinya gak tidur di kamar mandi gitu aja.
Kadang saya buka pintu ini (pintu depan) tidur disini saya. Pintu kamar saya tutup kan
kuatir kucing masuk kan gitu ya. Wong disini yang itungannya dalam naungan, jadi ya
tertutup.
I : Kalau malam tidur gitu lampunya dinyalakan atau dimatikan Pak?
P2 : Kalu saya dan istri saya kebetulan terbiasa mati mas heheheh kalau lampunya nyala
gak bisa tidur. Perasaannya kemana-mana.
I : Kalau untuk jualan di pagi hari cukup pakai pencahayaan ini ya Pak?
P2 : Kalau di pagi hari cukup cahayanya, lampu saya hidupkan, itu sudah cukup.
I : Pernah merasa silau apa tidak Pak?
P2 : Ndak mas. Jadi saya kalau, ini terus terang aja mas ya. Saya kalau di rumah ini, di
siang hari, di pagi hari, di sore hari saya menikmati, masalahnya menurut saya cahaya
terlalu banyak menyinari rumah ini mas. Dari belakang. Terus kalau di siang hari pun
kalau pintu ini dibuka gak usah kipas. Jadi angin itu kalau pojok lho mas. Yang saya
bahas rumah saya, sya gak bahas yang lainnya. Rumah saya ini kalau siang kan agak
panas,pintu saya buka, belakang saya buka jadi menyatu anginnya mas. Besar. Kalau di
pojok, kalau di tengah hitungannya kan lewat belakang aja mas. Pokoknya kalau di
pojok sini enak lah menurut saya.
I : Kalau malam hari gitu aktivitasnya apa saja Pak?
P2 : Kalau malam hari saya aktivitas, habis sholat maghrib saya ke pasar, belanja kulak,
jam setengah 9 saya nyampek. Saya datang sholat isya’ kemudian tidur. Kalau untuk
menyiapkan jualannya pagi. Sebelum shubuh itu saya bangun saya siapkan dulu,
kemudian adzan saya sholat baru nyantai sudah
I : Kalau untuk menyiapkan dagangan itu sendiri dimana Pak? Apakah perlu
pencahayaan khusus?
P2 : Kalau nyiapkan sayur mayur itu ya harus terang mas, kadang kan ada daun2 kering
atau apa yang perlu dibuang, ya saya bersihkan. Lampu disini (ruang tamu) saya
nyalakan itu cukup.
I : Kalau untuk denah ruangan rumah ini sendiri bagaimana pak, apakah sudah sesuai
atau seperti apa pak?
P2 : Kalau menurut saya dengan tipe seperti ini sudah sesuai mas, kalau perumahan kan ini
tipe 36 mas tipe 36 menurut saya ya sudah sesuai. Masalahnya ruangannya kan biarpun
sempit kan gak begitu sempit kan mas, masnya kan tau sendiri. Kamarnya juga seperti
ini, ada jemuran, ada dapur, ada kamar mandi, kalau menurun saya denahnya ya cukup
lah.
I : Kira-kira perlu ruang tambahan apa tidak pak, atau cukup memanfaatkan ruang yang
ada ?
P2 : Maksudnya ruang tambahan?
I : Misalkan untuk fungsi yang lain, misalkan gudang atau apa?
P2 : Oo, maksudnya ruang ini direnovasi gitu ya mas. Kan aturan dari UPT kan gak boleh,
merubah tatanan ruang kan gak boleh. Kalau misalkan hanya ditutup ya tetep gak
boleh.
I : Kalu siang hari gitu pak kira-kira banyak dihabiskan di area mana pak?
P2 : Kalau siang hari, pokoknya kalau saya itu kalau dirumah itu tergantung situasi dan
kondisi, masalahnya saya itu tidak jelas mas, ya dikamar, ya disini (ruang tamu),
intinya kalau saya nyantai dirumah lihat situasi.
Partisipan 3
Nama : NA
Tanggal : 21 Mei 2022
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Orientasi Rumah : Menghadap Barat
I : Sudah lama ya buk tinggal disini?
P2 : Yaa mulai awal itu mas saya disini, ya gimana lagi, namanya juga pengen mandiri
mas, awalnya sya tinggal sama mertua di kejayan sana, suami terus ngajak kesini ya
saya ikut anak2 tak ajak semuanya.
I : Ada berapa orang yang tinggal disini buk?
P3 : Saya dan anak2 aja, 4 orang.
I : Kalu suami berarti tidak tinggal disini ya buk?
P3 : Sudah enggak mas. Sejak awal puasa kemarin. Mau gimana lagi memang sudah
keputusan sendiri-sendiri. Waktu itu sempat ada masalah, habis itu dia pergi katanya
gak usah mikirin aku entah hidup atau mati sampai sekarang gak pulang mas.
Yasudah yang penting saya fokus urus anak-anak gitu aja.
I : Kalau aktivitas ibuknya sendiri sehari-hari apa saja bu?
P3 : Saya ngantar anak2 sekolah aja, nanti kalau ada orang yang nyuruh saya masak atau
apa ya saya bisa..
I : Kalau untuk melakukan aktivitas didalam ruangan sendiri apa saja buk?
P3 : Ya semua mas, semua tak kerjakan didalam sini, masak, nyuci ngepel, jemur pun ya
kan sudah ada didalam. Pokoknya urusan rumah tangga gitu mas. Keluar-keluar ya
ngantar anak itu sama belanja paling.
I : Berarti anak-anak sekolah ya Buk?
P3 :Iya sekolah, yang sulung ini masih ke luar kota sekarang ikut tes TNI AL di
surabaya. Sudah 2 minggu ke malang, terus dikirim ke surabaya.
I : Kalau untuk pencahayaan di rumah ini sendiri menurut ibuk bagaimana?
P3 : Yaa, nyaman kalau menurut saya sendiri disini, soalnya kalau pagi ya tak bukai
semua gini wes, biar bersih, jadi kalau siang hari ya gak pakai lampu.
I : Kalau malam gitu buk? Lampunya nyala semua atau bagaimana buk?
P3 : Tak nyalain semua mas karna anak saya paling kecil ini gak suka gelap. Nanti kalau
tidur baru tak kurangi. Hanya ini lampu dapur aja yang nyala biar gak gelap semua,
kalau gelap malah gak bisa tidur anak saya mas hehe
I : Kalau penghawaannya bagaimana buk disini?
P3 : Yaa nyaman mas, kan pojok. Tapi ketika hawanya panas ya panas mas, tapi kalau
pas dingin ya dingin. Suasananya enak lah soalnya banyak ventilasi banyak jendela.
Tapi kipas angin ya nonstop mas. Iya meskipun gini ya tetep nyala terus.
I : Kalau istirahat begitu didalam kamar apa di ruang tamu sini buk?
P3 : Endak, dikamar kok. Anak-anak ya disini, ngumpul2 gitu lihat TV, cuman sekarang
TV nya rusak kena petir jadi ya di kamar terus.
I : Pernah ada tamu yang menginap juga disini buk? Saudara misalnya?
P3 : Saudara ada, keponakan gitu..
I : Kalau menginap gitu didalam kamar atau dimana buk tidurnya?
P3 : Iyaa, di dalam kamar, kadang diatas, pokoknya seenaknya anak-anak itu wes.yaa
namanya kumpul2 sama ponakan, anaknya mbak gitu.
I : Kalau hanya sekedar bertamu aja gitu buk, berarti masuk kesini juga ?
P3 : Iya mas ya tak masukkan kesini wes, lha mau gimana lagi wong tempatnya ya
seperti ini, apa adanya ya saya biarkan seperti ini karna kan terbatas
I : Ada aktivitas khusus apa ndak buk sehari-harinya, misalkan mengerjakan selain
pekerjaan rutin gitu?
P3 : Saya? Yaa kalau saya kadang antar jemput sekolah sama pekerjaan rumah tangga.
I : Kalau untuk kebutuhan ruang sendiri disini menurut ibuk sudah cukup atau seperti
apa Buk?
P3 : Kalau menurut saya sih, anak saya banyak ya, ya cukup2 aja kalau dipake, ye
memang harus bisa menata lah. Kalau ndak bisa menata ya gak cukup. Soale saya
sendiri punya anak kecil. Kotor sedikit gitu saya ndak suka. Bersihan lah, kalau sudah
selesai aktivitas apa gitu anak2 tak suruh bersihkan langsung.
I : Kalau memang ruangannya kurang apakah pernah mencoba menambah ruang
misalkan ditambah dengan penutup semi permanen begitu buk?
P3 : Gak berani saya mas, kan aturannya gak boleh ya. Takut nanti ada masalah. Kan
disini ya cuman nyewa mas jadi ya gak perlu bangun2 kayaknya
I : Apakah setiap anak beraktivitas di dalam ruangan sendiri-sendiri buk?
P3 : Iyaa, gak bisa sendiri-sendiri, kadang kalau mau belajar gitu itu (sambil nunjuk meja
portabel) itu digeret untuk alas. Kalau masalah lampu ya anak-anak yang terang yang
ini (tengah), yang ini kurang, yang dikamar sudah tak pindah, ya gini tak betulin
sendiri dulu.
I : Kalau untuk petugas perbaikan sendiri apakah ada juga buk disini?
P3 : Kalau urusan dalam gak mau dia. Kalau depan mau. Disini sudah gak ada sekarang
petugas yang mau.
I : Kalau aktivitas kumpul-kumpul sesama ibu-ibu begitu apakah juga ada buk disini?
P3 : Nggak ada, dulu ada.. Ada kayak yasinan, dulu PKK, sekarang orangnya individu
mas. Ndak jalan. Orangnya kalau dikumpul2in gak mau, tapi kalau disuruh nimbrung
ngomongin orang paling senang orang-orang. Saya meskipun ibuk-ibuk memang gak
suka, nongkrong-nongkrong gitu, hehehe saya sendiri juga orang-orang dikumpulkan
lagi untuk arisan gak mau, punya sibuk urusan sendiri-sendiri, terus acara yasinan
orang-orang juga gak mau, ya sudah wes, gak papa wes yang penting gak ngriwuki
rumah tangga orang. Hehehe
I : Kalau di rumah ini sendiri ada yang dianggap privasi apa tidak buk?
P3 : Gak ada mas, ya gini wes. Saya sama anak2 yang gunakan. Yang kecil tidur sini
(Kamar 1) kakaknya tidur sini (kamar 2) saya disini (kamar 1) yang kuliah disini
(kamar 1) mas nya disini (kamar 2) biasanya kalau TV nya nyala ya anak2 didepan
TV, tapi berhubung rusak tidur kamar semua. hehehe
I : Ada ndak buk tempat yang jadi favorit gitu, sering ditempat itu gitu?
P3 : Dirumah sini ya Mas?
I : Iya buk, didalam sini, misalkan ibuk paling seneng menghabiskan waktu dimana,
terus kenapa buk?
P3 : Kalau saya ya selesai urusan rumah, ngantar anak gitu ya saya leyeh2 disini aja mas
(kamar 1) sambil nemenin anak saya ini karna gak bisa ditinggal. Kalau TV nya nyala
gitu ya sya disini (ruang tamu) karna ada hiburannya. Berhubung TVnya mati ya
dikamar jadinya. Ya enak aja.
I : Pernah merasa silau apa tidak buk kalau siang hari?
P3 : Oh silau, kalau pas panas banget iya mas, silau, panas juga makanya di ruang tamu,
tirainya tak tutup semua, tapi kalau sudah sore ya tak buka sama lampu ini tak
nyalakan. Pokoknya kalau sudah jam 3-4 gitu ya saya nyalakan lampunya mas.
● KODING DATA
A. Variabel Kerangka Teori
1. Privasi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku privasi (Lang, 1987)
● Visual
● Auditory
● Olfactory
b. Privacy-regulation mechanism (Altman and Chemers, 1980)
● Personal space
● Territory
● Verbal behavior
● Non-verbal behavior
2. Pencahayaan Ruang
a. Daylight
b. Artificial Light
3. Layout Ruang
a. Aktivitas
b. Hierarki Territory
● Public area
● Semi public area
● Semi private area
● Private area
B. Koding data berdasarkan hasil temuan
● Partisipan 1
● Partisipan 2
● Partisipan 3