Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pencahayaan merupakan salah satu elemen penting dalam desain interior.
Pencahayaan mempengaruhi suasana dalam satu ruangan tersebut dan juga terhadap
aktivitas manusia di dalamnya. Intensitas cahaya yang baik dapat membantu efektivitas
kegiatan dari pengguna ruangan, sedangkan intensitas cahaya yang buruk tidak hanya
menurunkan efektivitas kegiatan dari pengguna ruang, tetapi juga berpengaruh terhadap
kenyamanan dan kesehatan pengguna ruangan.
Tingkat pencahayaan pun memiliki penggolongannya masing-masing sesuai dengan
fungsi ruangan itu sendiri. Pada penelitian ini, penulis meneliti sebuah ruangan yang
fungsinya sebagai kantor, dimana pengguna ruangan melakukan pekerjaan rutin dan
membutuhkan minimal tingkat pencahayaan 300 lux. Intensitas cahaya ini juga
dipengaruhi oleh bukaan-bukaan dan elemen interior yang ada di dalam ruangan
tersebut, mulai dari ukuran-ukuran dan bentuk yang digunakan.
Penelitian kuantitatif yang berjudul “Optimasi Desain Pencahayaan di Ruang Dosen
DKV P305A Universitas Kristen Petra Surabaya” ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa optimal pencahayaan pada salah satu ruangan di Gedung P Universitas Kristen
Petra Surbaya, yang digunakan oleh para dosen yang bekerja didalamnya.
1.2.Rumusan Masalah Penelitian
a. Apakah intensitas cahaya di ruang dosen DKV 305A Univeristas Kristen Petra
sudah memenuhi standar?
b. Apakah elemen interior yang digunakan dalam ruang dosen DKV 305A
Universitas Kristen Petra mempengaruhi pencahayaan dalam ruangan?
c. Bagaimana cara mengoptimalkan pencahayaan dalam ruang dosen DKV 305A
Universitas Kristen Petra?

1
1.3.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui standar atau tidaknya pencahayaan ruang dosen DKV
Universitas Kristen Petra dengan mengukur intensitas cahaya di ruangan tersebut.
b. Untuk mengetahui apakah elemen interior yang digunakan pada ruang dosen
DKV Universitas Kristen Petra mempengaruhi kualitas pencahayaan dalam
ruangan tersebut.
c. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan pencahayaan di ruang dosen DKV
Universitas Kristen Petra.
1.4.Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini memiliki manfaat bagi orang banyak dan juga para calon desainer
interior dalam memberi ilmu baru tentang mengoptimalkan intensitas cahaya
dalam ruang kerja.
b. Pengoptimalan cahaya pada suatu ruang kerja bermanfaat memaksimalkan
produktivitas suatu pekerjaan dan aktivitas.
c. Dapat menjadi referensi bagi pembaca
1.5.Lokasi Penelitian
Lokasi objek penelitian adalah ruang P305A atau ruang dosen DKV. Disini penulis
melakukan pengukuran ruangan, bukaan, elemen interior yang mempengaruhi
masuknya cahaya, serta mengukur intensitas cahaya. Setelah mendapatkan pengukuran
lux menggunakan luxmeter pada lokasi secara keseluruhan, didapatkan hasil lux dari
lokasi objek dengan memiliki rata-rata mencapai 127,56 lux.

2
Gambar 1.1 Layout Ruang dan Pengukuran Intesitas Cahaya
1.6.Jadual Penelitian
a. Persiapan
Dokumentasi titik-titik lampu serta lokasi objek dilakukan pada tanggal 14
November 2017 pukul 11.28 WIB.
b. Pengambilan data
Pengambilan data berupa pengukuran ruangan, bukaan-bukaan yang ada,
penghambat cahaya serta pengukuran lux dilakukan pada tanggal 25 November
2017 pukul 9.12 WIB.
c. Pengolahan data
Pengolahan data mulai dilaksanakan dari tanggal 26 November 2017 dan 9
Desember 2017.
d. Analisa data
Penganalisaan data dimulai tanggal 9 Desember 2017 untuk hasil data akhir
secara keseluruhan.

3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1.State of the Art


A. Optimalisasi Pencahayaan Alami Pada Ruang Baca Perpustakaan
a. Nama Peneliti: Bambang Susanto dan Abraham Seno
b. Objek penelitian: Ruang baca perpustakaan Umum Kota Surabaya
c. Landasan teori:
Kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya
yang masuk melalui bukaan dan orientasi arah bukaan. Oleh karena itu perlu
strategi desain pencahayaan dengan memanfaatkan pencahayaan alami
secara optimal. Desain pencahayaan yang optimal meliputi: optimasi
kuantitas cahaya langit, menjaga keamanan visual dan menjaga kesejukan,
serta menghemat energi. (Harten P. Van, Setiawan E, 1985:36-42).
d. Hasil penelitian:
Pencahayaan alami di ruang baca perpustakaan umum kota Surabaya tidak
memenuhi syarat minimum baik dari intensitas cahaya maupun jumlah
bukaan minimum. Elemen pembentuk ruang yang terdapat di ruang baca
sudah menerapkan warna yang tepat yaitu warna putih sehingga cahaya
dapat didistribusikan dengan lebih merata dan ruangan tmapak lebih terang.
Perbedaan dengan usulan topik penelitian ini adalah peenggunaan intensitas
cahaya pada ruang baca dengan ruang kerja memiliki kebutuhan yang
berbeda. Yaitu untuk perpustakaan bukan tempat rutin yang digunakan pada
orang yang sama, sementara ruang kerja digunakan secara rutin oleh orang
yang sama.
B. Integrasi Pencahayaan Alami dan Buatan dalam Galeri
a. Nama Peneliti: Winda Meiliana
b. Objek Penelitian: Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat

4
c. Landasan Teori:
Cahaya merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik yang dapat dilihat
oleh indera penglihatan manusia, yang memiliki panjang gelombang
berkisar antara 0,38 - 0,77µm.
d. Hasil Penelitian:
Sistem pencahayaan dalam galeri ini lebih banyak menggunakan
pencahayaan alami, oleh karena itu banyak ditemukan strategi-strategi yang
diterapkan untuk merancang pencahayaan alami dalam bangunan ini.
Seperti orientasi bangunan yang menghadap ke utara, arah yang baik untuk
cahaya alami masuk. Massa bangunan yang berbentuk huruf U sehingga
banyak sisi untuk masuknya cahaya dan dapat masuk hingga bagian paling
dalam ruangan. Strategi lain adalah mengendalikan dan menyaring cahaya
masuk, selain untuk tidak menimbulkan silau juga untuk menjaga karya seni
dari sinar radiasi.
C. Studi Pengaurh Pencahayaan Buatan terhadap Persepsi Visual Objek Tiga
Dimensi menggunakan Simulasi Dialux Versi 4.10
a. Nama Peneliti: Argiadi
b. Objek Penelitian: Museum Affandi, Yogyakarta, DIY
c. Landasan Teori:
Menurut Lam (1977), “untuk merancang pencahayaan yang baik, perancang
harus mengerti kejelasan prinsip-prinsip dan proses persepsi visual, serta
kebutuhan manusia terhadap informasi visual. Kita tidak membutuhkan
teknologi yang lebih atau lampu yang lebih. Yang kita butuhkan adalah
bagaimana cara mengaplikasikan teknologi untuk menyelesaikan masalah.”
d. Hasil Penelitian:
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil studi komparasi pencahayaan
antara kondisi eksisting objek di lapangan dengan kondisi objek eksisting
simulasi terhadap objek tiga dimensi, menunjukkan bahwa jawaban
responden secara umum mendekati valid dengan batas toleransi oleh peneliti

5
0.05 (5%) atau kondisi lapangan ≠ kondisi simulasi atau dikatakan valid,
apabila sig.(2-tailed) ≥ 0.05.
D. Analisis Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Visual Pada Pengguna Kantor
a. Nama Peneliti: Hariwidiyantoro, Edy Muladi, Christy Vidiyanti
b. Objek Penelitian: Kantor PT Sandimas Intimitra Divisi Marketing
c. Landasan Teori:
Menurut Thojib (2013) kantor sebagai area kerja membutuhkan tingkat
kenyamanan pencahayaan alami yang memadai agar pengguna di dalamnya
dapat melakukan aktivitas dengan lancar.
d. Hasil penelitian:
Penggunaan bukaan jendela sudah sesuai untuk kenyamanan visual pada
zona A terbukti dari hasil pengukuran cahaya pada kondisi tirai rekomendasi
terbuka.Dapat disimpulkan bahwa bukaan berguna untuk menambah cahaya
yang masuk dan cahaya yang masuk dapat dikontrol dengan penggunaan
tirai pada bukaan.
E. Kenyamanan Visual Melalui Pencahayaan Alami Pada Kantor
a. Nama Peneliti: Jusuf Thojib & Muhammad Satya Adhitama
b. Objek Penelitian: Studi Kasus Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya Malang
c. Landasan teori:
Sebuah review pada reaksi pengguna terhadap lingkungan dalam bangunan
menyatakan bahwa tersedianya pencahayaan alami secara optimal sangat
diinginkan karena memenuhi dua kebutuhan dasar manusia: kebutuhan
visual untuk melihat baik bidang kerja maupun ruangan dan untuk
mengalami stimulasi lingkungan dari efek pencahayaan tersebut (Boyce,
1998 dalam IEA, 2000).
d. Hasil Penelitian:
Hasil pengukuran dan pengamatan lapangan menunjukkan kondisi terang
alami beragam antara kurang – cukup, disebabkan standar iluminasi yang

6
tidak sesuai standar iluminasi yang dipersyaratkan SNI 03-2000 tentang
Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung maupun
karena adanya berkas sinar matahari langsung yang mausk ke dalam ruang.
dapat disimpulkan bahwa peletakaan arah suatu gedung dapat
mempengaruhi banyaknya cahaya yang masuk pada suatu ruangan tertentu
dan pada jam tertentu yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena
tidak sesuai dengan kegunaan ruangan tersebut.
F. Sistem Pencahayaan pada Kantor Sequislife di Gedung Intiland Tower Surabaya
a. Nama Peneliti: Ponco Kusumo Oetomo dan Hedy C. Indrani
b. Objek Penelitian: Kantor Sequislife di Gedung Intiland Tower Surabaya
c. Landasan Teori:
Karena menurut Norbert Lechner, penyebab terbesar dari global warming
berasal dari sektor industri dan properti, yaitu sekitar 70%. Untuk sektor
properti sendiri, ontonya di Amerika Serikat, telah menyedot sekitar 35%
dari seluruh energi yang ada dihasilkan oleh pembangkit listrik di Amerika
Serikat.
d. Hasil penelitian:
Hal yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan pada sebuah kantor adalah
tingkat kenyamanan yang diperoleh pengguna. Hal tersebut dapat dicapai
dengan cara memperhatikan kualitas, kuantitas dan aturan-aturan
pencahayaan. Jadi sebuah kantor perlu memenuhi syarat-syarat pemenuhan
pencahayaan pada suatu ruangan dengna perlu pertimbangan dari beberapa
segi.
G. Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor
a. Nama Peneliti: Rizky Amalia Achsani
b. Objek Penelitian: Pencahayaan Ideal Kantor
c. Landasan teori:
Penggunaan persepsi pengguna sebagai parameter dalam penelitian
didasarkan pada keyakinan yang diungkapkan oleh Lam (1977) bahwa,

7
sebagai manusia kita mengevaluasi lingkungan sekitar berdasarkan sebarapa
baik lingkungan itu disusun, diatur dan diterangi untuk memenuhi kepuasan
dalam kebutuhan untuk informasi visual.
d. Hasil Penelitian:
Kantor banyak menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan
yang dapat dikontrol serta digunakan sepanjang hari. Hal ini dikarenakan
pencahayaan buatan yang tetap konstan tanpa terganggu faktor cuaca dan
dapat mendukung kegiatan dalam ruangan tersebut. Sehingga pada suatu
kantor diperlukan cahaya buatan yang lebih dominan dikarenakan kantor
membutuhkan cahaya yang konstan sehingga produktivitas seseorang tidak
terganggu karena kurangnya cahaya yang masuk.
H. Analisis Standar Iluminasi pada Ruang Kerja Kantor
a. Nama Peneliti: Husni Kuruseng, Nurul Jamala
b. Objek Penelitian: Lab. Sains Building
c. Landasan teori:
Menurut Kaufman (2004) penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi
oleh IES ditentukan berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan performa
visual.
d. Hasil penelitian:
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat iluminasi pada ruang kerja
masih dapat diturunkan dibawah standar yang telah direkomendasikan oleh
SNI (2001), oleh karena aktifitas dapat berjalan dengan baik walaupun lebih
rendah dari 350 lux. Pada dasarnya jika selama ruangan itu telah terasa
nyaman dan sesuai oleh pengguna walaupun pencahayaan tidak sesuai SNI,
maka ruangan tersebut telah memiliki kriteria ruangan yang baik karena
tidak mengurangi produktivitas seseorang.

I. Pencahayaan pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat Inap Utama
Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta

8
a. Nama Peneliti: Adi Santosa
b. Objek Penelitian: Ruang Rawat Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit
Panti Rapih, Yogyakarta
c. Landasan Teori:
Nurmianto (1996) mengatakan bahwa cahaya yang menyilaukan terjadi jika
cahaya yang berlebihan mencapai mata. Hal ini akan dibagi
menjadi dua kategori. Pertama, cahaya menyilaukan yang tidak
menyenangkan (discomfort glare). Cahaya ini mengganggu tetapi tidak
seberapa mengganggu kegiatan visual, dapat meningkatkan kelelahan dan
menyebabkan sakit kepala; Kedua, silau yang mengganggu (disability glare).
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan cahaya dalam lensa mata.
d. Hasil Penelitian:
Dapat dikatakan bahwa faktor pencahayaan buatan dan alami pada ruang
pasien, dan pencahayaan buatan pada toilet pasien telah memenuhi
persyaratan sehingga dapat menciptakan kenyamanan bagi
pengguna ruang atau pasien. Hal yang serupa terdapat pula pada ruang
perawat, namun terdapat sedikit masalah pada pencahayaan alami berupa
silau pada pagi hari.
2.2.Landasan Teori
A. Pengertian Cahaya
Cahaya memiliki peranan yang penting dalam hidup manusia dan menjadi
kebutuhan yang mendasar. Tanpa adanya cahaya, manusia tidak bisa melihat apa
yang ada di sekitarnya. Manusia membutuhkan cahaya untuk melakukan
pekerjaan mereka mulai dari pekerjaan ringan hingga pekerjaan berat.
Pencahayaan yang baik dapat memberikan kenyamanan dan efek positif terhadap
manusia. Sedangkan pencahayaan yang buruk dapat mengganggu efektifitas
pekerjaan hingga mampu mengurangi kesehatan fisik manusia.

9
Cahaya sendiri memiliki definisi yaitu kumpulan partikel-partikel ringan
berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan
kecepatan yang sangat tinggi (menurut Newton 1642-1727). Pendapat lainnya
mengatakan bahwa Cahaya merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik
yang dapat dilihat oleh indera penglihatan manusia, yang memiliki panjang
gelombang berkisar antara 0,38 - 0,77µm. (Moore, 1991).

Gambar 2.1: Spektrum elektromagnetik cahaya


Sumber: ulumilmi.blogspot.co.id

Perlu diketahui bahwa cahaya memiliki beberapa sifat sebagai berikut:


a. Cahaya dapat dipantulkan
Ada teori yang menjelaskan mengenai pemantulan cahaya yang
dikemukakan oleh Snellius, yaitu Hukum Pemantulan Cahaya. Isi hukum
tersebut yang pertama, “Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak
pada satu bidang dan berpotongan di satu titik pada bidang itu;” yang
kedua, “Sudut antara sinar pantul dan garis normal(sudut pantul /r) sama

10
dengan sudut antara sinar datang dan garis normal(sudut datang/i) (i =
r).Garis normal adalah garis yang tegak lurus bidang datar.”.
Pemantulan dibagi menjadi dua jenis, antara lain pemantulan teratur (refleksi
spekuler) dan pemantulan baur (refleksi difus). Perbedaan mendasar antara
kedua jenis pemantulan ini adalah pemantulan teratur berkas-berkas sinar
yang datang sejajar dan dipantulkan secara sejajar juga. Sedangkan
pemantulan baur atau refleksi difus berkas-berkas sinar yang sejajar
dipantulkan ke segala arah.

Gambar 2.2: ilustrasi pemantulan teratur dengan pemantulan baur


Sumber: brainly.com

b. Cahaya merambat lurus


Berkas-berkas cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya selalu bergerak
lurus dan dapat dilihat dengan jelas tanpa memerlukan sebuah medium.
Contoh cahaya merambat lurus dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
- Sinar senter dan proyektor mengarah lurus.
- Berkas-berkas cahaya matahari yang menembus bukaan di suatu
ruangan akan merambat lurus kecuali terdapat objek yang dapat
mengubah arahnya.
- Lampu kendaraan terlihat jelas merambat lurus.

11
c. Cahaya dapat menembus benda bening
Cahaya tidak dapat menembus benda dan akan menghasilkan bayangan,
tetapi tidak pada benda bening. Kita dapat melihat apa yang ada didalam
benda bening karena cahaya mampu menembus benda bening. Contoh sifat
cahaya dapat menembus benda bening dalam kehidupan sehari-hari adalah:
- Kita dapat melihat ikan-ikan yang ada di aquarium
- Kita dapat melihat berbagai macam jenis ikan dan benda-benda yang
ada didalam air sungai yang jernih
- Ruangan dalam rumah menjadi terang karena cahaya matahari dapat
menembus material kaca
- Pada siang hari cahaya matahari dapat menerangi bumi, karena cahaya
matahari dapat menembus benda bening
(Sumarno dkk, 2014:23-24)
d. Cahaya dapat dibiaskan
Pembiasan cahaya dapat terjadi karena cahaya datang melalui medium-
medium yang berbeda kerapatan optiknya, misalnya air, udara, dan kaca
secara bersamaan hingga terjadi pembelokan.
Untuk memperjelas hal ini, Snellius memiliki teori yang mendukung
penjelasan mengenai pembelokan cahaya. Teori tersebut bernama hukum-
hukum pembiasan yang isinya antara lain:
- Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang dan
berpotongan di satu titik.
- Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat
dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari
medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi
garis normal.

12
Gambar 2.3: Pembiasan cahaya yang terjadi ketika sinar melalui
medium yang kurang rapat ke rapat.
Sumber: padamara88.wordpress.com

Gambar 2.4: Pembiasan cahaya yang terjadi ketika sinar melalui


medium yang rapat ke kurang rapat.
Sumber: padamara88.wordpress.com

B. Pencahayaan Alami (Natural Light)


Pencahayaan alami dibutuhkan dalam interior karena pencahayaan alami dapat
mengurangi penggunaan energi dan mengurangi polusi. Menurut Meiliana, 2010
dalam tulisannya menjelaskan bahwa pencahayaan alami mampu memberikan
suasana yang menyenangkan dan efek positif bagi psikologis manusia.
Pencahayaan alami berasal dari beberapa sumber antara lain:

13
a. Sunlight: cahaya matahari langsung yang memiliki tingkat pencahayaan
tinggi.
b. Daylight: berasal dari cahaya matahari yang tersebar di langit. Cahaya ini
lebih rendah intensitasnya dibandingkan dengan sunlight.
c. Reflected light: cahaya matahari yang terpantulkan oleh reflektan.
C. Pencahayaan Buatan (Artificial Light)
Disamping pencahayaan alami, manusia juga membutuhkan pencahayaan
buatan. Pencahayaan buatan atau artificial light berguna untuk menerangi ruang
yang sudah tidak memungkinkan untuk menerima pencahayaan alami atau di
malam hari yang minim dari pencahayaan alami. Pencahayaan buatan juga
berfungsi sebagai pembantu atau pelengkap dari pencahayaan alami apabila
aktivitas yang dilakukan pengguna ruang membutuhkan pencahayaan yang lebih.
Pencahayaan buatan akan terus bekerja selama ruangan itu digunakan.
Pencahayaan buatan memiliki beberapa teknik berdasarkan arah cahayanya,
antara lain (Argiadi, 2013: 21-24):
a. Pencahayaan ke bawah (downlight) adalah jenis pencahayaan yang arah
cahaya berasal dari atas dan menyinari objek di bawahnya yang berfungsi
sebagai pencahayaan merata. Lampu yang umumnya menggunakan teknik
ini antara lain lampu pijar, compact fluorescent, dan lampu neon.
b. Pencahayaan ke atas (Uplight) adalah jenis pencahayaan yang lebih
cenderung ke pencahayaan dekoratif. Arah cahaya berasal dari bawah ke
atas, dan posisi lampu untuk pencahayaan dihadapkan ke atas.
c. Pencahayaan dari belakang (Backlight) adalah cahaya yang berasal dari
belakang objek.
d. Pencahayaan dari samping (Sidelight) adalah Pencahayaan ini hampir sama
dengan pencahayaan backlight, yaitu arah cahaya dari samping (sidelight)
dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada elemen-elemen interior
tertentu yang menjadi aksen.

14
e. Pencahayaan dari depan (Frontlight) adalah tekik pencahayaan yang
mengarah depan. Biasanya jenis pencahayaan ini diaplikasikan pada lukisan
dan objek 3 dimensi.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pencahayaan
a. Kontras (contrast)
Kontras adalah perbedaan antara luminan (kecerahan, brightness) benda
yang kita lihat dan luminan permukaan sekitarnya. Semakin besar kontras,
semakin mudah kita melihat atau mengenali benda tadi. Di ruang yang
redup, kontras semakin berkurang pula (Satwiko, 2004:66).
b. Kecemerlangan (brightness)
Kecemerlangan adalah persepsi subjektif dari iluminasi yang dihasilkan dari
sebuah permukaan. Keharmonisan perbedaan brightness sangat penting
dalam mencapai pandangan yang nyaman (visual comfort).
(Meiliana, 2010:9)

Gambar 2.6: ruangan dengan


Gambar 2.5: ruangan dengan
brightness rendah
brightness tinggi
Sumber: pinterest.com
Sumber: depositphotos.com

c. Silau (glare)
Silau atau glare terdiri atas dua jenis, antara lain disability glare dan
discomfort glare. Disability glare sendiri pengertiannya adalah silau yang
secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan

15
cahaya dalam lensa mata. Sedangkan discomfort glare merupakan silau yang
juga dapat mengganggu kenyamanan tetapi tidak seberapa mengganggu
kegiatan visual, dapat melelahkan dan menyebabkan sakit kepala (Santosa,
2006:50)
d. Refleksi Cahaya (Reflection)
Kualitas pencahayaan dalam ruang tidak hanya dipengaruhi oleh
sumber dari pada cahaya tersebut, akan tetapi juga dipengaruhi oleh cahaya-
cahaya yang terpantul oleh reflektan. Berikut adalah rekomendasi persentase
refleksi cahaya dari permukaan (Frick dkk, 2008:29)

No. Permukaan Refleksi Reflektansi (%) Min.-Max. (%)


1. Langit-langit 70 60-90
2. Dinding 50 30-80
3. Bidang Kerja 60 20-60
4. Lantai 30 10-50
Tabel 2.1: Rekomendasi persentase refleksi cahaya (Frick dkk, 2008:29)
e. Bayangan (Shadow)
Apabila dalam suatu ruangan ada cahaya dengan intensitas tinggi
dari arah tertentu, akan tetapi tidak adanya sumber cahaya dari arah lain
akan menimbulkan bayangan ketika di dalam ruangan tersebut ada objek
yang menutupi (elemen interior, manusia). Bayangan mampu mengganggu
aktivitas penglihatan karena menimbulkan gelap. Pencahayaan yang baik
adalah pencahayaan yang merata dalam suatu ruangan sehingga mengurangi
bayangan.
E. Rekomendasi Pencahayaan Berdasarkan Ruangan
Setiap ruangan memiliki pencahayaan idealnya masing-masing. Tingkat
pencahayaan pada ruangan berbeda-beda berdasarkan pada fungsi ruangan
tersebut. Ruangan yang penulis teliti merupakan sebuah ruang dosen dimana
aktivitas yang dilakukan adalah mendata, menilai tugas-tugas mahasiswa, dan

16
melakukan tugas-tugas dosen lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa ruangan dosen
DKV P305A ini tergolong ruang kerja. Berikut akan dijabarkan tabel
rekomendasi pencahayaan minimum, kelompok renderasi warna, dan temperatur
warna menurut SNI 03-6197-2000 mengenai konservasi energi pada sistem
pencahayaan.

Tabel 2.2: Rekomendasi pencahayaan menurut SNI 03-6197-2000

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa pencahayaan minimum sebuah Ruang
kerja yang direkomendasikan oleh SNI 03-6197-2000 adalah 350 lux, dengan
satu atau dua kelompok renderasi warna. Ruang kerja juga direkomendasikan
untuk menggunakan temperatur warna Cool White atau Daylight.

17
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Metode Observasi dan Pengukuran di lapangan
Metode ini dilakukan berdasarkan pengamatan dan pencatatan pada sebuah fenomena di
lapangan secara sistematik. Beberapa tahap yang kami lakukan antara lain:
A. Mengukur luas dan ketinggian ruangan
B. Mengukur ukuran bukaan
C. Mengukur intensitas cahaya menggunakan luxmeter
D. Mengukur elemen interior yang berpotensi menghalangi masuknya pencahayaan
E. Mendokumentasikan ruangan dari berbagai tampak
F. Membuat layout ruangan
3.2.Variabel penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 3 macam yaitu:
A. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel penentu dalam sebuah faktor yang akan
diukur, dipilih, dan dimanipulasi agar dapat dilihat hubungan antara sebauh
fenomena yang akan diteliti atau diamati. Variabel bebas pada ruangan ini yaitu:
a. Bahan elemen interior,
Bahan dari elemen interior adalah sebuah penerapan yang ditetapkan pada
sebuah ruang yang ditujukan untuk meningkatkan gaya tarik bagi
pengguna. Salah satu contoh elemen interior yang terdapat di dalam ruang
dosen P305A adalah lemari. Lemari tersebut terbuat dari bahan kayu dan
juga kaca. Lemari ini digunakan sebagai penunjang kegiatan seorang
pengguna.
Elemen lantai menggunakan menggunakan material keramik dengan warna
putih, bertekstur licin, dan mampu memantulkan cahaya.
Elemen dinding menggunakan finishing cat dinding berwarna putih tanpa
adanya tambahan tekstur.

18
b. Letak,
Letak didasarkan pada suatu keberadaan baik secara geografis, astronomi
maupun absolut. Letak ruangan dosen DKV P305A ini berada di lantai 3,
gedung P, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Peletakan ini juga
dilakukan untuk mengatahui seberapa berpengaruhnya terghadap kinerja
aktivitas yang akan terjadi di ruangan tersebut.
c. Luas Bukaan,
Luas bukaan adalah ventilasi penghawaan maupun masuknya pecahayaan
alami yang dating dari luar. Bukaan yang dimaksud adalah pintu dan
jendela. Luas bukaan ini dihitung agar tercapainya tujuan hasil dari
penelitian ini dalam penerapan pencahayaan di dalam ruang.
B. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan faktor yang didapat berdasarkan pengukuran dan
pengamatan akan ada atau tidaknya pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat
pada ruangan ini yaitu:
a. Intensitas cahaya,
Intensitas cahaya merupakan besaran pokok fisika untuk mengukur sebuah
daya yang dipancarakan pada suatu sumber cahaya pada arah tertentu di
beberapa sudut ruang. Perhitungan dilakukan dengan mengukur jarak 1
meter dari dinding dan diikuti atau dilanjutkan 1 meter jarak untuk
penghitungan selanjutnya. Penghitungan intensitas cahaya ini dilakukan
bertujuan agar diketahuinya besaran yang cukup di ruangan tersebut.
b. Letak,
Letak didasarkan pada suatu keberadaan baik secara geografis, astronomi
maupun absolut. Letak ruangan dosen DKV P305A ini berada di lantai 3,
gedung P, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Peletakan ini juga
dilakukan untuk mengatahui seberapa berpengaruhnya terghadap kinerja
aktivitas yang akan terjadi di ruangan tersebut. Sedangkan peletakan

19
furniture dalam ruang dilakukan untuk mendapatkan kegunaan utama
ruangan tersebut ada.
c. Luasan,
Luasan sebuah ruang didapat berdasarkan besaran yang menyatakan dua
dimensi. Luasan ini dilakukan untuk mengetahui pola gerak yang akan
terjadi di dalam rungan tersebut apabila terdapat perabot dan manusia yang
menggunakan. Luas ruang yang terdapat di ruang dosen P305A adalah
101,9542 m2.
d. Penghuni ruang,
Penghuni ranga merupakan seseorang yang menggunakan sebuah tempat
untuk beraktivitas dalam kesehariannya.
C. Variabel control
Variabel kontrol merupakan variabel pada sesuatu yang konstan. Variabel kontrol
pada ruangan ini yaitu:
a. Bentuk,
Bentuk ruang dari ruang dosen DKV P305A ini adalah persegi panjang
jika dilihat dari layout ruang.
b. Besaran,
Besaran merupakan segala sesuatu ayng dapat diukur dengan ditunjukkan
dalam angka dan memiliki satuan. Besaran yang tersapat di dalam ruangan
tersebut ditunjukkan dalam luas ruangan, luas bukaan, dan juga ukuran
furnitur yang terdapat di dalam ruangan tersebut.
c. Proporsi Ruang,
Proporsi ruang adalah sebuah syarat apakah ruanga tersebut sudah
termasuk dapat memberikan jawaban dari aktivitas yang akan dilakukan di
dalam ruang dan memberikan kesan baik bagi pengguna. Mengetahui
proporsi ruanga yang ada di raunag dosen DKV P305A ini dilakukan agar
peneliti dapat mengetahui kesan kenyamanan yang ada di dalam ruangan
tersebut.

20
3.3.Metode Penentuan Sampel Penelitian
Metode penentuan sampel penelitian kami melakukannya secara tidak acak, dengan
kata lain sampel penelitian yang kami ambil sudah ditentukan dan direncanakan
berdasarkan pertimbangan dari dosen.
3.4.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dalam beberapa cara
yaitu:
A. Metode Pengamatan Awal
Metode ini kami lakukan dengan mengamati seberapa besar pengaruh cahaya
yang masuk dalam raung dosen P305A ini agar dapat diketahui lebih lanjut
seberapa besar penggunaan dalam pengaruh sebuah cahaya alami maupun buatan.
B. Metode Pengukuran Fisik Ruang
Metode ini kami lakukan dengan menggambar objek penelitian kami untuk
emnegetahui luas serta volume yang ada di dalam raungan tersebut agar dapat
memperoleh ukuran yang akurat menggunakan alat ukur meteran. Kami juga
mendokumentasikan fisik ruang terutama dengan kondisi permukaan lantai,
dinding, dan plafon dengan kamera HP.
C. Metode Pengukuran Cahaya Ruang
Metode pengukuran cahaya ini kami lakukan dengan menggunakan alat luxmeter
setelah kami mengukur luas ruangan. Dengan luxmeter ini kami dapat
menegetahui besar cahaya pada titik-titik ruang yang telah ditetapkan.
3.5.Metode Pengolahan Data
A. Editing Data,
Metode editing data yang kami lakukan adalah dengan mengumpulkan data-data
yang ada di lapangan. Mengukur ruang dan juga mengukur lux cahaya
menggunakan luxmeter, kemudian melakukan pemeriksaan ulang terhadap data-
data yang telah diperoleh.
B. Coding Data,

21
Metode coding data ini kami lakukan dengan memberikan kode pada layout
untuk mempermudah kami dalam mengolah, menghitung, dan menganalisis data
yang sudah kami dapatkan.
C. Data Entry,
Metode ini dilakukan dengan memindahkan dokumen yang sudah didapatkan ke
dalam program software Dial Lux.
3.6.Metode Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis dan interpretasi data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan sebauh analisis yang
penelitiannya menggunakan angka dengan menghitungnyaa gar diketahui permasalahan
yang terdapat di ruang dosen DKV P305A.
3.7.Simulasi Komputer
Simulasi computer ini dilakukan sebagai sarana yang dapat memudahkan peneliti
dalam menciptakan atau memodofikasi material dari elemen pendukung, perabot, dan
sistem yang terdapat di dalam ruang. Simulasi computer ini dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
A. Identifikasi
Tahap identifikasi ini dilakukan dengan mengukur perhitungan hasil dari
pengamatan yang ada di dalam ruangan dengan menggunakan alat ukur meteran
dan luxmeter. Hal ini dilakukan agar dapat melakukan simulasi lanjutan.
B. Simulasi Verifikasi
Simulasi verifikasi ini dilakukan dengan membandingkan perhitungan matematis
di lapangan dan perhitungan software dalam mengetahui sejauh mana gambaran
hasil kesesuaian di antara kedua metode tersebut.
C. Simulasi Optimasi
Simulasi ini dilakukan untuk menegetahui hasil sesuai standar (SNI) yang telah
ditentukan dengan melakukan penelitian dalam ruang dosen DKV P305A.
D. Analisis

22
Analisis ini adalah hasil dari simulasi yang telah diperoleh yang pada akhirnya
dapat diketahui kesimpulan yang berisi pemecahan masalah dan rekomendasi
yang terdapat di dalam ruang dosen DKV P305A.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi
Identifikasi merupakan hasil dari perhitungan di lapangan dari pengamatan yang
sudah dilaukan menggunakan alat ukur yang tersedia. Pada proses pelaksanaan
penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur lightmeter untuk mengukur intensitas
cahaya di dalam ruang dosen DKV P305A. Dalam proses ini, penulis mencatat
besar intensitas cahaya setiap satu meter dari dinding ruangan, kemudian
menghitung average hasil yang sudah diperoleh dari pengukuran yang sudah
dilakukan. Berikut lampiran hasil dari pengukuran di ruang dosen DKV P305A.

Gambar 4.1: Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Ruang Dosen P305A


Sumber: Dokumentasi Pribadi

23
3.2 Simulasi Verifikasi
Simulasi verifikasi merupakan hasil perhitungan yang matematis dan melalui
program software. Hal ini bertujuan untuk melihat perbandingan kesesuaian di
antara kedua hasil yang diharuskan untuk semirip mungkin. Berikut akan
ditampilkan hasil perhitungan pencahaan di ruang dosen DKV P305A:
a. Perhitungan Matematis:
Pengukuran Luxmeter Total
147 207 285 261 185 197 1282
88 128 209 246 114 182 967
119 156 131 120 105 85 597
78 96 101 129 86 46 536
86 112 163 126 68 1355
77 45 70 98 128 142 560
140 181 169 236 128 112 966
106 144 162 117 245 122 896
71 128 114 64 98 111 586
34 48 94 140 131 15 462
Total 8207
Rata-rata 139,1

Tabel 1.1.: Hasil perhitungan matematis

b. Perhitungan Program Software

Gambar 4.2: hasil evaluasi ruangan P305

24
Surface Average illuminances [lx] Reflection factor [%] Average luminance [cd/m²]
direct indirect total
Workplane 223 31 255 / /
Floor 100 24 123 30 12
Ceiling 0.00 45 45 80 11
Wall 1 52 38 89 86 24
Wall 1_1 15 19 34 86 9.43
Wall 1_2 26 35 61 86 17
Wall 2 61 54 114 86 31
Wall 3 5.09 18 23 86 6.42
Wall 3_1 0.00 52 52 86 14
Wall 3_2 95 55 150 86 41
Wall 4 0.79 52 53 86 14

Uniformity on the working plane


u0: 0.059 (1:17)
Emin / Emax: 0.000 (1:2113)

Illuminance Quotient (according to LG7): Walls / Working Plane: - , Ceiling / Working Plane: - .

Specific connected load: 4.24 W/m² = 1.66 W/m²/100 lx (Ground area: 101.95 m²)

Tabel 4.2: perhitugan software/hasil evaluasi


3.3 Simulasi Optimasi
Simulasi optimasi ini adalah hasil dari program software untuk mendapatkan hasil
sesuai standar (SNI) yang telah ditentukan. Tidak hanya itu, simulasi ini juga
dilakukan percobaan pada model ruangan dalam tolak ukur seperti lampu (sumber
cahaya) yang digunakan serta material, warna, dan tekstur dari elemen interior yaitu
lantai, dinding, plafon, dan perabot di ruangan tersebut. Berikut lampiran dari hasil
yang sesaui dengan standar SNI):
a. Percobaan modeling ruang dosen DKV P305A

25
Gambar 4.2: Hasil rendering di dialux
Sumber: dokumentasi pribadi

Gambar 4.4: False Colour Rendering


Sumber: Dokumentasi Pribadi

26
3.4 Analisis
a. Strategi Pencahayaan
Untuk menghindari pencahayaan yang tidak merata akibat bukaan besar yang
terkena sinar matahari langsung, dapat diatasi dengan horizontal blinds yang
mampu menyaring sinar matahari. Selain itu, dibuat titik lampu sesuai dengan
keadaan ruangan. Dapat juga dengan mengganti rangkaian, menjadi berupa
fields atau linear agar pencahayaan lebih merata.
b. Strategi material
Agar tidak menyilaukan, warna dan material reflektan seperti lantai, dinding,
plafon dapat diganti yang awalnya semua putih, dapat menggunakan warna lain
yang lebih gelap seperti abu-abu netral atau krem. Untuk memberikan kesan
hangat, dapat menggunakan material-material/tekstur kayu yang diperbanyak.

BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Ruang Dosen DKV P305A merupakan ruang dosen DKV utama yang di
dalamnya terdapat aktivitas dosen DKV yang menjadi kantor tempat para dosen
DKV megerjakan tugas-tugas mereka. Ruangan ini memiliki masalah mengenai
pencahayaan yang tidak merata sehingga timbul efek silau dan tidak terkena
pencahayaan alami secara menyeluruh. Terdapat beberapa strategi pengolahan
side lighting untuk mencapai pencahayaan alami yang optimal pada ruang ini
antara lain:
a. Mengganti material dan warna pada reflektan
b. Menambah blinds pada jendela
c. Membuat titik lampu yang baru

27
28

Anda mungkin juga menyukai