Mata Kuliah
AT 336 FISIKA BANGUNAN
Dosen:
Dr. Eng. Beta Paramita, S. T., M. T.
Try Ramadhan, S.Pd., S.Ars., M.Ars.
Penyusun:
Muh. Kamil Pasha T (2000229)
Abdurrahman Nasrudin (2001670)
Muh. Nazar Rakhmandika (2000869)
2
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pencahayaan pada ruangan auditorium sangat penting karena
dibutuhkannya sebagai fungsi visual. Seperti diketahui, auditorium sendiri
merupakan ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas
panggung seperti pertunjukan teater atau drama musikal, ataupun sebagai tempat
seminar, wisuda, bahkan tempat untuk kuliah umum. Sehingga tentu dibutuhkan
adanya pasokan cahaya yang cukup pada ruangan tersebut agar para audiensi yang
datang menghadiri acara yang sedang berlangsung dapat melihat dengan jelas dan
fokus kepada penampil yang berada di depan panggung. Oleh karena itu
dibutuhkannya penelitian pencahayaan alami dan buatan di Auditorium FPTK.
B. Rumusan Masalah
a. Mengapa pencahayaan pada auditorium sangat dibutuhkan?
b. Bagaiamana pencahayaan yang nyaman pada saat berada di auditorium ?
c. Apakah Auditorium FPTK memiliki pencahayaan yang optimal ?
C. Tujuan
a. Untuk memahami pentingnya cahaya pada ruangan auditorium
b. Untuk memahami dan mempelajari tingkat kenyamanan pencahayaan di
Auditorium FPTK
c. Mengetahui keoptimalan baik cahaya alami maupun cahaya buatan di
Auditorium FPTK
3
KAJIAN PUSTAKA
A. Auditorium
Auditorium adalah fasilitas bangunan atau ruangan besar yang digunakan
sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan, pertunjukan, teater dan sebagainya,
dengan jumlah peserta yang banyak. Pada mayoritas perguruan tinggi yang ada,
fasilitas auditorium memiliki cukup banyak kegunaan di berbagai kegiatan, baik
akademik maupun non-akademik, sehingga dibutuhkan pencahayaan yang
memadai untuk menunjang fungsi dari auditorium tersebut. Akan tetapi, bukaan
pada Auditorium biasanya tidak terlalu besar yang menyebabkan pencahayaan
alami pada auditorium tidak cukup untuk menerangi ruangan. Untuk itu
dibutuhkan suplai pencahayaan buatan dengan tingkatan cahaya kurang lebih 150
lux.
B. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari. Sinar alami ini memiliki beragam dampak positif, selain menghemat
energi listrik juga dapat membunuh bakteri yang ada pada ruangan. Untuk
mendapatkan pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun
dinding kaca kurang lebih 1/6 daripada luas lantai untuk memberi ruang pada
cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Akan tetapi sumber pencahayaan alami
tidak cukup efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain
karena intensitas cahaya yang tidak tetap dan tak tentu, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Tetapi, Pencahayaan alami dalam
sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya buatan, seperti menurut
Sutanto (1999), keuntungan utama dari sinar matahari adalah pengurangan
terhadap energi listrik yang memakan biaya.
4
d. Efisiensi, menggunakan cahaya secara efisien. Yang mana dengan
menyusun ruang dalam sedemikian rupa sehingga selaras dengan
pencahayaan.
e. Intefrasi, dengan memadukan bentuk pencahayaan dengan arsitektur
bangunan.
B.2.2 Acuan
a. SNI NO. 03-2396-1991 : Tentang tata cara perancanga Penerangan alami
siang hari untuk rumah dan gedung
b. Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11,
“Dagverlichting Van Woningen, (N BG 11195 1)
c. Hopkinson (et.al), 1969, Daylighting, London
5
3. Faktor Langit
Faktor langit suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan
merupakan angka komparasi tingkat pencahayaan langsung dari langit..
Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan
sebagai berikut
a. Keadaan langit perancangan dengan distribusi terang yang meruak
b. Seluruh jendela atau lubang cahaya diperhitungkan dan tidak ditutupi kaca
C. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang berasal dari sumber
cahaya hasil karya manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pada situasi
cuaca buruk atau malam hari dimana pencahayaan dari matahari berhalangan,
pencahayaan buatan tentu dibutuhkan. Saat ini perkembangan teknologi sumber
cahaya buatan sudah sangat memberikan kualitas pencahayaan yang memenuhi
kebutuhan manusia (Lechner, 2001, p.472). Akan tetapi, pencahayaan buatan
membutuhkan energi untuk diubah menjadi terang cahaya. Serta, pada segi
efisiensi menjadi pertimbangan yang sangat penting selain menjadikan
pencahayaan buatan sesuai dengan kebutuhan manusia. Pencahayaan buatan yang
efisien memiliki fokus terhadap pemenuhan pencahayaan pada bidang kerja.
(Satwiko, 2004, p.78) menyatakan esensialnya pengarahan cahaya ke titik yang
membutuhkan pencahayaan yang diprioritaskan.
D. Indeks Pencahayaan
Berdasar fungsi ruang menurut SNI 03-6575-2001, bagian teras
membutuhkan minimal 60 lux. Sedangkan pada ruang tamu, ruang makan, ruang
kerja, dan ruang tidur dibutuhkan minimal 120 lux. Dan pada kamar mandi dan
dapur dibutuhkan minimal 250 lux, serta untuk garasi dibutuhkan minimal 60 lux.
Hal tersebut juga berlaku berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
(Permenaker) nomor 5 Tahun 2018 yang merupakan regulasi utama yang
mengatur tentang aspek lingkungan kerja dan higiene industri telah dipakai oleh
berbagai macam industri di Indonesia. Selain itu, Permenaker nomor 5 Tahun
2018 juga menggantikan Peraturan Menteri Perburuhan nomor 7 Tahun 1964
tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja
yang merupakan regulasi paling awal dalam pengaturan tentang standar
pencahayaan.
6
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan dengan mengobservasi langsung di
Auditorium FPTK A dengan mengukur luasan ruangan serta meneliti dan
mengamati penempatan titik lampu, bukaan ruangan dan intensitas cahaya.
2. Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan pada saat pengumpulan dan pengukuran data
di lapangan diantaranya yaitu; meteran untuk mengukur luas ruangan auditorium,
buku dan pensil untuk menggabar denah ruangan sementara, kamera hp untuk
mendokumentasikan penelitian.
3. Simulasi Pencahayaan
Simulasi pencahayaan dilakukan dengan menggunakan aplikasi software
Sketchup dan Dialux pada auditorium untuk mengetahui keoptimalan dan
kenyaman cahaya pada auditorium.
C. Objek Penelitian
Objek pengamatan dilakukan terhadap pada bukaan ruangan, penempatan
titik lampu dan intensitas cahaya dimana penelitian difokuskan dalam meneliti
tingkat kenyamanan dan keoptimalan pencahayaan di Auditorium FPTK.
7
DATA DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Pengukuran
Pengukuran pencahayaan alami dan pencahayaan buatan dilakukan dengan
menggunakan sketchup dan simulasi Dialux. Pada pengukuran simulasi Dialux,
lokasi geografis dan zona waktu diatur sebagai berikut :
a. Lokasi : Bandung
b. Longitude : 107.61
c. Latitude : -6.91
d. North alignment : 30.0
e. Time Zone : (UTC + 07:00) Bangkok, Hanoi, Jakarta
8
B.1 Pencahayaan Alami
Pada simulasi pencahayaan alami hanya terdapat dua buah jendela pada
lantai 1 dan tidak ada jendela di lantai 2. Untuk mengetahui kenyaman
pencahayaan secara alami dibuat 5 skenario waktu yang berbeda yaitu pukul
08:00, 10:00, 12:00, 14:00, 16:00.
Lantai 1 Lantai 2
9
B.1.2 Pukul 10:00
Lantai 1 : Lantai 2 :
Max : 1888 lx Max : 0 lx
Min : 4,62 lx Min : 0 lx
Avg : 90,1 lx Avg : 0 lx
Lantai 1 Lantai 2
10
matahari siang hari tidak mampu menjangkau area tersebut sehingga membuat
ruangan menjadi terkesan remang-remang. Berbeda dengan area sekitar
panggung, cahaya di daerah belakang auditorium mendapatkan pencahayaan yang
lebih dikarenakan adanya bukaan jendela yang lebar.
Pada pencahayaan di lantai 2 di jam 12.00 tidak mendapat paparan cahaya
sama sekali dikarenakan tidak adanya bukaan.
Lantai 1 Lantai 2
Pada pencahayaan di lantai 1 di jam 14.00 sama seperti pada jam jam
sebelumnya yang tidak mendapat paparan cahaya yang cukup secara keseluruhan
karena tidak adanya bukaan pada area depan panggung sehingga membuat
ruangan menjadi redup. sedangkan pada area belakang ada paparan cahaya cukup
yang masuk dari bukaan.
Pada pencahayaan di lantai 2 di jam 14.00 tidak mendapat paparan cahaya
sama sekali dikarenakan tidak adanya bukaan.
11
Lantai 1 Lantai 2
Lantai 1 Lantai 2
12
Gambar.6 : Simulasi PASH lantai 1 dan lantai 2 auditorium pukul 16:00
Lantai 1 : Lantai 2 :
Max : 2122 lx Max : 438 lx
Min : 30,5 lx Min : 38,8 lx
Avg : 238 lx Avg : 288 lx
Lantai 1 Lantai 2
13
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
https://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131337-T+27619-Karakteristik+pencahayaa
n-Tinjauan+literatur.pdf, Diakses pada tanggal 5 Januari 2023
15
Pritchard, D. C. (1986). Interior Lighting Design. London: Lighting Industrial
Federation Limited and The Electricity Council.
16