Anda di halaman 1dari 6

Portofolio Sejarah Indonesia

Disusun untuk Memenuhi Tugas Portofolio Sejarah Indonesia


Guru Pembimbing : Abdul Haris Moehadjir, S.Pd.

Nama : Muh. Kamil Pasha.T

Absen : 21

Kelas : XII MIPA 8

SMA NEGERI 1 KOTA CIREBON


Pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) atau
Permesta (Perjuangan Rakyat semesta)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedua pemberontakan ini muncul saat menjelang pembentukan RIS (Republik
Indonesia Serikat) tahun 1949. Latar belakang utamanya yaitu pada saat pembentukan
RIS yang dimana pada waktu itu terjadi pada tahun 1949 dilakukan bersamaan dengan
pembentukan dan pengurucutan terhadap Divisi Banteng yang dimana hanya dibuat
menjadi 1 buah brigade. Kemudian, brigade tersebut diperkecil menjadi Resimen
Infanteri 4 TT I BB. Kejadian itu membuat para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng
merasa kecewa dan terhina, karena mereka merasa telah berjuang hingga
mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, terdapat pula beberapa kekecawaan dan ketidakpuasan dari daerah-daerah
lainnya seperti daerah Pulau Sumatera dan juga Pulau Sulawesi terhadap  alokasi biaya
pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kondisi ini pun diperparah dengan
tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah. Pemberontakan ini
juga disebabkan karena ada pengaruh dari PKI terhadap pemerintah pusat dan hal ini
menimbulkan terjadinya kekecewaan pada daerah tertentu. Keadaan tersebut diperparah
dengan pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berada di dalam
pemerintah pusat, tidak terkecuali Presiden Soekarno.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pemberontakan PRRI ini ialah guna mendorong pemerintah supaya
memperhatikan pembangunan negeri secara menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah
hanya fokus pada pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa. PRRI memberikan
usulan atas ketidakseimbangan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
Meskipun alasan yang dilakukan oleh PRRI ini benar, namun cara yang digunakan
untuk mengoreksi pemerintah pusat itu salah. PRRI menuntut kepada pemerintah pusat
dengan nada paksaan, sehingga pemerintah menganggap bahwa tuntutannya itu bersifat
memberontak. Hal tersebut menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat bahwa PRRI
adalah suatu bentuk pemberontakan. Akan tetapi, jika PRRI itu dikatakan sebagai
pemberontak, hal ini merupakan anggapan yang tidak tepat sebab sebenarnya PRRI ingin
membenahi dan memperbaiki sistem pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat,
bukan untuk menjatuhkan pemerintahan Republik Indonesia.
BAB II
Pembahasan

2.1 Jalannya Pemberontakan


Dikarenakan banyaknya kekecewaan tersebut menjadikan para perwira dari militer
Indonesia untuk melakukan sebuah pembentukan dewan militer daerah.
 Dewan Banteng dibentuk pada tanggal 20 Desember 1956 di Sumatera Barat oleh
Kolonel Ismail Lengah dan diketuai oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein
 Dewan Gajah dibentuk pada tanggal 22 Desember 1956 di Sumatera Utara oleh
Kolonel Maludin Simbolon
 Dewan Garuda dibentuk pada pertengahan bulan Januari 1957 di Sumatera Selatan
oleh Letnan Kolonel Barlian
 Dewan Manguni dibentuk pada tanggal 17 Februari 1957 di Manado oleh Mayor
Somba

PRRI selanjutnya membentuk Dewan Perjuangan dan sekaligus tidak mengakui


kabinet Djuanda, maka terbentuklah kabinet PRRI. Pada tanggal 9 Januari 1958 para
tokoh militer dan sipil mengadakan pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera
Barat. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah pernyataan berupa “Piagam
Jakarta” dengan isi berupa tuntutan agar Presiden Soekarno bersedia kembali kepada
kedudukan yang konstitusional, serta menghapus segala akibat dan tindakan yang
melanggar UUD 1945 dan membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan.
Selanjutnya Letnan Kolonel Ahmad Husein pada tanggal 15 Februari 1958
memproklamirkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
dengan perdana menteri Syafruddin Prawiranegara. Hal ini merupakan respon atas
penolakan tuntutan yang diajukan oleh PRRI. Pada saat dimulainya pembangunan
pemerintahan, PRRI mendapat dukungan dari PERMESTA dan rakyat setempat. Dengan
bergabungnya PERMESTA dengan PRRI, gerakan kedua kelompok itu disebut
PRRI/PERMESTA. Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah melancarkan operasi
militer gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka, dipimpin oleh Letnan Kolonel
Rukminto Hendraningrat. Operasi ini sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan
modern buatan Amerika Serikat. Terbukti dengan ditembaknya Pesawat Angkatan Udara
Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh Allan L. Pope seorang warga negara
Amerika Serikat. Akhirnya, pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat diselesaikan pada
bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-
sisa anggota Permesta untuk kembali Republik Indonesia.

2.2 Tokoh – tokoh

Tokoh Permesta : Letkol Ventje Sumual, Kapten Wim Najoan, Mayor Eddy Gagola,
Mayor Dolf Runturambi, Kolonel D.J Somba, Kolonel Alexandre Evert Kawilarang.
Tokoh PRRI : Letnal Kolonel Ahmad Husein, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mr. Assaat
Dt. Mudo, Maluddin Simbolon, Prof,Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Moh. Syafei, J.F
Warouw, Saladin Sarumpaet, Muchtar Lintang, Saleh Lahade, Ayah Gani Usman,
Dahlan Djambek.

2.3 Dampak

Dampak Negatif

1. Jatuhnya korban jiwa


Adanya gerakan PRRI yang berlangsung dalam jangka waktu lama menimbulkan terjadinya
pertumpahan darah dimana-mana sehingga mengakibatkan banyak sekali korban jiwa yang
jatuh. Dari pihak PRRI, korban yang jatuh kurang lebih sebanyak 22.174 jiwa, 4.360
mengalami luka-luka dan 8.072 orang ditahan. Sedangkan dari pihak APRI (Angkatan Perang
Republik Indonesia) telah merenggut 10.150 jiwa meninggal dunia yang terdiri dari 2.499
tentara, 956 anggota OPR, 274 polisi dan 5.592 orang sipil.

2. Keadaan ekonomi terganggu


Ketika gerakan ini terjadi, secara otomatis terjadi ketidak seimbangan pada roda
perekonomian masyarakat. Jika perekonomian masyarakat lumpuh, berhenti pula pergerakan
manusia disekitarnya. Kegiatan ekonominya lebih terarah pada sektor konsumsi
dibandingkan dengan produksi sehingga mengakibatkan banyak terjadinya masalah. Sebab
keuangan saat itu sedang tidak stabil mengakibatkan berhentinya perekonomian masyarakat.

3. Pembangunan terhenti
Pembangunan yang sejatinya harus berjalan dengan baik menjadi berhenti di tengan jalan.
Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, daerah di Sumatera mengalami krisis
pembangunan sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Pembangunan sendiri lumpuh akibat dari dampak masyarakat yang lebih tertarik pada
kegiatan konsumi daripada membuat produk sendiri.

4. Penurunan sumber daya manusia


Selain ekonomi, penurunan intelektual pada warga di daerah Sumatera juga menjadi dampak
adanya pergerakan PRRI. Hal ini dikarenakan, selama terjadi pergerakan yang disertai
dengan perang senjata tersebut, banyak masyarakat yang memilih untuk pindah ke tempat
yang lebih aman. Sehingga warga yang latar belakangnya memiliki pengetahuan dan potensi
terbaik lebih memilih untuk tinggal di dearah lain. Akibatnya terjadi kekurangan potensi-
potensi SDM yang mumpuni untuk ikut membangun ekonomi saat itu.

5. Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat terganggu


Adanya pergerakan PRRI yang tujuannya sama dengan  pemberontakan
PKI dan pemberontakan DI / TII  juga membawa dampak yang signifikan bagi hubungan
politik luar negeri Amerika Serikat dengan Indonesia. Ketidakharmonisan ini terjadi karena
adanya dukungan Amerika terhadap pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Dukungan ini
terbukti ketika pesawat pengebom B-26 yang dikemudikan oleh pilot bernama Allen Pope
jatuh tanggal 18 Mei 1958 di sekitar Ambon.

6. Hubungan Indonesia dengan Malaysia terganggu


Selain hubungan dengan Amerika Serikat yang tidak membaik, hubungan Indonesia dengan
Malaysia juga terganggu. Malaysia yang baru merdeka pada tahun 1957 mendukung gerakan
PRRI dengan menjadi negara pemasok senjata bagi pasukan PRRI. Selain itu, Filipina,
Singapura, Korea Selatan dan Taiwan juga terbukti mendukung pergerakan PRRI.

Dampak Positif

Kesadaran berotonomi
Selain dampak-dampak yang bersifat negatif, pergerakan PRRI juga menimbulkan dampak
positif diantaranya adalah menimbulkan kesadaran pimpinan negara bahwa Indonesia terdiri
dari berbagai pulau dalam satu unsur-unsur negara kesatuan republik Indonesia. Untuk itu
penting bagi mereka untuk mendapatkan hak otonomi yang luas bagi setiap daerah yang ada
di Indonesia. Dimana hak otonomi tersebut disesuaikan dengan potensi dan kemampuan
masyarakat di daerah itu sendiri. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan potensi
yang ada di daerahnya sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI dan pergerakan semacam ini
tidak terjadi lagi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan bukti yang ada PRRI/Permesta melakukan pemberontakan karena tidak


meratanya pembangunan yang ada di Indonesia, bertujuan supaya pemerintah mulai
melakukan pemerataan pembangunan di daerah yang lain tetapi PRRI/Permesta
menggunakan cara yang salah dengan memaksa pemerintah seghingga terkesan
memberontak.

Daftar Pustaka

Supriatna, Nana. 2019. Sejarah Indonesia. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Sumber Internet
https://blog.ruangguru.com/latar-belakang-dan-tujuan-pemberontakan-prri/permesta,
diunduh pada tanggal 3 Februari 2020, pukul 08:15 WIB.
https://www.sejarah-negara.com/1790/sejarah-pemberontakan-prri-dan-permesta/amp/,
diunduh pada tanggal 3 Februari 2020, pukul 08:18 WIB.

Anda mungkin juga menyukai