Nama Anggota :
XII MIPA 2
SMA NEGERI 1 TANGERANG SELATAN
Jl. Pendidikan 49, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih kami ucapkan atas bantuan Tuhan
yang telah mempermudah dalam pembuatan makalah untuk memenuhi tugas sejarah, hingga
akhirnya terselesaikan tepat waktu. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga kami, serta teman – teman yang sudah mendukung hingga titik terakhir ini.
Dalam makalah ini, kami ingin membahas mengenai Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) dan Perdjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA). Keduanya adalah contoh
dari gerakan militer di Indonesia. Gerakan – gerakan tersebut merupakan gerakan pertentangan
terhadap pemerintah yang dipimpin oleh tokoh – tokoh yang berasal dari Indonesia. Gerakan
militer ini berada di Pulau Sumatra dan Pulau Sulawesi.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan
informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah.
Demikian kami ucapkan terima kasih atas waktu dan perhatiannya telah membaca hasil
makalah kami.
Arsyanda Maulidya
BAB II
PEMBAHASAN
Karena strategi cerdas dari Kolonel Ahmad Yani ini, pada tanggal 14 Maret 1958 daerah
Pekanbaru berhasil dikuasai, dan Operasi Militer dikerahkan ke pusat pertahanan PRRI.
Gempuran pasukan APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) secara besar-besaran baru
dilaksanakan pada tanggal 17 April 1958 melalui Operasi militer bersandi Operasi 17 Agustus.
Operasi pendaratan pasukan secara besar-besaran sebanyak 68.500 orang yang merupakan
pertama kali dalam sejarah peperangan RI berlangsung di utara Padang (Tabing) dengan
mengerahkan 6 kapal perang dan 19 kapal angkut.
Hadirnya puluhan ribu pasukan APRI melalui laut disusul penerjunan pasukan para
komando (RPKAD) lewat udara di kota Padang ternyata berhasil membuat pasukan PRRI jatuh
mentalnya dan kemudian memilih kabur ke pedalaman. Bahkan penumpasan di Kota Padang
ini hanya membutuhkan waktu 6 jam saja. Penumpasan pemberotakan PRRI dilanjutkan ke
daerah Bukit Tinggi dan Payakumbuh, yang pada tanggal 4 Mei 1958 berhasil dikuasai oleh
Pasukan TNI. Pada pertengahan tahun 1961 tokoh-tokoh PRRI yang tersisa menyerahkan diri
sesuai dengan anjuran pemerintah, yang didalamnya juga termasuk Letkol A.Husein yang
menyerahkan diri pada tanggal 29 Mei 1961.
Operasi militer ini pun membuahkan hasil, terbukti bersamaan dengan penyerahan diri
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh PRRI, tokoh-tokoh PERMESTA pun juga menyerahkan diri
pada pertengahan tahun 1961 yang didalamnya termasuk Letkol V. Sumual. Dengan
penyerahan diri yang dilakukan oleh PRRI/PERMESTA maka berakhirlah pemberontakan
besar-besaran pada sebagian besar wilayah Pulau Sumatra dan Pulau Sulawesi ini.
Dampak :
1. Jatuhnya korban jiwa
Dari pihak PRRI sendiri, korban yang jatuh kurang lebih sebanyak 22.174 jiwa, 4.360
mengalami luka-luka dan 8.072 orang ditahan. Sedangkan dari pihak APRI (Angkatan
Perang Republik Indonesia) pusa, telah merenggut 10.150 jiwa meninggal dunia yang
terdiri dari 2.499 tentara, 956 anggota OPR, 274 polisi dan 5.592 orang sipil.
3. Pembangunan Terhenti
Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, daerah di Sumatera mengalami krisis
pembangunan sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Pembangunan sendiri lumpuh akibat dari dampak masyarakat yang lebih tertarik pada
kegiatan konsumi daripada membuat produk sendiri.
4. Penurunan SDM
Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, daerah di Sumatera mengalami krisis
pembangunan sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Pembangunan sendiri lumpuh akibat dari dampak masyarakat yang lebih tertarik pada
kegiatan konsumi daripada membuat produk sendiri.
7. Kesadaran berotonomi
Selain dampak-dampak yang bersifat negatif, pergerakan PRRI juga menimbulkan
dampak positif diantaranya adalah menimbulkan kesadaran pimpinan negara bahwa
Indonesia terdiri dari berbagai pulau dalam satu unsur-unsur negara kesatuan republik
Indonesia. Untuk itu penting bagi mereka untuk mendapatkan hak otonomi yang luas
bagi setiap daerah yang ada di Indonesia. Dimana hak otonomi tersebut disesuaikan
dengan potensi dan kemampuan masyarakat di daerah itu sendiri. Dengan demikian,
mereka dapat mengembangkan potensi yang ada di daerahnya sebagai upaya menjaga
keutuhan NKRI dan pergerakan semacam ini tidak terjadi lagi. Demikian dampak
adanya gerakan PRRI, semoga bermanfaat.
Kondisi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan oleh belanda pada tahun 1948
memang belum sepenuhnya stabil. cabinet yang ada pun terus mengalami pergantian
yang menyebabkan persoalan persoalan-persoalan yang ada tak kunjung tuntas.
Keadaan itu membuat rakyat geram dan menuntut agar pemilu dipercepat.
Pada saat itu juga TNI memegang peran dwifungsi yang mana selain dari
tanah militer TNI juga memainkan peran dalam perpolitikan daerah. Hal ini membuat
KSAD kolonel AH Nasution mengusulkan untuk mengembalikan tantara sesuai
fungsinya. Karena hal itulah internal AD terbagi menjadi 2 kubu nasution-simatupang
dan supeno-lubis yang mempunyai pendapat saling bertolak belakang.
Akhirnya supeno pun mengirimkan surat ke parlemen karena merasa tidk