PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah militer memiliki usia yang sangat panjang. Salah satu teks sejarah
ditulis Thucydide abad ke-5 merupakan sejarah militer. Setelah tahun 1870
sumber dari seluruh tatanan dan kehidupan politik bagi Indonesia sebagai negara
yang baru. Kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia bukanlah sesuatu yang
diraih tanpa perjuangan. Perjuangan yang panjang dan penuh dengan lika-liku
1
Peristiwa instabilitas nasional pada awal kemerdekaan dapat dibaca
diantaranya dalam Nugroho Noto Susanto, (PJ), 1985. Tiga Puluh Tahun
Indonesia Merdeka, (Ed Lux). Jakarta: Citra Lamtorogung Persada. hlm. 71. Cet
ke-5
1
2
Ir. Sukarno dan Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik awal
tentara Indonesia berbeda dengan negara lain. Tentara Indonesia dibangun atas
peninggalan penjajah (PETA dan KNIL) dan milisi rakyat yang terbentuk secara
siding sebanyk tiga kali, untuk membicarakan hal-hal yang sehubungan dengan
Salah satu organ yang perlu dimiliki oleh pemerintah suatu negara ialah
2
Nugroho Notosusanto, 1985. Prajurit dan Pejuang, Persepsi dan
Implementasi Dwi Fungsi ABRI, Jakarta: Sinar Harapan, Cet II , hlm 17. Pendapat
ini tidak disepakati Burhan Magenda yang menyebutkan tentara Indonesia sebagai
Tentara Revolusioner, lahir karena revolusi kemerdekaan, lihat Amos Permutter,
1984, The Militery and Politic In Modern times on Profesional, Prerian ang
Revolusioner, (terjm) Sahat Simamora. Jakarta: Rajawali. hlm. 42
3
Harun Al Rasyid. (1968). Sekitar Proklamasi, Konstitusi, dan Dekrit
Presiden. Djakarta: Pelita Ilmu. hlm. 11-13.
3
Militer pada masa awal kemerdekaan belum jelas statusnya, masih diambang
awan.
masa pemerintahan kolonial militer hanya dimiliki oleh pemerintah dan orang-
orangnya hanya berasal dari orang Eropa atau Belanda dan sedikit sekali dari
orang pribumi. Pembentukan militer pada masa kolonial pada tangal 4 Desember
1830 oleh Van den Bosh, untuk meredem konflik atau serangan dari tentara
kerajaan ditanah Jawa. Nama pasukan yang dibentuk oleh pemerintah Hindia
Belanda adalah Oost Indische Leger (Tentara Hindia Timur). Tahun 1836 Raja
berubah menjadi sangat militan, dengan berbagai doktrin yang diberikan pasukan
pengetahuan tentang kemiliteran yang dimiliki Jepang6. Pada masa itu, Jepang
4
Yahya A. Muhaimin, 2005. Perkembangan iliter dalam Politik di
Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 1.
5
Petrik Matanasi, 2007. KNIL Bom Waktu Tinggalan Belanda. Yogyakarta:
Medpress. hlm. 17
6
Suyatno Kartodirdjo, 1997. Kepemimpinan ABRI dalam Perspektif
sejarah. Dalam Djoko Subroto, Visi ABRI Menatap Masa Depan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pres. hlm. 120
4
dengan Perang Dunia II dan Perang Pasifik. Jepang membutuhkan pasukan untuk
membantu tentara Jepang dalam perang tersebut. Karena Jepang terus menghadapi
melatih rakyat Indonesia tentang militer untuk membantu tentara Jepang melawan
Sekutu.
Para pemuda dilatih kemiliteran dalam PETA (Pembela Tanah Air), Haiho7
dan Gyugun8. Pasukan Jepang juga melatih kemiliteran kepada seluruh lapisan
Keibondan dan Seinendan.9 Militer ini dibentuk oleh Jepang dikarenakan Jepang
serangan Sekutu.
7
Heiho adalah pembantu prajurit Jepang baik digaris depan pertempuran
maupun digaris belakang. Heiho dibentuk atas kehendak kementrian angkatan
darat. Anggota Heiho mendapatkan pendidikan militer selama 2bulan kemudian
disebarkan dalam satuan-satuan yang diperbantukan kepada angkatan perang
Jepang. Atim Supomo, dkk. 1996. Brimob Polri Jateng dan DIY dalam Lintasan
Sejarah. Semarang: Brigade Mobile Polri Polda Jateng. hlm. 19
8
Gyugun adalah angkatan bersenjata yang dibentuk di Sumatra yang hampir
sama kedudukannya dengan PETA di Jawa. Latihan militer diselenggarakan oleh
Sumatra Gunseibu di Bukittinggi selama 6 bulan. Latihan militer dimulai pada
bulan November 1943. Harsja W. Bachtiar, 1988, Siapa Dia? Perwira Tinggi
Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta: Djambatan. hlm. 41
9
Pembentukan Keibondan (Barisan Pembantu Polisi) dan Seinendan
(Barisan Pemuda) diumumkan pada tanggal 29 April 1943 bersamaan dengan
ulang tahun Kaisar Jepang. Kedua oragnisasi ini bertugas untuk mempersiakan
para pemuda baik mental maupun teknis untuk memberikan sumbangan kepada
usaha pertahanan Jepang garis belakang, terutama didaerah propinsi, desa, pabrik-
pabrik dan perkebunan. Keibondan adalah barisan pemuda sebagai pembantu
polisi Jepang.
5
Awal masuk Jenderal Besar A.H. A.H. Nasution dalam dunia militer dan
Komandan TKR Jawa Barat dengan pangkat kolonel. Tidak lama kemudian ia
Tujuan skripsi ini adalah, untuk mengetahui aktivitas A.H. Nasution dalam
politik yang dimana letak pondasi ikutsertanya TNI dalam kancah politik tidak
luput dari peran dan pemikiran dari A.H. Nasution yang terkenal yaitu tentang
Jalan Tengah, dan juga mengetahui tentang aktivitas A.H. Nasution dalam Militer.
Dimana sejarah perjuangan TNI AD tidaklah lepas dari polesan tangan dari
seorang Jenderal A.H. Nasution. Jenderal Besar Soedirman dikenal sebagai Bapak
B. Rumusan Masalah
10
A.H. Nasution, 1993, M.E.M.O.A.R senerai Kiprah sejarah diangkat dari
majalah Tempo. Buku kesatu. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hlm. 13
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a) Melatih daya pikir, analisis dan objektif terhadap fenomena yang terjadi
2. Tujuan Khusus
1966.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pembaca
2. Bagi Penulis
b) Dengan skripsi ini diharapkan penulis dapat berpikir lebih kritis dan
di Indonesia.
E. Kajian Pustaka
terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu kajian
yang seiring dan berkaitan (collateral). Leedy (1997) bahwa semakin banyak
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan topik
lengkapnya mengenai permasalahan yang dikaji. Kajian pustaka atau teori yang
Objek dari penulisan skripsi ini yaitu A.H. Nasution juga merupakan
seorang penulis buku tentang sejarah perjuangan Indonesia, sejarah militer, dan
politik. Sumber atau buku yang menjadi kajian pustaka antara lain, Yahya A.
Penegak Demokrasi UUD 1945. Djakarta; Seruling Masa. Feith, Herbert dan
LP3ES. Skripsi Puji Astuty. (2006). Peranan Abdul Haris A.H. Nasution Dalam
Hendri Supriyatmono, 1994. A.H. Nasution, Dwi fungsi ABRI dan Kontribusi Ke
11
Jurusan Pendidikan Sejarah. 2006, Pedoman Penulisan Tugas Akhir
Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE UNY, hlm. 3.
9
agama yang keras dari orang tuanya. Hal ini terlihat dari keteguhannya dalam
melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya dalam kondisi apapun juga.
Disekolah itu dia banyak membaca buku-buku tentang sejarah luar negeri,
misalnya sejarah negeri Belanda, sejarah Revolusi Perancis dan lain sebagainya
yang semua itu ikut membentuk kepribadiannya12. Dia juga banyak mendengar
bisa dikatakan perjalanan karier A.H. Nasution mengalami pasang surut. Pernah di
berhentikan sebagai KSAD selama 3 tahun, dan diangkat kembali oleh Presiden
komandemen I/Jawa Barat, Kepala staf TKR, Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD) dijabat tahun 1945 sampai tahun 1952 dan dilantik kembali tahun 1955
12
Eko Endarnoko (ed). 1993. Memoar: Senarai Kiprah Sejarah. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, hlm. 221.
13
A.H. Nasution, 1989, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid IIa: Kenangan
Masa Gerilya. Jakarta: Haji Masagung, hlm. 4.
10
Baharudin, seorang anggota KNIP dari fraksi sayap kiri14, dalam bentuk mosi
yang diajukan pada bulan Desember 1947.15 Mosi itu memuat dua hal pokok
yaitu, rasionalisasi dalam kesatuan angkatan perang (darat, laut, udara) serta
dalam komando dan pimpinan angkatan perang. Tujuan politis dari mosi tersebut
karena kekecewaan mereka atas TNI yang tidak dapat menahan gerak maju
kabinet Hatta.17 Langkah yang diambil Hatta dalam upaya mereorganisasi dan
Tujuannya adalah membentuk tentara yang kecil tetapi efisien di bawah komando,
dipandang sebagai isu politik yang menimbulkan dampak psikologis pada tentara,
14
Fraksi sayap kiri adalah fraksi adalah fraksi pimpinan Amir Syarifudin
yang melakukan gerakan oposisi dengan mendirikan Front Demokrasi Rakyat
(FDR). Anggota FDR terdiri dari kalangan angkatan bersenjata dan lascar rakyat,
laskar merah, laskar buruh. Tujuannya adalah untuk mendominasi kekuasaan
pemerintah. (Todiruan Dydo. 1990. Pergolakan Politik Tentara Sebelum dan
Sesudah G30 S/PKI. Jakarta: Golden Teroyan Press. hlm. 49. )
15
A.H. Nasution. 1989, loc.cit.,
16
Ibid.
17
Amrin Imran, dkk. 1971. Sejarah Perkembangan Angkatan-Darat.
Jakarta: Departemen pertahanan dan Keamanan Pusat Sejarah ABRI. hlm. 12
18
A.H. Nasution. 1968. TNI Jiid II. Jakarta: Seruling Masa. hlm. 134.
11
anggota badan perjuangan, dan kelaskaran terutama yang terkena reorganisasi dan
menimbulkan kepanikan dikalangan prajurit karena tidak ada kriteria yang jelas
tentang siapa yang terkena dan mengapa. Ketiadaan kriteria yang jelas itulah
seputar masalah yang hendak dikaji. Historiografi yang relevan merupakan kajian
historis yang mendahului penelitian dengan tema atau topik yang hampir sama.
Hal ini berfungsi sebagai pembeda antara penelitian, sekaligus sebagai bentuk
masa lampau yang disusun oleh sejarawan berdasarkan fakta yang ada. Menurut
19
Yason Demeterius Bani. 1992. Skripsi: Reorganisasi dan Rasionalisasi
Angkatan Perang Republik Indonesia. Yogyakarta: UGM. hlm. 9
20
Frans M. Parera,ed. 1982. Bung Tomo: dari 10 November 1945 ke Orde
Baru. Jakarta: Gramedia. hlm. 148
21
Jurusan Pendidikan Sejarah, op.cit.
12
sejarah menjadi suatu kisah yang menjelaskan dalam bentuk lisan maupun tulisan
dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses
menguji dan menganalisis secara kritis semua rekaman dan peninggalan masa
lampau yang diperoleh melalui proses tersebut.23 Kajian terhadap karya sejarah
atau historiografi yang relevan adalah suatu hal yang pokok dalam penulisan
karya sejarah kritis dalam rangka membedakan tulisan yang pernah ada dengan
skripsi ini.
tetapi penulis benar-benar tidak tahu adanya judul skripsi yang sama. Skripsi ini
membahas tentang kiprah A.H. A.H. Nasution baik secara langsung maupun tidak
merupakan pencetus berdirinya Dwi Fungsi ABRI. Peranan ABRI tidak hanya
dalam dunia militer saja melainkan masuk dalam kancah perpolitikan di Indonesia
ini. Oleh sebab itu, penelitian yang mengambil kesimpulan dari sumber-sumber
buku yang ada supaya dapat menemukan perkembangan TNI dan kiprah A.H.
22
Helius Sjamsuddin dan Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
hlm. 17
23
Gottschalk, Louis, 1985, Understanding Hisory: A Primer Hisorical
Methode, a.b. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, Jakarta: UNI Press, hlm
32.
13
Sedangkan perbedaanya adalah penulis tidak membahas militer saja tetapi juga
Sejarah UNY. Judul skripsi tersebut adalah Pelaksanaan Fungsi Sosial Ekonomi
ABRI Pada Masa Orde Baru (1966-1997). Karya tersebut berbeda dengan skripsi
yang akan disusun ini karena dalam skripsi Heru Didik Setiyawan inti
atau menjadi sumber untuk pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini.
Skripsi yang ketiga adalah karya Febrinita Dwi Istyaningrum yang berjudul
Peran ABRI Sebagai Kekuatan Sosial Politik Pada Masa Orde Baru (1966-1997).
Dalam skripsi ini pembahasannya masih terlalu luas, yaitu bukan hanya peran
ABRI dalam bidang politik saja tetapi juga dibahas peran ABRI dalam ekonomi,
peran ABRI dalam bidang politik belum maksimal. Sedangkan dalam skripsi ini,
14
penulis lebih condong peran dari seorang tokoh sebagai objek penelitian yaitu
A.H. Nasution.
Historiografi yang kelima yaitu buku dari karangan Amrin Imran, dkk.
dan Keamanan Pusat Sejarah ABRI. Buku ini berisi tentang sejarah pembentukan
dan pembinaan TNI AD, dimulai dengan BKR hingga kemudian menjadi TNI.
Dalam buku ini juga dibahas mengenai perkembangan TNI AD yang ditandai
kader tentara yang professional, siap ditugaskan, sebab pada masa itu kondisi
dari Belanda. Buku tersebut kurang menyoroti peranan tokoh-tokoh militer dalam
tentang A.H. Nasution sebagai salah satu tokoh TNI AD yang berperan dalam
membahas tentang hubungan sipil militer antara tahun 1945-1966 yang sedang
konflik baru antara sipil-militer. Hal ini karena Amir telah melakukan pendidikan
15
Pada masa Demokrasi Liberal ruang gerak militer sangatlah terbatas keadaan ini
1. Metode Penelitian
kejadian masa lampau. Hal ini untuk menguji kebenaran, sehubung dengan
24
Dudung Abdurahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu. hlm. 43-44
25
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. hlm.
XII.
16
dan historiografi.27
a) Pemilihan Topik
b) Heuristik
26
Helius Sjamsuddin dan Ismaun. loc.cit., hlm. 17.
27
Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang. hlm.
90
17
Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi yang melihat dengan
kejadian apa yang penulis tulis di skripsi ini. Sumber sekunder yaitu
dan masih banyak lagi karya tulisan A.H. Nasution lainnya. Sumber
Nasution atau TNI, misalnya; A.H. Nasution, Dwi Fungsi ABRI dan
28
Ibid, hlm. 94
29
Saefur Rochmat. 2009. Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 153
30
IG Widja, 1989, Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran
Sejarah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 18.
18
(asli)31. Fungsi dan tujuan kritik sumber ialah untuk membedakan apa
yang benar, dan yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa
31
Kuntowijoyo, op. cit.,hlm. 99.
32
Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak, hlm.
131-132
19
Kritik sumber terdiri atas kritik intern dan kritik ekstern. Kritik
intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk meneliti kebenaran isi
kerangka tulisan
d) Interpretasi
hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Oleh sebab itu di
suatu penulisan sejarah selalu ada yang dipengaruhi oleh jiwa, zaman,
yang lampau dengan tindakan yang telah kita saksikan dengan mata
2. Pendekatan Penelitian.
33
Kuntowijoyo, op.cit., hlm 22
34
Ibid.
35
Helius Sjamsuddin, loc.cit.
21
dalam penelitian.
gejala masa lalu harus menyertakan konsep dan ilmu sosial tersebut.
berbunyi: Politik adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa
36
Sartono Kartodirdjo, 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 40
37
Helius Sjamsuddin. op.cit.
22
atau alokasi40. Dalam penulisan skripsi ini, pendekatan politik artinya adalah
politik perebutan pengaruh kekuasaan dalam negara antara militer dan sipil.
memberikan ruang kepada militer untuk terlibat dalam masalah politik, dan
38
Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 148-149
39
Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, hlm.
173.
40
Miriam Budiardjo, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, hlm. 9.
41
Martin Shaw, 2001, Bebas dari Militer: Analisa Sosiologis Atas
Kecenderungan Masyarakat Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 20-21.
23
untuk mengkaji sebuah perang, akan tetapi juga dapat digunakan untuk
yang menentukan baik buruknya serta besar kecilnya potensi dan kekuatan
aktivitas politik.
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
suatu masyarakat, selain bisa digunakan untuk melihat konflik dalam suatu
42
Sayidiman Suryohadiprojo. 1981. Suatu Pengantar Dalam Ilmu Perang,
Masalah Pertahanan Negara. Jakarta: Intermasa. hlm. 66
43
Dadang Supardan, 2009, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 70.
44
Sartono Kartodirdjo. 1993. loc.cit.
24
kadangkala tidak dapat dilacak lagi mana yang menjadi variabel dependen
Sebuah peristiwa tidak akan jauh dari persoalan ekonomi, bahkan masalah
pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan politik dan militer maka
H. Sistematika Pembahasan
25
Skripsi yang berjudul Kiprah A.H. Nasution Dalam Dunia Militer (AD)
Bab pertama berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
Bab kedua, penulis ingin menuliskan tentang riwayat singkat dari A.H.
Nasution Dalam Dunia Militer, Pemikiran A.H. Nasution Terhadap Dwi Fungsi
ABRI.
Militer ke Dalam Dunia Politik, Peran A.H. Nasution Terhadap Dunia Politik.