PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak
dapat dilepaspisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya dengan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
Pancasila sebagai dasar negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa
mendatang merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan
berkesinambungan. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai Dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Bahkan
pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai Dasar dan
Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan
sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara.
Karena, dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara
bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
Negara. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki
pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara
tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan
munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara
mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara.
Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara ialah Pancasila berperan sebagai
landasan dan dasar bagi pelaksanaan pemerintahan, membentukan peraturan, dan
mengatur penyelenggaraan negara.
1
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga
yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari
bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
B. RUMUSAN MASALAH
C. Bagaimana proses sidang BPUPKI yang I dan II dan apa sajakah yang
dihasilkan dari sidang tersebut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1941, pasukan Jepang melihat bahwa Amerika, Inggris, dan
Belanda harus diperangi bersamaan, apalagi karena Amerika melakukan embargo
minyak yang amat mereka butuhkan. Pada tahun itu, Admiral Isoroku Yamamoto
mengembangkan strategi perang untuk melakukan dua operasi besar-besaran.
Operasi pertama adalah operasi yang dikenal sebagai salah satu penyerangan
yang terbesar dalam sejarah Perang Dunia II, penyerangan terhadap basis Armada
Pasifik Amerika Pearl Harbor yang terletak di kepulauan Hawaii. Operasi kedua
3
merupakan penyerangan atas Filipina dan Malaya atau Singapura yang kemudian
berlanjut ke Jawa.
4
2. Tentara XXV ditugaskan untuk memerintah Sumatra dengan Bukittinggi
sebagai pusatnya.
3. Armada Selatan II dengan wilayah yang terdiri dari Kalimantan sampai
Sulawesi termasuk Nusa Tenggara, Maluku, Papua dengan Makassar sebagai
pusatnya.
Mengingat situasi mereka yang sedang dalam perang, Jepang mulai berpikir
untuk membangun sarana-sarana seperti misalnya kubu pertahanan, jalan,
lapangan udara, hingga benteng. Namun, tidak mungkin mereka memerintahkan
tentara mereka. Karena hal ini, penjajahan Jepang di Indonesia mungkin adalah
sejarah terkejam yang dialami bangsa Indonesia. Puluhan ribu rakyat dijadikan
romusha dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa. Puluhan ribu warga Jawa
dikirim untuk menerabas hutan dalam pembangunan jalur kereta api di Sumatera,
yang melintang dari Muaro Sijunjung hingga Pekanbaru.
Para romusha diperlakukan layaknya bukan manusia. Dari pagi buta hingga
senja, mereka harus melakukan kerja kasar tanpa makan maupun perawatan yang
menyebabkan kondisi fisik mereka sangat lemah. Kondisi fisik yang lemah ini
membuat mereka menjadi semakin rentan akan berbagai jenis penyakit, bahkan
hingga meninggal dunia di tempat. Seakan belum cukup, pasukan Jepang juga
memberi siksaan seperti cambukan,
pukulan, dan menembak para romusha yang berani melawan perintah mereka.
5
seperti penjagaan lalu lintas. Anggotanya adalah pemuda dengan usia 20-35
tahun yang kemudian berubah menjadi 26-35 tahun.
3. Heiho : merupakan pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berumur
antara 18-25 tahun. Untuk menjadi Heiho, seseorang harus berbadan sehat,
berkelakuan baik, dan paling tidak telah lulus Sekolah Rakyat (Sekolah
Dasar)
4. Pembela Tanah Air (PETA) : diprakarsai oleh Gatot Mangkupraja dan
disahkan melalui Osamu Seirei No.44 pada 3 Oktober 1943. Banyak anggota
PETA yang kecewa pada pemerintah pendudukan Jepang, mendorong
pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945.
5. Fujinkai : Organisasi wanita yang anggotanya berusia minimal 15 tahun.
1. Pembentukan BPUPKI
6
mencari dasar negara yang sesuai dengan kepribadian dan corak hidup bangsa,
berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan ketua BPUPKI dalam sidangnya.
BPUPKI terdiri atas 63 anggota, termasuk satu ketua dan dua orang wakilnya,
ialah Dr. Radjiman Wediodiningrat, dengan wakil ketua Ichibangase ( seorang
warga jepang ) dan R. Pandji Suroso.
7
19. K. H. Abdul Halim 49. Mr. R. Soewandi
8
b. Mr . Soepomo(31 Mei 1945)
antara lain dalam pidatonya menyampaikan usulan lima dasar negara, yaitu
sebagai berikut :
1. Paham Negara Kesatuan
2. Perhubungan Negara dengan Agama
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Sosialisasi Negara
5. Hubungan antar Bangsa
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945 )
Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon
dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-
lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah
berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa
(Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu
rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
. Rumusan Pancasila
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat,-atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. ke-Tuhanan yang berkebudayaan
Rumusan Trisila
1. Socio-nationalisme
2. Socio-demokratie
3. ke-Tuhanan
Rumusan Ekasila
1. Gotong-Royong
9
tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan
Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini,
anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil
yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
(diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden
Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs.
Mohammad Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di
bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang
Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6. Haji Agus Salim (anggota)
7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)
10
• Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda
dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah
Sabah dan wilayah Serawak di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei
Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor
Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
• Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
• Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
• Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
• Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan
disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan
konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat
"Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta
sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara
Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui
dengan urutan dan redaksion yang sedikit berbeda.
Pada 22 Juni 1945 panitia sembilan berhasil merumuskan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin yang diberi nama
"Piagam Jakarta atau Jakarta Charter".
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah
antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan
Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler di mana negara sama
sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua
golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah
dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen ini pula yang
disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin. Adapun rumusan
rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan
pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence). Rumusan ini
merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para "Pendiri Bangsa".
Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan
UUD 1945.
11
Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itoe ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka pendjadjahan di atas doenia haroes
dihapoeskan, karena tidak sesoeai dengan peri-kemanoesiaan dan
peri-keadilan.
Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-gerbang Negara
Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil dan makmoer.
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan
didorongkan oleh keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan
kebangsaan jang bebas, maka Rakjat Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaannja.
Kemudian daripada itoe, oentoek membentoek soeatoe
Pemerintah Negara Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa
Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia, dan untuk
memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan kehidoepan
bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe
dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek
dalam suatu susunan negara Repoeblik Indonesia jang
berkedaoelatan Rakjat, dengan berdasar kepada:
1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam
bagi pemeloek2-nja*
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam
12
permoesjarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
Pembentukan PPKI
Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk
menindaklanjuti hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa
Jepang disebut dengan Dokuritsi Junbi Inkai
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang
bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. PPKI dibentuk pada
tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal
anggota PPKI adalah sebagai berikut:[3]
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (anggota)
5. R. P. Soeroso (anggota)
13
6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (anggota)
7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (anggota)
9. Otto Iskandardinata (anggota)
10. Abdoel Kadir (anggota)
11. Pangeran Soerjohamidjojo (anggota)
12. Pangeran Poerbojo (anggota)
13. Dr. Mohammad Amir (anggota)
14. Mr. Abdul Maghfar (anggota)
15. Teuku Mohammad Hasan
16. Dr. GSSJ Ratulangi (anggota)
17. Andi Pangerang (anggota)
18. A.A. Hamidhan (anggota)
19. I Goesti Ketoet Poedja (anggota)
20. Mr. Johannes Latuharhary (anggota)
21. Drs. Yap Tjwan Bing (anggota)
14
2. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan
Ketuhanan yang Maha Esa.
3. Terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
4. Pada Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia
asli dan beragama Islam diganti menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.
Pemilihan Presiden dan Wakil Presidan dilakukan dengan aklamasi atas usul dari
Otto Iskandardinata dan mengusulkan agar Ir. Soekarno menjadi presiden dan
Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul ini diterima oleh seluruh anggota PPKI.
Secara historis-sosiologis Pancasila yang sekarang kita miliki merupakan
pandangan dan falsafah hidup hasil penggalian dan pemikiran yang dalam oleh
Bapak Pendiri Negara (the founding fathers). Selanjutnya hal tersebut
dikristalisasikan dan dirumuskan menjadi lima prinsip dasar yang dinamakan
Pancasila. Proses ini dimulai sejak Jepang secara resmi menguasai Indonesia
pada tanggal 9 maret 1942 setelah jenderal Ter Poorten sebagai Panglima
Tertinggi Angkatan darat Sekutu di Jawa menyerah tanpa syarat di Kalijati.
Setelah dua tahun menguasai Indonesia, secara pelan tapi pasti Jepang mulai
terdesak. Untuk menenangkan bangsa Indonesia agar tidak melakukan
pemberontakan, pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Kiso,
mengumumkan janji pemerintah Jepang kepada Indonesia bahwa Hindia Belanda
15
akan diberi kemerdekaan kelak dikemudian hari.
Badan penyelidik tersebut baru dibentuk tanggal 29 April 1945, yaitu pada saat
hari ulang tahun Tenno Heika, Maharaja Jepang. Tanggal 28 Mei 1945 diadakan
upacara pembukaan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Sususnan badan penyelidik itu terdiri dari ketua Dr. Radjiman
Wediodiningrat, ketu muda Ichibangse (dari Jepang), Ketua Muda R.P Soeroso,
dengan 60 orang snggota.
Kemudian dengan suara bulat sidang menerima Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang abadi.
Dengan selesainya rapat tanggal 1 Juni, selesai pula persidangan pertama Badan
Penyelidik.
16
rancangan pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence).
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para
"Pendiri Bangsa".
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Rumusan BPUPKI
4. Rumusan PPKI
17
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5. Rumusan RIS
Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan kehancuran. Hanya
dalam hitungan bulan negara bagian RIS membubarkan diri dan bergabung
dengan negara bagian RI Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara
bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT[13], dan NST[14]. Setelah
melalui beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa
dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan mengadakan
perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara. Perubahan tersebut
dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
18
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal
15 Agustus 1950. Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf
keempat dari Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan sosial
19
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR pernah membuat
rumusan yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini terdapat dalam lampiran
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia.
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial.
Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang beredar dan
diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi populer inilah
yang dikenal secara umum dan diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai
rumusan dasar negara. Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam
UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta dengan
mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya
Pancakarsa)
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
20
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
21
Fundamental Negara, Pokok Kaidah Fundamental Negara, atau Norma
Pertama, yang merupakan norma tertinggi dalam suatu negara. Ia merupakan
norma dasar (Grundnorm) yang bersifat pre-supposed’ atau ditetapkan terlebih
dahulu oleh masyarakat dan karena itu tidak dibentuk oleh suatu norma yang
lebih tinggi. Ia juga merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya
norma-norma hukum di bawahnya, termasuk menjadi dasar bagi pembentukan
konstitusi atau Undang-Undang Dasar suatu negara. Ia juga merupakan landasan
dasar filosofis yang mengandung kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan negara
lebih lanjut. Menurut Hans Kelsen bahwa norma hukum yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan norma hukum
yang lebih tinggi itu tidak boleh bertentangan dengan norma lain yang lebih
tinggi lagi, begitu seterusnya hingga rangkaian norma ini diakhiri oleh suatu
norma dasar tertinggi (staatsfundamentalnorm). Pendapat Kelsen ini kemudian
dikenal dengan Stufentheorie.
1. Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 – 29
Desember 1949)
22
berakibat pada kestabilan Indonesia di bidang ekonomi, politik maupun
pemerintahan.
2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 –
11 maret 1966.
Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu
presiden mengeluarkan dekrit presiden yang isinya :
1. Bubarkan PKI.
23
2. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 – 22 mei 1998)
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di
bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan februari
1967, GDRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR agar
mengadakan siding istimewa pada bulan maret 1967. Keputusan yang diperoleh
dari sidang istimewa tersebut sebagai berikut.
24
– Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto.
25
tentang pemilihan umumdan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi
UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahandaerah, UU. No.25 tahun 1999,
tentang perimbangan keuangan antar pemerintahanpusat dan daerah dan
UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas
dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu
melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD
hasil aspirasi rakyat secara demokratis.
26