Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

 Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak
dapat dilepaspisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya dengan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya
Pancasila sebagai dasar negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa
mendatang merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan
berkesinambungan. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai Dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Bahkan
pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai Dasar dan
Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan
sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara.
Karena, dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara
bagi suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
Negara. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki
pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara
tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan
munculnya kekacauan. Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara
mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara. 
Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara ialah Pancasila berperan sebagai
landasan dan dasar bagi pelaksanaan pemerintahan, membentukan peraturan, dan
mengatur penyelenggaraan negara.

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat


Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di
dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar

1
negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga
yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari
bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa tujuan Jepang menjajah bangsa Indonesia?

B. Apa saja yang dilakukan Jepang terhadap pemerintahan Indonesia?

C. Bagaimana proses sidang BPUPKI yang I dan II dan apa sajakah yang
dihasilkan dari sidang tersebut?

D. Bagaimanakah kronologi sejarah UUD 1945?

E. Bagaimana Proses Perumusan Pasal - Pasal UUD 1945?

F. Bagaimana kedudukan dan makna UUD 1945 bagi bangsa Indonesia?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MASA PENJAJAHAN JEPANG

a. Masuknya Jepang Ke Indonesia

Pada tahun 1941, pasukan Jepang melihat bahwa Amerika, Inggris, dan
Belanda harus diperangi bersamaan, apalagi karena Amerika melakukan embargo
minyak yang amat mereka butuhkan. Pada tahun itu, Admiral Isoroku Yamamoto
mengembangkan strategi perang untuk melakukan dua operasi besar-besaran.
Operasi pertama adalah operasi yang dikenal sebagai salah satu penyerangan
yang terbesar dalam sejarah Perang Dunia II, penyerangan terhadap basis Armada
Pasifik Amerika Pearl Harbor yang terletak di kepulauan Hawaii. Operasi kedua

3
merupakan penyerangan atas Filipina dan Malaya atau Singapura yang kemudian
berlanjut ke Jawa.

Minggu pagi tanggal 7 Desember 1941 Jepang meluncurkan seranggan


rahasia ke Pearl Harbor, ratusan pesawat pembom dan pesawat tempur Jepang
diberangkatkan dalam dua gelombang. Penyerangan ini berhasil mencederai daya
tempur dan menewaskan ribuan serdadu Amerika. Namun, tiga kapal induk
Amerika Serikat selamat karena tidak sedang berada di Pearl Harbor saat
serangan berlangsung. Esoknya, pada tanggal 8 Desember 1941, dewan kongres
Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan perang terhadap Jepang yang menjadi
langkah awal mereka untuk ikut terlibat pada Perang Dunia Kedua.

Penyerangan tadi bagi pasukan Jepang hanyalah permulaan, karena pada


bulan Januari sampai dengan bulan Februari di tahun 1942, Jepang berhasil
menduduki Filipina, Tarakan, Balikpapan, Pontianak, Samarinda dan penaklukan
terhadap Palembang dilakukan paling akhir. Untuk melawan pasukan Jepang,
sebuah komando gabungan yang diberi nama ABDACOM atau American British
Dutch Australian Command dibentuk oleh pasukan Sekutu di Bandung dengan
Jenderal Sir Archibald Wavell sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 5 Maret 1942,
Batavia berhasil ditaklukan oleh Jepang dan Belanda secara resmi menyerah pada
tanggal 8 Maret 1942. Kejadian ini menandai awal sejarah penjajahan Jepang di
Indonesia.
Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, melalui Tarakan, Minahasa dan
Sulawesi, Balikpapan, Ambon, Batavia, dan Bandung. Belanda menyerah
terhadap jepang pada 9 Maret 1942.

Meskipun tujuan awal mereka memang untuk menduduki Indonesia, pihak


Jepang membuat propaganda untuk merebut hati rakyat pribumi. Slogan yang
dikenal dengan semboyan 3A tersebut berbunyi “Jepang pemimpin Asia, Jepang
cahaya Asia, Jepang pelindung Asia.”

Karena zaman Jepang merupakan pemerintahan militer, tentara Jepang merubah


Indonesia menjadi tiga wilayah pengaturan, yaitu:
1.    Tentara XVI bertugas untuk memerintah wilayah Jawa dan Madura dengan
Jakarta sebagai pusatnya.

4
2.    Tentara XXV ditugaskan untuk memerintah Sumatra dengan Bukittinggi
sebagai pusatnya.
3.    Armada Selatan II dengan wilayah yang terdiri dari Kalimantan sampai
Sulawesi termasuk Nusa Tenggara, Maluku, Papua dengan Makassar sebagai
pusatnya.

b. Romusha dan Penyiksaan Warga

Mengingat situasi mereka yang sedang dalam perang, Jepang mulai berpikir
untuk membangun sarana-sarana seperti misalnya kubu pertahanan, jalan,
lapangan udara, hingga benteng. Namun, tidak mungkin mereka memerintahkan
tentara mereka. Karena hal ini, penjajahan Jepang di Indonesia mungkin adalah
sejarah terkejam yang dialami bangsa Indonesia. Puluhan ribu rakyat dijadikan
romusha dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa. Puluhan ribu warga Jawa
dikirim untuk menerabas hutan dalam pembangunan jalur kereta api di Sumatera,
yang melintang dari Muaro Sijunjung hingga Pekanbaru.

Para romusha diperlakukan layaknya bukan manusia. Dari pagi buta hingga
senja, mereka harus melakukan kerja kasar tanpa makan maupun perawatan yang
menyebabkan kondisi fisik mereka sangat lemah. Kondisi fisik yang lemah ini
membuat mereka menjadi semakin rentan akan berbagai jenis penyakit, bahkan
hingga meninggal dunia di tempat. Seakan belum cukup, pasukan Jepang juga
memberi siksaan seperti cambukan, 

pukulan, dan menembak para romusha yang berani melawan perintah mereka.

c. Organisasi Semi Militer

Pihak militer Jepang mengeluarkan kebijakan untuk membentuk organisasi-


organisasi semi militer yang berisi rakyat Indonesia. Organisasi-organisasi yang
tercatat dalam sejarah penjajahan Jepang di Indonesia adalah:
1.   Seinendan : adalah organisasi pemuda yang berusia antara 15-25 tahun yang
kemudian diubah menjadi 14-22 tahun.
2.   Keibodan : adalah barisan pembantu polisi Jepang dengan tugas kepolisian

5
seperti penjagaan lalu lintas. Anggotanya adalah pemuda dengan usia 20-35
tahun yang kemudian berubah menjadi 26-35 tahun.
3.   Heiho : merupakan pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berumur
antara 18-25 tahun. Untuk menjadi Heiho, seseorang harus berbadan sehat,
berkelakuan baik, dan paling tidak telah lulus Sekolah Rakyat (Sekolah
Dasar)
4.   Pembela Tanah Air (PETA) : diprakarsai oleh Gatot Mangkupraja dan
disahkan melalui Osamu Seirei No.44 pada 3 Oktober 1943. Banyak anggota
PETA yang kecewa pada pemerintah pendudukan Jepang, mendorong
pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945.
5.    Fujinkai : Organisasi wanita yang anggotanya berusia minimal 15 tahun.

d. Masa-Masa Akhir Penjajahan Jepang

Pada tanggal 6 Agustus 1945, pasukan perang Amerika Serikat menjatuhkan


2 bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Hal ini membuat Jepang kemudian
menyerah kepada sekutu. Momen ini kemudian dimanfaatkan oleh rakyat
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Perjuangan terakhir rakyat
untuk merdeka ini akhirnya menjadi bagian penutup sejarah penjajahan Jepang di
Indonesia.

1. Pembentukan BPUPKI

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah


sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang
pada tanggal 1 Maret 1945 yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI memiliki anggota 62 orang wakil
ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.

B. SIDANG PERTAMA BPUPKI (29 MEI-1 JUNI 1945)

Dalam sidang BPUPKI yang pertama, Dr. Radjiman Wediodiningrat selaku


Ketua BPUPKI menanyakan apakah dasar negara yang akan di pakai apabila
Indonesia merdeka.
Sementara itu, para pejuang, pemimpin dan cendekiawan kita dalam usaha

6
mencari dasar negara yang sesuai dengan kepribadian dan corak hidup bangsa,
berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan ketua BPUPKI dalam sidangnya.
BPUPKI terdiri atas 63 anggota, termasuk satu ketua dan dua orang wakilnya,
ialah Dr. Radjiman Wediodiningrat, dengan wakil ketua Ichibangase ( seorang
warga jepang ) dan R. Pandji Suroso. 

Anggotanya terdiri atas :

1. Ir. Soekarno 31. Dr. R. Boentaran

2. Mr. Moh. Yamin 32. Liem Koen Hian

3. Mr. Dr. Kusumah Atmadja 33. Mr. J. Latuharhary

4. R.A. Pratalykrama 34. Mr. R. Hendromartono

5. R. Aris 35. R. Soekardjo Wirjopranoto

6. K.H. Dewantara 36. Haji Ahmad Sanoesi

7. Ki Bagus Handi Kusumo 37. A. M. Dasaad

8. B.P.H. Bintara 38. Mr. Tan Eng Hoa

9. KH. Abdul Kahar Muzakkir 39. Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo

10. B. P. H. Puruboyo 40. R. A. A. Soemitro Kolopaking

11. R.A.A. Wiranatakusumah 41. K. R. M. T. Woerjaningrat

12. Ir. A. Munandar 42. Mr. A. Soebardjo

13. Oei Tjang Tjoei 43. Prof. Dr. Djaenal Asikin

14. Drs. Moh. Hatta 44. Abikoesno Tjokrosoejoso

15. Oei Tjang Hauw 45. Parada Harahap

16. H. Agus Salim 46. Mr Sartono

17. M. Soetardjo 47. K. H. Mansoer

18. R. M. Margono 48. K.R.M.A Sosrodiningrat

7
19. K. H. Abdul Halim 49. Mr. R. Soewandi

20. K. H. Maskur 50. K. H. Wahid Hasyim

21. R. Soedirman 51. P. F. Dahler

22. Prof. Dr. P.A.H. Djajadiningrat 52. Dr. Soekiman

23. Prof. Mr. Dr. Soepomo 53. Mr. Wongsonegoro

24. Prof. Ir. Roosseno 54. R. Otto Iskandardinata

25. Mr. R. P. Singgih 55. A. Baswedan

26. Mr. Ny. Maria Ulfah Santosa 56. Abdul Kadir

27. R. M. Soerjo 57. Dr. Samsi

28. R. Ruslan Wongsokusumo 58. Mr. A.A. Maramis

29. Mr. Soesanto Tirtoprodjo 59. Mr. Samsudin

30. Ny. Soenarjo Mangoenpoespito 60. Mr. Sastromoeljono

Sidang BPUPKI I : Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang


dilaksanakan pada 29 Mei -  1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI diminta
untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan
“blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan.
a. Muh Yamin (29 Mei 1945)
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh
Yamin mengemukakan lima calon dasar negara yaitu :
1.      Peri Kebangsaan
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Peri ke-Tuhanan
4.      Peri Kerakyatan
5.      Kesejahteraan Rakyat

8
b.      Mr . Soepomo(31 Mei 1945)
 antara lain dalam pidatonya menyampaikan usulan lima dasar  negara, yaitu
sebagai berikut :
1.      Paham Negara Kesatuan
2.      Perhubungan Negara  dengan Agama
3.      Sistem Badan Permusyawaratan
4.      Sosialisasi Negara
5.      Hubungan antar Bangsa
c.       Ir. Soekarno (1 Juni 1945 )
Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon
dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-
lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah
berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa
(Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu
rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
. Rumusan Pancasila
1.      Kebangsaan Indonesia
2.      Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
3.      Mufakat,-atau demokrasi
4.      Kesejahteraan sosial
5.      ke-Tuhanan yang berkebudayaan
Rumusan Trisila
1.      Socio-nationalisme
2.      Socio-demokratie
3.      ke-Tuhanan
Rumusan Ekasila
1.      Gotong-Royong

C. SIDANG KEDUA BPUPKI (10-16 JULI 1945)

Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli


1945 hingga tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas

9
tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan
Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini,
anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil
yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
(diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden
Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs.
Mohammad Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di
bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang
Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
1.    Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2.    Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3.    Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4.    Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5.    Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6.    Haji Agus Salim (anggota)
7.    Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)

Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar,


yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya,
yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang
beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia
Perancang Undang-Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri,
Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan Undang-
Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3.  Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai
"Undang-Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi :

10
•    Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda
dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah
Sabah dan wilayah Serawak di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei
Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor
Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
•    Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
•    Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
•    Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
•    Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan
disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan
konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat
"Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta
sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara
Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui
dengan urutan dan redaksion yang sedikit berbeda.
Pada 22 Juni 1945 panitia sembilan berhasil merumuskan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin yang diberi nama
"Piagam Jakarta atau Jakarta Charter".
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah
antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan
Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler di mana negara sama
sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua
golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah
dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen ini pula yang
disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin. Adapun rumusan
rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan
pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence). Rumusan ini
merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para "Pendiri Bangsa".
Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan
UUD 1945.

11
Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itoe ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka pendjadjahan di atas doenia haroes
dihapoeskan, karena tidak sesoeai dengan peri-kemanoesiaan dan
peri-keadilan.
Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-gerbang Negara
Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil dan makmoer.
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan
didorongkan oleh keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan
kebangsaan jang bebas, maka Rakjat Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaannja. 
Kemudian daripada itoe, oentoek membentoek soeatoe
Pemerintah Negara Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa
Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia, dan untuk
memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan kehidoepan
bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe
dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek
dalam suatu susunan negara Repoeblik Indonesia jang
berkedaoelatan Rakjat, dengan berdasar kepada:
1.    Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam
bagi pemeloek2-nja*
2.    Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3.    Persatoean Indonesia
4.    Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam

12
permoesjarawaratan/perwakilan
5.    Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.

umusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta yang beredar di masyarakat


adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pembentukan PPKI
Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk
menindaklanjuti hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa
Jepang disebut dengan Dokuritsi Junbi Inkai
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang
bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. PPKI dibentuk pada
tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal
anggota PPKI adalah sebagai berikut:[3]
1.    Ir. Soekarno (Ketua)
2.    Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3.    Prof. Mr. Dr. Soepomo (anggota)
4.    KRT Radjiman Wedyodiningrat (anggota)
5.    R. P. Soeroso (anggota)

13
6.    Soetardjo Kartohadikoesoemo (anggota)
7.    Kiai Abdoel Wachid Hasjim (anggota)
8.    Ki Bagus Hadikusumo (anggota)
9.    Otto Iskandardinata (anggota)
10.    Abdoel Kadir (anggota)
11.    Pangeran Soerjohamidjojo (anggota)
12.    Pangeran Poerbojo (anggota)
13.    Dr. Mohammad Amir (anggota)
14.    Mr. Abdul Maghfar (anggota)
15.    Teuku Mohammad Hasan
16.    Dr. GSSJ Ratulangi (anggota)
17.    Andi Pangerang (anggota)
18.    A.A. Hamidhan (anggota)
19.    I Goesti Ketoet Poedja (anggota)
20.    Mr. Johannes Latuharhary (anggota)
21.    Drs. Yap Tjwan Bing (anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu:


1.    Achmad Soebardjo (Penasihat)
2.    Sajoeti Melik (anggota)
3.    Ki Hadjar Dewantara (anggota)
4.    R.A.A. Wiranatakoesoema (anggota)
5.    Kasman Singodimedjo (anggota)
6.    Iwa Koesoemasoemantri (anggota)

D. SIDANG PERTAMA PPKI 18 AGUSTUS 1945

Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang


di bekas Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon – Jakarta.[1]  

a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

Sebelum disahkan, terdapat perubahan dalam UUD 1945, yaitu:


1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.

14
2. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan
Ketuhanan yang Maha Esa.
3. Terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
4. Pada Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia
asli dan beragama Islam diganti menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.

b. Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan Presiden dan Wakil Presidan dilakukan dengan aklamasi atas usul dari
Otto Iskandardinata dan mengusulkan agar Ir. Soekarno menjadi presiden dan
Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul ini diterima oleh seluruh anggota PPKI. 

C. Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional


sebelum dibentuknya MPR dan DPR

E. KRONOLOGIS SEJARAH PERUMUSANN PEMBUKAAN UUD


1945 DAN PASAL-PASAL UUD 1945.

    
Secara historis-sosiologis Pancasila yang sekarang kita miliki merupakan
pandangan dan falsafah hidup hasil penggalian dan pemikiran yang dalam oleh
Bapak Pendiri Negara (the founding fathers). Selanjutnya hal tersebut
dikristalisasikan dan dirumuskan menjadi lima prinsip dasar yang dinamakan
Pancasila. Proses ini dimulai sejak Jepang secara resmi menguasai Indonesia
pada tanggal 9 maret 1942 setelah jenderal Ter Poorten sebagai Panglima
Tertinggi Angkatan darat Sekutu di Jawa menyerah tanpa syarat di Kalijati.

Setelah dua tahun menguasai Indonesia, secara pelan tapi pasti Jepang mulai
terdesak. Untuk menenangkan bangsa Indonesia agar tidak melakukan
pemberontakan, pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang  Kiso,
mengumumkan janji pemerintah Jepang kepada Indonesia bahwa Hindia Belanda

15
akan diberi kemerdekaan kelak dikemudian hari.

Untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari bangsa Indonesia, sebagai


realisasinya tanggal 1 maret 1945 di pantai utara pulau Jawa, diumumkan antara
lain dibentuk Dokuritsu Zyuunbi Tioosakai atau badan untuk menyelidiki usaha-
usaha persiapan kemerdekaan atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).    

Badan penyelidik tersebut baru dibentuk tanggal 29 April 1945, yaitu pada saat
hari ulang tahun Tenno Heika, Maharaja Jepang. Tanggal 28 Mei 1945 diadakan
upacara pembukaan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Sususnan badan penyelidik itu terdiri dari ketua Dr. Radjiman
Wediodiningrat, ketu muda Ichibangse (dari Jepang), Ketua Muda R.P Soeroso,
dengan 60 orang snggota.

1. Sidang BPUPKI Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 Membahas


Dasar Negara

Sidang BPUPKI ini dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut, yang tampil


berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut :

Rumusan Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)

Rumusan Mr. Soepomo (31 Mei 1945)

Rumusan Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Kemudian dengan suara bulat sidang menerima Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang abadi.
Dengan selesainya rapat tanggal 1 Juni, selesai pula persidangan pertama Badan
Penyelidik.

2. Rumusan Piagam Jakarta

Adapun rumusan rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat


dari dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi

16
rancangan pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence).
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para
"Pendiri Bangsa".
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2.    Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3.    Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Rumusan BPUPKI

1.    Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2.    Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.    Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

4. Rumusan PPKI

Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan


kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan
dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk
menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan
dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang
Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh
bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD
1945.
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia

17
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

5. Rumusan RIS

Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah Republik


Indonesi semakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada akhir 1949 Republik
Indonesia yang berpusat di Yogyakarta (RI Yogyakarta) terpaksa menerima
bentuk negara federal yang disodorkan pemerintah kolonial Belanda dengan
nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan hanya menjadi sebuah negara bagian
saja. Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 tetap
berlaku bagi RI Yogyakarta, namun RIS sendiri mempunyai sebuah Konstitusi
Federal (Konstitusi RIS) sebagai hasil permufakatan seluruh negara bagian dari
RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan dasar negara terdapat dalam Mukaddimah
(pembukaan) paragraf ketiga. Konstitusi RIS disetujui pada 14 Desember 1949
oleh enam belas negara bagian dan satuan kenegaraan yang tergabung dalam RIS.
1.    ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2.    perikemanusiaan,
3.    kebangsaan,
4.    kerakyatan
5.    dan keadilan sosial

6. Rumusan UUD Sementara

Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan kehancuran. Hanya
dalam hitungan bulan negara bagian RIS membubarkan diri dan bergabung
dengan negara bagian RI Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara
bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT[13], dan NST[14]. Setelah
melalui beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa
dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan mengadakan
perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara. Perubahan tersebut
dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan

18
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal
15 Agustus 1950. Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf
keempat dari Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.
1.    ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2.    perikemanusiaan,
3.    kebangsaan,
4.    kerakyatan
5.    dan keadilan sosial

7. Rumusan UUD 1945

Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan menggantikan


UUD Sementara yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan bahaya bagi
keutuhan negara. Untuk itulah pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu,
Sukarno, mengambil langkah mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah
satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI pada
18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD
Sementara. Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang
digunakan.
Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga
tertinggi negara sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004,
dalam berbagai produk ketetapannya, di antaranya:
1.    Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan
2.    Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan.

1.    Ketuhanan Yang Maha Esa,


2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab,

19
3.    Persatuan Indonesia
4.    Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5.    Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

8. Rumusan Versi Berbeda

Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR pernah membuat
rumusan yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini terdapat dalam lampiran
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia.
Rumusan
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5.    Keadilan sosial.

9. Rumusan Versi Populer

Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang beredar dan
diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi populer inilah
yang dikenal secara umum dan diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai
rumusan dasar negara. Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam
UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta dengan
mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya
Pancakarsa)
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,

20
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4.   Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

F. KRONOLOGI PERUMUSAN PASAL - PASAL UUD 1945

G. KEDUDUKAN DAN MAKNA PEMBUKAAN UNDANG UNDANG


DASAR NEGARA RI TAHUN 1945

1. Kedudukan Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal


18 Agustus 1945, yang kemudian disebut dengan UUD 1945, adalah Undang-
Undang Dasar Proklamasi, artinya sebagai perwujudan dari  tujuan Proklamasi
Kemerdekaan  17 Agustus 1945. Pada saat ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945 dan dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 7 Tahun II tanggal 16 Februari
1946, UUD 1945 terdiri dari bagian Pembukaan, Batang Tubuh, Aturan Peralihan
dan Aturan Tambahan. Demikian pula Pasal II Aturan Tambahan Perubahan
Keempat UUD Negara RI Tahun 1945 menentukan: “Dengan ditetapkannya
perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.”

Meskipun Pembukaan merupakan bagian dari UUD 1945, Pembukaan


mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi dari Pasal-pasal Batang Tubuh
UUD 1945. Kedudukan lebih tinggi ini karena Pembukaan UUD 1945: (a)
mengandung jiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan suasana
kerohanian dari terbentuknya Negara RI; (b) memuat tujuan negara dan dasar
negara Pancasila; (c) menajdi acuan atau pedoman dalam perumusan Pasal-pasal
UUD 1945. Dengan demikian Pembukaan UUD 1945
merupakan Staatsfundamentalnorm  atau yang disebut dengan Norma

21
Fundamental Negara, Pokok Kaidah Fundamental Negara, atau Norma
Pertama, yang merupakan norma tertinggi dalam suatu negara. Ia merupakan
norma dasar (Grundnorm) yang bersifat pre-supposed’ atau  ditetapkan terlebih
dahulu oleh masyarakat  dan karena itu tidak dibentuk oleh suatu norma yang
lebih tinggi. Ia juga merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya
norma-norma hukum di bawahnya, termasuk menjadi dasar bagi pembentukan
konstitusi atau Undang-Undang Dasar suatu negara. Ia juga merupakan landasan
dasar filosofis yang mengandung kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan negara
lebih lanjut. Menurut Hans Kelsen  bahwa norma hukum yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan norma hukum
yang lebih tinggi itu tidak boleh bertentangan dengan norma lain yang lebih
tinggi lagi, begitu seterusnya hingga  rangkaian norma ini diakhiri oleh suatu
norma dasar tertinggi (staatsfundamentalnorm). Pendapat Kelsen ini kemudian
dikenal dengan Stufentheorie.

H. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945

1. Pelaksanan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan (17 Agustus 1945 – 29
Desember 1949)

Pada awal kemerdekaan Indonesia, KNIP mengusung gagasan pemerintahan


parlementer karena khawatir dengan pemberian kekuasaan yang begitu besar
pada presiden oleh UUD. Karena itu pada tanggal 7 oktober 1945, KNIP
mengeluarkan momerandum yang meminta presiden untuk segera membentuk
MPR, menanggapi hal itu, presiden mengeluarkan maklumat wakil presiden pada
tanggal 16 oktober 1945 yang berisi “bahwa komite nasional pusat, sebelum
terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan
GBHN, serta membentuk badan pekerjaan”, dan pada tanggal 3 november 1945,
wakil presiden mengeluarkan maklumat lagi tentang kebebasan membentuk
banyak partai. Terbentuknya cabinet pertama berdasarkan system parlementer
dengan perdana menteri syahrir pada tanggal 14 november 1945. Hal itu

22
berakibat pada kestabilan Indonesia di bidang ekonomi, politik maupun
pemerintahan.

Pada tanggal 27 desember 1949, dibentuklah negara federal yaitu Negara


kesatuan republic Indonesia Serikat yang berdasar pada RIS. Dalam Negara RIS
tersebut masih terdapat Negara bagian republic Indonesia yang ber ibukota di
Yogyakarta. Pada tanggal 17 agustus 1950, terjadi kesepakatan antara Negara RI
yogyakarata dengan Negara RIS untuk kembali membentuk Negara kesatuan
berdasarkan pada undang-undang dasar.

2. Pelaksanaan UUD pada masa orde lama (demokrasi terpimpin) (5 juli 1959 –
11 maret 1966.

Pada tanggal 5 juli 1959 presiden menganggap NKRI dalam bahaya, karena itu
presiden mengeluarkan dekrit presiden  yang isinya :

a) Menetapkan pembubaran konstituante.

b)    Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi seluruh rakyat Indonesia,


dan terhitung mulai dari dikeluarkannya dekrit ini, UUD 1950 tidak
diberlakukan lagi.

c) Pembentukan MPR sementara yang beranggotakan DPR, perwakilan daerah-


daerah dan dewan agung sementara.

  Sejak dikeluarkannya dekrit presiden tersebut, mulai berkuasa  kekuasaan


orde lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh faham komunisme.
Penyimpanagan  ideologis tersebut berakibat pada penyimpangan konstitusional
seperti Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin dan bersifat otoriter
yang jelas menyimpang dari apa yang tercantum dalam UUD 1945. Puncaknya
adalah adanya pemberontakan G30S.PKI yang berhasil dihentikan oleh generasi
muda Indonesia dengan menyampaikan Tritula (Tri tuntutan Rakyat) yang
isisnya:

1. Bubarkan PKI.

23
2. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur KPI.
3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

3. Pelaksanaan UUD 1945 masa orde baru (11 maret 1966 – 22 mei 1998)

Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi


mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde
pembangunan.

MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara lain :

1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang


menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal
Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur
hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai
sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang -
undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,
keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis
Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang
diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk
menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran
komunisme/Marxisme, Leninisme.

  Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik di
bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, pada bulan februari
1967, GDRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR agar
mengadakan siding istimewa pada bulan maret 1967. Keputusan yang diperoleh
dari sidang istimewa tersebut sebagai berikut.

24
–       Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto.

Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden


berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh
MPR hasil pemilihan umum. Dalam kaitan dengan itu di bidang politik
dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun
1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan
kedudukan majelis permusyawaratan rakyat. Dewan perwakilan rakyat dan
dewan rakyat daerah.Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian
pemerintah OrdeBaru berhasil mengadakan pemilu pertama. Dengan hasil pemilu
pertama tersebut pemerintah bertekat untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia.

4. Pelaksanaan UUD 1945 masa Reformasi ( 22 Mei 1998 – sekarang)

Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun


1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai
demokrasi seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal
UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme(KKN).
Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita.Terutama karena
adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian
Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat
yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai
gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala bidang Negara.
Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto dari
jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal 21
mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 45 yang berlaku
pada jaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu
diadakan amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan perundang-
undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun
1999, yaitu UU. No.2tahun 1999, tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999,

25
tentang pemilihan umumdan UU. No. 4 tahun 1999 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UUotonomi daerah, yaitu meliputi
UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahandaerah, UU. No.25 tahun 1999,
tentang perimbangan keuangan antar pemerintahanpusat dan daerah dan
UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas
dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah mampu
melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan DPRD
hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

26

Anda mungkin juga menyukai