Anda di halaman 1dari 10

TARIKH TASYRI’

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dalam konteks apapun, tarikh (sejarah) dianggap sebagai entitas


yang sangat mendasar dalam kehidupan. Sejarah adalah gambaran riil dari
potret kehidupan yang sangat varian dan dinamis. Akumulasi perilaku
sosial keagamaan maupun perilaku sosial lainnya dalam kehidupan
masyarakat plural dapat diamati dan dikritisi melalui fakta empirik
peninggalan sejarah kehidupan manusia. Dengan demikian semua perilaku
sosial, baik perilaku positif maupun negatif akan dapat dilacak melalui
data-data historis. Atas dasar ini, fungsi maupun kontribusi sejarah bagi
generasi kemudian adalah memberikan pelajaran mendasar bagi
kehidupannya yang tentu dianggap mampu memberikan inspirasi bagi
praktik kehidupan yang akan datang. Dengan demikian sejarah pada
hakikatnya tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Sejarah akan menjadi
inspirasi kehidupan mereka, dan kehidupan mereka pada gilirannya juga
akan menjadi sejarah baru bagi generasi yang akan datang. Inilah potret
sebuah kehidupan yang selalu terdaur ulang (siklus), perputaran yang tiada
henti. Sejarah mewarnai realitas dan realitas mewarnai sejarah, sebuah
proses dialektik yang dinamis.  

Oleh karena itu sangat beruntung bagi siapa saja yang dapat
mengukir dan mewarisi sejarah kehidupan ini dengan baik, sebaliknya
celaka dan rugi mereka yang hidupnya hanya mengotori sejarah kehidupan
ini. Lebih-lebih terkait dengan sejarah penetapan dan penentuan hukum
fiqih dalam Islam. Sebab dengan mengetahui sejarah penetapannya ( tarikh
tasyri’) berarti masyarakat telah memiliki ilmu yang sangat tepat untuk
mengetahui periodesasi perkembangann fiqih. Dimulai dari masa
Rasulullah SAW hingga masa kini, seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Pada bab ini, akan diawali dengan kajian-kajian normatif-ontologis,
menyangkut tentang pengertian syari’ah dan tasyri’, macam-macam tasyri’,

1
pengertian tarikh tasyri’ al-Islami, periodesasi tarikh tasyri’, serta kegunaan
mempelajarinya.

B.    Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Tarikh Tasyri’?


2. Apa saja ruang lingkup dari Tarikh Tasyri’?
3. Apa saja macam-macam Tarikh Tasyri’?
4. Apa tujuan mempelajari Tarikh Tasyri’?

C.    Tujuan

1. Mengetahui pengertian Tarikh Tasyri’.


2. Mengetahui ruang lingkup Tarikh Tasyri’.
3. Mengetahui macam-macam Tarikh Tasyri’.
4. Mengetahui tujuan mempelajari Tarikh Tasyri’.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarikh Tasyri’


Tarikh artinya catatan tentang perhitungan tanggal, hari, bulan dan
tahun. Lebih populer dan sederhana diartikan sebagai sejarah atau riwayat.
Menurut Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf yang dikutip oleh Wajidi Sayadi,
tasyri' adalah pembentukan dan penetapan perundang-undangan yang
mengatur hukum perbuatan orang mukallaf dan hal-hal yang terjadi
tentang berbagai keputusan serta peristiwa yang terjadi dikalangan mereka.
Selanjutnya, Tarikh tasyri’ berasal dari dua suku kata arab yaitu ‘tarikh’ dan
‘tasyri’’. Istilah tarikh berasal dari bahasa Arab yang artinya menurut
bahasa adalah ‘ketentuan masa’. Sedangkan menurut istilah dalam kitab-
kitab adalah ‘keterangan yang menerangan hal ihwal umat dan segala
sesuatu yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau
atau pada masa yang masih ada’. Sedangkan istilah tasyri’ asal katanya
adalah syari’at yang secara berarti penetapan hukum. Adapun secara istilah
tasyri’ adalah penetapan undang-undang atau hukum dalam agama islam.

Menurut Ali as-Sais, tarikh tasyri’ adalah ilmu yang membahas


keadaan hukum pada zaman Rosul dan masa sesudahnya dengan uraian
dan priodesasi perkembangan hukum , dan hal-hal yang berkaitan
dengannya, serta membahas spesifikasi keadaan fuqoha dan mujtahid serta
usaha-usaha mereka dalam merumuskan hukum. Lebih jauh lagi, Ali as-
Sais mengatakan bahwa tarikh tasyri’ adalah ilmu yang membahas keadaan
hukum islam secara priodik dari masa kerasulan hingga masa kini
kaitannya dengan bagaimana epitesmologi para fuqoha, mujhtahid dalam
merelasikan antara teks suci dan konteks secara holistikal, hingga
melahirkan produk fiqih tertentu. Inilah yang membedakan secara prinsip
produk fiqih dengan produk penalaran, yaitu produk yang murni digali
dan dikembangkan dari masalah-masalah sosial kaitannya dengan
penalaran rasional.

Dari makna tarikh dan tasyri’ dapat kita simpulkan, tarikh tasyri’
adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang sejarah atau riwayat

3
penetapan hukum atau keadaan hukm islam sejak zaman Rasulullah saw.
hingga saat ini. Para fuqaha, ahli-ahli fiqh, hanyalah menerapkan kaidah-
kaidah kulliyah, kaidah-kaidah yang umum meliputi keseluruhan, kepada
masalah-masalah juz-iyah, kejadian-kejadian yang detail dengan
mengistinbathkan, mengambil hukum dari nash-nash syara’, atau ruhnya,
di kala tidak terdapat nash-nashnya yang jelas. Syariat memuat ketetapan-
ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun
berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. 1

Secara umum, kaidah-kaidah syari’at itu telah dikokohkan, ditegakkan


asasnya dan disempurnakan pokok-pokoknya pada zaman Nabi saw. yang
menjadi saksinya adalah firman Allah:

‫ت لَ ُك ُم ا ِإل ْسالَ َم ِد ْينًا‬ ِ ِ ِ


ُ ‫ت لَ ُك ْم د ْينَ ُك ْم َوأَمْتَ ْم‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم ِيت َو َرضْي‬ ُ ‫الي ْو َم أَ ْك َم ْل‬
َ

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi
agama bagimu.”(Q.Sal-Maidah:3).2
Nabi saw. bersabda: “Aku tinggalkan untukmu dua perkara, niscaya kamu
tidak akan tersesat selagi kamu berpegang pada keduanya, yaitu kitab
Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya.”     
Dari keterangan-keterangan di atas jelaslah bahwa Nabi saw. tidak
akan meninggalkan kehidupan ini kecuali setelah menyempurnakan
pembangunan syari’at. Adapun hukum setelah beliau wafat yang
ditetapkan melalui hasil ijtihad para sahabat dan tabi’in, pada hakikatnya
adalah perluasan terhadap kaidah-kaidah universal dan penyesuaian
terhadap peristiwa-peristiwa parsial yang baru muncul, serta merupakan
hasil pengambilan hukum-hukum dari nash yang dipahami mereka
(sahabat dan tabi’in), dan qiyas (analogi) terhadap nash dalam masalah
yang tidak terdapat dalam nash. Jadi, dengan demikian tidak ada sumber

1
Mohamad Daud Ali, Hukum Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, hal: 42
2
Jalaluddin,AlMahally,Jalaluddin Assuyuthi,Tafsir jalalain, Semarang: Toha Putra
1989,hal.95

4
tasyri’ yang melebihi Al-Qur’an dan Sunnah tingkat keuniversalannya,
sekalipun sudah lama berlaku. Namun demikian banyak para fuqaha yang
berbeda cara pandangnya dalam memahami ruang lingkup dan rentang
tarikh tasyri’. Ada beberapa pakar yang memahami tarikh tasyri’ tidak
hanya berhenti pada era Rasul, melainkan proses sejarah penetapan hukum
Islam sejak Rasul hingga kini disebut sebagai fenomena tarikh tasyri’ dalam
Islam.

B. Ruang Lingkup Tarikh Tasyri’


Secara umum ruang lingkup kajian tarikh tasyri’ hanya dibatasi
pada keadaan perundang-undangan Islam/syariat Islam dari zaman-ke
zaman dimulai dari zaman Rasul hingga zaman masa kini yang ditinjau
dari sudut pertumbuhan perundang-undangan Islam. Sedangkan Fiqh
adalah rumusan konkret syariat Islam untuk diterapkan pada suatu kasus
tertentu di suatu tempat dan di suatu masa. Keduanya dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan.3
Sementara itu menurut Kamil Musa dalam al-Madkhal ila Tarikhi al-
Tasyri’ al-Islami mengatakan bahwa ruang lingkup tarikh tasyri’ tidak
hanya terbatas pada sejarah pembentukan al-Qur’an dan al-Sunnah,
melainkan juga mencakup pemikiran, gagasan, dan ijtihad para ulama pada
kurun waktu tertentu. Secara spesifik ruang lingkup kajian tarikh tasyri’
islami itu adalah sebagai berikut:
1. Ibadah
Bab ibadah khusus berbicara tentang hubungan manusia dengan
Tuhan. Pembentukan hukumnya bersumber pada nash-nash syariat
langsung, oleh karena itu ketetapan hukum yang berhubungan dengan
lapangan ibadah ini bersifat abadi, tidak memerlukan perubahan dan sesuai
dengan segala zaman dan tempat. Hukum tersebut terkenal dengan hukum
yang lima / khomsah4. Hukum yang lima ini tidak hanya berhubungan

3
Cik Hasan Bisri, Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004, hlm. 38-39
4
Sajuti Thalibh, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1974, hal 16.

5
dengan ibadah saja, tetapi dengan segala aspek perbuatan manusia baik itu
hablum minalloh ataupun hablum minannaas.
2. Hukum Keluarga
Lapangan pembahasan hukum keluarga adalah lebih luas daripada
lapangan munakahat, karena membahas masalah pernikahan, warisan,
wasiat dan wakaf.
3. Muamalat
Bab muamalat berisi tentang hak-hak manusia dalam hubungannya
dengan satu sama lain.
4. Hukum Pidana
Hukum pidana ialah kumpulan aturan yang mengatur cara menjaga
keselamatan hak dan kepentingan masyarakat dari perbuatan-perbuatan
yang tidak dibenarkan.
5. Hukum Kenegaraan/Siyasah Syar’iyyah
Siyasah syar’iyyah (politik Islam) ialah politik yang mengatur
pemerintahan, teori-teori yang menimbulkan suatu negara, syarat-syarat
berdirinya suatu Negara serta kewajiban-kewajibannya.
6. Hukum Internasional
Hukum ini ada dua, yaitu pertama hukum perdata internasional
ialah kumpulan aturan-aturan yang menerangkan hukum mana yang
berlaku, dari dua hukum atau lebih, apabila ada dua unsur orang asing
dalam suatu persoalan hukum, seperti orang Indonesia hendak menikah
dengan orang Jepang dan perkawinan dilakukan di Amerika. Kedua
hukum publik internasional, lapangan hukum ini mengatur antara negara
Islam dengan negara lain atau antara negara Islam dengan warga negara
lain, bukan dalam lapangan keperdataan.

C. Macam-macam Tarikh Tasyri’


Dari pengertian di atas dapatlah diketahui bahwa tasyri’ adalah
suatu ilmu khusus yang membicarakan tentang tata cara atau proses
pembentukan hukum Islam. Dengan demikian tasyri’ akan menjelaskan

6
bagaimana cara seorang ulama menetapkan suatu ketentuan hukum atau
fiqh, yang bersumber kepada nash atau syari’at, baik yang bersumber dari
wahyu Allah maupun dari penjelasan Rasulullah saw.
Pembentukan undang-undang Islam (tasyri’) ada dua sumber yakni:
1. Tasyri’ Samawi
Tasyri’ Samawi adalah kumpulan perintah, larangan, petunjuk dan
kaidah-kaidah yang disyari’atkan Allah kepada umat, melalui tangan rasul
yang diutus dari bangsa mereka sendiri. Rasul mengajak umat untuk
mengamalkan semua itu dan menyampaikan apa yang dijanjikan Allah,
yang terdiri dari pahala bagi orang yang taat dan siksa bagi orang yang
melakukan maksiat. Secara singkat tasyri’ samawi adalah hukum yang
berasal dari ketetapan agama atau peraturan-peraturan yang bersumber
dari al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Tasyri’ Wadh’i
Tasyri’ Wadh’i adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
para mujtahidin, baik mujtahidin para sahabat, maupun mujtahidin para
tabi’in atau tabi’ tabi’in dan seterusnya dengan jalan mengistinbatkan dari
nash al-qur’an maupun al-Hadits dan mereka melaksanakan sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh hukum itu.

D. Tujuan Mempelajari Tarikh Tasyri’


Fungsi dan signifikansi Tarikh Tasyri adalah bahwa dalam
memahami hukum islam harus mengetahui latar belakang munculnya
suatu hukum islam harus mengetahui latar belakang munculnya suatu
hukum baik yang didasarkan pada Al-Quran maupun yang tidak. Tanpa
memahami ini akan melahirkan pemahaman hukum yang cenderung
“ekstrem” bahkan terkadang merasa benar sendiri. Hukum islam baik
dalam arti fiqih, fatwa, atau ketetapan adalah produk pemikiran ulama
secara individu maupun kelompok.
Tujuan mempelajari Tarikh Tasyri’ adalah untuk mengetahui latar
belakang munculnya suatu hukum atau sebab-sebab ditetapkannya suatu
hukum syari’at, dalam hal ini penetapan hukum atas suatu masalah yang

7
terjadi pada periode Rasulullah saw adalah tidak sama atau
memungkinkan adanya perbedaan dengan periode-periode setelahnya,
untuk mengetahui sejarah perkembangan hukum dari periode Rasulullah
saw sampai sekarang, dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap
hukum Islam, agar membangkitkan dan menghidupkan kembali semangat
umat islam dalam mempelajari tarikh tasyri’, agar kita mampu memahami
perkembangan syari’at Islam, dan agar kita tidak salah dalam memahami
hukum Islam tersebut.
Dengan mempelajari tarikh tasyri kita melakukan langkah awal
dalam mengkonstruksi pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah
ijtihadnya untuk ditransmisikan sehingga kemashlahatan manusia
senantiasa terpelihara. Diharapkan, melahirkan sikap toleran dan dapat
mewariskan pemikiran ulama klasik dan langkah-langkah ijtihadnya serta
dapat mengembangkan gagasannya

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Pengertian tarikh tasyri' itu sendiri menurut Ali As Sayis adalah Ilmu
yang membahas keadaan hukum pada zaman Rasul dan sesudahnya
dengan uraian dan periodesasi yang padanya hukum itu berkembang, serta
membahas ciri-ciri spesifikasinya keadaan fuqoha dan mujtahid dalam
merumuskan hukum itu. Dengan demikian secara sederhana Tarikh Tasyri'
adalah sejarah penetapan hukum Islam yang dimulai dari zaman Nabi
sampai sekarang.
Ruang lingkup tarikh tasyri meliputi Ibadah, Hukum Keluarga,
Muamalah, Jinayyat dan hudud, Hukum Kenegaraaan, Hukum
Internasional. Ruang lingkupnya yakni terbatas pada keadaan perundang-
undangan Islam dari zaman ke zaman yang dimulai dari zaman Nabi saw
sampai zaman berikutnya, yang ditinjau dari sudut pertumbuhan
perundang-undangan Islam, termasuk didalamnya hal-hal yang
menghambat dan mendukungnya serta biografi sarjana-sarjana fiqh yang
banyak mengarahkan pemikirannya dalam upaya menetapkan perundang-
undangan Islam.
Macam-macam tasyri’ dari pembentukan undang-undang Islam
(tasyri’) ada dua sumber yakni tasyri’ samawi dan tasyri’ wadh’i.
Sedangkan tujuan mempelajari tarikh tasyri’ adalah untuk mengetahui latar
belakang munculnya suatu hukum atau sebab-sebab ditetapkannya suatu
hukum syari'at, dalam hal ini penetapan hukum atas suatu masalah yang
terjadi pada periode Rasulullah adalah tidak sama atau memungkinkan
adanya perbedaan dengan periode-periode setelahnya, dalam rangka
meningkatkan pengetahuan terhadap hukum Islam

9
DAFTAR PUSTAKA

Cik Hasan Bisri, Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2004
Jalaluddin,AlMahally,Jalaluddin Assuyuthi,Tafsir jalalain, Semarang: Toha
Putra, 1989
Mohamad Daud Ali, Hukum Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007
Sajuti Thalibh, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1974

10

Anda mungkin juga menyukai