Di susun oleh:
Ahmad Faiq Iftikharuddin (220201110128)
ABSTRACT
Dalam membicarakan Hukum Islam di tengah-tengah Hukum Nasional pusat perhatian
akan ditujukan pada kedudukan Hukum Islam dalam sistem Hukum Nasional. Sistem Hukum
Indonesia, sebagai akibat dari perkembangan sejarahnya bersifat majemuk. Disebut demikian
karena sampai sekarang di negara Republik Indonesia berlaku beberapa sistem hukum yang
mempunyai corak dan susunan sendiri. Sistem hukum itu adalah sistem hukum Adat, sistem
hukum Islam dan sistem hukum Barat. Sejak awal kehadiran Islam pada abad ke tujuh Masehi
tata hukum Islam sudah dipraktikkan dan dikembangkan dalam lingkungan masyarakat dan
peradilan Islam. Hamka mengajukan fakta berbagai karya ahli Hukum Islam Indonesia. Misalnya
Shirat al-Thullab, Shirat al-Mustaqim, Sabil al-Muhtadin, Kartagama, Syainat al-Hukm, dan
lain-lain.1 Akan tetapi semua karya tulis tersebut masih bercorak pembahasan fiqih, masih
bersifat doktrin hukum dan sistem fiqih Indonesia yang berorientasi kepada ajaran Imam
Mazhab.
Pada era kekuasaan kesultanan dan kerajaan-kerajaan Islam peradilan agama sudah hadir
secara formal. Ada yang bernama peradilan penghulu seperti di Jawa. Mahkamah Syar’iyah di
1
Hamka, Antara Fakta dan Khayal “Tuanku Rao”, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 324
Kesultanan Islam di Sumatera. Peradilan Qadi di Kesultanan Banjar dan Pontianak. Namun
sangat disayangkan, walaupun pada masa Kesultanan telah berdiri secara formal peradilan
Agama serta status ulama memegang peranan sebagai penasehat dan hakim, belum pernah
disusun suatu buku hukum positif yang sistematik. Hukum yang diterapkan masih abstraksi yang
ditarik dari kandungan doktrin fiqih.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau, dimana di setiap pulau
beranekaragam suku,ras,dan agama. Islam adalah salah satu agama yang dianut oleh masyarakat
dunia termasuk diantara agama-agama besar di dunia, di Indonesia menjadi agama yang dianut
oleh mayoritas penduduk, lebih dari 85% jumlah penduduk.
Sebagai negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang hidup dan
berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil,sistem hukum adat, dan sistem hukum
Islam. Ketiga sistem hukum tersebut saling melengkapi, harmonis dan romantis. Hukum Islam
mempengaruhi corak hukum di Indonesia karena mayoritas penduduk di Indonesia menganut
agama Islam yang memungkinkan hukum Islam menjadi bagian yang penting dan berpengaruh
dalam sistem hukum di Indonesia. Sedangkan hukum adat sebagai hukum yang asli yang tumbuh
dan berkembang dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat mempengaruhi proses berlakunya hukum
di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, saya menulis makalah ini dengan alasan agar para pembaca dapat
mengenal lebih dalam apa itu hukum islam.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara kita untuk menumbuhkembangkan kesadaran untuk taat hukum?
2. Bagaimana peran agama dalam perumusan dan penegakkan dan penegakkan hukum yang
adil di negara Indonesia ini?
3. Kedudukan hukum islam di Indonesia dan prospektif hukum islam?
METODE PENELITIAN.
Dalam metode penulisan artikel ini melakukan metode pendekatan dengan metode
kualitatf yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan-perhitungan seacara sistematis
dan statistik, melainkan lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah dengan teknik kajian pustaka yang menggunakan media tulis seperti
buku, jurnal dan berita-berita yang banyak di media masa. Tujuan dari penulisan ini adalah
memberikan deskripsi tentang bagaimana penerapan hukum islam di Indonesia secara sistematis,
faktual, dan akurat, fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena terkait agar penulisan
ini bisa mendeskripsikan secara rinci dan mendalam serta sistemastis dan akurat maka penulisan
artikel ini bersumber dari media massa seperti buku-buku dan jurnal yang membahas tentang
hukum di Indonesia dan prespektif hukum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep hukum dalam islam
hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik perturan tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat,
baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat maupun peraturan atau norma yang di buat dengan cara tertentu dan di
tegakkan oleh penguasa.
Hukum islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang
dibawa oleh seorang nabi, baik hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan)
atau qauliyah (perkataan).
Dengan adanya hukum dalam islam berarti ada batasan-batasan yang harus di patuhi
dalam kehidupan. Karena tidak bisa dibayangkan jika hukum, seseorang akan
semauannya melakukan sesuatu perbuatan termasuk perbuatan maksiat.
Sedangkan hukum islam dibagi menjadi dua yaitu:
Bidang Ibadah ()عبادة محضح
Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan oleh seorang
muslim dalam berhubungan dengan Allah seperti, puasa, zakat, dan haji.
ۗ ِاَّنٓا َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيَك اْلِكٰت َب ِباْلَح ِّق ِلَتْح ُك َم َبْيَن الَّناِس ِبَم ٓا َاٰر ىَك ُهّٰللا
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu
(Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia
dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.”
Al-Qur`an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir) yang artinya
diriwayatkan oleh orang sangat banyak semenjak dari generasi sahabat ke
generasinya selanjutnya secara berjamaah. Jadi apa yang diriwayatkan oleh
per orang tidak dapat dikatakan sebagai Al-Qur`an. Orang-orang yang
memusuhi Al-Qur`an dan membenci islam telah berkali-kali mencoba
menggugat nilai keasliannya. Akan tetapi realitas sejarah dan pembuktian
ilmiah telah menolak segala bentuk tuduhan yang mereka lontarkan.
Al-Qur`an adalah kalamullah, bukan ciptaan manusia, bukan karangan
Muhammad saw ataupun saduran dari kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur`an
tetap menjadi mu`jizat sekaligus sebagai bukti keabadian dan keabsahan
risalah islam sepanjang masa dan keabsahan risalah islam sepanjang masa dan
segala sumber segala sumber hukum bagi setiap bentuk kehidupan manusia di
dunia.
As-Sunnah
Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan tqrir (ketetapan/persetujuan/diamnya)
Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan seorang sahabat yang diketahuinya.
Sunnah merupakan sumber syariat islam yang nilai kebenarannya sama dengan
Al-Qur`an karena sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu. Berikut iini
sebagaimana yang terdapat pada surat Al-hasyr ayat 7
َو َم ٓا ٰا ٰت ىُك ُم الَّر ُسْو ُل َفُخ ُذ ْو ُه َو َم ا َنٰه ىُك ْم َع ْنُه َفاْنَتُهْو ۚا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah.
Al-Ijtihad
Al-Ijtihad sebagai sumber hukum islam yang ketiga berdasar pada QS. 4 : 59
ٰۤی َاُّی َہ ا اَّلِذ ۡی َن ٰا َم ُنۤۡو ا َاِط ۡی ُعوا َہّٰللا َو َاِط ۡی ُعوا الَّر ُس ۡو َل َو ُاوِلی اَاۡلۡم ِر ِم ۡن ُکۡم ۚ َفِاۡن َتَن اَز ۡع ُتۡم ِفۡی َشۡی ٍء
َفُر ُّد ۡو ُہ ِاَلی ِہّٰللا َو الَّر ُس ۡو ِل ِاۡن ُک ۡن ُتۡم ُتۡؤ ِم ُنۡو َن ِباِہّٰلل َو اۡل َی ۡو ِم اٰاۡل ِخِر ؕ ٰذ ِلَک َخ ۡی ٌر َّو َاۡح َس ُن َت ۡا ِو ۡی ًل
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Yang berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat
kepada ketentuan-ketentuan rasul (Sunnah/hadits) serta taat mengikuti
ketentuan-ketentuan ulil amri (Ijtihad). Berikut ini potongan surat yang
menjelaskan tentang ijtihad.
اذا حكم الحاكم فاجتهد ثم اصاب فله اجران واذا حكم فاجتهد ثم اخطأفله
أجر
Apabila seorang hakim memutuskan masalah dengan jalan ijtihad kemudian
benar, ia akan mendapat dua pahala dan apabila dia memutuskan dengan
jalan ijtihad kemudian keliru maka ia hanya mendapat satu pahala
Al-ijtihad yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu
persoalan yang tidak di tegaskan secara langsung oleh al-quran dan atau
hadits dengan cara istinbath (menggali kesesuainnya pada al-quran dan
ataupun hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah wafatnya rasulullah.
Ijtihad dapat dilakukan dengan menggunakan ijtima`, qiyas, istihsan,
istishab, mashalah mursalah, `urf (tradisi)
Syarat mujtahid:
Umum: islam, baligh dan berakal
Pokok: mengetahui al-qur`an, Sunnah, maqasid syari`ah dan qawaid al-
fiqhiyah
Penting: menguasai Bahasa arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui
khalifiyah dan masalah-masalah yang sudah diijma`kan.
Menurut ahli ushul fiqh, islam adalah ketentuan allah yang berkaitan dengan
perbuatan yang mukallaf yang mengandung suatu tuntunan, pilihan atau menjadikan
sesuatu sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.
Menurut ahli fiqh, hukum syar`i (islam) adalah akibat yang timbul dari perbuatan
orang yang mendapat beban allah SWT, dan ini dibagi menjadi menjadi 2 bagian: hukum
taklifi, dan hukum wad`i
a. Hukum taklifi
Hukum taklifi adalah ketentuan allah yang mengandung ketentuan untuk
dikerjakan oleh mukallaaf atau ditinggalkannya atau yang mengandung pilihan antara
dikerjakan dan ditinggalkan. Hukum taklifi dibagi menjadi 5 macam:
1) Ijab, adalah ketentuan allah yang menuntut untuk dilakukan suatu perbuatan
dengan tuntutan pasti, disebut wajib
2) Nadb, adalah ketentuan allah yang menuntut agar dilakukan suatu perbuatan
dengan tuntutan yang tidak harus dikerjakan. Sedangkan kerjaan yang dikerjakan
secara sekarela disebut Sunnah.
3) Tahrim, adalah ketentuan allah yang menuntut untuk ditinggalkan suatu perbuatan
dengan tuntutan tegas. Perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan disebut haram.
4) Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan tidak tegas
untuk ditinggalkannya, sedangkan perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkannya
disebut makruh
5) Ibahah, adalah ketentuan allah yang mengandung hak pilihan orang muakllaf
antara mengerjakan dan meninggalkannya. Pekerjaan yang diperkenankan untuk
dikerjakan dan ditinggalkan disebut mubah.
b. Hukum wad`i
Hukum wad`i adalah ketentuan allah yang mengandung pengertian bahwa
terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang sesuatu.
Misalnya:
1. UUD 1945
Hukum islam dalam bentuk peraturan khusus yang berlaku bagi umat
islam misalnya adalah undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang pengadilan
agama dan keberadaan kompilasi hukum islam (KHI) yang penyebar luasannya
dilakukan berdasarkan inpres No.1 tahun 1991.sedangkan hukum islam dalam
hukum nasional yang berlaku umum misalnya pada undang-undang nomor 5
tahun 1960 tentang pokok-pokok agraria khusunya mengatur tentang perwakafan
tanah, undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Undang-undang yang berlaku saat ini seperti, UU perkawinan, UU
peradilan agama, UU penyelenggaraan ibadah haji, UU pengelolaan zakat, dan
UU otonomi khusus naggroe aceh Darussalam serta beberapa mengundang
lainnya yang langsung memuat hukum islam seperti UU nomor 10 tahun 1998
tentang perbankan yang mengakui keberadaan bank syari`ah dengan prinsip
syaria`hnya, atau UU no. 3 tahun 2006 tentang peradilan agama yang semakin
memperluas kewenanangannya, dan UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syari`ah.
2. Undang-undang perkawinan
Dalam ikatan perkawinan sebagai salah satu bentuk perjanjian (suci)
antara pria dan wanita, yang mempunyai segi-segi perdata, berlaku beberapa asas,
diantaranya adalah:
a. Kesukarelaan
b. Perseetujuan kedua belah pihak
c. Kebabasan memilih
d. Kemitraan suami-istri
e. Untuk selama-lamanya
f. Monogami terbuka
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
3
Muchsin, Masa Depan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: STIH Iblam, 2004, hlm. 41
Indonesia termasuk negara yang paling banyak jamaah hajinya. Sebab kuota
yang ditentukan oleh arab saudi adalah 1 persen dari total jumlah penduduk suatu
negara. Indonesia berpenduduk sekitar 250 juta, maka kuota haji sekitar 250 ribu
jiwa.
Agar penyelenggaraan haji bisa berjalan lancer, tidak ada kesulitan, baik di
dalam negeri maupun ketika luar negeri, maka diperlukan manajemen yang baik.
Apalagi haji dilaksanakan jauh dari negeri Indonesia, yaitu lebih dari 10.000 mil,
melibatkan banyak orang dan departemen, dilaksanakan serentak dengan jutaan
manusia dari seluruh dunia dalam satu tempat dan waktu yang sama. Untuk itu,
pemerintah harus terlibat langsung dalam penyelenggaraannya, sebab menyangkut
nama baik negara Indonesia.
Untuk mendukung upaya penyelenggaraan ibadah haji yang efektif, efisien dan
terlaksana dengan sukses, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor
17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Kemudian ditindak lanjuti
dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 224 tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh. Sebelum itu, pada masa penjajahan
Belanda pernah berlaku perundang-undangan penyelenggaraan haji, yaitu
Ordonansi Haji (Pelgrims Ordonantie Staatsblad) tahun 1922 Nomor 698 termasuk
perubahan dan tambahannya serta Pelgrims Verodening tahun 1938. 4
6. Undang-undang wakaf
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf disahkan dan
diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo
Bambang Yudoyono (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
159).
Sebenarnya di Indonesia sudah ada beberapa Peraturan Perundangundangan
tentang wakaf, antara lain adalah Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997
tentang perwakafan tanah milik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1997 itu hanya mengatur tentang wakaf sosial (wakaf umum) di atas tanah milik
seseorang atau badan hukum. Tanah yang diwakafkan dalam Peraturan Pemerintah
itu dibatasi hanya tanah milik saja, sedangkan hak-hak atas tanah lainnya seperti
hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai tidak diatur. Di samping itu
benda-benda lain seperti uang, saham dan lain-lain juga belum diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu, pengembangan wakaf di Indonesia cukup
tersendat-sendat.
Jika dibandingkan dengan beberapa peraturan perundang-undangan tentang
wakaf ini terdapat beberapa hal baru dan penting. Beberapa di antaranya adalah
mengenai masalah nazhir, harta benda yang diwakafkan (mauquf bih), dan
peruntukan harta wakaf (mauquf ‘alaih), serta perlunya dibentuk Badan Wakaf
Indonesia. Berkenaan dengan masalah nazhir, karena dalam undang-undang ini
yang dikelola tidak hanya benda tidak bergerak yang selama ini sudah lazim
4
Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dan Tata Hukum
Indonesia, Jakarta: Gaya Mediapratama, 2001, hlm. 187
dilaksanakan di Indonesia, tetapi juga benda bergerak seperti uang, logam mulia,
surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan lain-lain,
maka nazhirnya pun dituntut mampu untuk mengelola benda-benda tersebut.
Dalam undang-undang ini harta benda wakaf tidak dibatasi pada benda tidak
bergerak saja tetapi juga benda bergerak seperti uang, logam mulia, surat berharga,
kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lain sesuai
dengan ketentuan syari’ah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bahkan dalam undang-undang ini, wakaf uang diatur dalam bagian tersendiri.
Dalam Pasal 28 UU ini disebutkan bahwa wewenang: a. melakukan pembinaan
terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf; b.
melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional
dan internasional; c. memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf; d. memberhentikan dan mengganti nazhir;
e. memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf; f. memberikan saran
dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang
perwakafan. Dalam pasal yang sama ayat (2) disebutkan bahwa dalam
melaksanakan tugasnya BWI dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik
Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan
pihak lain yang dianggap perlu.
Ada seorang yang menganggap semua agama mempunyai ruang lingkup ajaran
yang sama. Karena itu kemudian ia salah dalam menggambarkan kerangka dasar
agama Islam. Islam dipelajarinya dengan sepotong-sepotong. Apalagi metode yang
dipakai tidak benar. Agama Islam hanya dijadikan obyek, tidak untuk diamalkan.
Maka sangat tepat bila pakar hukum Islam Prof. Dr. H. Bustanul arifin, S.H.
mengatakan prospek Hukum Islam dalam pembangunan hukum nasional sangat
positif karena secara Kultural, yuridis, dan sosiologis memiliki akar kuat. Hukum
Islam menurutnya menawarkan konsep hukum yang lebih universal dan mendasarkan
pada nilai-nilai esensial manusia sebagai khalifatullah, bukan sebagai homo
economicus.
Namun demikian, dalam prakteknya efektifitas pelaksanaan hukum tetap
tergantung kepada tiga komponen seperti yang disampaikan Robert B Seidman dalam
Model of Law and Development, yaitu peraturan perundang-undangan itu sendiri,
aparat pelaksana penegak hukum dan masyarakat sebagai pelaksana atau yang dikenai
hukum.
A. Islam kaffah
Di dalam ajaran agama Islam, manusia diciptakan semata-mata untuk mengabdi
atau beribadah kepada sang pencipta, Allah SWT. Sebagaimana dalam kitab suci
Al- Qur'an Surat Adza-Dzariyat, ayat 56 :
َو َم ا َخ َلْق ُت اْل ِجَّن َو اِإْلْن َس ِإاَّل ِلَي ْع ُبُد وِن
Artinya: "Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." Melaksanakan ajaran agama Islam haruslah secara menyeluruh
(Kaffah) atau sempurna, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah,
ayat 208 :
َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وا اْد ُخ ُلوا ِفي الِّس ْل ِم َك اَّف ًة َو ال َت َّت ِبُعوا ُخ ُط َو اِت الَّش ْي َط اِن ِإَّن ُه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُم ِبيٌن
B. Hukum nasional
Ada ungkapan yang mengatakan "Ubi societas ibis lus " yang artinya di
mana ada masyarakat di sana ada hukum. Karena itu bisa dikatakan, bahwa hukum
di Indonesia sudah ada sejak adanya masyarakat yang mendiami kepulauan
nusantara ini. Tentu saja hal ini berlangsung sudah cukup lama sekali.
Hanya saja, saat itu hukum yang berlaku mengikuti perjalanan sejarah
secara alami, mengikuti kebutuhan masyarakat tanpa ada perencanaan yang
matang tentang hukum sebagaimana saat ini.
Barulah setelah Negara Indonesia merdeka dan berdiri sendiri, mulai
terpikirkan perlunya suatu Hukum Nasional yang akan mengatur perjalanan bangsa
Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945, sebagai dasar Negara kita telah
memberikan arah yang mendasar bagaimana seharusnya hukum di Indonesia.
Kemudian muncul konsep hukum dalam pola fikir wawasan nusantara yang
mengatakan, bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan hukum
dalam arti hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan
Nasional.
Namun demikian, untuk membentuk satu system Hukum Nasional
diperlukan usaha yang serius dan terus menerus. Sebab dalam kenyataannya,
bahwa sebagian besar hukum yang berlaku belum membentuk satu system karena
adanya pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan : "Segala badan
Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini" Akibatnya adalah, bahwa tata
hukum kita masih beragam, misalnya:
1. Ada Hukum Barat dari zaman penjajahan yang individualistic
2. Ada Hukum Adat yang bersifat komunal
3. Ada Hukum Islam yang religius.
C. Hukum barat sebagai sumber hukum nasional
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perjalanan hukum di Indonesia tidak lepas
dari perjalanan panjang bangsa Indonesia. Berbicara tentang sejarah bangsa berarti
berbicara tentang kemerdekaan bangsa itu sendiri dari penjajahan.
Negara Indonesia lebih dari tiga abad dijajah oleh Negara-negara Barat,
seperti Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda. Bahkan Belanda menduduki
Indonesia selama 350 tahun. Sebuah kurun waktu yang sangat panjang yang
melahirkan beberapa generasi dan diikuti munculnya perundang-undangan yang
mengatur tata kehidupan kawasan jajahan.
Melihat kenyataan itu, tidak pelak lagi kalau hukum kolonial masih begitu
banyak yang terdapat di dalam perundang-undangan di Negara kita.
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan Hukum Islam di Indonesia merupakan wujud dari aktualita dinamika
masyarakatnya. Keterlibatan semua komponen bangsa telah memberikan andil besar dalam
perkembangannya. Hukum Islam, meski telah mengalami berbagai "tantangan", namun tetap
eksis dan terus berkembang. Ke depan, tentu saja memerlukan perhatian yang lebih serius
lagi dari semua pihak. Tantangan ke depan akan lebih besar, sebab masyarakat yang semakin
maju akan terbuka menerima segala bentuk informasi. Apalagi dengan kemajuan teknologi
informasi-komunikasi, segala informasi global akan dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Dengan demikian hal ini akan memberikan alternatif bagi masyarakat, utamanya umat Islam
untuk lebih bisa mengaktualisasikan hukum Islam dalam kehidupan keseharian dalam
berbangsa dan bernegara. Utamanya umat Islam untuk lebih bisa mengaktualisasikan hukum
Islam dalam kehidupan keseharian dalam berbangsa dan bernegara.
Hukum Islam ialah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf
yang mengandung suatu tuntutan, pilihan, sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu
yang lain. Syariat Islam menyamaratakan hukum dan keadilan antara sesama umat
Islam.Islam mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu kepentingan
masyarakat dengan memanfaatkan segala bentuk kebajikan yang disumbangkan setiap
individu.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifuddin, “Pengertian dan Sumber Hukum Islam”, dalam Falsafah Hukum
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2004.
Abdul Manan, Drs.H. SH,SIP.M.Hum, Hukum Islam Dalam Berbagai Wacana, Penerbit
Pustaka Bangsa, Jakarta, 2003.
Abdurrahman, Beberapa Aspek Tentang Pembangunan Hukum Nasional, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1995. Nasir Yusuf, Problematika Manasik Haji, Penerbit
Pustaka, Bandung, 1994.
Bustanul Arifin, Prof.Dr.H. SH, Transformasi Hukum Islam Ke Hukum Nasional,
Yayasan Al-Hikmah, Jakarta, 2001.
Mohammad Daud Ali, Prof.H.SH, Hukum Islam Dan Peradilan Agama, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Muchsin, Prof.Dr.H.SH, Hukum Islam Dalam Perspektif Dan Prospektif, Al-Ikhlas,
Surabaya, 2003.
Mardani F.H universitas krisnad wipayana Jakarta,kedudukan hukum islam dalam sistem
hukum nasional.
Rifyal Ka’bah, Hukum Islam Di Indonesia, Universitas Yarsi, Jakarta, 1999.
Soleman B. Taneko, Hukum Adat Suatu Pengantar Awal dan Prediksi Masa Mendatang,
Eresco, Bandung, 1987.
Yahya Harahap, SH, Informasi Kompilasi Hukum Islam (makalah dalam seminar
nasional), tahun 1992, UII, Yogyakarta.
Zainal Abidin Abu Bakar, H.SH, Sejarah Kompilasi Hukum Islam (makalah dalam
seminar) tahun 1995.