Pada tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom
pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua
gelombang.Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal
perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang
tesebut juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330
serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal
induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal
8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah untuk
menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi
perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat
penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai
sumber minyak utama.Sebelum meletusnya Perang Asia Timur Raya, Jepang
memetakan wilayah Asia Tenggara menjadi 2 bagian, yaitu :
Pada tanggal 5 Maret 1942 tentara Jepang berhasil menguasai Batavia. Karena
semakin terdesak serta tidak adanya bantuan dari Amerika Serikat akhirnya
Belanda terpaksa harus menyerah tanpa syarat kepada Jepang melalui Perjanjian
Kalijati (Subang Jawa barat) pada tanggal 8 Maret 1942. Perjanjian ini
ditandatangani oaleh Jenderal Teerporten selaku wakil Gubernur Jenderal Hindia
Belanda di Indonesia (Tjarda Van Stackenborg Stackhouwer) dengan Jenderal
Immamura sebagai Pimpinan bala tentara Jepang di Indonesia.
1. Romusha adalah kerja paksa (tanpa dibayar) pada zaman penduduka Jepang.
Tujuannya adalah membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan rakyat
Jepang. Sarana dan prasarana tersebut antara lain jembatan, lapangan terbang, serta
gua-gua tempat persembunyian.
2. Kinrohosi adalah kerja paksa (tanpa dibayar) untuk para pamong desa dan
pegawai rendahan. Mereka diperlakukan sebagai tenaga romusha yang lainnya.
Para kinrohosi banyak yag dikirim ke luar Jawa untuk membantu membuat
pertahanan tentara Jepang.
3. Wajib Militer
PETA (Pembela Tanah Air), dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 dengan
tujuan untuk memoertahankan tanah air Indonesia dari penjajahan bangsa
Barat.
3. Peristiwa Singaparna
Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (ingat Hakko Ichiu)
Menarik simpati organisasi Islam MIAI. (ingat modul 3, mengapa MIA tidak
dibubarkan)
a. Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan madura dikuasai oleh tentara ke -
16 dengan kantor pusat di Batavia.
b. Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukit tinggi
dikuasai oleh tentara ke – 25.
A. PEMBENTUKAN BPUPKI
Pada tahun 1944, Saipan jatuh ke tangan Sekutu, Amerika Serikat.
Demikian juga dengan pasukan Jepang, Dai Nippon yang berada di Papua
Nugini, Kepulauan Solomon, dan Kepulauan Marshall berhasil dipukul
mundur oleh pasukan Sekutu. Dengan demikian, seluruh garis pertahanan
Jepang di Pasifik-Oceania sudah mulai mengalami kehancuran dan baying-
bayang kekalahan Jepang sudah mulai tampak. Selanjutnya, Jepang
mengalami serangan udara di Ambon, Makassar, Manado, dan Surabaya.
Bahkan, pasukan Sekutu telah mendarat di daerah-daerah penghasil minyak,
seperti Tarakan dan Balikpapan.
Dalam situasi yang kritis tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945 Letnan
Jenderal Kumakici Harada, pemimpin pemerintahan pendudukan Jepang di
Jawa, mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pembentukan
badan ini bertujuan untuk menyelidiki hal-hal penting yang menyangkut
pembentukan negara Indonesia merdeka. Pengangkatan pengurus BPUPKI
diumumkan pada tanggal 29 April 1945. Dr. K.R.T. Radjiman
Wedjodiningrat diangkat sebagai ketua (Kaico), sedangkan yang duduk
sebagai ketua muda (Fuku Kaico) pertama adalah seorang Jepang bernama
Ichibangase. R.P. Suroso diangkat sebagai kepala secretariat dengan dibantu
oleh Toyohoto Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo.
B. SIDANG-SIDANG BPUPKI
Pada tanggal 28 Mei 194 dilangsungkan upacara peresmian BPUPKI
bertempat di Gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (sekarang Gedung
Departemen Luar Negeri), Jakarta. Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh
dua pejabat militer Jepang, yaitu Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Ke-7
yang bermarkas di Singapura) dan Letnan Jenderal Nagano (Panglima
Tentara Ke-16 yang baru). Pada kesempatan itu dikibarkan bendera Jepang,
Hinomaro, oleh Mr. A.G. Pringgodigdo yang kemudian disusul dengan
pengibaran bendera Merah Putih oleh Toyohito Masuda. Peristiwa tersebut
membangkitkan semangat para anggota dalam usaha mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
3. Persatuan Indonesia,
D. PEMBENTUKAN PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya,
pemerintah pendudukan Jepang membentuk Dokuritsu Junbi Inkai atau
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebanyak 21 anggota
PPKI yang terpilih tidak hanya terbatas pada wakil-wakil dari Jawa yang
berada di bawah pemerintahan Tentara Jepang Ke-16, tetapi juga dari
berbagai pulau, yaitu 12 wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatra, 2 wakil dari
Sulawesi, seorang wakil dari Kalimantan, seorang wakil dari Sunda Kecil
(Nusa Tenggara), seorang dari Maluku, dan seorang lagi dari golongan
penduduk Cina. Ir. Soekarno ditunjuk sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh.
Hatta ditunjuk sebagai wakil ketuanya, sedangkan Mr. Ahmad Subardjo
ditunjuk sebagai penasihatnya. Namun, seiring dengan harusnya keterlibatan
akan sepengetahuan Jepang, maka anggota PPKI ditambah 6 orang lagi,
sehingga menjadi 27 orang. Sedangkan untuk anggota-anggota PPKI itu
sendiri, sudah saya pribadi cantumkan di sini, antara lain sebagai berikut :
1. Ir. Sukarno. (Ketua)
2. Drs. Muhammad Hatta. (Wakil Ketua)
3. Anang Abdul Hamidan
4. Andi Pangeran Pettarani
5. Bandoro Pangeran Hario Purubojo
6. Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo
7. Dr. G.S.S.J. Ratulangie
8. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat
9. Dr. M. Amir
10.Drs. Yap Tjwan Bing
11.Haji Abdul Wahid Hasyim
12.Haji Teuku Mohammad Hasan
13.Ki Bagus Hadikusumo
14.Ki Hajar Dewantara
15.Mas Sutarjo Kartohadikusumo
16.Mr. Abdul Abbas
17.Mr. I Gusti Ketut Puja
18.Mr. Raden Ahmad Subarjo
19.Mr. Raden Iwa Kusuma Sumantri
20.Mr. Raden Kasman Singodimejo
21.Mr. Yohanes Latuharhary
22.Muhammad Ibnu Sayuti Melik
23.Prof. Dr. Mr. Raden Supomo
24.Raden Abdul Kadir
25.Raden Adipati Wiranatakusuma
26.Raden Oto Iskandardinata
27.Raden Panji Suroso
Para anggota PPKI, Gunseikan Mayor Jenderal Yamamoto
menegaskan bahwa para anggota PPKI bukan hanya dipilih oleh pejabat di
lingkungan Tentara Jepang Ke-16, melainkan juga dipilih oleh Jenderal
Besar Terauchi yang menjadi penguasa perang tertinggi di seluruh wilayah
Asia Tenggara.
Dalam rangka pengangkatan itu, Jenderal Besar Terauchi memanggil
tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr.
Radjiman Wedjodiningrat. Pada tanggal 9 Agustus 1945, mereka berangkat
menuju markas besar Terauchi di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam pertemuan
di Dalat tersebut pada tanggal 12 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauchi
menyampaikan kepada ketiga tokoh itu bahwa Kekaisaran Jepang telah
memutuskan untuk memberikan suatu kemerdekaan kepada Indonesia.
Pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah segala persiapannya selesai
oleh PPKI. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-
Belanda.
Ketika ketiga tokoh itu pulang kembali menuju Jakarta pada tanggal
14 Agustus 1945, Jepang telah dijatuhi bom atom oleh Sekutu di kota
Hiroshima dan kota Nagasaki. Bahkan, Uni Soviet mengingkari janjinya dan
menyatakan perang terhadap Jepang serta melakukan penyerbuan ke
Manchuria. Dengan demikian, dapat diramalkan bahwa kekalahan Jepang
akan segera terjadi. Keesokan harinya, pada tanggal 15 Agustus 1945,
Soekarno-Hatta tiba kembali di tanah air. Dengan bangganya Ir. Soekarno
berkata, “Sewaktu-waktu kita dapat merdeka; soalnya hanya tergantung
kepada saya dan kemauan rakyat memperbarui tekadnya meneruskan
perang suci Dai Tao ini. Kalau dahulu saya berkata ‘Sebelum jagung
berbuah, Indonesia akan merdeka sekarang saya dapat memastikan
Indonesia akan merdeka, sebelum jagung berbuah.” Perkataan itu
menunjukkan bahwa Ir. Soekarno pada saat itu belum mengetahui bahwa
Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
E. PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA GOLONGAN TUA DAN
GOLONGAN MUDA
Berita tentang kekalahan Jepang diketahui oleh sebagian golongan
muda melalui radio siaran luar negeri. Pada malam harinya, Sutan Syahrir
menyampaikan berita tersebut kepada Moh. Hatta. Syahrir juga menanyakan
mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut.
Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah
yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, Moh. Hatta segera
mengambil keputusan untuk dengan cepat mengundang para anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan
Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat
dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30 waktu Jawa. Rapat
yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan
“Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri,
tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain. Segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus segera
diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakan perundingan dengan
golongan muda agat mereka juga diikutsertakan dalam pernyataan
proklamasi kemerdekaan.”
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul
22.30 waktu Jawa kepada Ir. Soekarno di rumahnya, Jalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera menyampaikan keputusan
golongan muda agar Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang
disertai dengan suatu ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah
apabila Ir. Soekarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah
menimbulkan ketegangan. Kemudian, Ir. Soekarno marah dan berkata
“Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu dan sudahilah nyawa saya mala
mini juga, jangan menunggu sampai besok. Saya tidak bisa melepaskan
tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan
kepada wakil-wakil PPKI besok”. Ketegangan itu juga disaksikan oleh
golongan tua lainnya, seperti Drs. Moh. Hatta, Dr. Buntara, Dr. Samsi, Mr.
Ahmad Subardjo, dan Iwa Kusumasumantri.
F. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Rumah tempat tinggal Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ketika dijauhkan oleh para pemuda
(golongan muda) dari pengaruh Jepang.
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat pada
tanggal 16 Agustus memenuhi undangannya dan berkumpul di Gedung
Pejambon 2. Akan tetapi, rapat ini tidak dihadiri oleh pengundangnya
Soekarno-Hatta yang sedang berada di Rengasdengklok. Mereka pun merasa
heran. Satu-satunya jalan untuk mengetahui keadaan Soekarno dan Hatta
adalah melalui Wikana, salah satu utusan yang bersitegang dengan
Soekarno-Hatta malam harinya. Oleh karena itu, Mr. Ahmad Subardjo
mendekati Wikana. Selanjutnya antara kedua tokoh golongan tua dan
golongan muda itu tercapai kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan
harus dilaksanakan di Jakarta. Karena adanya kesepakatan tersebut, Yusuf
Kunto dari golongan muda bersedia mengantar Mr. Ahmad Subardjo
bersama sekretarisnya, Sudiro (Mbah) ke Rengasdengklok. Rombongan
mereka ini tiba pada pukul 18.00 waktu Jawa. Selanjutnya, Ahmad Subardjo
memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa proklamasi kemerdekaan
akan diumumkan pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 17 Agustus
1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya jaminan tersebut,
komandan kompi PETA Rengasdengklok Syudanco Subeno bersedia
melepaskan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta untuk pergi kembali ke
Jakarta.
Rombongan Ir. Sokarno tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.30 waktu
Jawa. Setelah rombongan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta singgah di rumah
masing-masing, rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana
Tadashi Maeda di jalan Imam Bonjol No.1, Jakarta. Hal itu disebabkan
Laksamana Tadashi Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo
bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.
Proses pelaksanaan Proklamsi yang juga diikuti oleh pengibaran bendera Merah Putih. Bendera
Merah Putih ini sebelumnya telah dijahit dan disiapkan oleh Ibunda Fatmawati.
Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin
Indonesia dari golongan tua dan golongan muda keluar dari rumah Laksamana
Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing setelah berhasil merumuskan
naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan
pada pukul 10.30 waktu Jawa (pukul 10.00 WIB sekarang). Sebelum pulang, Bung
Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers,
terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke
seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia.
Menjelang pukul 10.30, para pemimpin bangsa Indonesia telah
berdatangan ke Jalan Pegangsaan Timur, antara lain Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar
Dewantara, Sm Ratulangi, K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, dan A.G.
Pringgodigdo. Adapun susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai
berikut :
1. Pembacaan Proklamasi.
Berita proklamasi juga disiarkan melalui pers dan surat selebaran. Hampir
seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat
berita proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, seperti
surat kabar Soeara Asia di Surabaya dan harian Tjahaja di Bandung.
PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN PERTAMA RI
Menteri Negara :
1. Mohammad Amir Wahid Hasjim
2. Mr. Sartono
3. A. A. Maramis
4. Otto Iskandardinata
Pejabat setingkat menteri
1. Ketua Mahkamah Agung Dr. Koesoema Atmadja
2. Jaksa Agung Gatot Tarunamihardja
3. Sekretaris Negara Abdoel Gaffar Pringgodigdo
4. Juru bicara negara Soekarjo Wirjopranoto
1. CHAERUL SALEH
Chaerul Saleh Datuk Paduko Rajo atau lebih dikenal dengan nama
Chaerul Saleh lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 13
September 1916. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan dan tokoh politik
Indonesia yang pernah menjabat sebagai menteri, wakil perdana menteri,
dan ketua MPRS antara tahun 1957 sampai 1966. Chaerul Saleh menempuh
pendidikan SR (Sekolah Rakyat) di Medan dan diselesaikannya di
Bukittinggi (1924-1931).
Setelah tamat ia melanjutkan ke HBS (Hogere Burger School) bagian B
di Medan dan diselesaikannya di Jakarta (1931-1937). Melanjutkan lagi ke
Fakultas Hukum di Jakarta (1937-1942). Menjabat Ketua Persatuan Pemuda
Pelajar Indonesia (1940-1942), dan setelah Jepang masuk jadi anggota dari
panitia Seinendan, membentuk Barisan Banteng, dan anggota PUTERA dan
Barisan Pelopor yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Selanjutnya ia menjadi
wakil ketua pada Gerakan Angkatan Baru dan Pemuda.
Setelah kembali pada Desember 1956 ia diangkat menjadi wakil ketua
umum Legiun Veteran RI. Tanggal 9 April 1957 diangkat menjadi Menteri
Veteran dalam Kabinet Karya, pada tanggal 10 Juli 1959 diangkat pada
kementrian Perindustrian Dasar dan Pertambangan dan Migas. Pada tanggal
13 November 1963 diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri III. Tanggal 8
Februari 1967 ia meninggal dunia. Untuk mengenang jasanya di bidang
kemiliteran, pangkat terakhir yang diperoleh adalah Jenderal Kehormatan
TNI AD, sedangkan bintang jasa yang diperoleh antara lain Bintang Gerilya,
Satyalencana Peristiwa Aksi Militer II, Satyalencana Peringatan Perjuangan
Kemerdekaan, Bintang Mahaputra Tingkat III, Satyalencana Satya Dharma,
Lencana Kapal Selam RI, dan Doktor Honoris Causa dalam Ilmu
Kemasyarakatan dari Universitas Hasanuddin.
2. JUSUF KUNTO
Jusuf Kunto lahir di Salatiga pada tanggal 8 Agustus 1921. Jusuf Kunto sebenarnya
bernama asli Kunto. Namanya berubah menjadi Jusuf Kunto sejak tahun 1937,
diambil dari nama depan keluarga kakak sepupunya, Mr. Jusuf Suwondo. Jusuf
Kunto merupakan salah satu tokoh yang ikut menculik Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Dia bersama Sukarni dan
beberapa anggota PETA yang menjemput dan membawa Soekarno dan Hatta
menuju Rengasdengklok. Jusuf Kunto pernah tinggal di Pangkalpinang, Bangka,
karena ia mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai mantra kesehatan di Tambang
Timah Bangka. Ia menempuh pendidikan formalnya di Hollandsch Chinesche
School, sekolah khusus untuk orang-orang keturunan Cina.