Anda di halaman 1dari 3

Perencanaan cerpen

1. Tema dan amanat


a. Tema : Horor
b. Amanat : jangan suka masuk rumah tua sembarangan
2. Penokohan dan perwatakan
a. Tokoh utama : Okta = pemberani, suka menolong
Deva = egois, ramah, jahil
b. Tokoh pendamping : putra = lucu, jahil, penakut
c. Tokoh figuran : hantu, kakek tua, dan masyarakat
3. Setting : tempat = rumah tua dan kampung
Waktu = malam hari dan pagi hari (03.00 pagi)
suasana = menakutkan
4. Alur : Jenis alur dan tahapan alur
Jenis alur = maju
Tahapan alur = - Tahap perkenalan
- Tahap penampilan masalah
- Tahap puncak ketegangan
- Tahap puncak ketegangan menurun
- Tahap penyelesaian
1) Tahapan perkenalan:
Okta : lucu, pintar dan suka menolong
Deva : baik hati, ramah tetapi jahil
Putra : lucu, jahil dan penakut
2) Tahapan penampilan masalah : ada 3 orang anak, yaitu Okta, Deva dan Putra
yang ingin uji nyali di sebuah rumah tua.
3) Tahapan puncak ketegangan : pada saat ketiga anak itu masuk ke dalam
rumah tua tersebut, tiba-tiba pundak Putra dipegang oleh sesuatu, lalu dia
tetap takut tak berani bergerak. Di satu segi takut maju kadang pingin maju
melanjutkan lengkahnya sebab kalau tidak melangkah berarti tidak bisa keluar
(muncul konflik di dalam ruang tersebut)
4) Tahapan ketegangan menurun : ternyata yang memegang pundak Putra adalah
seorang kakek-kakek tua, ternyata dia adalah penjaga rumah tua tersebut.
5) Tahapan penyelesaian : saat ketiga anak tersebut keluar dari rumah tua
tersebut, ketiga anak tersebut kapok tidak akan mengulang kembali.
5. Sudut pandang : orang ke 3
Cerpen
Petualangan di Rumah Tua
(Afnan Zainal Ferdianto)

Pada suatu hari pukul 19.00 malam Okta, Deva dan Putra sedang berkumpul
di rumah milik Okta. Saat berkumpul mereka bertiga merencanakan sesuatu, yaitu
mereka bertiga akan melakukan uji nyali atau Ekspedisi di suatu rumah tua yang
berada di kampung mereka tinggal. Pada saat mereka bertiga berdiskusi, ada salah
satu dari mereka yang penakut yaitu Putra, meskipun Putra lucu dan jahil, Putra
adalah seorang yang penakut. “Scbenarnya aku tidak ingin ikut” tanya Putra sambil
ragu. “Tetapi kalau kamu tidak ikut rasanya tidak lengkap” jawab Okta dan Deva.
“Ya sudah aku ikut”, jawab Putra dengan pasrah.
Pada saat pukul 20.30 malam mereka bertiga berangkat menuju rumah tua
tersebut. Pada saat mereka mampir masuk ke dalam tiba-tiba pundak Putra dipegang
oleh seseorang, Putra kelihatan takut dan hampir menangis lalu Okta melihat ke
belakang dan ternyata yang memegang pundak Putra adalah seorang kakek-kakek tua,
dia adalah penjaga rumah tua tersebut. Lalu dia berkata “Hey, kalian mau kemana
malam-malam gini” tanya kakek-kakek itu.
“Kita mau masuk ke rumah tua itu kek, kita mau membuktikan apa betul
rumah ini berhantu.” Jawab Okta dengan jujur.
“Oh, baiklah kalau begitu. Silakan kalian masuk. Tetapi kalian harus berhati-
hati dan jaga perilaku kalian”, nasehat kakek tersebut.
“Baik kek, kita akan berhati-hati dan jaga perilaku”, jawab Okta dan kawan-
kawan.
Setelah mendengar nasehat dari kakek-kakek tersebut mereka bertiga
melanjutkan untuk masuk ke dalam rumah tua tersebut, saat mereka berada di dalam
rumah tua tersebut tiba-tiba kursi bergerak sendiri dan pintu juga tertutup sendiri.
Mereka bertiga merasa ketakutan. Tiba-tiba ada yang lewat di belakang mereka
bertiga, dan ada suara tangisan perempuan. Okta dan Deva berlari meninggalkan
Putra yang ketakutan, pada saat Okta dan Deva berlari meninggalkan Putra, Okta
teringat bahwa Putra telah ketinggalan jauh karena dia ketakutan. Mereka berduapun
berhenti untuk kembali menghampiri Putra yang sedang ketakutan, pada saat itu
timbullah konflik antara Okta dan Deva. Disisi lain Okta ingin kembali untuk
menyelamatkan Putra, tetapi Deva malah ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Pada
saat Okta dan Deva bertengkar tiba-tiba Putra benteniak ketakutan, ternyata Putra
dihantui sesosok kuntilanak. Okta pun langsung berlari menghampiri Putra tetapi
Deva malah pergi keluar untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Saat Okta ingin
menghampini Putra, tiba-tiba Putra dirasuki oleh kuntilanak tersebut. Tetapi Okta
tidak takut. Okta langsung membaca ayat kursi, tanpa ada perlawanan dari kuntilanak
tersebut hantu tersebut langsung pergi dan Putra pun tersadar. “Ada apa denganku
Okta” tanya Putra dengan lemas. “Kamu tidak apa-apa kok, hanya pingsan”, jawab
Okta dengan terpaksa berbohong. “Ya sudah ayo kita pergi dari sini”, ujar Okta
sambil terburu-buru. Kemudian mereka pun bergegas keluar dari rumah tua tersebut
(pukul 03.00 pagi). Pada saat keluar mereka pun bertemu dengan seorang kakek-
kakek penjaga rumah tua tersebut. Okta berkata “Kek, kita kapok tidak akan masuk
ke rumah tua itu lagi”. “ Ya nak, ini buat pembelajaran kalian, jangan masuk rumah
tua sembarangan,” pesan dari kakek-kakek tersebut. Akhirnya mereka bertiga pun
kapok dan tidak akan mengulangi hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai