Anda di halaman 1dari 11

1

SINOPSIS BATU BEDAONG:


Ina dan Ama, dua remaja saling jatuh hati. Keduanya merasa, cinta hati
mereka sungguh lahir dari kedalaman hati. Tambatan hati ini seakan
mengalahkan apapun termasuk adat istiadat di kampung mereka.
Namun, usaha Ina dan Ama untuk mewujudkan impian mereka, terkandas
oleh keteguhan hati orang tua Ina. Secara adat, Ina dan Ama tak dapat
dipersatukan. Keduanya, masih terikat tuntutan adat mereka.
Kedatangan Ama ke rumah Ina untuk bertemu orang tua Ina, berakhir
dengan dampratan dan usiran yang menyesakkan hati Ama. Ina pun terjepit
antara tuntutan orang tua, juga adat, terlebih impiannya bersama Ama.
Ama telah diusir dari rumah Ina. Ina pun akhirnya meninggalkan rumah,
menyembunyikan diri dalam hutan. Ia tumpahkan seluruh isi hatinya dalam
hutan yang sunyi sepi. Pada Batu Bedaong, semuanya berakhir. Ina
menyerahkan diri ditelah Batu Bedaong.
Ketika mengetahui apa yang terjadi pada Ina, Amapun menyusulnya. Sebilah
pisau menembusi dadanya, oleh tangannya sendiri.
Teman-teman Ina dan Ama meratapi kepergiaan keduanya. Orang tua Ina
pun larut dalam kesedihan.
Sungguh, kasih Ina dan Ama, tak dapat dikembalikan. Bagai menepuk
sebelah tangan, cinta mereka, tak pernah tergapai.

TEMA DAN MAKNA KISAH BATU BEDAONG:


Gagasan budaya yang mau ditampilkan adalah konflik kepentingan nilai dan
makna perkawinan antara orang tua (mewakili tradisi masa lampau) dengan
kaum muda (mewakili tradisi zaman sekarang)=tradisi yang mengikat dan
“tradisi kebebasan”.

ALUR KISAH BATU BEDAONG:


Adegan I
expotition=permainan (di dalamnya mulai tergambar watak pelaku, latar atau
setting. Persoalan mulai muncul)

Adegan II
complication=pertemuan pribadi dua insan (persoalan meningkat : suasana
romantis didukung oleh pencahayaan dan action aktor/tris)
climax=ketidaksetujuan orang tua (munculkan gagasan-gagasan tentang
kebebasan yang dianut dalam HAM=kebebasan yang bertanggung jawab,
pengekangan yang mengerdilkan jati diri)……..di telan batu (teknik fisikalnya) ……
bunuh diri (back sound harus menonjol deras)

Adegan III
Resolution=mencari susan (suasana mencekam menjadi warna khas bagian ini)
2

conclution=penyesalan orang tua

PARA PELAKU :
Susan Nimanako : sebagai Ina. Gadis remaja yang cantil, suka
bergaul dengan siapa saja, mudah jatuh cinta,
bebas, tapi cepat putus asa.
Adrianus Goran : sebagai Ama. Lelaki remaja, berani, bebas dan
juga nekat.
Petrus Losor : sebagai Ayah Ina. Seorang bapak yang keras,
konservatif, menjunjung tinggi adat.
Serly Ica : sebagai Ibu Ina. Seorang ibu yang keras, punya
pendirian yang kuat.
Temah-Teman Ina dan Ama:
a. Stefanus Sogen : sebagai Sigit. Suka bergaul, setia kawan
b. Hary Haryanto : sebagai Hery. Anak modern, tapi mudah bergaul
c. Theresia Nato : sebagai Windi. Suka bergaul, setia kawan
d. Anggriani Himalaya : sebagai Rini. Patuh pada orang tua.
e. Okto Koten : sebagai Okto. Suka bergaul.
f. Dewi : sebagai Dewi. Setia kawan.

SETTING:
Latar sudah disiapkan dari awal.
Kursi meja dan lain-lain yang berkaitan dengan situasi di rumah orang tua Ina
harus sudah ada di panggung.
Bale-bale bambu dan mejanya tinggal digeser oleh pelaku (ayah). Ibu Ina (ema)
ketika muncul di panggung juga membawa beberapa peralatan yang memberi
kesan ada perubahan setting. Semua harus sudah ada, KECUALI BATU
BEDAONG.
Rinciannya:
a. ADEGAN I
Malam hari terang bulan. Ina dan teman-teman bermain “Inggo ”, permainan
tradisional masyarakat Flores Timur.
b. ADEGAN II
Situasi sore hari di rumah Ina (ayah sedang duduk, ibu menyiapkan sesuatu di
dapur)
c. ADEGAN III
Bagian Pertama:
Il Silention. Empat pria berbaju hitam, rambut semrawut muncul di panggung
sambil menghela “batu bedaong” mengikuti irama il silentio.
Bagian Kedua:
Situasi sedih, di sebuah hutan, ada sebuah batu besar.
Bagian Ketiga:
Aksi Ama di hutan Batu Bedaong.
Bagian Keempat:
3

Orang tua Ina dan teman-teman mencari Ina dan Ama. Mencari dengan
kerinduan yang tak tertahankan....mencari dengan kegelisahan yang tak
terpendamkan.

BATU BEDAONG
( Kasih Tak Sampai )

Naskah : oleh SCC (study creative community-komunitas studi


kreatif flores timur)
Diperankan : oleh Teater Anak Tanah Flores Timur
4

VOX :
Bulan di langit tengah memandang kerinduannya
Ya….kerinduan anak-anak zaman
Kerinduan dengan sejuta impian.
Rindu menembus sukma hingga berlari kepalang tanggung
Mengeja dan mengejarnya dalam pelukan zamannya
Namun, kerinduan impian mesti tenggalam dalam kenangan dan masa depan
zaman yang telah tertinggal dalam jejak waktu
Ya….zaman yang tak pernah diingat, zaman yang tak pernah tersentuh
Hingga menyeret kegagahan impiannya dalam
Aras bijak para leluhur
Zaman mesti beralih dan kasih selalu tenggelam bersamanya
Hingga selalu berakhir dalam ketaksampaian.

ADEGAN I
Malam hari terang bulan. Ina dan teman-teman bermain “Inggo ”, permainan
tradisional masyarakat Flores Timur.

Ina : Teman-teman, malam ini cerah sekali. Enaknya buat apa ya? (berpikir-
pikir sebentar……) Oh iyaa…. bagaimana kalau kita buat permaian
Rini : Wah….(sinis) Masa buat permainan, seperti ipin dan upin saja.
Ina : Yang bisa bermain itu apa cuma ipin dan upin saja?
Rini : Jadi……kita mau main apa? Apa ada yang punya permainan?
Windi : Bagaimana kalau kita bermain inggo?
Heri : (langsung sambar) Inggo? Main apa itu?
Windi : Dasar anak pendatang….!
Ina : Jangan gitu Windi. Heri ‘kan baru satu tahun pindah ke Flores Timur.
Selama ini ‘kan dia bersama orang tuanya tinggal di tempat perantauan.
Masuk akal kalau Heri tidak tahu “inggo”.
Windi : Masa sih???
Sigit : Sudah…sudah…sudah…..kalau Heri belum tahu, Heri bisa ikut saja ‘kan?
Okey teman-teman, saya buat lingkaran. Heri…..mari bantu saya! (Sigit
dan Heri buat lingkaran di atas tanah) Teman-teman …..lingkarannya
sudah sudah selesai ni……
5

Rini : siapa yang harus memulainya.


Ina : saya lebih dulu, saya akan menjaga tempat ini dan kalian pergilah
sembunyi
Kobus : ia teman-teman, kita bersembunyi. Ayo Heri….ikut aku!
Windi : ayo sembunyi
Semua: ayooo…….!!!!! (lalu mencari tempat persembunyiaan)
Ina : ayo, (sambil menutup mata ) di mana mereka (membelakangi teman-
teman)

Tiba-tiba teman-teman Ina lari masuk ke lingkaran sambil berteriak inggo (Ina
tetap bertugas untuk jaga)

Rini : ini sudah terlalu malam, kita berhenti dulu


Sigit : nanti kita dicari oleh orang tua
Heri : jangan, ini belum terlalu malam. Dan kita sudah dewasa tidak mungkin
orang tua kita cari
Kobus : ini bukan kota besar kawan…..sudah saja, mari kita pulang saja
(Windi dan teman-teman jalan terlebih dahulu, sedang Kobus dan Ina
masih di panggung)
Kobus : tunggu Ina, ada yang mau saya bicarakan
Ina : kenapa……
Kobus : ada persaan yang sudah lama sekali saya tahan. Persaan ini selalu
muncul. Kadang mengganggu konsentrasi belajarku.
Ina : maksudmu apa? Saya tidak mengerti……!!
Kobus : saya menyayangimu, sudah lama saya menanti hati padamu, tapi saya
takut untuk mengatakannya. Baru malam mini, aku punya keberanian
Ina : apa kau sungguh-sungguh?
Kobus : ia Ina, saya serius
Ina : sebenarnya saya…………..
Kobus : sebenarnya apa Ina….???
Ina : sebenarnya sya juga punya perasaan yang sama. Tapi………
Kobus : tapi kenapa Ina???
Ina : bukankah kita masih punya hubungan keluarga?
Kobus : tapi Ina…..perasaan ini sungguh tak tertahankan. Dan ….bukankah
sekarang zaman sudah berubah? Bukankah kita bukan saudara-saudari
sebapa-seibu?
Ina : saya juga punya pikiran seperti itu. Tapi apakah orang tua kita juga
punya pikiran yang sama dengan kita? Aku takut, kobus …..
Kobus : apa bisa saya bicara dengan orang tuamu?
Ina : tapi……..
Kobus : sssssttttt (cepat-cepat menaruh jari di bibir Ina sebagai tanda larang
untuk lanjutkan pembicaraan) Saya akan datang ke rumahmu …….

ADEGAN II
6

Vox:
Aku dan kau mengejar kepastian untuk menyatu dalam rasa
Namun, kejaran kita tertambat dalam aras leluhur
Kasih mencari jiwa
Menggenggam sejuta impian
Impian untuk mengikat tali kasih dalam genggaman kebebasan
Tali terhalang jeratan persaudaraan
Dan.....aku dan kau tak boleh bersatu
Menyingkir impian, mengandas sukma
Tercerai dalam ikatan leluhur

Situasi sore hari di rumah Ina (ayah sedang duduk, ibu menyiapkan sesuatu di
dapur)

Bapak : ema, mana kopinya??


Ema : (dari balik panggung) sebentar…..Pa…..! (lalu muncul dengan minuman
ayah Ina)Ini bapa kopinya…..Pa.

(sang ayah menikmati kopi hangat, menarik “kebako ” dalam-dalam lalu


melepaskan asapnya yang mengepul ke langit-langit rumah. Lalu, kobus, calon
kekasih Ina muncul, malu-malu, gugup dan sangat hati-hati dalam pembicaraan
meski ia sering bermain ke rumah Ina)

Kobus : selamat sore pa dan ema…..


Bapak : sore…pai tobo pia
Ema : anak Kobus, ada apa?
Kobus : begini, bapa, ema, saya datang ke sini untuk kasih tahu bapa dan ema
kalau saya dan Ina……(pembicaraannya tersendat-sendat …..lalu terpotong ……)
Ema : kamu dan Ina kenapa?
Kobus : saya dan Ina……saya dan Ina……. saling “suka” 1Ma……
melamar Ina
Bapa : apa??? Saling suka? Kurang ajar..!!!! (nada mulai meninggi dan terika)
Hoe.. Ina….Ina…..!! Ke sini, Kau!
Ina : (muncul dengan sangat hati-hati, gugup, takut)
Bapa : Jawab saya dengan jujur…. Apa selama ini kalian punya hubungan??
Ina : iya bapa…..
Ema : Ina..apa betul kau dan Kobus punya hubungan??
Ina : ia ema, bapa, kami saling menyayangi.
Bapa : Punya hubungan? Diam-diam? Apa kalian tidak tahu, kalau secara adat
kalian tidak bisa punya hubungan? Dan…..yang lebih penting apakah
kalian sadar kalau kalian masih remaja belum bisa apa-apa?? (nada
semakin meninggi)

1
Istlah “saling suka” dalam konteks Flores Timur mengandung art saling menyayangi, jatuh hat, saling
mencintai dan muali ada kesepakatan untuk sehidup-semat.
7

Ibu : Kobus….ingat….!!! Keluargamu adalah belake 2. Apakah keluargamu


harus bakar ayam untuk kami? (teriak) tidak ……tidak akan terjadi itu? Dan
satu hal lagi…….kalian bukan murowana3, kalian tahu itu??
Ina : tapi ema…kami saling “suka”
Bapa : apa kau bilang???
Kobus : (memohon) bapa, kami saling mencintai (sambil mendekati bapanya
Ina)
Bapa : (berdiri) Sekali kukatakan tidak, tidak selamanya.
Kobus : tapi bapak…….
Bapa : Pergi kau dari rumahku……Pergi…..!!!!! (menarik lengan Kobus dan
menghempaskannya)
Ina : jangan bapa (sambil menangis dan memegang bapanya). Kobus jangan
pergi (lari mengejar Kobus tapi ditarik ema)
Ema : jangan pergi Ina. Kau pikir hanya karena cinta lalu kalian bisa hidup??
Tidak Ina….tidak……!!
Ina : tapi ema…
Ema : diam kau!!! (menampar, Ina menangis). Kau tidak boleh ke mana-mana.

Vox:
Tangisan yang menyayat jiwa, membelah sukma-berbagi rasa. Kini aku harus
berjuang mengejar impian zaman yang terkubur dalam kerangka pandang dalam
zaman yang bukan milikku. Aku bukan Siti Nurbaya, aku juga bukan makluk luar
angkasa. Aku adalah aku yang kini mendiami duniaku. Dunia impian yang tak
terbantahkan. Namun, aku tahu....derita ini akan berkepanjangan.....dan rajutan
kasihku akan bertepi di jalan ini, dan dalam kerundung hitam dia akan
mengandas selamanya.

ADEGAN III
Bagian Pertama:
Il Silention. Empat pria berbaju hitam, rambut semrawut muncul di panggung
sambil menghela “batu bedaong” mengikuti irama il silentio sambil berteriak
berirama:
Oh langit…..oh alam…..
Oh tanah…..oh bumi….
Bebaskan kami …… bebaskan kami……..

Oh langit…..oh alam…..
Oh tanah…..oh bumi….
Jangan kami tertumpah dalam jejak lelehur

Oh langit…..oh alam…..
Oh tanah…..oh bumi….
2
Belake berart……
3
Murowana berart….
8

Jangan kami merana dalam pelukan zaman

(ketika batu bedaong sudah pas pada posisinya, para pelaku bergerak berirama
mengelilingnya lalu menghilang ke belakang panggung dari belakang “batu
bedaong)

Bagian Kedua:
Situasi sedih, di sebuah hutan, ada sebuah batu besar.

Ina : (muncul dari arah yang berlawanan dengan orang-orang berbaju hitam)
Oh engkau yang berdiam di langit ketujuh......di manakah engkau?
Mengapa ema dan bapa tidak memahami duniaku??
Kenapa??? Kenapa selalu saja masa lampau menjadi junjungan mereka?
Mengapa duniaku tak masuk dalam dunia mereka?
Apakah jeritan hati ini salah?
Apakah rasa jira yang membajiri sukma ini terpanggang
dalam aras leluhur tak tak kukenali??
Oh engkau yang berdiam di langit yang paling agung………
Mengapa kau biarkan semuanya ini terjadi dalam duniaku?

(lalu beralih menuju batu bedaong)

Oh engkau penghuni yang tak berjiwa di tanah ini........


oh engkau yang dinamai batu bedaong…
jika engkau mendengar jeritanku…bukalah mulutmu …
biarkan kita menyatu dalam kepastian. Engkau tahu.....
duniaku telah dihantui kenangan-kenangan masa lampau yang tak aku
kenali......
kenangan-kenangan itu telah mencerai-beraikan jati diriku,
dan telah memangsa kebebasanku.
Aku bosan dengan semuanya......(teriak.....!!!)
Aku bosan dengan semuanya....bosaannnnnnn.................
(air mata menetes membasahi wajah Ina)

(Ina mendendangkan lagu “batu bedaong.


Perlahan-lahan…..terbukalah Batu bedaong.
Ina bergerak perlahan-lahan lalu membenamkan dirinya di dalamnya)
9

Bagian Ketiga:
Kobus : (berlari terburu-buru seakan sedang mengejar sesuatu yang sangat
berharga bagi dirinya) Ina…….Ina……Ina…….di mana engkau …jangan tinggalkan
aku sendirian. (Ulang sampai tiga kali sambil bergerak mengelilingi panggung)

(Ketika sampai di batu besar itu, Kobus mendapatkan sepotong rambut dan foto
Ina. Ia tahu pasti, rambut itu, rambut idaman hatinya dan ia pun menjerit
histeris….sejadi-jadinya)

Kobus: Ina…mengapa kau lakukan semua ini…(menangis)


(Tiba-tiba terdengar suara Ina, Kobus berlari untuk mencari suara itu)

Kobus: Di manakah engkau….di manakah engkau……?????

Vox:
Engkau datang dalam sunyi!
Mengembara tanpa pesta pora mega-mega langit!
Mengejar bayanganku tanpa dusta berpilin-pilin!
Engkau genggam bara di dada
Mengelana kembara di langkah, meneteng kejaran dunia kita
Hingga raga menepi dari genggaman masa lampau
Datanglah sejurus jarak pandang
Dengan sinar paling gagah
Buat menatang kekasih hatimu
Yang telah menyatu dalam penghuni jagat yang tak berjiwa!
Dan....
aku sudah di sini sejak waktu penciptaan
dan aku tetap di sini.
aku akan tetap di sini sampai akhir dunia.
tiada akhir bagi wujudku yang fana dalam dada dan jiwamu......

Kobus: (teriak sekeras-kerasnya) Inaaaa................!!!!!!! (lalu memeluk batu


bedaong. Dengan sisa tenaga yang ada, Kobus menyusuli Ina)

Kobus : Oh ........ Sang Surya!


Oh......... Kaka Belen Ama Yoga!
Beri daku kedamaian!
Oh....... Kaka Belen Ama Blola!
Beri daku pengampunan!
Aku dahaga di kakimu!
(Menunduk dalam-dalam dan......menikam diri, terkapar di mulut batu bedaong)

Bagian Keempat:
10

(Dari arah yang berlawanan......teman-teman Ina dan Kobus bersama kedua


orangtua Ina mencari Ina dan Kobus. Bergerak bebas di panggung. Ibu Ina
memegang tangan Ayah Ina. Mencari dengan kerinduan yang tak
tertahankan....mencari dengan kegelisahan yang tak terpendamkan).

Windi&teman-teman: (teriak..!) Ina..Kobus di mana kalian ??


Sigit : lihat itu..ada Kobus. Semua berlari ke arah batu bedaong
Semua: (teriak dan meratap) Ina.................Kobus.................!!!!!!!
(dendangan sedih seruling)

VOX :
Oh......... Kaka Belen Ama Yoga!
Janganlah jiwa-jiwa murni kami
Dituding sebagai penghantam warisan-warisan
yang tak terbantahkan
Namun...janganlah warisan-warisan itu
Melusuhkan citra kami
Oh....... Kaka Belen Ama Blola!
Jagalah impian-impian kami
yang sedang mengembara mencari jati dirinya
Kami akan kembali padanya
Setelah kami pulihkan jejak para leluhur dalam zaman kami
yang dengan kencang berlari mendahului kami
Oh......... Kaka Belen Ama Yoga!
Jangan engkau tangguhkan makna kami
Dalam genggaman batu bedaong
Oh....... Kaka Belen Ama Blola!
Selesaikan ziarah kami,
ziarah dalam aras leluhur
dan kibaran bendara zaman kami!

Larantuka, pada sebuah tengah malam yang tak sepi


Dari kejaran badai zaman
11

Anda mungkin juga menyukai