Adegan II
complication=pertemuan pribadi dua insan (persoalan meningkat : suasana
romantis didukung oleh pencahayaan dan action aktor/tris)
climax=ketidaksetujuan orang tua (munculkan gagasan-gagasan tentang
kebebasan yang dianut dalam HAM=kebebasan yang bertanggung jawab,
pengekangan yang mengerdilkan jati diri)
..di telan batu (teknik fisikalnya)
bunuh diri (back sound harus menonjol deras)
Adegan III
Resolution=mencari susan (suasana mencekam menjadi warna khas bagian ini)
2
PARA PELAKU :
Susan Nimanako : sebagai Ina. Gadis remaja yang cantil, suka
bergaul dengan siapa saja, mudah jatuh cinta,
bebas, tapi cepat putus asa.
Adrianus Goran : sebagai Ama. Lelaki remaja, berani, bebas dan
juga nekat.
Petrus Losor : sebagai Ayah Ina. Seorang bapak yang keras,
konservatif, menjunjung tinggi adat.
Serly Ica : sebagai Ibu Ina. Seorang ibu yang keras, punya
pendirian yang kuat.
Temah-Teman Ina dan Ama:
a. Stefanus Sogen : sebagai Sigit. Suka bergaul, setia kawan
b. Hary Haryanto : sebagai Hery. Anak modern, tapi mudah bergaul
c. Theresia Nato : sebagai Windi. Suka bergaul, setia kawan
d. Anggriani Himalaya : sebagai Rini. Patuh pada orang tua.
e. Okto Koten : sebagai Okto. Suka bergaul.
f. Dewi : sebagai Dewi. Setia kawan.
SETTING:
Latar sudah disiapkan dari awal.
Kursi meja dan lain-lain yang berkaitan dengan situasi di rumah orang tua Ina
harus sudah ada di panggung.
Bale-bale bambu dan mejanya tinggal digeser oleh pelaku (ayah). Ibu Ina (ema)
ketika muncul di panggung juga membawa beberapa peralatan yang memberi
kesan ada perubahan setting. Semua harus sudah ada, KECUALI BATU
BEDAONG.
Rinciannya:
a. ADEGAN I
Malam hari terang bulan. Ina dan teman-teman bermain Inggo , permainan
tradisional masyarakat Flores Timur.
b. ADEGAN II
Situasi sore hari di rumah Ina (ayah sedang duduk, ibu menyiapkan sesuatu di
dapur)
c. ADEGAN III
Bagian Pertama:
Il Silention. Empat pria berbaju hitam, rambut semrawut muncul di panggung
sambil menghela batu bedaong mengikuti irama il silentio.
Bagian Kedua:
Situasi sedih, di sebuah hutan, ada sebuah batu besar.
Bagian Ketiga:
Aksi Ama di hutan Batu Bedaong.
Bagian Keempat:
3
Orang tua Ina dan teman-teman mencari Ina dan Ama. Mencari dengan
kerinduan yang tak tertahankan....mencari dengan kegelisahan yang tak
terpendamkan.
BATU BEDAONG
( Kasih Tak Sampai )
VOX :
Bulan di langit tengah memandang kerinduannya
Ya
.kerinduan anak-anak zaman
Kerinduan dengan sejuta impian.
Rindu menembus sukma hingga berlari kepalang tanggung
Mengeja dan mengejarnya dalam pelukan zamannya
Namun, kerinduan impian mesti tenggalam dalam kenangan dan masa depan
zaman yang telah tertinggal dalam jejak waktu
Ya
.zaman yang tak pernah diingat, zaman yang tak pernah tersentuh
Hingga menyeret kegagahan impiannya dalam
Aras bijak para leluhur
Zaman mesti beralih dan kasih selalu tenggelam bersamanya
Hingga selalu berakhir dalam ketaksampaian.
ADEGAN I
Malam hari terang bulan. Ina dan teman-teman bermain Inggo , permainan
tradisional masyarakat Flores Timur.
Ina : Teman-teman, malam ini cerah sekali. Enaknya buat apa ya? (berpikir-
pikir sebentar
) Oh iyaa
. bagaimana kalau kita buat permaian
Rini : Wah
.(sinis) Masa buat permainan, seperti ipin dan upin saja.
Ina : Yang bisa bermain itu apa cuma ipin dan upin saja?
Rini : Jadi
kita mau main apa? Apa ada yang punya permainan?
Windi : Bagaimana kalau kita bermain inggo?
Heri : (langsung sambar) Inggo? Main apa itu?
Windi : Dasar anak pendatang
.!
Ina : Jangan gitu Windi. Heri kan baru satu tahun pindah ke Flores Timur.
Selama ini kan dia bersama orang tuanya tinggal di tempat perantauan.
Masuk akal kalau Heri tidak tahu inggo.
Windi : Masa sih???
Sigit : Sudah
sudah
sudah
..kalau Heri belum tahu, Heri bisa ikut saja kan?
Okey teman-teman, saya buat lingkaran. Heri
..mari bantu saya! (Sigit
dan Heri buat lingkaran di atas tanah) Teman-teman
..lingkarannya
sudah sudah selesai ni
5
Tiba-tiba teman-teman Ina lari masuk ke lingkaran sambil berteriak inggo (Ina
tetap bertugas untuk jaga)
ADEGAN II
6
Vox:
Aku dan kau mengejar kepastian untuk menyatu dalam rasa
Namun, kejaran kita tertambat dalam aras leluhur
Kasih mencari jiwa
Menggenggam sejuta impian
Impian untuk mengikat tali kasih dalam genggaman kebebasan
Tali terhalang jeratan persaudaraan
Dan.....aku dan kau tak boleh bersatu
Menyingkir impian, mengandas sukma
Tercerai dalam ikatan leluhur
Situasi sore hari di rumah Ina (ayah sedang duduk, ibu menyiapkan sesuatu di
dapur)
1
Istlah saling suka dalam konteks Flores Timur mengandung art saling menyayangi, jatuh hat, saling
mencintai dan muali ada kesepakatan untuk sehidup-semat.
7
Vox:
Tangisan yang menyayat jiwa, membelah sukma-berbagi rasa. Kini aku harus
berjuang mengejar impian zaman yang terkubur dalam kerangka pandang dalam
zaman yang bukan milikku. Aku bukan Siti Nurbaya, aku juga bukan makluk luar
angkasa. Aku adalah aku yang kini mendiami duniaku. Dunia impian yang tak
terbantahkan. Namun, aku tahu....derita ini akan berkepanjangan.....dan rajutan
kasihku akan bertepi di jalan ini, dan dalam kerundung hitam dia akan
mengandas selamanya.
ADEGAN III
Bagian Pertama:
Il Silention. Empat pria berbaju hitam, rambut semrawut muncul di panggung
sambil menghela batu bedaong mengikuti irama il silentio sambil berteriak
berirama:
Oh langit
..oh alam
..
Oh tanah
..oh bumi
.
Bebaskan kami
bebaskan kami
..
Oh langit
..oh alam
..
Oh tanah
..oh bumi
.
Jangan kami tertumpah dalam jejak lelehur
Oh langit
..oh alam
..
Oh tanah
..oh bumi
.
2
Belake berart
3
Murowana berart
.
8
(ketika batu bedaong sudah pas pada posisinya, para pelaku bergerak berirama
mengelilingnya lalu menghilang ke belakang panggung dari belakang batu
bedaong)
Bagian Kedua:
Situasi sedih, di sebuah hutan, ada sebuah batu besar.
Ina : (muncul dari arah yang berlawanan dengan orang-orang berbaju hitam)
Oh engkau yang berdiam di langit ketujuh......di manakah engkau?
Mengapa ema dan bapa tidak memahami duniaku??
Kenapa??? Kenapa selalu saja masa lampau menjadi junjungan mereka?
Mengapa duniaku tak masuk dalam dunia mereka?
Apakah jeritan hati ini salah?
Apakah rasa jira yang membajiri sukma ini terpanggang
dalam aras leluhur tak tak kukenali??
Oh engkau yang berdiam di langit yang paling agung
Mengapa kau biarkan semuanya ini terjadi dalam duniaku?
Bagian Ketiga:
Kobus : (berlari terburu-buru seakan sedang mengejar sesuatu yang sangat
berharga bagi dirinya) Ina
.Ina
Ina
.di mana engkau
jangan tinggalkan
aku sendirian. (Ulang sampai tiga kali sambil bergerak mengelilingi panggung)
(Ketika sampai di batu besar itu, Kobus mendapatkan sepotong rambut dan foto
Ina. Ia tahu pasti, rambut itu, rambut idaman hatinya dan ia pun menjerit
histeris
.sejadi-jadinya)
Vox:
Engkau datang dalam sunyi!
Mengembara tanpa pesta pora mega-mega langit!
Mengejar bayanganku tanpa dusta berpilin-pilin!
Engkau genggam bara di dada
Mengelana kembara di langkah, meneteng kejaran dunia kita
Hingga raga menepi dari genggaman masa lampau
Datanglah sejurus jarak pandang
Dengan sinar paling gagah
Buat menatang kekasih hatimu
Yang telah menyatu dalam penghuni jagat yang tak berjiwa!
Dan....
aku sudah di sini sejak waktu penciptaan
dan aku tetap di sini.
aku akan tetap di sini sampai akhir dunia.
tiada akhir bagi wujudku yang fana dalam dada dan jiwamu......
Bagian Keempat:
10
VOX :
Oh......... Kaka Belen Ama Yoga!
Janganlah jiwa-jiwa murni kami
Dituding sebagai penghantam warisan-warisan
yang tak terbantahkan
Namun...janganlah warisan-warisan itu
Melusuhkan citra kami
Oh....... Kaka Belen Ama Blola!
Jagalah impian-impian kami
yang sedang mengembara mencari jati dirinya
Kami akan kembali padanya
Setelah kami pulihkan jejak para leluhur dalam zaman kami
yang dengan kencang berlari mendahului kami
Oh......... Kaka Belen Ama Yoga!
Jangan engkau tangguhkan makna kami
Dalam genggaman batu bedaong
Oh....... Kaka Belen Ama Blola!
Selesaikan ziarah kami,
ziarah dalam aras leluhur
dan kibaran bendara zaman kami!