Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA DAN HARAPAN

“SECUIL HARAPAN”

Kelompok : 1. Rangga Wijayanto

2. Anisa Nur Afifa

3. Mokhamad Dadik Afandi

4. Siti Anisatun Nisa

5. Pendi Eko Ashari

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YPPI REMBANG

2019
Tema : Manusia dan Harapan

Tokoh : 1. Ibu (siti anisatun nisa)

2. Ayah (mokhamad dadik afandi)

3. Kakak pendy (pendy eko ashari)

4. Adik nisa (anisa nur afifa)

5. Teman kakak rangga (rangga wijayanto)

Judul : Secuil Harapan

Sinopsis cerita

SECUIL HARAPAN
Pagi ini pagi yang cerah diiringi kicauan burung khas pagi hari. Terlihat dari
matahari yang seutuhnya dapat menyinari bumi, tidak ada halangan langit atau
apapun. Pagi sekali ayah dua anak ini sudah berada di sawah. Dengan penuh
semangat ayah mencari pakan ternaknya. Ini semua dilakukan tak ada yang lain
adalah untuk menghidupi keluarga mereka. Apalagi anaknya yang paling kecil
sedang sakit sakitan. Ayah dua anak ini harus berjuang sendirian. Anak yang paling
besar yaitu kakak hanya bisa main hape saja. Setiap hari kerjanya hanya main hp dan
pergi keluar. Entah apa yang kakak lakukan. Kakak tidak peduli dengan adiknya
yang sakit. Terlihat keringat membasahi keningnya. Dengan gerakan mengusap
menggunakan tangan kosong ayah mengelap keringat yang mengalir. Ayah
mengeluh “huhhh...”, tanda dia sudah lelah. Ayah pulang dengan sekarung rumput.
Ayah menuju ibu yang sedang asik menyuapi adik. Ayah melihat kakak tidak ada
dengan ibu dan adik. Ayah membuka kamar kakak, kakak sibuk bergelut dengan hp
di tangannya. Ayah hanya bisa menggelengkan kepalanya. Hari sudah berganti,
setiap orang pasti ingin adanya perubahan. Itu sama dengan apa yang diharapkan ibu.
Pagi sekali kakak sudah sibuk bermain hp tanpa peduli ibu yang repot mengurus
adiknya, tanpa peduli adiknya yang sedang sakit. Kakak terus saja sibuk dengan
dunianya sendiri. “kakak main hp terus aja. Lihat adik kamu terbaring lemah tak
berdaya, ayah kamu sibuk membiayai kita. Kakak malah egois tanpa peduli dengan
kita”, curhatan ibu tercurahkan. “apa sih”, jawab kakak dengan nada meninggi dan
enyah entah kemana menuju keluarn rumah. Kakak selalu saja begit, tidak bisa
ngomong baik dengan ibu. Sore hari kakak ditanya ibu saat keluar dari kamar dengan
hp yang tak pernah lepas dari tangannya, “mau kemana kak?, jangan keluar main
terus. Adik kamu lagi sakit kamu malah main terus”. “bukan urusan ibu” jawab
kakak dengan ketus. Tampat raut wajah kecewa dengan lengkungan bibir kebawah.
Ibu sekali lagi hanya bisa bersabar. Dilihatnya kakak terus oleh ibu hingga punngung
kakak sudah tidak terlihat lagi. Malam berlalu, adik dan ibu sedang berada diruang
tamu. Ibu khawatir dengan kakak yang belum pulang sejak tadi pagi. Derap langakah
terdengan di kuping ibu dan adik. Ada senyum mengembang di bibir ibu. Kakak
terus saja berjalan masuk kamarnya tanpa menyapa adik dan ibunya. Kakak
mengabaikan mereka berdua. Kakak langsung menutup pintunya tanpa ingin tahu
apa yang sedang ibu dan adik mereka lakuakan. Senyum ibu langsung memudar
melihat tingkah laku kakak. Ibu sekali lagi hanya bisa bersabar. Hari sudah berganti,
seperti biasa ibu menyuapi adik sarapan sedangkan ayah sudah pergi ke sawah. Lagi-
lagi ibu dibuat kakak harus bersabar lagi, kakak kembali mengacuhkan ibu saat
ditanya mau pergi kemana. Kakak langsung pergi keluar rumah tanpa menjawab
pertanyaan ibu. Malam sudah mulai membuat udara menjadi dingin, ibu ke kamar
adik untuk membenarkan selimut adik dan mengelus rambutnya. Ibu duduk
disamping adik yang sedang terbaring. Tangan ibu mulai berjalan ke rambut adik
yang tidak tertata. Ibu mengelus rambut adik dengan gerakan yang teratur. Senyum
mengembang keatas dibibir ibu. Adik terus memandangi adik yang seakan dia tidak
amu kehilangan dari ibunya. Adik tidak bisa membayangkan seandainya dia
meninngalkan ibunya. Mata ibu terarah ke bibir adik yang pucat, badannya yang
kurus. Tak terasa air mata ibu terjatuh membasahi pipi yang sudah bisa dibilang
muda lagi. Kalau bisa ibu bersedia penyakit adik digantikan olehnya, “biarkan ibu
saja yang menanggung rasa sakit itu”, bicara ibu dalam hati. Tangan adik
menggenggam tangan ibu yang sudah pindah di pipi adik. Adik menggenggam erat
tangan ibu dipipinya. “buk, aku ga mau ninggalin ibu” gumam adik dengan tubuh
sedikit bergetar. “kamu ngomong apa sih dik? Kamu harus kuat” ibu memberi
semangat kepada anaknya yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Keduanya
tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Genggaman tangan tiba-tiba
mengendur, tangan adik bergerak menuju kebawah bantal tempat dia tidur. Adik
mengambil kotak berwarna merah berlapis kain bludru. Diletakkannya kotak itu
diatas tangan ibu. “ini hadiahku untuk ibu, aku ingin ibu terus menjaga cincin ini
buk”, tangisan mereka semakin dalam dan air matanya semakin deras. Ibu heran dari
mana adik mendapatkan itu , “dari mana mendapatkan ini nak?”. “kakak buk,
jadi...(flasback)

FLASHBACK ON

Setelah mendengar omongan ibu tadi pagi kakak merasa bersalah. Kakak sungguh
egois kepada keluarganya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk bisa menjenguk adik
karena ibu sedang berada di dapur sedang mencuci, ayah juga sedang disawah, pikir
kakak. Kakak berjalan mengendap-endap ke kamar adik nya. Kakak langsung duduk
di samping adiknya yang terbaring. Adik kaget, “kakak?, ada apa kak?”, tanya adik
penasaran. Senyum kakak mengembang, “iya ini kakak, maafkan kakak dik. Kakak
janji akan nuruti kemauan adik”, tawar kakak ke adik. “tidak apa-apa kak, aku
seneng kok kakak sudah mau ngomong sama aku. Beneran kakak mau nuruti apa
mau aku?”. “iya dik, kakak janji”, dengan tegas mengiyakan. “kak, aku minta
tolong sesuatu, aku pengen kakak ngabulin harapanku. Aku pengen memberi ibu
cincin emas kak. Aku pengen memberi kenangan terakhir untuk ibu”, jelas adik ke
kakak. Kakak hanya bisa mengangguk dengan senyum yang terus mengembang.
Setelah mendengar harapan adiknya, tidak mungkin dengan bersantai-santai dia
mendapat apa yang di harapkan oleh adiknya. Dia harus mencari kerja, tapi tidak tau
entak kemana dia harus bekerja. Dia mulai berpikir keras. Kakak tau dia harus
bekerja di tempat temannya bernama rangga yang punya warung. Warungnya kecil
tapi setiap hari selalu ramai. Setiap hari kakak kerja dari pagi sampai malam. Dia
sengaja cuek kepada ibunya agar ibunya tidak tau kalau kakak sedang bekerja.

FLASHBACK OFF

Tubuh semakin bergetar hebat, ibu tidak menyangka kakak sangat sayang kepada
adik dan keluarganya. Ibu memeluk adiknya yang ikut menangis. Ibu menciumi jidat
adik berkali-kali. Hari berganti sudah pagi. Sebelum kakak pergi seperti biasa, ibu
sudah ada dikamar kakak. ibu mengucapkan terimkasih kepada kakak.
Scene 1- Sawah (Pagi hari)
Cast : ayah
(Terdengar suara burung yang saling bersautan)
Seorang ayah mencangkul sawah dengan semangat dengan harapan untuk
menghidupi keluarga. Terlihat keringat bercucuran di kening ayah.
(mengelap kening dengan diikuti keluhan “huhhh...”, berjalan menuju pohon untuk
beristirahat sambil berkipas menggunakan topinya)
Bergegas pulang kerumah dengan cangkul dipundaknya.

Scene 2- Rumah,kamar tidur (Sore hari)


Cast : adik,ibu,ayah,kakak
(ibu menyuapi adik yang sedang terbaring dikamar)
Ayah berjalan menghampiri mereka. (mengelus rambut anaknya, melihat sekitar
kakak tidak ada dengan mereka)
Ayah menuju kamar kakak mengintip apa yang sedang dilakukan kakak.(kakak
bermain hp dengan sibuk dikamar sambil rebahan).

Scene 3 Rumah- (pagi hari)


Cast : kakak, ibu
Pagi-pagi sekali kakak sudah sibuk bermain hp tanpa peduli ibu yang repot
mengurus adiknya, tanpa peduli adiknya yang sedang merasakan sakit. Kakak terus
saja sibuk dengan dunianya sendiri. Ke egoisan kakak berdampak pada bencinya ibu
kepada kakaknya. Tiap hari kakak kerjanya hanyalah bermain hp. Ibu setiap hari
hanya bisa bersabar dan berdoa dalam hati semogak anaknya dapat berubah. Pagi itu
ibu menghampiri kakanya
Ibu : “ kak, main hp terus aja. Lihat adik kamu terbaring lemah tak berdaya, ayah
kamu yang sibuk membiayai kita. Kakak malah egois tanpa peduli dengan kita.
Kakak : “Apa sih?” (dengan nada meninggi, sambil menyempar gelas yang berisi
kopi dengan wajah yang tidak bisa santai)
Kakak beranjak pergi dari tempat duduk menuju keluar rumah dengan emosi yang
masih memenuhi wajahnya.

Scene 4- Rumah (siang hari)


Cast : ibu, kakak, adik
(Terlihat kakak yang keluar dari kamarnya sedangkan ibu sedang menyuapi makan
siang ke ananya yang paling kecil yaitu adiknya yang sedang sakit)
Ibu:”mau kemana kak?, jangan keluar main terus adik kamu lagi sakit kamu malah
asik main terus”
Kakak:”bukan urusan ibuk”
Tampak kecewa atas jawaban yang diberikan kakak ke ibu. Ibu yang sabar hanya
bisa sedih.
(tampak punggung kakak yang mulai menjauh keluar dari rumah)

Scene 5 rumah (malam hari)


Cast: kakak, ibu, adik
Suara langkah terdengar di kuping adik dn ibu, dan ternyata kakak baru pulang entah
dari mana. (kakak lewat saja di depan ibu dan adik yang sedang duduk di ruang tamu
dengan tidak menggubris muka ibu yang bingung dari mana saja kakak dari siang
sampai malam).
Kakak langsung masuk kamar tidur lalu menutup pintu kamar.

Scene 6 rumah (pagi hari)


Cast: ibu dan kakak
Ibu:”mau kemana lagi kamu kak?”
Tanpa menjawab pertanyaan ibu, kakak langsung keluar rumah pergi entah kemana.
Ibu sekali lagi hanya bisa menatap dengan sabar dan elusan dada.

Scene 7 rumah (malam hari)


Cast: ibu,kakak,adik
Terlihat ibu sedang duduk di samping adik yang sedang tertidur. Adik memandangi
ibu lekat-lekat seakan dia tidak mau jauh dari ibu begitupun ibu.
Adik:”buk,aku ga mau ninngalin ibuk”
Ibu:”kamu ngomong apa sih dik?”
Adik:”seandainya aku pergi,(mengambil bungkusan berwarna merah dibawah
bantalnya dan diserahkan kepada ibu) tolong jaga pemberianku ini bu.(sambil
menangis)
Ibu:”apa ini? Darimana kamu dapat nak?”
Adik:”kakak buk,jadi ....(flashback)
FLASHBACK ON

Scene 8 rumah(pagi hari)


Saat ibu sedang di dapur, kakak berada di kamar adik secara diam-diam. Adik
meminta tolong kepada kakak untuk mnuruti harapan adiknya.
Adik:”kak,aku minta tolong sesuatu. Aku pengen kakak ngabulin harapan aku. Aku
pengen memberi ibu cincin emas. Aku ingin memberi kenangan terakhir kepada ibu.
Kakak hanya bisa mengangguk menuruti harapan adik kesayangannya.
Setiap hari kakak bekerja di tempat temannya.
FLASHBACK OFF
Ibu:”(sambil berisak)jadi kakakmu selama ini bekerja keras untuk ibu dan kamu
nak?”

Scene 9 rumah (pagi hari)


Cast: ibu,kakak
Pagi pagi sekali ibu ke kamar kakak
Ibu:”nak, maafin ibu. Selama ini ibu sudah salah sama kakak. Ibu tau kakak sayang
sama semua, ibu yang salah. Kakak sudah bekerja keras untuk mengabulkan
harapan adikmu.”
Kakak: (senyum mngulas dibibirnya, jawaban itulah yang muncul).

Anda mungkin juga menyukai