Annisa Chailifa S.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................... 1
2
“KEHIDUPANKU”
4
Kedatanganku Di Jakarta
Malam ini rutinitas di rumah kembali terulang, apa
lagi kalau bukan keributan yang tiada hentinya. Tidak
hanya sekali dua kali, keributan ini terjadi berulang kali.
Keributan dengan teriakan ayah dan tangisan ibu
menjadi trauma tersendiri untukku. Keributan ini selalu
dipicu oleh masalah ekonomi keluarga. Hidup yang
semakin susah, semua yang serba tidak murah menjadi
pemantik keributan di rumah ini dan itu selalu terjadi.
Lalu, apa yang haru ku lakukan? Tidak ada dan tidak
punya daya. Aku dan adikku ashifa hanya bisa
menangis sesenggukan di pojok kamar sambil memeluk
diri sendiri, seolah kesedihan hanya ditujukan pada
mereka berdua dari jutaan mahkluk yang ada di dunia
ini.
5
"Tinggal kasih uang aja dari tadi susah banget
ya?", Minta bapak dengan pemaksaan yang tiada
hentinya.
6
"Kasihan adikku, Ia terlalu kecil untuk melihat ini
semua Tuhan," lirih Annisa di samping adiknya yang
berhasil tertidur pulas.
8
Aku tahu ibu khawatir dengan anak-anaknya
perihal kejadian tadi. Karena bagaimanapun keributan
orang tua yang didengar anaknya akan berefek pada
mental sang anak. Aku berusaha tersenyum, berharap
ibu juga bisa ikut tersenyum bersamaku dan melupakan
kejadian malam ini seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Memang benar, hal ini memang sering terjadi, tapi hal
yang sering terjadi tidak menjadi jaminan itu adalah
suatu hal yang bagus jadi kebiasaan. Hal ini bahkan
cukup berdampak buruk dengan terus menimbulkan
trauma yang kembali datang.
10
"Kalau Ayah, nanti kalau ayah mau menyusul kita
Ia juga bisa sendiri Bu. Untuk sekolah kami berdua,
kami bisa lanjutkan di sana Bu." Tambahku dengan
semangat.
11
saja perlakuannya yang terkadang tidak dapat dicerna
nalar.
12
"Belajar yang pintar ya kak," ucap ayah, aku
hanya membalas dengan anggukan.
Aku tahu hal ini pasti berat untuk ibu. Aku pun
juga begitu, perasaan ku campur aduk antara senang
dan sedih, aku bingung. Aku senang karena dengan aku,
ibu, dan Shifa di Jakarta berharap kehidupan kami akan
lebih baik lagi. Dan sedihnya karena harus
meninggalkan ayah sendiri disini, dan kami pergi pun
secara diam-diam.
15
di Jakarta sangat mendadak, dan ibu bilang ibu tidak
sempat mengabari keluarga kami di Jakarta. Tentu saja,
nenek akan kaget dengan kedatangan kami yang tiba-
tiba ke Jakarta dengan membawa koper dan tas seperti
orang yang mau pindah rumah. Entah respon seperti
apa yang akan ditunjukkan oleh nenekku dan alasan
apa yang akan di katakan oleh ibuku nanti.
17
Aku Dan Adikku
Hari sudah beranjak malam, ibu sudah
menyiapkan masakan untuk makan malam. Kami
segera berkumpul di meja makan, mengelilingi makanan
yang dari baunya saja sudah tampak sangat lezat.
Suasana makan malam begitu hangat. Aku sangat
merindukanmu suasana ini. Dulu, waktu di rumah
sangat jarang bisa makan malam bersama. Sekarang,
akhirnya aku bisa merasakan lagi bagaimana
kehangatan sebuah keluarga dengan saling berbincang,
bercanda, mengukir senyum dan tawa. Walaupun masih
terasa kurang karena di sini ayah tidak ada, entah
sedang apa ayah saat ini. Apakah ayah berniat untuk
mencari kami atau membiarkan kami untuk
meninggalkannya saja.
18
menyiapkan jawaban terbaik agar semua mengerti
keadaan yang sebenarnya dan tidak menimbulkan salah
paham.
19
"Ya sudah, tidak usah dipaksa kak, yuk sini ibu
antar tidur ke kamar. Shifa nanti juga ibu gendong ke
kamar," ajak ibu kepada kami. Akhirnya karena rasa
kantuk yang sangat berat, aku tidak punya alasan lagi
untuk menolak ajakan ibu.
20
"Bu," ucap ibu kaget melihat kedatangan nenek ke
kamar. Nenek tersenyum dan duduk di sisi pinggir
tempat tidur yang lain.
24
nanti Shifa akan rewel. Seperti yang kita tahu, Jakarta
pasti akan sangat macet dan panas apalagi kami naik
bus pasti akan berjejal di dalam bus. Jadi ibu
memutuskan agar Shifa tetap di rumah bersama nenek.
25
kelas. Aku akan mulai bersekolah minggu depan di hari
Senin.
26
"Alhamdulillah Kak, ibu diterima langsung di sini
tanpa harus interview lagi," ucap ibu bahagia, aku pun
ikut senang dan antusias mendengar kabar baik dari ibu.
27
"Annisa nanti hari Minggu kita pergi buat
persiapan sekolah nanti ya?" Ajak nenek, tentu saja hal
ini di respon antusias aku.
29
untuk dapat mencerna nasehat dari aku, tapi aku harus
mencobanya.
"Iya kak, lain kali aku janji tidak begitu lagi," balas
Shifa sambil mengacungkan jari kelingking tanda
berjanji.
30
Beranjak SMA
Aku mencoba untuk mencari ide berjualan untuk
mencari uang sebagai tambahan uang saku. Semoga
dengan itu dapat mengurangi beban ibu. Ibu sudah
sangat bekerja keras untuk kami sampai-sampai ibu
juga mencari tambahan dengan berjualan donat. Aku
mempunyai tabungan yang belum pernah aku pakai,
akhirnya aku buka tabungan itu dan uangnya aku
berencana untuk membeli hp. Aku rasa handphone
menjafi barang yang cukup penting sekarang ini dan
semoga dengan aku punya handphone dapat
memperlancar bisnis ku tadi dengan berbisnis online.
31
"Sabar Shifa nanti paper bag nya rusak lagi,"
ucapku cekikikan. Setelah kertas kadonya berhasil Shifa
tanggalkan, sudah terlihat lah hadiah apa yang
sebenarnya dimaksud oleh aku. Shifa sangat senang
sekali.
35
Akhirnya adikku mulai berjualan online, sudah tiga
bulan lebih dia berkutat dengan bisnis barunya.
Keuntungan yabg didapatkan pun juga sangat lumayan
untuk menambah uang jajannya. Tapi lagi-lagi setiap
kita dititipkan rejeki pasti ada saja ujian yang harus
dihadapi. Sekarang yang memanfaatkan uang dari
adikku tidak hanya ayah, tapi tanteku saudara dari ibu
juga ikut bergantung pada adikku.
36
memiliki ikatan darah dengan kami, tidak akan tega
kami untuk menolaknya. Tidak hanya ayah, sekarang
tante pun ikut ikutan berusaha menghabiskan uang hasil
jerih payah kami. Kami hanya bisa pasrah dan ikhlas
dengan semua ini.
37
"Apa itu dek?" Balasku tidak sabar.
38
sebuah mobil dengan berdalih agar kami lebih mudah
untuk kemana-mana. Sedangkan menurut kami, kami
belum membutuhkan itu.
39
Bisnis polaroid kami berjalan dengan baik,
promosi untuk jasa kami juga tetap dijalankan. Selain,
aku berfokus pada bisnis aku juga tetap mementingkan
pendidikan. Aku punya mimpi untuk dapat melanjutkan
ke jenjang kuliah di perguruan tinggi ternama di kota
istimewa Yogyakarta. Itu yang mengharuskanku untuk
membagi badan untuk belajar lebih keras lagi agar
namaku dapat termasuk dari deretan siswa yang masuk
list siswa yang lulus SNMPTN. Harapan ini menjadi
harapan terbesarku di tahun ini.
41
"Ananta Fatih Gibran, hemm kayaknya aku tahu,
dia anak basket kan?" Tanya Dina kubalas dengan
anggukan, sepertinya Dina mengetahui tentang dia.
42
"Maaf, kamu tahu yang mana orang yang
bernama Ananta Fatih Gibran?" Tanyaku pada salah
satu anak kelas IPS 2 yang mau keluar.
43
acara gugup segala," marahku dalam hati pada diri
sendiri.
44
Kesedihan berbuah kebahagiaan
Kejadian tentang sang pemesan polaroid yang
bernama Ananta Fatih Gibran sudah berlalu hingga
sudah 6 bulan sejak DM itu masuk di akun Instagram ku.
Aku sekarang sudah duduk di bangku kelas 12.
Tingkatan terakhir ku di SMA ini, nilai semester ini
adalah nilai terakhir yang menjadi pertimbanganku
untuk mendapatkan kursi sebagai lolos SNMPTN. Oleh
sebab itu aku belajar keras untuk mendapatkan nilai
terbaikku.
45
"Jangan lupa berdoa juga ya kak, ibu yakin kakak
pasti lolos di perguruan tinggi yang kakak impikan,"
ucap ibu, aku berharap harapan ibu ini menjadi doa
mustajab untukku.
46
"Jangan bikin gosip deh, buat apa juga mikirin
kulkas, lebih baik belajar pastinya lebih bermanfaat
untuk masa depan," balasku kepada Dina.
"Ibu tahu tidak, aku punya kabar baik ini Bu," seru
ku pada ibu dengan nada sangat bahagia.
52
bisa pulang ke rumah Minggu depan. Bagaimana nak,
ibu harap kamu bisa oulang ya nak." Ucap ibu, jujur saja
ini terlihat sangat mendadak.
"Baik ibu, tapi aku tidak bisa janji ya Bu, tapi akan
ku usahakan Bu," ucapku dengan jujur.
SELESAI
54
BIODATA PENULIS
55
sebuah karya tulis berupa novel yang berjudul
"Kehidupanku".
IG: @anissacs_
Email: annisasblaa@gmail.com
56
57