Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

1. Jepang dan Perang Asia Timur Raya


Sekitar tahun 1930-an, menjelangnya pecahnya perang dunia ke 2, Jepang merupakan
negara Asia yang sudah termasuk maju. Namun secara alamiah, Jepang ini memikul kendala
yang sangat besar ialah tidak memiliki SDA yang diperlukan terutama sumber daya alam
mineral termasuk minyak bumi sebagai bahan vital dan strategis dalam era industri.
Disamping itu, lahan pertaniannya sangat sempit sehingga kebutuhan akan bahan pangan
demi rakyatnya dirasakan sebagai tekanan ekonomi yang berat.

Pada saat itu, Jepang melihat posisi negara-negara Asia lainnya terutama Asia Tenggara
yang kaya akan SDA, sebagai negara terjajah oleh negara negara barat yang mengeksploitir
kekayaan alamnya. Pada saat itu Inggris menguasai Burma, Malaya dan Kaliamantan Utara,
Belanda menguasai seluruh daerah Hindia Belanda, Amerika menguasai Filipina dan
Perancis menguasai Vietnam, Laos dan Kamboja. Melihat hal ini, Jepang berbulat tekad
untuk melakukan ekspansi guna menguasai daerah-daerah yang kaya akan SDA.

Kemenangan Jerman di Eropa pada awal perang dunia ke-2 mendorong Jepang untuk
melakukan invansinya ke selatan menduduki negara-negara Asia Tenggara untuk menguasai
SDA yang berlimpah dengan fokus pada minyak bumi di Hindia Belanda yang terdapat di
Sumatra, Borneo dan Jawa. Maka berkobarlah apa yang dinamakan oleh Jepang sebagai
Perang Asia Timur Raya dengan dalih membebaskan bangsa Asia dari penjajahan dan
pemerasan oleh negara Barat dengan motto Asia untuk bangsa Asia “ di bawah pimpinan
saudara tua Dai Nippon”. Demikian pula diberiakan doktrin kepada angkatan perangnya
bahwa Balatentara Jepang mengemban tugas suci bagi negaranya yaitu melaksanakan
perintah Kaisar Tenno Heika, untuk membebaskan bangsa-bangsa yang tertindas serta
mengembangkan Lingkungan Kemakmuran bersama Asia Timur Raya.

Jepang menyadari bahwa invansi ke Selatan merupakan perang besar menghadapi negara-
negara kuatseperti Amerika, Inggris, dan Perancis. Untuk itu, Jepang mengembangkan
“Grand Strategy” yang sangat handal, ialah bahwa kekuatan Amerika di Pearl Harbour
Hawaii harus dilumpuhkan terlebih dahulu.

1|Page
BAB 2

1. Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia

Invasi Jepang dimulai dengan melumpuhkan armada pasific dari Angkatan Laut Amerika
di Pearl Harbour Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941 yang juga menandai pecahnya
perang dunia ke-2 di Asia. Panglima Angkatan Laut Jepang mengerahkan seluruh kekuatan
armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6
kapal induk (pengangkut pesawa tempur), 10 kapal perang, 1 kapal penjelajah barat, 20 kapal
penjelajah selam, 112 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur. Dengan
lumpuhnya armada Pasific Amerika ini, Jepang berharap agar serbuannya ke Asia Tenggara
dapat berjalan mulus tanpa gangguan dari angkatan perang Amerika. Hal ini dimaksudkan
untuk menghancurkan( paling tidak sebagian) kekuatan Amerika.

Dengan cara ini, Jepang merasa tidak tergantung dalam hal apapun kepada pihak lain.
Philipina pada bulan Januari 1942 diduduki oleh Jepang, segera disusul disusul Singapura
pada bulan Februari 1942, dan selanjutnya Indonesia pada bulan Maret 1942. Jepang berhasil
mendaratkan pasukannya di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Kekuatan Jepang di Jawa
menunjukkan jumlah yang lebih besar daripada jumlah kekuatan pihak Serikat sehingga
memaksa Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942.
Sejak saat itu berakhir pulalah pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia dan resmi
ditegakkan kekuatan Kemaharajaan Jepang.

2. Pendudukan Jepang di Indonesia

Awal kedatangan Jepang di Indonesia secara umum diterima dan ditanggapi dengan baik
oleh masyarakat dan para tokoh nasional kita. Alasannya antara lain karena Jepang berjanji,
jika perang pasifik dimenangkan, bangsa Asia akan mendapatkan kemerdekaan dan juga,
Jepang bersikap simpatik terhadap aktivitas pergerakan nasional. Kebijaksanaan Jepang
terhadap rakyat Indonesia mempunyai dua prioritas yaitu menghapuskan pengaruh-pengaruh
Barat di kalangan rakyat Indonesia dan memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan
Jepang dalam perang Asia Timur Raya.

Seperti halnya Belanda, Jepang bermaksud menguasai Indonesia untuk kepentingan


mereka sendiri. Untuk itu, kampanye propaganda yang intensif dimulai untuk meyakinkan
rakyat Indonesia bahwa mereka dan bangsa Jepang adalah saudara seperjuangan dalam
perang melawan bangsa Barat. Tetapi upaya propaganda itu sering mengalami kegagalan
karena danya kenyataan-kenyataan pendudukan Jepang antara lain kekacauan ekonomi, kerja
paksa dan penyerahan wajib beras, kesombongan dan kekejaman orang-orang Jepang pada
umumnya, pemukulan, pemerkosaan serta kewajiban memberi hormat kepada setiap orang
jepang.

2|Page
Dalam menjalankan kebijakan pemerintahannya, pemerintahan Jepang berpegang pada
tiga prinsip utama. Pertama mengusahakan agar mendapat dukungan rakyat untuk
memenangkan perang dan mempertahankan ketertiban umum. Kedua memanfaatkan
sebanyak mungkin struktur pemerintahan yang telah ada. Ketiga meletakkan dasar supaya
wilayah yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri bagi wilayah selatan

Pada awal pendudukannya, pemerintah Jepang mengambil dua langkah penting. Pertama,
menstabilkan kondisi ekonomi, yang terlihat dari upayanya untuk menguasai inflasi ekonomi,
menetapkan patokan harga bagi sebagian besar barang dan menangani secara keras
penimbuanan barang. Kedua, Jepang mengeluarkan aturan produk hukum baru yang
disesuaikan dengan kepentingan pendudukan Jepang di Indonesia. Akibat terputusnya
hubungan komunikasi antara pemerintah di Jepang dengan daerah-daerah di wilayah Selatan,
setiap wilayah harus memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Implikasinya adalah bahwa
sejak saat itu diberlakukanlah pungutan padi secara wajib yang dibebankan kepada petani di
daerah Jawa. Kebijakan itulah yang membuat perubahan-perubahan mendasar pada pola
hidup masyarakat petani Jawa pada masa pendudukan Jepang.

Untuk memenuhi kepentingan perang, pemerintah pendudukan Jepang bahkan


mengupayakan pengerahan tenaga kerja untuk menangani proyek-proyek pertahanan. Tenaga
kerja itulah yang sering disebut Romusha, yakni tenaga kerja sukarela atas tekanan
pemerintahan Jepang untuk menangani pekerjaan pekerjaan kasar bagi kepentingan perang
Jepang. Perlakuan kasar dan tidak manusiawi seperti kurangnya makan, tidak adanya jaminan
kesehatan, sangat beratnya pekerjaan dan perlakuan semena-mena dari bala tentara Jepang
telah berakibat pada penderitaan rakyat yang berkepanjangan, ketakutan sosial, kegelisahan
serta munculnya perasaan tidak aman.

Di daerah luar Jawa ada beberapa perlawanan dari kelompok yang tidak ada kaitannya
dengan kaum politisi perkotaan dari masa sebelum perang. Suatu pemberontakan petani
terhadap pihak Jepang di Aceh dipimpin oleh seorang ulama muda pada November 1942,
tetapi dapat ditumpas dengan korban seratus orang Aceh lrbih dan delapan belas orang
Jepang. Di Kalimantan Barat dan Selatan pihak Jepang mencurigai adanya komplotan-
komplotan yang melawan mereka di kalangan orang-orang Cina, para pejabat dan bahkan
para sultan. Semua komplotan semacam itu dihancurkan melalui penangkapan-penangkapan
di Kalimantan Selatan pada Juli 1943 dan di Kalimantan Barat antara September 1943 dan
awal tahun 1944. Akan tetapi, tak satupun dari bentuk-bentuk perlawanan rakyat yang
mengancam kekuasaan Jepang. Di Jawa tak ada satu pun perlawanan rakyat yang serius
sampai tahun 1944.

Pada awal tahun 1943 pihak Jepang mulai mengerahkan usaha-usaha hanya pada
mobilisasi. Gerakan-gerakan pemuda yang baru diberi prioritas tinggi dan ditempatkan di
bawah pengawasan ketat pihak Jepang. Pada bulan Agustus 9142 sekolah-sekolah latihan
bagi para pejabat dan guru sudah dibuka di Jakarta dan Singapura, tetapi kini organisasi-
organisasi pemuda berkembang secara jauh lebih luas. Suatu Korps Pemuda yang bersifat
semi militer (Seinendan) di bentuk pada bulan April 1943 untuk para pemuda yang berusia
antara empat belas dan dua puluh lima tahun. Untuk para pemuda berusia dua puluh lima

3|Page
sampai tiga uluh liam tahun dibentuklah suatu Korps Kewaspadaan (Keibondan) sebagai
organisasi polisi, kebakaran dan serangan udara pembantu. Pada pertengahan tahun 1943
dibentuklah Heiho (Pasukan Pembantu) sebagai bagian dari angkatan darat dan angkatan laut
Jepang. Sekitar 25.000 pemuda Indonesia berada dalam Heiho, di mana mereka mendapat
latian dasar yang sama dengan para serdadu Jepang. Tujuan utama pemerintahan Jepang
melakukan mobilisasi massa pemuda dan rakyat dalam program latihan semi militer
sebenarnya adalah sebagai tenaga cadangan bagi kepentingan militer Jepang.

4|Page
BAB 3

1. Strategi Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Pada akhir bulan Maret 1942 pihak Jepang di Jawa sudah mendirikan sebuah Kantor
Urusan Agama (Shumubu). Pada bulan April 1942 usaha pertama untuk gerakan rakyat yaitu
“Gerakan 3A” dimulai di Jawa yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin. Nama ini berasal dari
slogan bahwa Jepang adalah pemimpin Asia, pelindung Asia dan cahaya Asia. Secara umum,
gerakan 3A ini tidak berhasil mencapai tujuannya dan dinilai kurang berguna. Pada bulan
Maret gerakan 3A dihapuskan dan diganti dengan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Badan itu
berada dalam pengawasan ketat pihak Jepang, tetapi ketuanya diangkat dari orang-orang
terkemuka Indonesia yaitu Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan KH Mas Mansur.
Dalam beberapa kesempatan, tokoh-tokoh itu dapat memanfaatkan tugas-tugas mereka ketika
keliling untuk menanamkan semangat nasionalisme kepada pemuda dan orang Indonesia.
Namun, gerakan itu mendapat sedikit dukungan dari rakyat karena Jepang tidak bersedia
memberikan kebebasan kepada kekuatan-kekuatan rakyat yang potensial dan membatasi
ruang gerak para tokoh utamanya.

Pada bulan Oktober 1943 pihak Jepang membentuk oraganisasi pemuda yang paling
berrati yaitu PETA (Pembela Tanah Air). Organisasi ini merupakan suatu tentara sukarela
Indonesia yang pada akhir pernah beranggotakan 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000
orang di Sumatera. Organisasi itu merupakan suatu tentara sukarela Indonesia. Tidak seperti
Heiho, Peta tidak secara resmi menjadi bagian dari bala tentara Jepang, tetapi dimaksudkan
sebagai pasukan gerilya pembantu guna melawan pihak sekutu. Di kota-kota Besar seperti
Jakarta dan Bandung, para pemuda yang berpendiidkan mulai menggalang jaringan-jaringan
bawah tanah yang dalam banyak hal ada di bawah pengaruh Syahrir. Mereka tahu bahwa
posisi Jepang di dalam perang mulai memburuk dan mereka mulai menyusun rencana-
rencana untuk merebut kemerdekaan nasional dari kekalahan yang mengancam Jepang.

Januari 1944, Putera digantikan dengan Persatuan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai).
Didirikan bagi setiap orang yang berusia lebih dari empat belas tahun. Gunseikanlah yang
menjadi ketua persatuan tersebut, sementara Soekarno dan Hasjim Ashari dijadikan
penasehat utamanya dan pengelolaanya diserahkan kepada Hatta dan Mansur. Pihak Jepang
tentu bermaksud memanfaatkan para pemimpin Indonesia untuk memajukan tujuan mereka
sendiri, tetapi para pemimpin Indonesia tersebut kini mengambil keuntungan dari orang-
orang Jepang. Soekarno sangat berhasil memanfaatkan propaganda Jawa Hokokai itu untuk
memperkokoh posisinya sebagai pemimpin utama kekuatan rakyat. Jawa Hokokai menjadi
lebih efektif karena memilki alat organisatoris yang menembus sampai ke desa-desa.

Pada bulan Februari 1944 pasukan-pasukan Amerika berhsil mengusir pihak Jepang dari
Kwayelin di Kepulauan Marshall dan serangan pengeboman B-29 terhadap Jepang dimulai
pada bulan Juni. Pada bulan yang sama pihak Jepang menederita karena suatu kekalahan
angkatan laut yang melumpuhkan dalam pertempuran Laut Filiphina. Pada bulan Juli, pihak

5|Page
Jepang kehilangan pangkalan laut mereka di Saipan (kepulauan Mariana), yang menyebabkan
krisis kabinet di Jepang.

Tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso Kuniaki menjanjikan kemerdekaan


bagi ‘Hindia Timur’ (To-Indo, istilah bahasa Jepang yang terus dipakai secara resmi sampai
bulan April 1954). Akan tetapi, tidak menentukan kapan tanggal kemerdekaaan itu. Hal ini
bertujuan agar bangsa Indonesia mendukung Jepang sebagai ungkapan terima kasih. Bendera
Indonesia boleh dikibarkan lagi di kantor-kantor Jawa Hokokai.

Sementara itu pihak angkatan laut masih tetap menentang setiap usaha untuk memajukan
nasionalisme di wilayah kekuasaanya. Seorang perwira angkatan laut yang laur biasa yang
ditempatkan di Jawa kini melakukan peranan aktif. Laksamana Madya Maeda Tadashi
bertugas menangani kantor penghubung angkatan darat-angkatan laut di Jakarta.. Dia
mempunyai pandangan-pandangan maju mengenai nasionalisme Indonesia. Dia mulai
mengguanakan dana angkatan laut untuk membiayai perjalanan pidato Soekarno-Hatta. Kini
dibentuklah kelompok-kelompok baru yaitu Barisan Pelopor dan Barisan Hisbullah. Pada
mulanya Barisan Pelopor akan diguanakan untuk menyiarkan propaganda, tetapi pada bulan
Mei 1945 organisasi ini mulai mengadakan latian gerilya.

Barisan Hisbullah (Pasukan Tuhan) memulai latiannya pada bulan Februari 1945 dan
konon mempunyai anggota 50.000 orang anggota pada akhir perang. Sejak saat itu pula
makin banyak orang Indonesia yang diangkat menjadi pejabat pemerintahan. Sejak bulan
November 1944 orang-orang Indonesia mulai diangkat menjadi wakil residen. Pihak Jepang
akhirnya harus memberikan isi pada janji kemerdekaan mereka karena runtuhnya posisi
militer mereka dalam perang melawan sekutu. Meraka mengakui perlunya memperoleh jasa
baik dari pihak Indonesia, karena bagaimana pun mereka tidak mempunyai harapan lagi
untuk tetap mempertahankan kekuasaanya. Sementara itu, upaya menegakkan jasa baik itu
mengalami berbagai kesulitan.

Pada Februari 1945 Peta di Blitar menyerang gudang persenjataan Jepang dan membunuh
beberapa serdadu Jepang. Perasaan takut itu menjadi semakin kuat karena pada bulan Maret
1945 angkatan bersenjata serupa di Birma berbalik arah melawan mereka. Menyadari itu,
Jepang memutuskan mulai menghapuskan kekangan-kekangan yang masih ada terhadap
kekuatan rakyat Indonesia. Pada bulan Maret 1945 pihak Jepang mengumumkan pembentuk
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian
mengadakan pertemuan pada akhir Mei di bangunan lama Volksraad di Jakarta. Diketuai oleh
Radjiman Widyodiningrat.

Pihak Jepang tentu saja memutuskan bahwa bilamana kemerdekaan terwujud hendaknya
kemerdekaan itu berada di tangan para pemimpin dari generasi tua yang mereka pandang
lebih mudah untuk bekerja sama daripada generasi muda yang tidak dapat diramalkan. Badan
itu mengakhiri tugasnya setelah berhasil menyusun rancangan Undang-Undang Dasar untuk
Indonesia merdeka.

6|Page
2. Kebijakan Kebijakan Pemerintah pendudukan Jepang

2.1 Kebijakan Pemerintah pendudukan Jepang di Bidang politik

Jepang membagi wilayah indonesia menjadi tiga wilayah pemerintahan militer, yaitu :

 Wilayah jawa dan madura pusatnya di jakarta di bawah pemertintahan pendudukan


tentara ke 16 Angkatan Darat Jepang (Gunseibu) dipimpin oleh jenderal Hitoshi
Imamura
 Wilayah sumatera dengan pusatnya di bukkittinggi di bawah pemerintahan
pendudukan tentara ke 25 Angkatan darat Jepang (Rikuyun) dipimpin oleh jenderal
tenebe
 Wilayah kalimantan dan indonesia timur dengan pusatnya diujung pandang di bawah
pemerintahan pendudukan armada selatan ke 2 Angkatan laut Jepang (Minseifu)
dipimpin oleh laksamana tadashi maeda.

Selanjutnya, Jawa dibagi menjadi 17 karesidenan (Syu) dan perintah oleh seorang residen
(Syucokan). Keresidenan terdiri dari kotapraja (Syi), kabupaten (Ken), kawedanan atau distrik
(Gun), kecamatan (Son), dan desa (Ku).

a. Kebijakan politik pemerintah Jepang pada masa awal pendudukan

Jepang membubarkan segala organisasi pergerakan nasional bentukan Belanda dan semua
rapat-rapat politik dilarang pemerintah Jepang. Pada tanggal 20 Maret 1942 dikeluakan
peraturan yang membubarkan semua organisasi. Pada tanggal 8 september 1942 dikeluarkan
UU No. 2 untuk mengendalikan seluruh orrganisasi nasional. Selanjutnya, dibentuk
organisasi-organisasi oleh pemerintah Jepang, antara lain :

- Gerakan 3 A
- Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)
Dipimpin 4 serangkai, dibentuk pada bulan Maret 1943.
- Himpunan kebaktian Jawa (Jawa Hokokai)
Tanggal 1 januari 1944 Putera berubah nama menjadi Jawa Hokokai.
- Badan pertimbangan pusat (Chou Sangi In)
Dibentuk 1 Agustus 1943 dan beranggotakan 43 orang, degan Ir. Soekarno sebagai
ketua.

7|Page
- MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia)
MIAI bubar dan diganti menjadi Majelis Syuro Indonesia (Masyumi) yang di sahkan
pada tanggal 22 november 1943 dengan K.H Hasyim Asyari sebagai ketuanya.

b. Kebijakan politik pemerinah Jepang pada masa akhir pendudukan

Sampai pertengahan tahun 1944 kedudukan Jepang dalam perang pasifik makin terdesak,
demi menggalang dukungan rakyat maka Jepang memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Kepuusan tersebut diambil dalam sidang istimewa
parlemen Jepang (Tei koku gikai) ke-85 yang diadakan di tokyo pada tanggal 7 september
1944. Keputusan tersebut selanjutnya disampaikan kepada pihak indonesia dengan sebutan
Janji Koiso. Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan janji-janji kemerdekaan baru terlihat
pada bulan maret 1945 dengan dibentuknya Dokuritsu Zyunbi Coosakai atau yang lebih
dikenal dengan BPUPKI.

- Pembentukan badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia


(BPUPKI)
- Pembentukan panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI)

2.2 Kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di bidang ekonomi

a. Eksplotasi Ekonomi

Dalam rangka menguasai sumber-sumber ekonomi Indonesia, Jepang menyusun beberapa


rencana, antara lain:

- Tahap penguasaan, yaitu menguasai seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik
pemerintah Hindia Belanda.
- Tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perang. Dalam tahap ini direncanakan setiap wilayah harus dapat
mencukupi kebutuhannya sendiri untuk menunjang kebutuhan perang.
- Jepang hanya mengizinkan penanaman dua jenis tenaman perkebunan, yaitu karet dan
kina karena berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau,
teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan dengan
kenikmatan. Padahal, ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia.

8|Page
b. Pengerahan tenaga kerja

Untuk mengerahkan tenaga kerja di desa-desa dibentuk panitia pengerahan tenaga kerja
yg disebut Rumokyokai. Pengerahan tenaga kerja paksa yang dilakuakan pada masa
pendudukan Jepang adalah Romusha. Kurang lebih 70.000 orang Romusha dari Indonesia
meninggal dalam kondisi menyedihkan dari kurang lebih 300.000 tenaga Romusha yang
dikirim ke Burma, Muangthai, Vietnam, Malaya dan Serawak.

Pemerintah Jepang juga merrekrut para wanita dari berbagai negara Asia seperti
Indonesia, Korea, Cina untuk dipekerjakan sebagai wanita penghibur tentara Jepang atau
Jugun Ianfu. Diperkirakan selama perang pasifik, Jepang telah memaksa 200.000 wanita Asia
untuk dijadikan Jugun Ianfu.

2.3 Kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di bidang militer


- Seinendan (barisan pemuda)
- Keibodan (barisan pembantu kepolisian)
- Fujinkai (barisan wanita)
- Suishintai (barisan pelopor)
- Hizbullah
- Heiho
- PETA (Pembela Tanah Air)

2.4 Kebijakan pemerintah di bidang Sosial-Budaya


a. Bidang pendidikan

Menghilangkan diskriminasi pendidikan. Selain itu, Jepang juga menerapkan sistem


pendidikan SD (Gokumin Gakko) 6 tahun, SMP (Shoto Chu Gakko) 3 tahun dan SMA (Chu
Gakko) 3 tahun.

b. Bidang Bahasa dan Sastra

9|Page
Pada zaman pendudukan Jepang, bahasa Belanda dilarang digunakan oleh pemerintah
Jepang secara ketat. Bahasa Jepang diajarkan disekolah-sekolah, kantor-kanor dan kursus
bahasa Jepang di berbagai kota di Indonesia. Di bidang pers, pemerintah menerbitkan surat
kabar Kana Jawa Shimbun yang memakai bahasa Jepang dengan memakai huruf katakana.
Oleh karena bahasa Jepang belum dikuasai oleh rakyat maka digunakanlah bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi dan bahasa pendidikan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
diberikan kepada murid kelas 1 dan 2 hingga murid memahami bahasa Indonesia. Pada kelas
3 sekolah dasar, pendidikan bahasa Indonesia mulai diajarkan secara intensif.

Bahasa Indonesia menjadi semakin berkembang dan banyak dipakai oleh masyarakat.
Perkembangan pesat tersebut dijadikan alasan oleh beberapa tokoh untuk mendirikan Komisi
Bahasa Indonesia. Tugas komisi ini adalah menentukan pembentukan istilah, menyusun tata
bahasa Indonesia dan kosakata bahasa Indonesia. Pada akhir masa pendudukan Jepang
Komisi Bahasa Indonesia telah membakukan 7.000 istilah bahasa Indonesia.

c. Bidang Sosial

Salah satu kebiasaan yang wajib dilakukan rakyat Indonesia adalah Seikerei yaitu
penghormatan pada Tenno Heika (kaisar Jepang) yang diyakini sebagai keturunan dewa
matahari (Amaterasu Omikami), dengan cara membungkukan badan menghadap Tenno ke
arah matahari terbit. Biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang
kimigayo. Namun kebiasaan tersebut mendapat banyak pertentangan dari para ulama
sehingga menimbulkan perlawanan fisik dari para ulama.

Salah satu dampak kebijakan pemerintah Jepang dibidang budaya berkembangnya tradisi
kerja bakti secara massal yang disebut kinrohosi, rakyat dikerahkan untuk bergotong royong
membershikan sekolah, saluran irigasi, memperbaiki rumah penduduk yang rusak dan
membantu penduduk yang terkena bencana alam.

10 | P a g e
BAB 4

1. Menjelang Proklamasi Indonesia

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom pertama dijatuhkan di Hirosima yang
menewaskan banyak orang dan menimbulkan berbagai kerugian. Hari berikutnya tanggal 7
Agustus 1945 keanggotaan sebuah panitian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) diumumkan di Jakarta.Uni Soviet mengumumkan perang terhadap Jepang pada
tanggal Agustus 1945. Pada tanggal 9 Agustus 1945 Nagasaki di bom oleh sekutu.
Bersamaan dengan itu, tiga tokoh yaitu Soekarno, Muhammad Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat diundang ke Dalat-Saigon untuk menemui panglima Tertinggi Wilayah
Selatan Jendral Terauchi. Kepada mereka Terauchi menjanjikn kemerdekaan bagi seluruh
bekas wilayah Hindia Belanda. Soekarno ditunjuk sebagai ketua PPKI dan Hatta sebagai
wakilnya. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Soekarno, Muhammad Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat tiba kembali di tanah air.

Kekuasaan Jepang akhirnya tidak dapat dipertahankan lagi dan menyerah kepada sekutu
pada tanggal 15 Agustus 1945. Karena pihak sekutu tidak menaklukakn kembali Indonesia,
maka terjadi suatu kekososngan politik : pihak Jepang masih tetap berkuasa namun telah
menyerah dan tidak tampak kehadiran pasuka Sekutu yang akan menggantikan mereka.
Menghadapi kekalahan Jepang itu, mulanya muncul dua pendapat yaitu secepatnya
memproklamasikan kemerdekaaan Indonesia atau melakukan pertemuan melalui PPKI lebih
dulu untuk membahas masalah kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 1 Agustus pagi Hatta
dan Soekarno tidak dapat ditemukan di Jakarta. Pada malam harinya mereka telah dibawa ke
Rengasdengklok. Dan setelah melalui proses desakan dan pertemuan antara generasi muda
dan generasi tua, akhirnya Soekarno-Hatta atas nama bangsa indonesia memproklamasikan
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

11 | P a g e
Daftar Pustaka
Sejarah Indonesia Moderen, penulis : M.C Ricklefts

Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa : Letjen (purn) Tuk Setyohadi

Dinamika pergerakan Kebangsaan Indonesia : Drs. Cahyo Budi Utomo, Mpd

Pemberontakan Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang : Akira Nagazumi

12 | P a g e
Lampiran

Pemboman Pearl Harbour oleh tentara Jepang pada Perang Dunia


Ke II

Empat serangkai

Jugun Ianfu
13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai