Anda di halaman 1dari 41

RANGKUMAN SEJARAH

INDONESIA

NAMA :Muhammad Faturrahman Aria Bisma

KELAS :XI MIA 3


BAB 4 : Kedudukan Jepang di Indonesia

A.Moderninsasi dan perkembangan Imperialisme

Jepang
Perkembangan politik isolasi yang dijalankan oleh Jepang pada
akhirnya harus bergeser menjadi politik terbuka. Masuknya kapal-kapal
Amerika Serikat ke Jepang pada tahun 1854 di bawah Komodor Matthew
Perry memposisikan Jepang untuk menandatangi Perjanjian Shimoda yang
secara garis besar menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan Jepang
dinyatakan terbuka untuk perdagangan internasional. Perjanjian ini menjadi
titik awal mula terjalinnya interaksi Jepang dengan negara lain dalam
kepentingan perdagangan internasional. Jepang mulai dapat melihat
kemajuan yang dicapai oleh negara lain terutama bangsa Barat dan Amerika.
Di bawah pemerintahan Kaisar Matsuhito yang kemudian dikenal dengan
sebutan Tenno Meiji, Jepang mulai mengadakan pembaharuan-pembaharuan
yang terkenal dengan Restorasi Meiji.
Kebijakan-kebijakan yang diambil Tenno Meiji adalah kebijakan yang
memungkinkan Jepang tumbuh menjadi negara modern sejajar dengan
negara Barat. Pembaharuan yang dilakukan meliputi bidang-bidang di bawah
ini:
1. Bidang Militer
Pembaruan atau modernisasi di bidang militer Jepang dengan melakukan
beberapa bentuk perubahan, yaitu:
a. Jepang mengubah kebijakan negara menjadi negara yang berbasis militer
dengan memberlakukan wajib militer bagi semua warga negara untuk
membentuk tentara nasional Jepang.
b. Penambahan peralatan dan perlengkapan militer yang canggih dari
negara-negara Barat.
c. Mengirimkan tentara-tentaranya ke negara Barat untuk belajar dan
mengasah kemampuan sebagai tentara yang profesional.
d. Mendatangkan militer dari Barat dan belajar tentang strategi militer
utamanya dari Inggris untuk angkatan laut dan Jerman untuk pendidikan
angkatan darat dan udara.
Dalam jangka pendek Jepang mampu memiliki tentara yang sangat
professional dengan peralatan dan perlengkapan militer yang modern dan

didukung oleh ahli-ahli militer yang berpendidikan serta semangat bela


negara yang luar biasa.
2. Bidang Pendidikan
Pembaharuan dan kebijakan dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh
Jepang di antaranya:
a. Menerapkan wajib belajar kepada anak-anak.
b. Menanamkan semangat cinta negara, semangat pantang menyerah dan
berani mati serta kesetiaan tertinggi kepada Kaisar.
c. Membentuk Departemen Pengajaran.
3. Bidang Perdagangan
Dalam bidang ini bangsa Jepang melakukan modernisasi dengan
membangun pelabuhan serta kelengkapannya juga mendirikan bank yang
memberikan kemudahan finansial untuk mendukung sektor perdagangan.
4. Bidang lndustri
Jepang mengembangkan sektor industri dengan mendirikan banyak pabrikpabrik modern, baik untuk kepentingan perdagangan internasional ataupun
pabrik-pabrik untuk kepentingan militer, seperti pabrik senjata dan peralatan
perang.
Dampak dari kebijakan modernisasi ini adalah Jepang mampu menyejajarkan
diri dengan negara-negara Eropa dan Amerika dalam waktu yang relatif
singkat. Perkembangan ini tidak selamanya menimbulkan dampak positif.
Dampak negatif dari kemajuan Jepang adalah keinginan untuk tampil
menjadi negara imperialis sebagai tuntutan dari perkembangan industri,
keahlian militer, dan kemajuan di bidang perdagangan internasional.
Perkembangan industri Jepang mengharuskan Jepang mencari sumber bahan
mentah industri, mencari daerah pasaran hasil industri serta memindahkan
penduduk yang merupakan akibat adanya ledakan penduduk Jepang pada
pertenggahan tahun 1900-an. Keadaan ini semakin didukung oleh kuatnya
militer Jepang sehingga dengan sangat mudah Jepang mulai mengadakan
ekspansi daerah ke Asia.
Mengawali politik imperialismenya Jepang mulai menguasai China,
Taiwan Korea, dan Manchuria. Dalam serangan militer ke Manchuria ini
Jepang harus berhadapan dengan Rusia yang telah lebih dulu menguasai
daerah tersebut. Pada tahun 1905 Jepang mampu mengalahkan Rusia dan
menjadi titik awal keberhasilan Jepang dalam politik imperialisme bersaing
dengan negara Barat. Di sisi lain kemenangan Jepang atas Rusia membuka
mata bangsa-bangsa lain bahwa tidak selamanya bangsa Barat merupakan
bangsa yang superior. Kenyataan ini memberi sumbangan dan latar belakang
munculnya gerakan nasionalisme Asia-Afrika pada masa yang akan datang.
Tekad Jepang untuk menguasai daerah Asia Tenggara dibuktikan
dengan serangan yang sangat mendadak terhadap pangkalan militer

Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941.


Karena bersifat mendadak serangan tersebut menimbulkan kerugian yang
sangat besar bagi Amerika Serikat. Selanjutnya, Amerika Serikat pun
akhirnya menyatakan perang terhadap Jepang pada tanggal 8 Desember
1941.

Pada saat terlibat dalam Perang Dunia II Jepang mampu memobilisasi


kekuatan Asia yang disebut sebagai Perang Asia Timur Raya yaitu Perang
melawan bangsa Barat. Perang Asia Timur Raya ini dipropagandakan sebagai
perang melawan bangsa Barat di bawah pimpinan Jepang sebagai pemimpin
Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya Asia. Dengan propaganda ini Jepang
mampu menguasai daerah Asia dalam waktu singkat dan membuat negaranegara Eropa dan Amerika yang memiliki negara jajahan di Asia cukup
kewalahan.
Negara-negara Eropa dan Amerika yang mulai merasa khawatir
dengan perkembangan imperialisme Jepang di Asia menggabungkan diri dan
membentuk pasukan bersama, yaitu ABDACOM (Amerika, British, Dutch,
Australian Command). Pasukan gabungan ini bertugas untuk menjaga
daerah jajahan mereka yang akan diinvasi oleh Jepang. Namun
kenyataannya laju invasi Jepang tidak dapat dibendung dan dikendalikan
oleh ABDACOM. Dengan ini maka di daerah Asia dimulai babak baru, yaitu
imperialisme Jepang.
Kebijakan Jepang di Asia dijalankan dengan sistem politik militer,
artinya negara jajahan Jepang menjadi sumber penopang kepentingan militer
Jepang, antara lain sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Dalam
bidang ekonomi, Jepang menerapkan sistem politik dumping dan autarki.
Menjual barang ke luar negeri dengan harga lebih rendah daripada harga
barang di dalam negeri dan berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dengan
kekuatan sendiri demi stabilitas pertahanan.

B.Pendudukan Jepang di Indonesia

Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di kota tarakan pada 10


Januari 1942. selanjutnya menduduki Minahasa, Balikpapan (Balikpapan merupakan sumbersumber minyak maka diserang dengan hati-hati agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh
tentara Belanda), ambon, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali antara Januari
sampai februari 1942.
Adapun serangan-serangan pasukan Jepang di Jawa diawali pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang
mendarat di Teluk Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Kemudian tanggal 5 Maret kota Batavia
(Jakarta) jatuh ke tangan tentara Jepang dan dilanjutkan menduduki Buitenzorg (Bogor). Jepang
menyerang di Pulau Jawa karena dipandang sebagai basis kekuatan politik dan militer Belanda.
Serangan-serangan Jepang dalam waktu singkat dapat menjatuhkan negara-negara imperialis
Belanda di Indonesia. Pasukan Belanda terkepung di Cilacap dan Bandung kemudian menyerah
tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang (Jawa Barat) pada tanggal 8 Maret 1942.
Penyerahan ini ditandatangani oleh Panglima Tentara Hindia Belanda Letnan Jenderal Ter
Poorten dan di pihak Jepang diwakili Jenderal Hitosyi Imamura. Peristiwa itu menandai
pendudukan Jepang di Indonesia.
Setelah jatuh ke tangan Jepang. Indonesia berada di bawah pemerintahan militer. Pemerintahan
militer Jepang di Indonesia terbagi dalam tiga daerah pemerintahan seperti berikut:
1. Wilayah Sumatra di bawah pemerintahan Angakatan Darat (Bala Tentara XXV) yang
berpusat di Bukittinggi.
2. Wilayaha Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Angakatan Darat (Bala Tentara XVI)
yang berpusat di Jakarta.
3. Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah pemerintahan Angkatan laut
(Armada Selatan II) yang berpusat di Makassar.

C.Dampak dalam Kehidupan Politik,Ekonomi,Sosial dan Budaya

1. Bidang Politik
Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang
menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya:

mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera


Jepang,

melarang penggunaan bahasa Belanda,

mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan seharihari, dan

mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah semua
kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan.
Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk
kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang
antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan dipimpin oleh Hihosyi Shimizu
(propagandis jepang) dan Mr. Syamsuddin (Indonesia). Gerakan Tiga A terdiri dari
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.
Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna
kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena
dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya
dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini
dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Bagi para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun dan
menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh imperialis Belanda.
Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Putera
lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih
mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha

perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa
Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
c. Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In)
Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan
Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In
dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada
pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan
yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa
Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk
kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai
tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara
lain mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan
menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang.
2. Bidang Ekonomi

Pada awal pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia mengalami kelumpuhan


obyek-obyek vital seperti pertambangan dan industri dibumihanguskan oleh
Sekutu. Untuk menormalisasi keadaan, Jepang banyak melakukan kegiatan
produksi. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
perang. Misalnya dengan membangun pabrik senjata dan mewajibkan rakyat
menanam pohon jarak. Oleh karena itu Jepang menerapkan sistem autarki.
Sistem autarki adalah tiap-tiap daerah diharapkan dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Untuk membangun fasilitas perang, Jepang
memerlukan banyak tenaga kasar. Tenaga kasar yang digunakan untuk kerja
paksa dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat mengenaskan.
Mereka hidup menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang terjadi
kematian. Selain dengan romusha, Jepang juga mengeksploitasi sumber
daya alam terutama batu bara dan minyak bumi.
3. Bidang Sosial

Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi romusha.
Mereka dipaksa bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan. Akibatnya
banyak romusha yang meninggal dan terjangkit wabah penyakit. Bentuk lain
dari romusa adalah kinrohosi, yaitu wajib kerja tanpa upah bagi tokoh
masyarakat, seperti pamong desa dan para pegawai rendah.
4 . Bidang Militer
Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang
melakukan mobilisasi para pemuda untuk dibina dalam latihan militer. Oleh
karena itu Jepang membentuk organisas iorganisasi semimiliter dan
organisasi militer.
1. Pembentukan organisasi semi militer dan militer
Semi militer

Seinendan (Barisan Pemuda)

9 maret 1943

Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

Fujinkai (Barisan Wanita)

Syuisintai (Barisan Pelopor) 14 September 1944 / 25 September 1944

Jibakutai (Barisan berani mati)

Gakukotai (Barisan Pelajar)

Hizbullah (tentara Allah)

29 April 1943
Agustus 1943

15 Desember 1944

militer

Heiho (Barisan Pembantu Prajurit Jepang)

Peta (Pembela tanah air)

April 1943

3 Oktober 1943

D.Perjuangan Meraih Kemerdekaan,pada Masa


Pendudukan Jepang
Pergerakan Nasional pada masa pendudukan Jepang menempuh caracara sebagai berikut.

1. Perjuangan Terbuka Melalui Organisasi Bentukan Jepang


a. Gerakan 3 A
Usaha pertama kali yang dilakukan Jepang untuk memikat dan mencari
dukungan membantu kemenangannya dalam rangka pembentukan negara
Asia Timur Raya adalah Gerakan 3 A yang mempunyai semboyan Nippon
Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia .
Organisasi tersebut dicanangk
Perjuangan Terbuka Melalui Organisasi Bentukan Jepang
a. Gerakan 3 A
Usaha pertama kali yang dilakukan Jepang untuk memikat dan mencari
dukungan membantu kemenangannya dalam rangka pembentukan negara
Asia Timur Raya adalah Gerakan 3 A yang mempunyai semboyan Nippon
Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia .
entuklah barisan pemuda dengan nama Pemuda Asia Raya di bawah
pimpinan Sukarjo Wiryopranoto dengan menerbitkan surat kabar Asia Raya.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Gerakan 3 A dianggap tidak efektif sehingga dibubarkan. Pada bulan Maret
1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang
dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik.
Bagi Indonesia untuk membangun dan menghidupkan kembali aspirasi
bangsa yang tenggelam akibat imperialisme Belanda.
n
an pada bulan April 1942. Gerakan 3 A ini dipimpin oleh Hihosyi Syimizu
(propagandis Jepang) dan Mr. Samsudin (Indonesia). Untuk mendukung
gerakan tersebut dibentuklah barisan pemuda dengan nama Pemuda Asia
Raya di bawah pimpinan Sukarjo Wiryopranoto dengan menerbitkan surat
kabar Asia Raya.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Gerakan 3 A dianggap tidak efektif sehingga dibubarkan. Pada bulan Maret
1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang
dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar

Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya memusatkan segala potensi


masyarakat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik.
Bagi Indonesia untuk membangun dan menghidupkan kembali aspirasi
bangsa yang tenggelam akibat imperialisme Belanda.

Untuk mencapi tujuan tersebut maka


kegiatan yang harus dilakukan meliputi menimbulkan dan memperkuat
kewajiban dan rasa tanggung jawab rakyat dalam menghapus pengaruh
Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat; mengambil bagian dalam usaha
mempertahankan Asia Raya; memperkuat rasa persaudaraan Indonesia
Jepang;mengintensifkan pelajaran bahasa Jepang; memperhatikan tugas
dalam bidang sosial ekonomi.
c. Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In)
Cuo Sangi In adalah suatu badan yang bertugas mengajukan usul kepada
pemerintah serta menjawab pertanyaaan mengenai soal-soal politik, dan
menyarankan tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer Jepang.
Badan ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus 1943 yang beranggotakan 43
orang (semuanya orang Indonesia) dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
d. Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai)
Putera oleh pihak Jepang dianggap lebih bermanfaat bagi Indonesia daripada
untuk Jepang. Akibatnya, pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan
organisasi Jawa Hokokai. Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan
rakyat dan digalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini
memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebal persaudaraan,
dan melaksanakan sesuatu dengan bakti.
Tiga hal inilah yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang.
Dalam kegiatannya, Jawa Hokokai menjadi pelaksana distribusi barang yang
dipergunakan untuk perang, seperti emas, permata, besi, dan alumunium
dan lain-lain yang dianggap penting untuk perang.
e. Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)

Satu-satunya organisasi pergerakan nasional yang masih diperkenankan


berdiri pada masa pendudukan Jepang ialah MIAI. Golongan ini memperoleh
kelonggaran karena dinilai paling anti-Barat sehingga akan mudah dirangkul.
MIAI diakui sebagai organisasi resmi umat Islam dengan syarat harus
mengubah asas dan tujuannya. Kegiatannya terbatas pada pembentukan
baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan peringatan harihari besar
keagamaan.
Dalam asas dan tujuan MIAI yang baru ditambahkan kalimat "turut bekerja
dengan sekuat tenaga dalam pekerjaan membangun masyarakat baru, untuk
mencapai kemakmuran bersama di lingkungan Asia Raya di bawah pimpinan
Dai Nippon". MIAI sebagai organisasi tunggal Islam golongan Islam,
mendapat simpati yang luar biasa dari kalangan umat Islam.
Kegiatan MIAI dirasa sangat membahayakan bagi Jepang sehingga
dibubarkan dan digantikan dengan nama Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) yang disahkan oleh gunseikan pada tanggal 22 Nopember 1943
dengan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya.
2. Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah ialah perjuangan yang dilakukan secara tertutup
atau rahasia. Perjuangan bawah tanah pada umumnya dilakukan oleh para
pemimpin bangsa kita yang bekerja di instansi-instansi pemerintah Jepang.
Jadi, mereka kelihatannya sebagai pegawai, namun dibalik itu mereka
melakukan kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan
rakyat meneruskan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Perjuangan bawah tanah ialah perjuangan terhadap penjajahan Jepang yang
dilakukan secara tertutup atau rahasia.
Perjuangan bawah tanah terdapat di berbagai daerah, seperti Jakarta,
Semarang, Bandung, Surabaya, dan Medan. Di Jakarta ada beberapa
kelompok yang melakukan perjuangan bawah tanah. Kelompok-kelompok
tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Kelompok Sukarni
Pada masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Sendenbu atau Barisan
Propaganda Jepang bersama Moh. Yamin. Gerakan ini dilakukan dengan
menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner, menyebarkan cita-cita
kemerdekaan, dan membungkam kebohongan-kebohongan yang dilakukan
oleh Jepang.Untuk menutupi gerakannya, Kelompok Sukarni mendirikan
asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia.
Di dalam asrama inilah para tokoh pergerakan nasional yang lain, seperti Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subarjo, dan Mr. Sunaryo mendidik

para pemuda yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan masalah


politik.
b. Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo ada masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro
Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Perhubungan Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad
Subarjo berusaha menghimpun tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja
dalam AngkatanLaut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo
inilah maka Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama pemuda dengan
nama Asrama Indonesia Merdeka. Di Asrama Merdeka inilah para pemimpin
bangsa Indonesia memberikan pelajaran-pelajaran yang secara tidak
langsung menanamkan semangat nasionalisme kepada para pemuda
Indonesia.
c. Kelompok Sutan Syahrir
Kelompok Sutan Syahrir berjuang secara diam-diam dengan menghimpun
mantan teman-teman sekolahnya dan rekan seorganisasi pada zaman Hindia
Belanda. Dalam perjuangannya, Syahrir menjalin hubungan dengan
pemimpin-pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang.
Syahrir memberi pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan laut
Jepang (Kaigun) bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad
Subarjo, dan Iwa Kusuma Sumantri.
d. Kelompok Pemuda
Kelompok pemuda ini pada masa pendudukan Jepang mendapat perhatian
khusus sebab akan digunakan untuk menjalankan kepentingan Jepang.
Pemerintahn militer Jepang menanamkan pengaruhnya melalui kursuskursus dan lembaga-lembaga pendidikan, seperti kursus di Asrama Angkatan
Baru Indonesia yang didirikan oleh Angkatan Laut Jepang. Akan tetapi, para
pemuda Indonesia tidak mudah termakan oleh propaganda Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang, di Jakarta ada dua kelompok pemuda yang
aktif berjuang yang terhimpun dalam Ika Gaigakhu (Sekolah Tinggi
Kedokteran) dan Badan Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar Indonesia
(BAPEPPI). Organisasi inilah yang aktif berjuang bersama kelompok yang
lain. Tokoh-tokohnya, antara lain Johan Nur, Eri Sadewa, E.A.Ratulangi, dan
Syarif Thayeb.
3. Perjuangan Bersenjata Melawan Jepang
Para pemimpin pergerakan nasional semakin tidak tahan menyaksikan
penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang memilukan. Oleh karena itu,
sebagian dari mereka mulai bangkit menentang Jepang dengan cara

perlawanan senjata. Perlawanan bersenjata terhadap Jepang terjadi


diberbagai daerah, antara lain sebagai berikut.
a. Di Aceh, perlawanan meletus di daerah Cot Plieng pada bulan November
1942 di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. Perlawanan ini akhirnya dapat
ditumpas oleh tentara Jepang dan Abdul Jalil mati ditembak.
b. Di Jawa Barat, perlawanan meletus pada bulan Februari 1944 yakni di
daerah Sukamanah di bawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Ia tidak tahan
lagi melihat kehidupan rakyat yang sudah semakin melarat dan menderita
akibat beban bermacam-macam setoran dan kerja paksa. Di samping itu,
K.H. Zainal Mustafa juga menolak melakukan seikeirei, hal ini dinilai
bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menghimpun rakyat untuk
melawan Jepang.
Seikeirei, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang yang dianggap sebagai
ketunan Dewa Matahari dengan cara menghadap ke timur laut (Tokyo)
dan membungkukkan badan dalam-dalam.
c. Di Aceh, perlawanan muncul lagi pada bulan Nopember 1944 yang
dilakukan oleh prajurit-prajurit Giyugun di bawah pimpinan Teuku Hamid. Ia
bersama satu peleton anak buahnya melarikan diri ke hutan kemudian
melakukan perlawanan. Untuk menumpas pemberontakan ini, Jepang
melakukan siasat yang licik, yakni menyandera seluruh anggota
keluarganya. Dengan cara ini akhirnya Teuku Hamid menyerah dan
pasukannya bubar.
d. Di Blitar, perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah
pimpinan Supriyadi, seorang Komandan Pleton I Kompi III dari Batalion II
Pasukan Peta di Blitar. Perlawanan di Blitar ini merupakan perlawanan
terbesar pada masa pendudukan Jepang.

E.Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia


Akhir kependudukan Jepang di Indonesia berawal dari dibomnya 2 kota besar
di Jepang, yakni Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945
yang mengakibatkan konsentrasi Jepang terhadap Indonesia goyah dan
Jepang pun mengalihkan perhatiannya ke negaranya sendiri.
Tanggal 11 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat pergi ke Dalat untuk menemui Panglima Tertinggi Terauchi
untuk membicarakan kemerdekaan yang sudah dijanjikan pihak Jepang
kepada Indonesia.

Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu


sehingga di Indonesia terjadi kekosongan pemerintahan. Ini menjadi peluang
emas bagi bangsa untuk merdeka. Namun golongan tua ragu-ragu dalam
mengambil keputusan tentang rencana proklamasi bagi Indonesia karena
mereka ingin menunggu tindakan dari Jepang masalah pelaksanaan
proklamasi. Berbeda dengan golongan tua, golongan muda justru
menginginkan proklamasi harus diselenggerakan secepatnya dan tak usah
menunggu kepastian dari Jepang. Karena perbedaan itulah, golongan muda
membawa golongan tua dengan dalih menghindarkan golongan tua dari
pemberontakan peta dan heiho. Namun kenyataannya tak ada
pemberontakan yang dimaksud. Sebenarnya tujuan mereka adalah
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan Indonesia. Setelah
melalui banyak pertimbangan, akhirnya golongan tua pun dipulangkan dan
menanggapi positif usulan golongan muda. Dan malam itu pula Ir. Soekarno
dan Moh. Hatta dibawa ke rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan
teks Proklamasi. Dan pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 teks
proklamasi dibacakan dan menjadikan Indonesia merdeka.

F.Pengaruh Jepang yang masih terasa hingga kini


1. Bidang sosial budaya
Dalam bidang sosial budaya pengaruh jepang yang terasa hingga kini
tampak dalam struktur masyarrakat, bahasa , kesenian dan pendidikan.
Struktur masyarakat, pada zaman belanda indonesia hanya mengenal desa
selaku unit pemerintahan terkecil, namun sejak pendudukan jepang struktur
lebih kecil tersebut menjadi lebih lanjut ke dalam yng lebih kecil lagi.
Kesenian , jepang mendirikan keimin bunka shidosho pada tanggal 1 april
1943 di jakarta, fungsi lembaga ini mewadahi kreatifitas kebudayaan
indonesia. Pada tanggal 29 agustus 1942 lembaga ini megadakan pameran
karya pelukis lokal indonesia.

2. Bidang militer

Pemerintahan kolonial jepang membantu membangun semangat


nasionalisme di kalangan kaum muda indonesia lewat latihan latihan militer
yang mereka lakukan. Proses pembentukan dan pembangunan semangat
nasionalisme itu dibentuk melalui pembentukan organisasi semi-militer dan
organisasi.

BAB 5 : Proklamasi kemerdekaan dan


Terbentuknya Pemerintahan Indonesia
A.Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia
1. Kekalahan jepang dalam perang asia timur raya (perang
pasifik)
Perang pasifik atau perang asia timur raya antara jepang dan sekutu
berakhir dengan kekalahan jepang. Perjanjian penyerahan jepang kepada
sekutu ditanda tangani secara resmi di atas kapal USS missouri pada 2
september 1945, dengan wakil sekutu jendral douglas mcarthur dan wakil
jepangmenteri luar negeri. Pengeboman atas kota hirosima dan nagasaki
membuat jepang tidak punya pilihan selain menyerah.
2. Perbedaan pendapat tentang proklamasi kemerdekaan dan
peristiwa rengasdengklok
Sekitar setahun sebelum penyerahan jepang tanpa syarat kepada sekutu
tepatnya tanggal 7 agustus 1944, perdana mentri jepang koiso telah
mengumumkan sikap resmi pemerintahan jepang, mengumumkan
dibentuknya sebuah badan atau lembaga untuk mempersiapkan
kemerdekaan yang di sebut BPUPKI ( badan penyelidik usahausahapersiapan kemerdekaan indonesia ) lembaga tersebut disahkan pada

tanggal 29 mei 1945. Kebanyakan anggotanya adalah orang indonesia dan


ketuanya yaitu dr, radjiman widiyodiningrat.
Sehari setelahnya tanggal 10 agustus, sutan sjahrir mendengar dari siaran
radio (bbc) tentang kemungkinan jepang menyerah pada sekutu. Informasi
itu di satu sisi mengembirakan dalam waktu singkat kabar tersebut
menyebar ke kalangan aktifis pergerakan baik golongan tua maupun
golongan muda. Golongan tua yang di wakili soekarno dan moh hatta
menghendaki sikap kooperatif dengan jepang. Dengan kata lain proklamasi
kemerdekaan tidak perlu dilakukan tergesa-gesa, ada dua pertimbanghan
mendasar soekarno :
1. Belum ada kepastian jepang sudah kalah dn menyerah kepada sekutu
2. Jepang sendiri telah berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada
indonesia.
Sementara golongan muda yang diwakili oleh sultan sjahir bersikap
nonkooperatif. Menurut golongan muda proklamasi kemerdekaan harus
dilaksanakan sesuai keinginan rakyat indonesia sendiri, bukan atas usul
ataupun persetujuan jepang. Menurut pendapat golongan muda yaitu
kemerdekaan bangsa indonesia bukan pemberian bangsa jepang melainkan
hasil perjuangan dan pengorbanan rakyat indonesia sendiri.

Pada tanggal 12 agustus ,sekembalinya dari dalat, vietnam ketiga


tokoh mengabarkan bahwa jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada indonesia.
Pada tanggal 14 agustus 1945 jepang akhirnya menyerah kepada
sekutu.
Pada tanggal yang sama yaitu tanggal 14 agustus golongan muda
telah mendengar jepang menyerah kepada sekutu.
Pada tanggal 15 agustus soekarno, hatta dan achmad soebardjo
menuju ke koningsplein yang terletak jalan medan merdeka jakarta.
Pada tanggal 15 agustus(sore) soekarno hatta mengumumkan dan
mengundang pertemuan ppki pada tanggal 16 agustus pukul 10:00 di
kantor dewan sanyo kaigi.
Pada tanggal 15 agustus sore sutan sjahir menemui para pemuda di
markas pemuda di menteng raya untuk melaporkan perkembangan
terbaru terutama soekarno dan hatta menggelar sidang ppki tanggal
16 agustus.
15 agustus malam harinya, sekitar pukul 20:00 golongan muda
dipimpin chaerul saleh menggelar rapat di ruang laboratorium

mikroloogi di pegagasan timur untuk membicarakan pelaksaananan


proklamasi kemerdekaan tanpa campur tangan jepang.
Pada malam tanggal 15 agustus setelah mendapat laporan dari darwis
dan wikana golongan muda kembali menggelar rapat kali ini di jalan
cikini 71.
Pada tanggal 16 agustus memaksa membawa suekarno dan hatta ke
rengasdengklol
Tanggal 16 agustus di rengasdengklok soekarno dan hatta kembali di
desak oleh golongan muda agar segera memproklamasikan
kemerdekaan indonesia. Sementara itu terjadi kesepakatan antara
wikana yang mewakili golongan muda dan achmad soebardjo mewakili
golongan tua yaitu bahwa proklamasi akan dillaksanakaan paling
lambat tanggal 17 agustus.

3. Pelaksanaan naskah proklamasi


pada malam hari tanggal 16 agustus laksamana maeda mengantar soekarno
dan hatta ke kediaman mayor jendral moichiiro yamamoto, kepala
pemerintahan jepang. Soekarno dan hatta tidak mengiraukan nishimura dan
langsung bergegas menuju rumah aksana maeda tadashi di jalan imam
bonjol no 1 guna melakukan rapat menyiapkan text proklamasi bersama
achmad soedbarjo,soekarni, burhanuddin, muhammad diah,sudiro dan sayuti
melik. Soekarno yang menulis naskah proklamasi sedangkan moh hatta dan
achmad soebardjo menyumbangkan ide secara lisan.
Setelah naskah selesai dibuat, soekarno meminta sayuti melik untuk
mengetik naskah proklamasi, naskah yang sudah diketik kemudian dibubuhi
tanda tangan. Soekrno menyarankan agar semua tokoh untuk
membubuhkan tanda tangan. Namun diputuskan hanya soekarno dan hatta
saja, sebagai atas nama bangsa indonesia.
Akhirnya upacara proklamasi kemerdekaan indonesia dilaksanakan di
halaman rumah soekarno yaitu jalan pegangsaan timur no 56 jakarta ayu jln,
proklamasi no 1 pada pukul 10:00.
4. Proklamasi kemerdekaan indonesia
Pagi hari jumat, tanggal 17 agustus 1945, rumah soekarno dipenuhi oleh
kalangan pemuda. Mereka berbaris dengan tertib menunggu proklamasi
kemerdekaan bangsa indonesia. tanggung jawab kemanan lokasi diserahkan
kepada anak buah cudanco latief hendradiningrat. Tiang bendera juga sudah
siap dengan memakai bambu yang di tancapkan ke dalam tanah. Di tiang

sederhana inilah bendera indonesia merah putih yang dijahit oleh ibu
fatmawati dikibarkan.pada pukul 10:00 WIB, pembacaan naskah proklamasi
indonesia sebelum membaca proklamasi , soekarno menyampaikan pidato...
Proklamasi
Kami bangsa indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan indonesia. Halhal jang mengenai pemindahan kekoaesaan d.l.l., deselenggarakan dengan
tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja
5. Penyebaran berita proklamasi
Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia- Sambutan dan
dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia cukup luas di kalangan
masyarakat
Indonesia.
Berita
tentang
proklamasi tersebut menyebarke hampir seluruh penjuru tanah air. Berita tersebut
menyebar melalui media massa surat kabar maupun radio. Walaupun masih
dikuasai oleh tentara Jepang, ternyata radio merupakan sarana penting di dalam
menyebarluaskan berita proklamasi. Tokoh pergerakan bangsa Indonesia yang
bekerja pada stasiun radio antara lainMaladi dan Yusuf Ronodipura. Semua stasiun
radio dan stasiun kereta api di pulau Jawa merupakan sarana untuk
meneruskan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia agar sampai kepada
masyarakat
Indonesia. Kantor berita Jepang, Domei dapat dikacauka, bahkan berita
kemerdekaan
Indonesia
dapat tersebar hingga ke luar negeri melalui jaringan Jepangsendiri. Sinar api
kemerdekaan
Indonesia itupun terus merayap ke mana-mana, ke seluruh pelosok Pulau Jawa
kemudian
menyeberang lautan menuju ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Surat
kabar yang pertama kali menyiarkan berita tentang proklamasi kemerdekaan
Indonesia adalah Tjahaja yang terbit di Bandung dan Soeara Asia yang terbit di
Surabaya. Penyambutan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh seluruh
rakyat dibuktikan dengan pelucutan senjata pasukan Jepang, pengambilalihan
pucuk pimpinan dan semangat terus
berjuang untuk merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di samping melalui siaran radio, koran
dan selebaran-selebaran, berita proklamasi secara resmi dibawa oleh para utusan
yang kebetulan menghadiri sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
dan menyaksikan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945. Utusan-utusan itu diantaranya, Teuku Muhammad Hasan (Aceh), Sam
Ratulangi (Sulawesi), Ketut Pudja (Bali), AA Hamidan (Kalimantan).

B.Pembentukan Pemerintahan Indonesia dalam sidang


PPKI
1.

Berikut ini beberapa keputusan penting dalam sidang PPKI


tanggal 18 Agustus 1945:
1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
yang telah
dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi Coosakai (BPUPKI), yang kemudian
dikenal dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai
wakil
presiden. Pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi
atas usul
dari Otto Iskandardinata.
3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama
Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
belum terbentuk.
Pada hari berikutnya, tanggal 19 Agustus 1945 PPKI melanjutkan
sidangnya dan berhasil memutuskan beberapa hal berikut.
1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.
a. Jawa Barat, gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo
b. Jawa Tengah, gubernurnya R. Panji Suroso
c. Jawa Timur, gubernurnya R.A. Suryo
d. Borneo (Kalimantan), gubernurnya Ir. Pangeran Muhammad Noor
e. Sulawesi, gubernurnya Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi
f. Maluku, gubernurnya Mr. J. Latuharhary
g. Sunda Kecil (Nusa Tenggara), gubernurnya Mr. I. Gusti Ktut Pudja
h. Sumatra, gubernurnya Mr. Teuku Mohammad Hassan
2. Membentuk Komite Nasional (Daerah).
3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang
mengepalai departemen dan 4 menteri negara.Berikut ini 12
departemen tersebut.

a. Departemen Dalam Negeri dikepalai R.A.A. Wiranata Kusumah


b. Departemen Luar Negeri dikepalai Mr. Ahmad Subardjo
c. Departemen Kehakiman dikepalai Prof. Dr. Mr. Supomo
d. Departemen Keuangan dikepalai Mr. A.A Maramis
e. Departemen Kemakmuran dikepalai Surachman Cokroadisurjo
f. Departemen Kesehatan dikepalai Dr. Buntaran Martoatmojo
g. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan dikepalai Ki Hajar
Dewantara
h. Departemen Sosial dikepalai Iwa Kusumasumantri
i. Departemen Pertahanan dikepalai Supriyadi
j. Departemen Perhubungan dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso
k. Departemen Pekerjaan Umum dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso
l. Departemen Penerangan dikepalai Mr. Amir Syarifudin
Sedangkan 4 menteri negara yaitu:
1. Menteri negara Wachid Hasyim
2. Menteri negara M. Amir
3. Menteri negara R. Otto Iskandardinata
4. Menteri negara R.M Sartono
Di samping itu diangkat pula beberapa pejabat tinggi negara yaitu:
1.
2.
3.
4.

Ketua Mahkamah Agung, Dr. Mr. Kusumaatmaja


Jaksa Agung, Mr. Gatot Tarunamihardja
Sekretaris negara, Mr. A.G. Pringgodigdo
Juru bicara negara, Soekarjo Wirjopranoto

Sidang PPKI yang ketiga tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan:


1. Pembentukan Komite Nasional
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat

C.Dukungan reaksi rakyat Indonesia Terhadap Proklamasi


Kemerdekaan
Setelah mendengar berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, rakyat menyambut dengan gembira dan penuh semangat
untuk mempertahankannya. Hal ini nampak dari dukungan spontan terhadap
proklamasi.
Dukungan spontan ini umumnya bertujuan mengusahakan secepatnya
tegaknya negara Republik Indonesia.

1.

Komite Van Aksi


Komite Van aksi merupakan utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari
Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan
Buruh Indonesia (BBI), dan lain-lain. Pada 2 September 1945 memberikan
dukungan terhadap negara kesatuan RI dengan mengeluarkan sebuah
manifesto yang disebut Suara Rakyat Nomor 1.
2.
Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan, sebagai daerah
istimewa dalam wilayah negara Indonesia. Pernyataan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dinyatakan pada tanggal 5 September 1945.
Berikut kutipan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :
a. Bahwa Negara Ngayogyakarta Hardiningrat yang bersifat kerajaan adalah
daerah istimewa dari negara Republik Indonesia.
b. Sebagai kepala daerah, Sri Sultan HB IX memegang pemerintahan di wilayah
kesultanan Yogyakarta.
c. Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah
pusat RI dan Sultan Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta
langsung kepada presiden RI.
Pernyataan ini merupakan kebesaran jiwa dan pengorban Sultan
Hamengkubuwono IX dalam mendukung berdirinya Negara Republik
Indonesia.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno secara khusus mengirim
utusan ke Yogyakarta untuk menyampaikan piagam pernyataan Pemerintah
Republik Indonesia yang menyatakan :
Kami Presiden Republik Indonesia menyatakan Ingkang Sinuwun Kanjeng
Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdurachman Sayidin
Panotogomo Khalifatullah Ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat,
pada kedudukannya, dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan
akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, dan raga untuk keselamatan
daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.
3.
Rapat Raksasa di Lapangan IKADA
Comit van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan
dalam merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa
dan mendesak pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan
Ikada pada tanggal 19 September 1945.
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi
dan struktur awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA
adalah :
a.
Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
b.
Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap
menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.

Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar
rakyat percaya pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di
lapangan IKADA, akhirnya massa membubarkan diri karena sudah puas atas
kehadiran pemimpin negara Indonesia.
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun
memiliki makna besar, yaitu :
a.
Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyatnya.
b.
Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c.
Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia
sendiri.

D.Sistem pemerintahan Indonesia pada awal


kemerdekaan
Sistem Pemerintahan Indonesia di awal masa Kemerdekaannya adalah
Sistem PRESIDENSIIL. Sistem Pemerintahan ini sesuai dengan rumusan
Undang-undang Dasar 1945, dimana Presiden sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dan kedudukan mentri adalah sebagai pembantu presiden. Menteri
merupakan pembantu presiden (pemerintah) yang diangkat dan
diberhentikan oleh presiden, sehingga menteri bertanggungjawab kepada
presiden. Oleh karena itu, untuk melengkapi pemerintahan Indonesia
dibentuklah departemen dan kementrian. Seharusnya pembentukan
kementrian diserahkan pada presiden tetapi untuk negara Indonesia yang
baru merdeka ini pembentukan Departemen dan Susunan Kementrian
Negara diserahkan pada panitia kecil (Ahmad Subardjo, Sutardjo
Kartohadikusumo,Kasman Singodimejo). Akhirnya berdasarkan sidang PPKI
tanggal 19 Agustus 1945 pada tanggal 12 September 1946 dibentuklah
Kabinet Presidensiil (Kabinet RI I) dengan 12 departemen dengan 4 menteri
negara. Sementara itu untuk melengkapi pemerintahan maka wilayah
Indonesia dibagi dalam 8 propinsi dengan 2 daerah istimewa dimana masingmasing wilayah mempunyai gubernur yang bertanggungjawab atas
pelaksanaan dan pengambilan keputusan di daerah.
Tetapi perkembangannya karena pengaruh dari golongan sosialis yang ada
dalam KNIP maka usia kabinet Presidensiil tidak lama yaitu sejak 12
September 1945 sampai 14 November 1945. Sejak tanggal 14 November
1945 Indonesia menggunakan sistem Kabinet PARLEMENTER dengan
Perdana Menteri pertamanya yaitu Sutan Syahrir. Sistem Kabinet
Parlementer inilah yang katanya sesuai dengan harapan bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia mengharapkan sistem pemerintahan Demokrasi dimana


cirinya adalah adanya DPR (parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat. Pola pemerintahan ini merupakan bentuk penerapan
demokrasi yang ada di negara Belanda yang berdasarkanmultipartai yaitu
sistem pemerintahan parlementer. Jika menggunakan kabinet presidentil
maka presiden berperan sebagai pemimpin kabinet dan kabinet
bertanggungjawab kepada presiden. Tetapi jika menggunakan kabinet
Parlementer maka presiden bertanggungjawab kepada parlemen (KNIP).
Kabinet Parlementer ini terbentuk karena memang sebenarnya direncanakan
oleh KNIP. Dimana kabinet (menteri) bertanggungjawab langsung kepada
KNIP (parlemen) dengan kekuasaan legislatifnya. Selain itu tujuan dibentuk
kabinet Parlementer adalah untuk mengurangi peranan presiden yang
dianggap terlalu besar.
Untuk mewujudkan ambisi KNIP tersebut maka mulai dibentuknya Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) pada 16 Oktober 1945 (Sidang
KNIP I). Langkah selanjutnya adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya
sekedar badan penasehat menjadi badan legislatif yang sebenarnya
dipegang MPR/DPR, disetujui dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah
No. X yang ditandatangani wakil presiden. Dengan dikeluarkan maklumat
tersebut maka kekuasaan presiden berkurang yaitu hanya dalam bidang
eksekutif saja. Sementara itu KNIP sebagai badan Legislatif menggantikan
MPR dan DPR sebelum terbentuk. Selain kedua hal tersebut KNIP juga
mengusulkan pembentukan partai politik sebanyak-banyaknya sebagai
sarana untuk penyaluran aspirasi dan paham yang berkembang di
masyarakat. Usulan tersebut disetujui dengan mengeluarkan Maklumat
Pemerintah No. 3 tanggal 3 November 1945 tentang anjuran pembentukan
partai-partai politik.
Adapun partai-partai yang berhasil dibentuk adalah Partai Nasional
Indonesia(PNI), Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Komunis
Indonesia(PKI), Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Rakyat Jelata (PRJ), Partai
Sosialis Indonesia (Parsi/PSI), Persatuan Rakyat Marhaen(Permai), Partai
Rakyat Sosialis(Paras), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik
Republik Indonesia(PKRI).
Terbentuknya kabinet Syahrir (parlementer I) merupakan suatu bentuk
penyimpangan pertama pemerintah RI terhadap ketentuan UUD 1945. Sebab
dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa pemerintahan harus dijalankan
menurut sistem kabinet Prsesidensiil, dimana menteri sebagai pembantu
presiden
sementara
itu
pelaksanaannya
mentri
(kabinet)
bertanggungjawab langsung pada parlemen (KNIP). Karena menggunakan
sistem parlementer maka kabinet dan parlemen (KNIP) selalu bersaing untuk

memperebutkan pengaruh dan kedudukan. Akibatnya


pergantian kabinet karena dijatuhkan oleh parlemen (KNIP).

sering

terjadi

BAB 6 : Kedatangan nya sekutu serta


mempertahankan Kemerdekaan
A.Mempertahan kan kemerdekaan dengan kekuatan
senjata

Setelah jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 agustus 1945


sekutu kemudian memerintahkan jepang untuk melaksanakn status quo,
yaitu menjaga situasi dan konsisi sebagaimana adanya pada saat itu sampai
kedatangan tentara sekutu ke indonesia. Pada awal tahun 1945 pijhak
sekutu memutuskan bahwa pasukan-pasukan amerika akan memusatkan
perhatian di pulau-pulau jepang sedangkan tanggung jawab atas indonesia
dipindahkan dari south ewest pasific command(swpc) kepada south east asia
sommand (Seac)
Pada tanggal 29 september 1945 tibalah pasukan inggri di jakrta di bawh
pimpinan letnan jenderal sir philip christison. Pasukan ini bernaung di bawah
bendera AFNEI. Afnei diserahkan beberapa tugas yaitu :

Menerima penyerahan jepang


Membebaskan tawanan perang jepang yang berasal dari eropa

Melucuti dan memulangkan tentara jepang


Menegakkan serta memelihara kondisi damai untuk diserahkan kepada
pemeintahan sipil
Mencari informasi tentang para penjahat perang jepang untuk
selanjutnya diserahkan ke pengadilan sekutu.

1. Pertempuran medan area (sejak 13 oktober 1945)


Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan
Kerajaan Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama
civil Affairs Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima
tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas
nama
pemerintah
Belanda.
Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil,
pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab
komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan
kepada Belanda. Inggris dan Belanda membangun rencana untuk memasuki
berbagai kota strategis di Indonesia yang baru saja merdeka. Salah satu kota
yang akan didatangi Inggris dengan menyelundupkan NICA Belanda adalah
Medan.
Sementara pada tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar
berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur
Sumatera. Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan
Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 9 Oktober
1945 rencana dalam Civil Affairs Agreement benar-benar dilaksanakan.
Tentara NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan
ikut membonceng pasukan Inggris itu. Mereka menduduki beberapa hotel di
Medan. Pasukan Inggris bertugas untuk membebaskan tentara Belanda yang
ditawan Jepang. Para tawanan dari daerah Rantau Prapat, Pematang Siantar,
dan Brastagi dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur Moh. Hasan.
Ternyata kelompok tawanan itu dibentuk menjadi Medan Batalyon KNIL,
dan bersikap congkak.
Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara
Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia. Mereka
mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari
tangan tentara Jepang. Kemudian pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuklah
TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Sumatera Timur. Anggotanya para pemuda
bekas Giyugun dan Heiho Sumatera Timur yang dipimpin oleh Ahmad Tahir.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali,
Medan. Seorang anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang
dirampas dari seorang pemuda. Pemuda-pemuda Indonesia marah. Hotel

tersebut dikepung dan diserang oleh para pemuda dan TRI (Tentara Republik
Indonesia). Terjadilah pertempuran. Dalam peristiwa itu banyak orang
Belanda terluka. Peperangan pun menjalar ke Pematang Siantar dan
Brastagi.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang
bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota
Medan. Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihak batas-batas
kekuasaan mereka. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Jenderal
T.E.D Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata.
Siapa yang melanggar akan ditembak mati.
Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan
kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus
1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan
pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan
dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat
Medan Area. Komando resimen itu terdiri atas empat sektor, dan tiap sektor
terdiri dari empat subsektor. Tiap-tiap sektor berkekuatan satu batalyon.
Markas komando resimen berkedudukan di sudi mengerti, Trepes. Di bawah
komando itulah mereka meneruskan perjuangan di Medan Area.
Komanda ini terus mengadakan serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan.
Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat terhadap
Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang,
Bukit tinggi dan Aceh.
Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan
konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap Kota Medan.
Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari
"H" ditentukan 15 Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Untuk masing-masing
sektor telah ditentukan Komandannya yakni pertempuran di front Medan
Barat dipimpin oleh Mayor Hasan Achmad dari Resimen Istimewa Medan
Area atau RIMA.
Pertempuran di front Medan Area Selatan dipimpin oleh Mayor Martinus Lubis
dan pertempuran di front Koridor Medan Belawan berasal dari pasukan Yahya
Hasan dan Letnan Muda Amir Yahya dari Kompi II Batalyion III RIMA.
Sayang karena kesalahan komunikasi serangan ini tidak dilakukan secara
serentak, tapi walaupun demikian serangan umum ini berhasil membuat
Belanda kalang kabut sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat,
jalannya pertempuran tidak berubah. Menjelang Subuh, pasukan kita
mundur ke Mariendal.
2. Pertempuran ambarawa (sejak 26 oktober 1945)
Kedatangan sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan
Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh rakyatkarena akan
mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara diam-diam mereka bersama-

sama NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Ambarawa dan
Magelang. Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan tentara
Sekutu maka tanggal 2 November 1945 Presiden Soekarno dan BrigJend
Bethtel mengadakan Perundingan gencatan senjata.
Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari Magelang ke
Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah dibawah
pimpipinan Letnal Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran Ambarawa
. Pasukan Angkatan muda dibawah Pimpinan Sastrodihardjo yang diperkuat
pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta menghadang
sekutu didesa Lambu.
Dalam pertempuran di Ambarawa ini gugurlah Letnan Kolonel Isdiman,
Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman,
Komandan pasukan dipegang oleh kolonel Soedirman, Panglima Divisi di
Purwokerto.
Kolonel Soedirman mengkoordinir komandan-komandan sektor untuk
menyusun strategi penyerangan terhadap musuh. Pada tanggal 12
Desember 1945 pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan
dibenteng Willem, yang terletak ditengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4
hari 4 malam kota Ambarawa di kepung. Kerena merasa terjepit maka pada
tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu meninggalkan Ambarawa
menuju ke Semarang.
3. Pertempuran surabaya ( 10 November 1945)
Pada tanggal 25 oktober 1945 Brigade 49 dibawah pimpinan Brigadir
Jenderal A W.S Mallaby mendarat dipelabuhan tanjung perak Surabaya.
Brigade ini merupakan bagian dari devisi India ke-2, dibawah pimpinan
Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka mendapat tugas melucuti tentara jepang
dan menyelamatkan tawanan sekutu. Pasukan ini berkekuatan 6000 personil
dimana perwira-perwiranya kebanyakan orang-orang inggrisdan prajuritnya
orang-orang Gurkha dari Nepal yang telah berpengalaman perang. Rakyat
dan pemerintahan Jawa Timur di bawah pimpinan gubernur R.M.T.A Suryo
semula enggan menerima kedatangan Sekutu. Kemudian antara wakil-wakil
pemerintahan RI dan Brigjen AW.S Mallaby mengadakan pertemuan yang
menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1)
Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan Perang Belanda
2)
Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan
dan ketentraman
3)
Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar
4)
Inggris hanya akan melucuti senjata jepang
Pada tanggal 26 oktober 1945 pasukan sekutu melanggar kesepakatan
terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan
membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel Huiyer.
Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamphlet-pamflet yang berisi

perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat


Surabaya dan TKR bertekad akan mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan
tidak akan menyerahkansenjata mereka.
Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada
tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan perjuangan yang gigih dapat
melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital.
Strategi yang digunakan rakyat Surabaya dalah dengan mengepungdan
menghancurkan
pemusatan-pemusatan
tentara
Inggris
kemudian
melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut mencapai
kemenangan yang gemilang walaupun dipihak kita banyak jatuh korban.
Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C Hawthorn
tiba di Surabaya. Dalam perundingan antara pemerintahan RI dengan
Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata.
Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak sekutu. Dalam satu insiden, Jenderal
Mallaby terbunuh.
Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggung
jawaban kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945 Mayor
Jenderal E.C Mansergh sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum
kepada bangsa Indonesia di Surabaya. Ultimatum ini isinya agar seluruh
rakyat Surabaya beserta pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan
senjata, mengibarkan bendera putih, dan dengan tangan diatas kepala
berbaris satu persatu, jika pada pukul 06.00 ultimatum ini tidak di indahkan
maka inggris akan akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, kekuatan laut
dan udara. Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta
kemerdekaan. Oleh karena itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut
secara resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo.
Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada
tanggal 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl.
Mawar No. 4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya.
Kontak senjata pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00. pasukan sekutu
dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu devisi infantry
sebanyak 10.000-15.000 orang dibantu tembakan dari laut oleh kapal
perang penjelajah Sussex serta pesawat tempur mosquito dan
Thunderbolt.
Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat
bahu membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI,
PTKR, maupun TKR laut dibawah komandan pertahanan Kota, Soengkono.
Pertempuran yang berlangsung sampai akhir November 1945 ini rakyat
Surabaya berhasil mempertahankan kota Surabaya dari gempuran Inggris
walaupun jatuh korban yang banyak dari pihak Indonesia. Oleh karena itu
setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan.
Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para pahlawan di Surabaya yang
mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.

4. Peristiwa Merah-Putih di Manado (14 Februari 1946)


Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di medan pada tanggal 27
Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor
dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang
diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oelh pemerintah untuk
menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatra dengan membentuk
Komite Nasional Indonesia di wilayah itu.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Sumatra Utara di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal E.T.D. Kelly. Serdadu Belanda dan NICA ikut
membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih pemerintahan.
Pasukan Sekutu membebaskan para tawanan tatas persetujuan Gubernur
Teuku M. Hasan. Para bekas tawanan ini bersikap congkak sehinggga
menyebabkan terjadinya insiden dibeberapa tempat.
Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori
terbentuknya TKR Sumatra Timur. Pada tanggal 10 Oktober 1945. Di samping
TKR, di Sumatra Timur terbentuk Badan-badan perjuangandan laskar-laskar
partai.
Pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D Kelly memberikan
ultimatum kepada pemuda Medan agar menyerahkan senjatnya. Aksi-aksi
teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal1 Desember 1945
Sekutu memasang papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan
Area di berbagai sudut pinggiran Kota Medan.
Bagaimana sikap para pemuda kita ? mereka dengan gigih membalas setiap
aksi yang dilakukan oleh pihak Sekutu dan NICA. Pada tanggal 10 Desember
1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer secara besar-besaran
dengan menggunakan pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946
pasukan inggris berhasil mendesak pemerintahan RI ke luar Medan.
Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar.
Walaupun belum berhasil menghalau pasukan Sekutu, rakyat Medan terus
berjuang dengan membentuk Lasykar Rakyat Medan Area.
Selain di daerah Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan
rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan BukitTinggi
pertempuran berlangsung sejak bulan November 1945. Sementara itu dalam
waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran melawan Sekutu. Dalam
pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang untuk
menghadapi perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal
dengan peristiwa Krueng Panjol Bireuen. Pertempuran di sekitar
Langsa/Kuala Simpang Aceh semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin
langsung oleh Residen Teuku Nyak Arief. Dalam pertempuran ini pejuang kita

berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian diseluruh Sumatra rakyat


bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.
5. Pertempuran di bandung (23 Maret 1946)
Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pada
waktu itu para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang gencargencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu,
senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan padanya.
Bahkan pada tanggal 21 November 1945, sekutu mengeluarkan ultimatum
agar Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat
tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh
para pejuang, ultimatum tersebut tidak diindahkan sehingga sejak saat itu
sering terjadi insiden dengan pasukan-pasukan Sekutu.
Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 23 Maret 1945 yakni agar
TRI meninggalkan kota Bandung. Dengan adanya ultimatum ini,
pemerintahan RI di Jakarta menginstruksikan agar TRI mengosongkan kota
bandung, akan tetapi dari markas TRI Yogyakarta menginstruksikan agar
kota Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya, para pejuang Bandung
meninggalkan kota Bandung walaupun dengan berat hati. Sebelum
meninggalkan kota Bandung terlebih dahulu para pejuang Republik
Indonesia menyerang ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu sambil
membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan. Peristiwa ini kemudian
dikenal dengan Bandung Lautan Api
6. Pertempuran margarana
November 1946)

atau

puputan

margarana

(18

Pada tanggal 20 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya (Ciung
Wanara), melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali.
Tetapi tiba-tiba di tengah perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu
Belanda
di
Desa
Marga,Tabanan,Bali.
Tak pelak, pertempuran sengit pun tidak dapat diindahkan. Sehingga sontak
daerah Marga yang saat itu masih dikelilingi ladang jagung yang tenang,
berubah menjadi pertempuran yang menggemparkan dan mendebarkan
bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak mengepung
ladang
jagung
di
daerah
perbukitan
yangterletaksekitar40kilometerdariDenpasaritu.
Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan

persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda.


Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari
I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda
menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan
membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan
Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil
memukul
mundur
serdadu
Belanda.
Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda yang
sudah terpancing emosi berubah menjadi semakin brutal. Kali ini, bukan
hanya letupan senjata yang terdengar, namun NICA menggempur pasukan
muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara. Hamparan
sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang pembantaian
penuh
asap
dan
darah.
Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I
Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai peristiwa
Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga adalah
sejarah penting tonggak perjuangan rakyat di Indonesia melawan kolonial
Belanda demi Nusa dan Bangsa.
7. Peristiwa Westerling di Makasar ( 7 Desember 1946 )
peristiwa bersejarah ini, diawali kedatangan sebanyak 123 tentara pasukan
Depot Speciale Troepen dipimpin Kapten Westerling, 5 Desember 1946 di
kota Makassar. Pasukan yang ditempatkan di kamp militer Mattoangin itu
merupakan tentara pembunuh terlatih. Diperintahkan pemimpin militer
Belanda membantu tentara NICA (Nederlands Indisch Civil Administration)
yang mendapat perlawanan pejuang dan rakyatdiSulsel. Tentara
NICA/Belanda sudah terlebih dahalu mendarat bersama tentara sekutu, 23
September 1945 di Kota Makassar. Dimaksudkan bertugas membantu
membebaskan tawanan perang dan melucuti tentara Jepang di Sulsel,
setelah dinyatakan kalah perang. Akan tetapi, dalam kenyataan kehadiran
tentara NICA membonceng tentara Sekutu justeru berupaya melakukan
pendudukan dan penguasaan wilayah di Sulsel dalam suasana Indonesia
saat itu baru saja menyatakan kemerdekaan, 17 Agustus 1945. Mereka
mendapat perlawanan dari para pejuang dan rakyat di Sulsel dan semua
daerah yang kini masuk wilayah Provinsi Sulawesi Barat.
Setelah tentara NICA mendapat bantuan dari Westerling dan pasukannya,
keinginan penguasaan Belanda terhadap wilayah Indonesia khusunya di

Sulsel makin tampak. Gubernur Jenderal Belanda mengeluarkan surat


keputusan No.1 Stbl. No.139 Tahun 1946, menyatakan Keadaan Darurat
Perang (SOB) mulai 11 Desember 1946 di seluruh wilayah Sulsel, termasuk
yang kini telah menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat. Padahal setahun
sebelumnya, 17 Agustus 1945, atas nama bangsa Indonesia, Soekarno
Hatta Indonesia telah menyatakan Proklamasi kemerdekaan Indonesia.

B.Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan


diplomasi

1. Perundingan linggarjati
Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945
namun Belanda tetap menekan Indonesia dan ingin menancapkan
kekuasaannya kembali. Ketegangan antara Indonesia dan Belanda yang
semakin hebat mendorong Inggris yang merasa bertanggungjawab atas
masuknya Belanda ke Indonesia, mencari jalan keluar untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi. Duta istimewa Inggris di Asia Tenggara, Lord Killearn,
datang menghadap Presiden Soekarno di Yogyakarta tanggal 26 Agustus

1946 dan menyodorkan


Indonesia-Belanda.

diri

menjadi

perantara

dalam

perundingan

Sebelum Perundingan Linggarjati berlangsung pada tanggal 1 November


1946, Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Kepala Staf Letjen Urip
Sumoharjo di Jakarta menandatangani gencatan senjata. Seterusnya tanggal
4 November 1946, pemerintah Belanda menyampaikan notanya kepada
Staten General, bahwa Pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin
Presiden Soekarno adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.
Walaupun begitu, Perundingan Linggarjati berlangsung juga pada tanggal 15
November 1946. Dalam perundingan tersebut, Indonesia diwakili oleh Sutan
Syahrir, sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn. Sebagai
penengah adalah Lord Killearn dari Inggris. Isi Perundingan Linggarjati yaitu:
1. Pengakuan status de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera oleh
Belanda.
2. Pembentukan negara federal yang disebut Republik Indonesia Serikat
(RIS).
3. Pembentukan Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala
negara.
4. Pembentukan RIS dan Uni Indonesia-Belanda sebelum 1 Januari 1949
Wilayah RIS dalam kesepakatan tersebut mencakup daerah bekas Hindia
Belanda yang terdiri atas: Republik Indonesia, Kalimantan, dan Timur Besar.
Persetujuan tersebut dilaksanakan pada 15 November 1946 dan baru
memperoleh ratifikasi dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada
tanggal 25 Februari 1947 yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947
di Istana Negara, Jakarta.
Hasil Perjanjian Linggarjati memiliki kelemahan dan keuntungan bagi
Indonesia. Kelemahannya, bila ditinjau dari segi wilayah kekuasaan, daerah
RI menjadi sempit. Tetapi bila ditinjau dari segi keuntungannya, kedudukan
Indonesia di mata internasional semakin kuat karena banyak negara seperti
Inggris, Amerika, dan negara-negara Arab mengakui kedaulatan negara RI.
Hal ini tidak terlepas dari peran politik diplomasi Indonesia yang dilakukan
oleh Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Sujatmoko, dan Dr. Sumitro
Joyohadikusumo dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
2. Komisi tiga negara
KTN adalah suatu panitia yang terdiri dari tiga anggota yaitu Australia (dipilih
oleh Indonesia), Belgia (dipilih oleh Belanda) dan Amerika Serikat yang dipilih

oleh Australia dan Belgia. Panitia ini dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan
Keamanan tanggal 25 Agustus 1947 sesudah pada tanggal 21 Juli tahun itu
juga Belanda atas anjuran Letnan Gubernur Jenderal Van Mook, menyerang
R.I. Sekalipun oleh Belanda secara resmi dilukiskan sebagai aksi polisionil
yang sangat terbatas, serangan itu dilancarkan dengan bantuan alatalat/angkutan yang mekanis, diawasi tank-tank serta perlindungan pesawatpesawat udara.
Pada saat pertempuran masih terus berlangsung di Jawa dan Sumatera, pada
tanggal 30 Juli Pemerintah Australia dan Pemerintah India secara resmi
menuntut agar Dewan Keamanan menghentikan pertikaian senjata itu
sebagai suatu pelanggaran perdamaian berdasarkan pasal 39 dari Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga dengan demikian Australia menjadi
pemerintah pertama dalam sejarah yang menggunakan suatu pasal dari Bab
VII yang memberi kekuasaan kepada Dewan Keamanan untuk bertindak bila
perdamaian terancam atau dilanggar. Berdasarkan rencana resolusi
Australia, pada tanggal 1 Agustus Dewan Keamanan menyerukan
penghentian permusuhan dengan segera dan penyelesaian pertikaian
melalui perantara atau cara-cara damai lainnya.
Gencatan senjata itu diterima kedua belah fihak. Van Mook memerintahkan
agar tentara Belanda menghentikan permusuhan pada tengah malam
tanggal 4 5 Agustus, dan Yogyakarta mengeluarkan perintah yang sama.
Pemerintah kedua belah fihak melaporkan kepada Dewan Keamanan apa-apa
yang telah mereka lakukan. Sekalipun demikian pertikaian berlangsung
terus, terutama sebagai akibat operasi-operasi pembersihan Belanda.
Dengan mengingat bahwa operasi-operasi militer masih berlangsung dalam
wilayah R.I., pada tanggal 26 Agustus Dewan Keamanan mengingatkan
kedua pemerintah pada seruannya agar diadakan gencatan senjata dan
penyelesaian perselisihan mereka secara damai dan menyerukan pula agar
mereka mematuhi anjuran itu.
Tetapi pada tanggal 29 Agustus Van Mook membuat garis batas daerah yang
termasuk tanggungjawab Belanda. Tuntutan itu melampaui daerah yang
diduduki Belanda saat itu dan jauh melampaui daerah yang mereka duduki
tanggal 4 Agustus. Garis Van Mook ini sama sekali tidak dijadikan batas
kegiatan antara Belanda dalam bulan-bulan berikutnya. Saya mendengar
bahwa Van Mook dengan sokongan Letjen. Spoor, Panglima tentara Belanda
di Indonesia, menganjurkan agar Belanda maju terus sampai Yogyakarta.
Untung pemerintah Belanda mendapat saran yang sebaliknya dari dua orang
diplomat senior dan menolak anjuran tersebut. Kemudian dalam tahun itu

juga Perdana Menteri Mr. Sjarifuddin mengklaim bahwa tentara Belanda telah
maju lebih dari 100 km di Jawa Barat, 80 km di Jawa Tengah dan 50 km di
Jawa Timur.
Pada tanggal 1 Nopember, Dewan Keamanan karena perintah-perintahnya
tidak dilaksanakan dengan baik, meminta KTN membantu kedua belah fihak
agar bisa mencapai kesepakatan dan menyarankan agar resolusinya harus
diinterpretasikan sebagai mengandung arti : Penggunaan tentara oleh
kedua belah pihak dengan maksud meluaskan kekuasaannya ke daerah yang
tidak dikuasainya pada tanggal 4 Agustus 1947 adalah tidak sejalan dengan
resolusi Dewan Keamanan tanggal 1 Agustus.
3. Perjanjian Renville
Agresi Militer Belanda I terhadap Indonesia mendapatkan kecaman dan
reaksi keras dari dunia internasional. Aksi militer yang dilakukan Belanda
terhadap Republik Indonesia tersebut merupakan suatu ancaman terhadap
perdamaian dunia. Dewan Keamanan PBB yang mulai memerhatikan
masalah Indonesia - Belanda itu akhirnya menyetujui usul Amerika Serikat,
yang untuk mengawasi penghentian permusuhan itu harus dibentuk suatu
badan komisi jasa-jasa baik yang kemudian disebut dengan Komisi Tiga
Negara (KTN).
Anggota KTN terdiri atas Richard Kirby (wakil dari Australia yang dipilih oleh
Indonesia), Paul van Zeeland (wakil dari Belgia yang dipilih oleh Belanda),
dan Dr. Frank B. Graham (wakil dari Amerika Serikat yang dipilih oleh Belgia
dan Australia). Melalui KTN, berhasil diadakan Perundingan Renville yang
dilaksanakan di Kapal Renville.
Perundingan Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947.
Berikut ini adalah pihak-pihak yang menghandiri Perundingan Renville:
1. PBB sebagai mediator, diwakili oleh Grank Graham (ketua) dan Richard
Kirby (anggota).
2. Delegasi Belanda, diwakili oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmodjo (ketua).
3. Delegasi Indonesia, diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin (ketua).
Perundingan ini berjalan alot, karena kedua pihak berpegang teguh pada
pendiriannya masing-masing. Meski perundingan berlangsung alot, akhirnya
pada tanggal 17 Januari 1948 naskah Persetujuan Renville berhasil
ditandatangani.
Berikut ini adalah hasil (isi) dari Perundingan Renville:
a. Penghentian tembak-menembak.

b. Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus dikosongkan dari


pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang
didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Dalam Uni Indonesia Belanda, Negara Indonesia Serikat akan sederajat
dengan Kerajaan Belanda.
Perundingan Renville yang ditandatangani kedua belah pihak tersebut
mengakibatkan posisi Indonesia semakin sulit dan wilayah Indonesia
semakin sempit. Kesulitan itu ditambah lagi dengan blokade ekonomi yang
dilaksanakan Belanda.
Diterimanya kesepakatan Renville ini juga mengakibatkan kabinet Amir
Syarifuddin jatuh. Amir Syarifuddin akhirnya menyerahkan mandatnya
kepada Presiden Soekarno pada tanggal 23 Januari 1948.
Kabinet Amir Syarifuddin kemudian digantikan oleh Kabinet Hatta. Pada
masa Kabinet Hatta, Mohammad Hatta merangkap jabatan yaitu sebagai
wakil presiden Republik Indonesia dan perdana menteri. Kabinet Hatta
berusaha menaati hasil perundingan Renville. Tujuannya adalah agar strategi
diplomasi masih dapat dijalankan. Keputusan-keputusan Perundingan
Renville mengalami hal yang sama dengan Persetujuan Linggarjati. Belanda
melakukan aksi militernya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948.
4. Perjanjian roem- Royen (17 April)
Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama
Amerika Serikat sehingga bersedia berunding dengan Indonesia.
Perundingan antra Indonesia dan Belanda diawasi oleh komisi PBB untuk
Indonesia atau United Nations Commision fotr Indonesia (UNCI). Perundingan
akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi Meja
Bundar (KMB)
Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang
diselenggarakan pada tanggal 17 April samapi dengan 7 Mei 1948.
Perundingan yang dipimpin oleh Marle Cochran wakil Amerika serikat dalam
UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Moh. Roem dengan anggotanya
Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.
Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan syahrir, Ir.Laok, dan Moh Natsir.
Delegasi Belanda diketuai oleh Dr. J.H. Van royen dengan anggota Bloom,
Jacob, dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets, Van Hoogstratendan Dr Gieben. Akhirnya
pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen Statement. Pernyataan
pemerintah RI dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia, Moh Roem yang
berisi, antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian


perang gerilya
2. Pemerintah RI turut serta dalam konferensi meja bundar dengan tujuan
mempercepat penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat
kepada Negara Republik Indonesia serikat.

1.

2.

3.
4.

Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh


Dr. J.H Van Royen yang berisi antara lain sebagai berikut:
Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa
melakukan kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan
Yogyakarta
Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin
Republik Indonesia dan Tahananpolitik lain yang ditawan sejak tanggal 19
Desember 1948.
Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari
Republik Indonesia Serikat
Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah
Republik Indonesia dikembalikan di Yogyakarta.
Dengan tercapinya kesepakatan dalam prinsip-prinsip perundingan
Roem-Royen, pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera
memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih
memerintah Yogyakrta dari pihak Belanda. Pihak TNI masih menaruh
kecurigaan terhadap hasil persetujuan Roem-Royen, tetapi Panglima Besar
Jenderal Sodierman memperingatkan seluruh komando kesatuan agar tidak
memikirkan maslah politik.

Pada tanggal 22 Juni 1949, diselenggarakan perundingan segitiga antar


Republik Indonesia, BFO, dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang
dipimpin oleh Chritchley menghasilkan tiga keputusan yaitu:
1. Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakrta yang
dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 1949.
2. Pemerintah menghentikan perang gerilya.
3. KMB akan diselenggarakn di Den Haag.
Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi
kembali ke Yogyakrta disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik
Indonesia dari medan gerilya. Panglima Jenderal Soedirman tiba kembali di
Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintah Republik Indonesia
kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang
cabinet Republik Indonesia yang pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin
Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden,
Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri

Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua


Koordinator Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen adalah:
1. Seluruh tentara Belanda harus segera dilantik di Yogyakarta
2. Setelah kota Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda, pada tanggal 29
Juni 1949 TNI mulai memasuki kota. Keluarnya tentara Belanda dan
masuknya TNI diawasi oleh UNCI. Panglima Besatr Jenderal Sudirman beserta
para pejuang lainnya baru tiba di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949
dengan tandu.
3. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden dan
wakil Presiden RI beserta para pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli 1949
kembali ke Yogyakarta dari Bangka.
4. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera yang dipimpin
oleh Syarifuddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada
pemerintah pusat di Yogyakarta . penyerahan terjadi pada tanggal 13 Juli
1949, saat berlangsungnya sidang kabinet
5. Konferensi inter indonesia
Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara
negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara
bagian bentukkan Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada awalnya
pembentukkan BFO ini diharapkan oleh Belanda akan mempermudah
Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun sikap negara-negara
yang tergabung dalam BFO berubah setelah Belanda melancarkan agresi
militernya yang kedua terhadap Indonesia. Karena simpati dari negaranegara BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat
dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya
Konferensi
Inter-Indonesia.
Hal
itulah
yang
melatarbelakangi
dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia pada bulan Juli 1949.
Bagi pemerintah RI sendiri, kesediaan menggelar Konferensi Inter-Indonesia
bukan semata karena ketiadaan pilihan lain yang lebih baik, melainkan juga
karena pemerintah RI menganggap BFO tidak lagi sama persis dengan BFO
yang direncanakan van Mook. Soekarno menyebut konferensi ini sebagai
trace baru bagi arah perjuangan Indonesia.
Konferensi yang berlangsung hingga 22 Juli itu banyak didominasi
perbincangan mengenai konsep dan teknis pembentukan RIS, terutama
mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan kewajiban antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan dari
Konferensi Inter-Indonesia adalah:

Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat


(RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat),
RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada Presiden,
RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia
maupun dari kerajaan Belanda,
Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS
adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS, dan
Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa
Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS
dengan inti dari TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.
Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang
dibangun melalui Konferensi Intern-Indonesia yang menjadi modal berharga
bagi pemerintah RI, terutama delegasi Indonesia yan dtunjuk untuk
berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.
Keberadaan BFO dan sikap tegas Gde Agung untuk menolak intervensi
Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang makin kuat
untuk berunding dengan Belanda di KMB.

6. Konferensi meja bundar


Konferensi Meja Bundar (KMB) dibuka secara resmi di Ridderzaal, Den Haag,
Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949. Berikut ini adalah delegasi-delegasi
yang menghadiri KMB:
1.
2.
3.
4.

Delegasi
Delegasi
Delegasi
Delegasi

Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta.


BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II.
UNCI dihadiri oleh Chritchley, Merle Cochran, dan Heermans.
Belanda dipimpin oleh J.H. van Maarseveen.

KMB ini dipimpin oleh PM. Belanda, W. Dress dari tanggal 23 Agustus sampai
dengan tanggal 2 November 1949. KMB ini berlangsung malalui perdebatan
yang panjang. Akhirnya, setelah melalui perundingan yang berlarut-larut
pada tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB.
Berikut ini adalah hasil persetujuan yang telah dicapai dalam KMB:

1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat


selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
2. Masalah Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun sesudah
pengakuan kedaulatan.
3. Akan didirikan Uni Indonesia Belanda berdasarkan kerja sama.
4. Pengembalian hak milik Belanda oleh RIS dari pemberian hak konsesi dan
izin baru untuk perusahaan.
5. RIS harus membayar segala utang Belanda yang diperbuatnya sejak tahun
1942.
Untuk menindaklanjuti hasil KMB maka tanggal 16 Desember 1949 Ir.
Soekarno dilantik sebagai presiden RIS dan pada tanggal 17 Desember 1949
diambil sumpahnya. Pada tanggal 20 Desember 1949, Presiden Soekarno
membentuk kabinet RIS yang dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta sebagai perdana
menterinya.
Sejarah Konferensi Meja Bundar (KMB)
Pada tanggal 23 Desember 1949, delegasi RIS yang dipimpin oleh Drs. Moh.
Hatta berangkat ke Belanda untuk menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan RI dari pemerintah Belanda. Upacara penandatanganan naskah
pengakuan kedaulatan tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan, baik
di Indonesia maupun di Belanda yaitu pada tanggal 27 Desember 1949.
Di Belanda, yang menandatangani naskah penyerahan kedaulatan adalah
Ratu Yuliana, PM. Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. AM.J.A.
Sassen, dan ketua delegasi RIS, Drs. Moh. Hatta. Sementara itu, di Jakarta
penyerahan kedaulatan dilakukan oleh Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink
dan Ir. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam suatu upacara penyerahan
kedaulatan. Dengan ditandatanganinya naskah penyerahan kedaulatan
maka secara formal Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia dan
mengakui kedaulatan penuh negara Indonesia di seluruh bekas wilayah
Hindia Belanda (kecuali Irian Barat).

7. Penyerahan kedaulatan
Pada tanggal 23 desember moh hatta berangkat ke belanda memimpin
delegasi Ris. Utamanya adalah menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan dari pemerintahan belanda. Upacara penandatangannan ini akan
dilaksanaakan secara bersamaan baik di indonesia maupun di belanda pada
tanggal 27 desember 1949

Anda mungkin juga menyukai