Anda di halaman 1dari 4

MASA KOLONIAL

- Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Pada tahun 1930 mengatakan bahwa Jepang dan seluruh negara di asia
tenggara termasuk Indonesia merupakan saudara serumpun. Karena di Indonesia
mayoritas masyarakatnya beragama islam, maka Jepang juga menekankan pada
persamaan antara Shinto dan Islam. Jepang mengumbar harapan bahwa kaisar akan
beralih agama menjadi agama islam. Tak heran Indonesia menyambut Jepang
dengan tangan terbuka. Alasan lainnya Jepang menguasai Indonesia adalah karena
masalah ekonomi. Masuknya Jepang ke Indonesia, awalnya disambut gembira oleh
para pejuang kemerdekaan waktu itu. Jepang dianggap sebagai saudara tua, sesama
Asia yang membantu mengusir Kolonial Belanda. Tokoh-tokoh Pergerakan
Nasional Indonesia bersedia melakukan kerjasama dengan Jepang. Alasannya
adalah kemenangan perang Jepang atas Rusia tahun 1905 mendorong kebangkitan
bangsa-bangsa Timur untuk melawan terhadap bangsa Barat, percaya pada ramalan
Jayabaya bahwa Indonesia akan dikuasai orang-orang Jepang tapi “seumur jagung”,
sesudahnya akan mencapai kemerdekaan karena Jepang dianggap telah
membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda, rakyat menganggap Jepang
sebagai saudara tua dan zaman Hindia Belanda kaum Nasionalis selalu ditekan dan
mengambil sikap non koperatif.
Pada bulan Januari 1942 terjadi pertempuran seru di laut Jawa yang
membawa keunggulan armada Jepang. Ambon dan seluruh daerah Maluku,
meskipun di daerah tersebut masih dipertahankan oleh 2.400 pasukan militer
Belanda dan 1.000 pasukan Australia tetapi kekuatan dan kecerdikan Jepang dalam
bertempur tak bisa lagi dibendung. Pada waktu yang bersamaan Manado dan
Kendari berhasil dilumpuhkan juga. Pada bulan Januari juga, daerah-daerah
kekuasaan Belanda di Kalimantan jatuh ke tangan Jepang. Pada bulan Januari juga,
daerah-daerah kekuasaan Belanda di Kalimantan jatuh ke tangan Jepang. Dimulai
dari Tarakan pada tanggal 11-12 Januari, disusul pada tanggal 24 Januari yaitu
Balikpapan yang merupakan sumber minyak. Pontianak jatuh pada tanggal 29
Januari, Samarinda juga direbut Jepang pada 3 Februari, dan terakhir Banjarmasin
juga takluk pada tanggal 10 Februari tahun 1942. Pada 5 Februari ekspansi Jepang
terus ditingkatkan dengan jatuhnya lapangan terbang Samarinda II, yang waktu itu
masih dikuasai oleh tentara Hidia Belanda (KNIL). Dengan dikuasainya pusat
kekuatan Hindia Belanda di lapangan terbang tersebut, maka dengan mudah pada
tanggal 10 Februari Banjarmasin secara keseluruhan dikuasai. Jepang mendarat di
Sumatera untuk pertama kalinya di Palembang pada tanggal 14 Februari 1942.65
Dua hari kemudian pada tanggal 16 Februari 1942 Palembang dan sekitarnya
berhasil dikuasai oleh Jepang. Pada waktu itu Jawa hanya dipertahankan oleh
25.000 tentara KNIL, 15.000 tentara Sekutu, 5500 personil administrasi dan 6.000
Angkatan Udara Kerajaan Inggris, dan masih dibantu 3.000 tentara Australia dan
500 tentara Amerika Serikat. Namun pada akhirnya, kekuatan Sekutu berhasil
dibekukan oleh Jepang. Awal kedatangan Jepang di daerah Sumatera. Dipermudah
oleh kelompok-kelompok Islam penentang anti Belanda yang kelihatannya
diorganisir cukup rapi. Beberapa di antaranya terlihat telah didirikan dengan
bantuan Jepang. Dalam bukunya, B.J. Benda menjelaskan bahwa kedatangan
Jepang memang sudah ditunggu.

Dengan jatuhnya daerah kekuasaan Hindia Belanda di daerah Sumatera,


Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, memudahkan Jepang untuk menundukkan
pusat kekuasaan Hindia Belanda yang berada di Batavia. antinya Pasukan Jepang
yang baru menakhlukan daerah Indonesia utara juga akan bergabung. Ditambah
angkatan udara Jepang sangat kuat, sedangkan angkatan udara Belanda sudah
dihancurkan pada pangkalan-pangkalan sebelumnya. Menyebarnya militer Jepang
di seluruh daerah Jawa yang sekaligus menunjukkan jumlah yang lebih besar
daripada kekuatan sekutu. Membuat kekalahan di pihak Belanda. Pada tanggal 1
Maret 1942 tentara keenam belas Jepang berhasil mendarat di tiga tempat
sekaligus, yakni di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa
Tengah).

Untuk menyukseskan ekspansinya Jepang menggunakan banyak taktik antara


lain dengan mengebom Pearl Harbor agar memutus kekuatan Amerika Serikat di
Asia-Pasifik serta memudahkan untuk menguasai wilayah lainnya di Asia termasuk
Indonesia. Selain itu untuk menambah kekuatan Jepang juga menggabungkan diri
dengan Jerman dan Italia yang juga terlibat dalam Perang Dunia II. Persekutuan itu
dikenal dengan sebutan Poros Roberto (Roma-Berlin-Tokyo).

Setelah Indonesia resmi dijajah oleh Jepang, masyarakat Indonesia tidak hanya
berpangku tangan saja. Indonesia melakukan perlawanan seperti ;
 Perlawanan rakyat Aceh di Cot Plieng tahun 1942 dipimpin oleh Tengku Abdul
Jalil dan pemberontakan di Meureu tahun 1944 dibawah pimpinan Teuku Hamid.
 Perlawanan rakyat Karang Ampel kabupaten Indramayu tahun 1943 dipimpin oleh
Haji Madriyan.
 Perlawanan rakyat Karang Ampel kabupaten Indramayu tahun 1943 dipimpin oleh
Haji Madriyani.
 Pemberontakan PETA di Blitar tanggal 14 Februari 1945 dipimpin oleh Supriyadi.
Walaupun keberadaan Jepang di Indonesia tidak lama, namun banyak sekali
kebijakan-kebijakan yang dibuat Jepang di Indonesia baik dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, sosial politik, dan lainnya.

- Dampak di Bidang Ekonomi saat Jepang Menjajah


Jepang mengambil alih semua kegiatan dan pengendalian ekonomi. Sebagai
akibatnya, hampir seluruh kehidupan ekonomi lumpuh. Pada masa pendudukan di
Hindia Belanda, Jepang mengutamakan penguasaan atas sumber-sumber bahan
mentah untuk industri perang. Dengan semua asas ekonomi perang, semua sektor
ekonomi dikuasai pemerintah dan perdagangan dimonopoli pihak swasta Jepang.
Jepang berusaha menjadikan Indonesia sebagai sumber biaya perang dengan
sekutu. Hasil bumi sepeti beras, gula, teh, daging, kopi, ikan, dll dikuras habis
untuk menyuplai tentara di medan perang.
Dampaknya bagi masyarakat Indonesia yaitu meluasnya kelaparan, kurang
gizi, kekurangan makan dalam masyarakat Indonesia sehingga angka kematian
meningkat. Rakyat yang megalami kekurangan sandang pangan menyebabkan
mereka mengkonsumsi bahan makanan yang tidak pantas dimakan oleh manusia
(keladi gatal, bekicot, pohon pisang bagian dalam, dan bahan-bahan makanan yang
tidak layak). Mayarakat menggunakan pakaian yang terbuat dari karung goni,
lembaran karet dan daun-daunan)
Dampak di Bidang sosial Pada Saat Jepang Menjajah
Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat
memperihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena segala kegiatan
rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi
musuh-musuhnya, melalui Romusha. Mereka diperlakukan sebagai tenaga budak
yang tenaganya diperas, diperlakukan sangat buruk, kesehatan tidak dijamin,
makanan tidak dicukupi dan harus tinggal di tempat yang jorok dan menjijikkan.
Sehingga banyak tenaga romusha yang meninggal karena tidak kuat bekerja terlalu
berat dan kekurangan makanan. Begitu pula terhadap kaum perempuan, tentara
Jepang banyak yang memperlakukan perempuan sangat kasar dan muncullah
istilah Iugun Ianfu. Hal ini bahkan terus dilakukan oleh jepang hingga akhir
kependudukannya di Indonesia.

DISUSUN: FILDZAH SYADZWANA HARTONO


SOSIOLOGI
GURU: SAFRIZAL S.SOS

Anda mungkin juga menyukai