Anda di halaman 1dari 27

A.

AWAL MASUKNYA JEPANG KEINDONESIA

Jepang masuk ke Indonesia menggunakan kapal dengan jalur Barat melalui Heinan
berlabuh di Pontianak dan sekitarnya, jalur Timur dari pulau Jepang melakukan invansi ke
Manado, Makasar, Kendari, serta jalur ketiga yakni jalur tengah yang berlabuh di Tarakan,
Balikpapan, hingga Banjarmasin. tepatnya pada tanggal 11 januari 1942. Tahun 1937 sedang
terjadi krisis ekonomi yang melanda dunia. Jepang ternyata berhasil mengantisipasi dampak
buruk yang diakibatkan oleh resesi global tersebut. Onghokham dalam Runtuhnya Hindia
Belanda (1987:30) menyebutkan bahwa Jepang termasuk salah satu negara yang mampu selamat
dari krisis moneter dunia. Hal ini berbeda dengan Hindia Belanda (Indonesia di bawah penjajah
kolonial Belanda). Maka, ketika krisis ekonomi melanda dunia, Jepang mampu bertahan berkat
strategi perekonomian mereka. Sebaliknya, perekonomian Hindia Belanda kian terpuruk. Inilah
yang menjadi jalan masuk awal Jepang ke wilayah Indonesia. Pada 1938-1939, orang-orang
Jepang masuk ke Indonesia untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda. Selain itu,
Jepang juga menjadi salah satu negara utama tujuan ekspor komoditas dari Hindia Belanda yang
didapat dari kekayaan alam Nusantara. Jepang pada waktu itu menjadi pesaing negara-negara
Eropa dalam perebutan pasar ekonomi. Situasi demikian, membuat mereka mampu masuk ke
Indonesia pada tahun 1938-1939 untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda.
Pada 1 September 1939, Perang Dunia II dimulai. Jepang dan Belanda berada di kubu yang
saling berhadapan: Jepang di blok fasisme bersama Jerman dan Italia, sedangkan Belanda
menjadi bagian dari Sekutu yang dimotori Amerika Serikat dan Inggris. Situasi ini tentunya
merugikan Jepang yang telah menanamkan investasi di Indonesia serta mengimpor berbagai
komoditas hasil alam dari Hindia Belanda. Atas hal itulah Jepang kemudian mengincar
Indonesia. Belanda menyerah kepada Jepang di Indonesia pada 8 Maret 1942 dengan
penyerahan tanpa syarat yang dilaksanakan di Kalijati, Subang. Pihak Belanda diwakili oleh
Panglima Jenderal Ter Poorten, sedangkan Jepang diwakili oleh Jenderal Imamura.

Jepang datang ke Indonesia


B. TUJUAN JEPANG DATANG KE INDONESIA

Jepang mendarat pertama kali di Indonesia pada 11 Januari 1942, tepatnya di Tarakan, yang
dulunya termasuk wilayah Kalimantan Timur. Salah satu alasan Jepang menjajah Indonesia
adalah untuk mendapat cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi dan
aluminium. Jepang pertama kali mendarat di Kalimantan karena pada saat itu, salah satu kota di
Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam, khususnya minyak, dalam jumlah besar
adalah Tarakan. Sebelum Jepang menguasai Indonesia pada 1942, Belanda lebih dulu
menduduki Tanah Air sejak abad ke-17. Pada saat itu, Belanda telah menjadikan Tarakan
sebagai kota penting, karena memiliki 700 sumur minyak, penyulingan minyak, dan lapangan
udara. Itulah mengapa, pendudukan Jepang pada awalnya dilakukan di daerah Tarakan, bukan di
Jawa, karena mereka memang membutuhkan kekayaan minyak bumi untuk memenuhi
kebutuhan Perang Pasifik. Sebelum datang ke Indonesia, Jepang telah menyusun rencana untuk
merebut Tarakan dari tangan Belanda, yang kemudian berujung pada pertempuran, yaitu
Pertempuran Tarakan 1942. Pertempuran Tarakan berlangsung sejak 11-12 Januari 1942 dan
dimenangkan oleh pihak Jepang. Selain kaya akan minyak bumi, kota-kota di Kalimantan juga
dikenal sebagai penghasil bahan mentah bagi industri dan mesin perang negara Barat, seperti
Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini tentu membuat Jepang semakin tertarik untuk menguasai
Kalimantan, agar cadangan logistik dan bahan industrinya bisa lebih tercukupi. Setelah Jepang
datang ke Indonesia melalui wilayah Tarakan dan merebutnya dari Belanda, mereka pun mulai
menginvasi kota lain di Kalimantan, seperti Balikpapan, Pontianak, Samarinda, Banjarmasin,
kemudian Palembang di Sumatera Selatan hingga akhirnya menguasai seluruh wilayah di
indonesia. Selain untuk mendapatkan sumber daya alam, Jepang juga ingin menguasai Indonesia
sebagai pasar untuk menjual produksi Jepang, agar memberikan keuntungan bagi perusahaan
Jepang serta menguasai Indonesia mendapatkan tenaga kerja untuk membantu upaya perang
mereka, terutama pada upaya untuk membangun bungker dan jalur ketera api untuk
memudahkan pergerakan pasukan Jepang.  
C. SIKAP DAN REAKSI RAKYAT INDONESIA TERHADAP PENDUDUKAN

Rakyat Indonesia semula sudah memimpikan perubahan nasib ke arah yang lebih baik
dengan kedatangan tentara Jepang yang membawa semboyan yang sangat simpati yaitu
membebaskan bangsa-bangsa di Asia dari penjajahan bangsa-bangsa barat Eropa untuk
mewujudkan kemakmuran bersama. Bangsa Jepang dianggap sebagai ”saudara tua” yang akan
membebaskan ”saudara mudanya” bangsa-bangsa di Asia, termasuk Indonesia. Oleh karena
itulah sehingga wajar apabila awal kedatangan tentara Jepang di Indonesia disambut meriah
sebagai pahlawan pembebas. Namun kenyataannya berbeda dengan impian semula, karena baru
beberapa saat sejak kedatangan tentara Jepang di Indonesia, mereka sudah mulai menunjukan
kedoknya secara terang-terangan dengan menindas masyarakat Indonesia melalui kerja paksa
tanpa upah yang dikenal dengan ”romusha”. Rakyat Indonesia dikerahkan tenaganya untuk
membuat kubu-kubu pertahanan bagi kepentingan tentara Jepang. Selain itu juga masyarakat
dipaksa bekerja di perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan untuk kepentingan
pemerintah Jepang tanpa mendapat inbalan apapun. Dengan demikian, pada masa pendudukan
Jepang di Indonesia, rakyat Indonesia sangat menderita akibat perlakuan tentara Jepang. Namun
dibalik penderitaan tersebut muncul reaksi yang berupa perlawanan-perlawanan yang dilakukan
oleh rakyat Indonesia terhadap Jepang, seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia,
antara lain:

a. Di Aceh pada tanggal 10 November 1942 di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil.

b. Di Sukamanah Tasikmalaya Jawa Barat pada tanggal 25 Februari 1944 di bawah pimpinan
K.H. Zainal Mustafa

. c. Di Blitar Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Supriyadi yang
dikenal dengan pemberontakan PETA karena dilakukan oleh tentara PETA Pembela Tanah Air
yang sangat menggoncangkan Jepang.

Perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang mengakibatkan banyak korban di kedua
belah pihak. Kekejaman-kekejaman yang dilakukan oleh tentara Jepang dalam menindas
perlawanan-perlawanan tersebut, tidak mematikan semangat rakyat untuk mengadakan
perlawanan. Perlawanan-perlawanan rakyat lainnya juga terjadi di Indramayu, serta daerah-
daerah lainnya telah membuktikan bahwa semangat perlawanan rakyat Indonesia tetap ada.
Sementara itu, kaum pergerakan nasional yang tidak mau diperalat oleh tentara Jepang juga
melakukan perjuangan yang menggunakan taktik dan strategi dengan dua cara, yaitu:

a. Cara legal, yakni perjuangan dengan cara bekerjasama dengan Jepang untuk
mendapatkan dan mempergunakan alat-alat senjata dari Jepang demi kepentingan
pergerakan nasional Indonesia. Gerakan ini dipimpin oleh Sokarno dan Muh. Hatta
b. Cara ilegal, yakni perjuangan di bawah tanah dengan cara sembunyi-sembunyi karena
tidak mau bekerja sama dengan Jepang.

Gerakan ini di bawah pimpinan Amir Syarifuddin dan Sutan Syahrir. Kedatipun terdapat
perbedaan taktik dan strategi perjuangan dalam pergerakan nasional Indonesia, namun tujuan
akhirnya adalah sama, yakni mencapai kemerdekaan. Dengan demikian, kaum pergerakan
nasional yang menempuh cara legal yang mau bekerjasama dengan Jepang jangan dianggap
sebagai kolaborator atau penghianat bangsa, karena di balik itu kita dapat memahami bahwa
perbuatan mereka hanya merupakan siasat belaka. Sebagaimana yang selalu ditulis oleh Muh.
Hatta bahwa ”jika mereka telah melakukan kerjasama dengan Jepang, maka perbuataitu
dilakukan hanyalah merupakan taktik dan strategi perjuangan kaum pergerakan nasional
Indonesia”.

Hal ini dapat dimaklumi karena kaum pergerakan nasional yang menggunakan taktik dan
strategi perjuangan dengan cara legal yang bekerjasama dengan Jepang tetap menjalin hubungan
atau koordinasi dengan kaum pergerakan nasional yang menggunakan taktik dan strategi
perjuangan dengan cara ilegal yang tidak mau bekerjasama dengan Jepang. Jadi di antara mereka
tidak terjadi permusuhan karena sudah saling mengetahui tujuan gerakan masing-masing, yakni
mencapai kemerdekaan. Kendatipun semua perlawanan yang dilakukan oleh rakyat di berbagai
daerah di Indonesia, termasuk yang dilakukan oleh kaum pergerakkan nasional Indonesia
berhasil dipadamkan oleh tentara Jepang, namun situasi perang Pasifik semakin mencemaskan
Jepang. Hampir di seluruh front pertahanan perang, kekuasaan Jepang dapat dipukul mundur dan
dilumpuhkan oleh pasukan sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
D. AWAL PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

Bangkitnya Jepang sebagai negara militerisme di Asia yang bersekutu dengan Jerman
Nazisme dan Italia Fasisme di Eropa, sebenarnya sudah menggelisahkan kaum pergerakan
nasional Indonesia. Para pemimpin pergerakan nasional Indonesia sudah memprediksi bahwa
suatu saat Jepang akan menjadi negara yang kuat, apa lagi setelah Jepang berhasil mengalahkan
Rusia pada tahun 1905. Prediksi para pemimpin kaum pergerakan nasional Indonesia menjadi
terbukti lagi setelah adanya serangan Jepang terhadap pangkalan angkatan laut Amerika Serikat
”Pearl Harbour” di Hawaii pada tanggal 8 Desember 1941. Setelah Belanda bertekuk lutut
kepada Jepang yang ditandai dengan ditandatanganinya piagam penyerahan tanpa syarat pada
tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, maka sejak saat itu Indonesia secara resmi berada di bawah
kekuasaan pemerintahan militer Jepang. Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Indonesia
diperintah oleh dua Angkatan Perang Jepang, yaitu Angkatan Darat Rikugun dan Angkatan Laut
Kaigun. Seluruh Indonesia dibagi atas tiga wilayah, yaitu:

a. Wilayah Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia berada di bawah kekuasaan
Angkatan Darat Rikugun.
b. Wilayah Sumatera dengan pusatnya di Bukit Tinggi berada di bawah kekuasaan
Angkatan Darat Rikugun.
c. Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya dengan pusatnya
di Makassar berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut Kaigun.

Segera setelah Jepang berkuasa di Indonesia, maka pada tanggal 8 Maret 1942 setelah
ditandatangani piagam penyerahan kekuasaan pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan yang
melarang semua yang namanya rapat. Kemudian pada tanggal 20 Maret 1942 dikeluarkan lagi
peraturan yang membubarkan semua yang namanya perkumpulan organisasi. Akan tetapi pada
tanggal 15 Juli 1942 larangan tersebut diperlunak dengan ketetapan diperbolehkan mengadakan
rapat-rapat dan mendirikan perkumpulan organisasi yang bertujuan untuk plesiran bersenang-
senang, gerak badan olahraga, pengetahuan, kesenian, pendidikan, dan lain-lain yang tidak
bersifat politik. Namun para pemimpinnya harus bersumpah terlebih dahulu bahwa tidak akan
melakukan aksi-aksikegiatan-kegiatan yang bersifat politik.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah militer Jepang tersebut adalah merupakan upaya
untuk membendung atau menghalangi jalannya organisasi pergerakan nasional Indonesia. Suatu
hal yang ironi bahwa Jepang melarang dan membubarkan semua yang namanya organisasi yang
bersifat politik, namun setelah tahun 1943 justru pemerintah militer Jepang mendirikan
organisasi-organisasi resmi yang dimaksudkan oleh Jepang untuk dapat digunakan dalam
membantu usaha peperangan Jepang melawan tentara Sekutu. Namun di sisi lain, organisasi-
organisasi tersebut justru merupakan sarang munculnya gerakan penyebaran ide-ide nasional.
Artinya bahwa para tokoh nasional yang dilibatkan dalam organisasi-organisasi tersebut justru
mencoba menggunakan organisasi yang dibentuk oleh pemerintah militer Jepang tersebut untuk
tetap memperjuangka kemerdekaan Indonesia. Adapun organisasi-organisasi yang dibentuk oleh
pemerintah militer Jepang tersebut antara lain:

 Gerakan Tiga A

Gerakan 3A dipimpin oleh Mr. Syamsudin, dengan barisan pemudanya yakni ”Pemuda Asia
Raya” yang dipimpin oleh Sukarjo Wiryopranoto. Dinamakan gerakan Tiga A karena
semboyannya yaitu ”Nipon Pemimpin Asia, Nipon Pelindung Asia dan Nipon Cahaya Asia”.
Namun ternyata gerakan Tiga A tersebut tidak banyak mendapat sambutan dari rakyat Indonesia,
sehingga tidak berhasil dan akhirnya dibubarkan. Oleh banyak kalangan menganggap bahwa
gerakan Tiga A hanya semacam propaganda untuk menarik simpati atau mencari dukungan dari
rakyat Indonesia. Namun para tokoh nasionalis kita sudah tidak percaya lagi dengan propaganda
Jepang tersebut.

 Pusat Tenaga Rakyat Putera

Pusat Tenaga Rakyat Putera dipimpin oleh tokoh empat serangkai yakni Muh. Hatta,
Kihajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur. Pembentukan organisasi Putera ini, sebenarnya
dimaksudkan untuk mengerahkan tenaga rakyat guna mendapatkan kader-kader pejuang yang
akan membantu Jepang dalam usaha memenangkan perang melawan tentara sekutu. Namun
sebaliknya, para pejuang pergerakan nasional Indonesia mencoba menggunakan sarana
organisasi ini untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada awal berdirinya,
organisasi ini mendapat sambutan dari masyarakat Indonesia, tetapi lama kelamaan organisasi
Putera ini justru menakutkan pemerintah militer Jepang, karena dianggap lebih menguntungkan
pihak Indonesia dari pada pihak Jepang, sehingga organisasi ini akhirnya dibubarkan. Himpunan

 Kebaktian Jawa Jawa Hokokai

pembentukannya dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa rakyat Indonesia perlu dihimpun


tenaganya secara lahir dan batin untuk menggalang semangat kebaktian kepada pemerintah
militer Jepang. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah yang strukturnya
diintegrasikan ke dalam tubuh pemerintah. Pimpinan tertinggi di tingkat pusat dipegang langsung
oleh Gunseikan Kepala Pemerintah Militer, sedangkan di tingkat daerah dipimpin oleh Syucokan
GubernurResiden. Kaum nasionalis diberi jabatan- jabatan baru dalam pemerintahan, kegiatan
mereka diawasi, sedangkan komunikasi dengan rakyat tampak dibatasi secara ketat.

 Tentara PETA

Dalam organisasi PETA [ Pembela Tanah Air ] inilah para pemuda Indonesia digembleng
menurut sistem pendidikan dan latihan kemiliteran Jepang. Dengan dibentuknya tentara PETA
ini, di Indonesia pada zaman pendudukan Jepang muncul golongan pemuda-pemuda Indonesia
yang memperoleh pendidikan dan latihan militer. Mereka ini menjadi pelopor yang sangat
berperan selama perang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lahirnya
semangat kepahlawanan di antara para perwira muda PETA sebenarnya berasal dari pihak
Jepang sendiri yang sedang memperkenalkan semangat bushido ksatria dalam rangka
pelaksanaan indoktrinasi Jepang. Namun hal ini justru merupakan suatu proses inspirasi terhadap
perwira muda PETA untuk menggali nilai-nilai dan semangat kepahlawanan untuk kepentingan
bangsanya sendiri.

 Organisasi Pemuda dan Wanita

para pemuda Indonesia yang berusia 14-25 tahun dianjurkan untuk menjadi anggota
Seinendan. Tujuannya adalah untuk melatih para pemuda untuk dapat mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri.,namun maksud sebenarnya dari Jepang adalah untuk
mempersiapkan para pemuda Indonesia dalam membantu Jepang untuk menghadapi serbuan
tentara sekutu. Selain itu ada juga para pemuda yang berusia lebih dari 25 tahun dimasukkan
dalam kelompok khusus untuk mendapatkan pendidikan dan tugas-tugas kepolisian yang disebut
Keibodan. Sementara para wanita pada masa pendudukan Jepang di Indonesia juga dianjurkan
untuk memasuki organisasi perkumpulan wanita yang disebut Fujinkai. Melalui organisasi inilah
para wanita Indonesia diberikan pendidikan dan latihan militer. Sejak Jepang mengalami
kemunduran,mereka mulai memerlukan tambahan tenaga militer untuk mengganti pasukan-
pasukannya yang tewas. Oleh karena itu, mereka terpaksa memberikan kesempatan kepada para
pemuda Indonesia untuk menjadi pembantu prajurit Jepang yang disebut Heiho, dimana dilatih
secara khusus tentang kemiliteran dan dipersenjatai. Dalam perkembangan selanjutnya Heiho ini
dianggap sebagai bagian dari angkatan perang Jepang yang akan turut bertempur di berbagai
front pertempuran menghadapi tentara sekutu Indonesia yang memperoleh pendidikan dan
latihan kemiliteran.Namun mereka memanfaatkannya sehingga menjadi pelopor yang sangat
berarti selama perang kemerdekaan Indonesia.
E. EKSPLOITASI DAN PENINDASAN JEPANG TERHADAP INDONESIA

Eksploitasi terjadi di mana-mana,produksi pangan makin merosot, terutama beras dan


kejadian ini makin membuat rakyat Indonesia makin menderita. Rakyat dipaksa untuk
menyerahkan sebagian besar, atau bahkan seluruh hasil sawah dan kebunnya kepada pemerintah.
Padi yang disetor kepada pemerintah dibayar dengan harga yang sangat rendah atau tidak
dibayar sama sekali karena dianggap sebagai pajak.Kehidupan ekonomi rakyat ditujukan pada
kepentingan Perang Jepang. Seluruh sumber daya alam dan bahan mentah yang dimiliki rakyat
diambil oleh Jepang untuk mendukung perang. Pemerintah pendudukan Jepang mengambil
kebijakan di bidang ekonomi dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Kegiatan perekonomian dan pemanfaatan seluruh potensi rakyat diarahkan untuk


mendukung kegiatan industri perang Jepang.
2. kegiatan ekonomi tidak luput dari pengawasan ketat pemerintah Jepang. Bahkan
pemerintah memberi sanksi bagi pelanggarnya.
3. pemerintah selain menerapkan ekonomi perang juga menjalankan sistem autarki.
Kegiatan ekonomi yang berlangsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
4. untuk mempercepat tersedianya beragam kebutuhan bagi perang, Jepang membentuk
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian)
5. kebijakan perekonomian Jepang tersebut menyebabkan sulitnya pemenuhan kebutuhan
pangan rakyat dan tidak adanya sandang yang layak dipakai oleh rakyat.

Apa yang dilakukan Jepang terhadap masyarakat Indonesia adalah sebuah upaya untuk
memenuhi kebutuhan Jepang. Eksploitasi terhadap sektor pertanian, perkebunan, dan perhutanan
adalah langkah-langkah Jepang untuk penyediaan keperluan perang dan konsumsi para
prajuritnya. Dalam sektor pertanian, Jepang berhasil memonopoli seluruh hasil pertanian. Dalam
sektor perkebunan, rakyat Indonesia harus menanam tanaman jarak yang sangat dibutuhkan
sebagai bahan pelumas mesin pesawat terbang dan persenjataan. Begitu pula di sector kehutanan,
Jepang melakukan penebangan liar untuk dijadikan tanah pertanian baru yang dibuka di dekat
markas prajurit Jepang.Dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, Jepang mengatur siasat
untuk mengatur keperluan ekonominya. Salah satunya, yaitu dengan dikeluarkannya aturan
untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dan peredaran sisa-sisa
persediaan barang. Pemerintah Jepang juga menyita harta dan perusahaan dengan bebas milik
orang-orang barat, hal ini dilakukan agar tidak terjadi lonjakan harga. Selain itu, beberapa
perusahaan vital seperti pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transpor langsung
dikuasai pemerintah Jepang. Apabila ada yang melanggar aturan tersebut, maka akan diberi
hukuman berat.

Dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, Jepang mengatur siasat untuk mengatur
keperluan ekonominya. Salah satunya, yaitu dengan dikeluarkannya aturan untuk melakukan
pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
Pemerintah Jepang juga menyita harta dan perusahaan dengan bebas milik orang-orang barat, hal
ini dilakukan agar tidak terjadi lonjakan harga. Selain itu, beberapa perusahaan vital seperti
pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transpor langsung dikuasai pemerintah
Jepang. Apabila ada yang melanggar aturan tersebut, maka akan diberi hukuman berat.

Dengan pola ekonomi perang yang diterapkannya, maka setiap wilayah harus melaksanakan
Sistem Autarki, yaitu setiap daerah harus memenuhi kebutuhannya sendiri serta harus dapat
memenuhi kebutuhan perang. Pulau Jawa dibagi atas 17 autarki, Sumatra 3 autarki dan 3
lingkungan dari daerah minseifu (yang diperintah Angkatan Laut). Akibat sistem ekonomi
tersebut maka pada tahun 1944, keadaan ekonomi makin parah. Kekurangan sandang dan pangan
terjadi di mana-mana. Hal ini akhirnya disiasati dengan pengerahan barang dan menambah bahan
pangan yang dilakukan oleh Jawa Hokokai, Nagyo Kumiai (Koperasi pertanian) dan instansi-
instansi pemerintah lainnya. Selain itu, untuk meningkatkan produksi pangan maka pemerintah
Jepang menganjurkan untuk membuka lahan baru. Tetapi, dampaknya sangatlah buruk untuk
hutan-hutan yang tumbuh di Indonesia. Hutan-hutan ini ditebang secara liar untuk dijadikan
lahan pertanian yang baru. Contohnya, di Pulau Jawa, di pulau ini tidak kurang dari 500.000
hektar hutan ditebang secara liar.

Pemerintah Jepang pun mengatur pengerahan jumlah makanan. Cara yang digunakan adalah
penyetoran padi atau hasil panen lainnya kepada pemerintah, dan pemerintah Jepang juga lah
yang mengatur seberapa besar porsi pembagiannya. Dari jumlah hasil panen, rakyat Indonesia
hanya boleh memiliki 40 % dari hasil panen mereka sendiri. Sekitar 30 % harus diserahkan
kepada pemerintah melalui kumiai penggilingan padi, sedangkan 30 % lagi untuk penyediaan
bibit dan disetorkan kepada lumbung desa. Rakyat Indonesia juga harus terbebani oleh
pekerjaan tambahan berupa menanam tanaman jarak. Hal ini makin menambah penderitaan
rakyat Indonesia.Selain pengorbanan jiwa dan materi, penderitaan rakyat Indonesia juga harus
ditambah dengan terjadinya bencana alam seperti banjir yang parah. Di desa-desa, tenaga kerja
semakin berkurang, karena mayoritas dijadikan tenaga romusha. Akibatnya, banyak rakyat yang
menderita kekurangan pangan dan gizi, sehingga stamina kerja mereka sangat berkurang.
Berbagai penyakit mulai bermunculan, kelaparan merajalela dan angka kematian tinggi.
Bayangkan saja, di Wonosobo, pada masa ini, angka kematiannya mencapai 53,7 % dan di
Purworejo mencapai 24 %.Setoran-setoran yang harus diserahkan rakyat kepada pemerintah
Jepang, berlaku untuk semua lapisan masyarakat, termasuk kaum nelayan. Bagi mereka yang
menangkap ikan, wajib menyetorkannya kepada kumiai perikanan. Mereka harus menyerahkan
sebagian besar dari hasil tangkapannya, dan apa yang mereka terima hanyalah sebagai belas
kasih dari para pengurus kumiai. Secara garis besar, pendudukan tentara Jepang di Indonesia
menyebabkan berbagai permasalahan, di antaranya sebagai berikut :
 Kekurangan bahan makanan yang menyebabkan bencana kelaparan diberbagai pelosok
Indonesia. Hal ini disebabkan rakyat hanya mendapatkan 20 % dari hasil panen mereka,
sehingga tidak mencukupi sama sekali kebutuhan hidup mereka.
 Tanah pertanian tidak menjadi subur karena terus ditanami dengan tanaman sejenis.
 Para petani tidak mempunyai waktu untuk mengolah lahan pertaniannya karena waktunya
dihabiskan untuk bekerja di lahan milik pemerintah Jepang seperti di perkebunan kapas
dan jarak.
 Produksi kapas yang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat, mengakibatkan tidak
terpenuhinya kebutuhan sandang. Hal ini disiasati dengan menggunakan pakaian dari
karung goni atau bagor.

Terjadinya pemerasan tenaga rakyat berupa romusha. Mereka dipekerjakan secara paksa,
terutama untuk proyek-proyek militer seperti pembuatan lapangan terbang, jalan raya, jembatan,
benteng pertahanan, dan jalan kereta api. Pekerja romusha ini diambil dari desa-desa secara
paksa, terutama dari pulau Jawa yang padat penduduknya. Ribuan romusha dikirim untuk
mengerjakan proyek-proyek di pulau Jawa, luar pulau Jawa, bahkan ke luar negeri, seperti
Malaya, Thailand, dan Birma. Menurut hasil perkiraan, sekitar 300.000 tenaga romusha yang
dikirim ke luar Jawa, 70.000 di antaranya kembali ke desanya dalam keadaan yang
menyedihkan. Akibatnya, banyak pemuda desa yang menghilang karena takut dijadikan tenaga
romusha.
F. PERLAWANAN INDONESIA TERHADAP JEPANG

Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penindasan yang dilakukan oleh Jepang yang tidak
berperikemanusiaan menimbulkan reaksi dan perlawanan dari rakyat Indonesia diberbagai
wilayah.Kebencian ini bertambah ketika di beberapa tempat,Jepang menghina aspek-aspek
keagamaan. Indonesia melakukan perlawanan dengan berbagai cara antara lain
kooperatif,gerakan bawah tanah dan perlawanan bersenjata.

 Perlawanan Bersenjata

Perlawanan bersenjata dilakukan diberbagai wilayah di Indonesia antara lain :

1. Perlawanan di Aceh

Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh diperlakukan
dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup lama karena banyak rakyat
Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942 terjadi
penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh Tengku Abdul
Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng.Sebanyak dua kali Jepang berusaha
menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan
serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe. Kemudian pada
serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan Tengku Abdul Jalil harus gugur di
tempat saat sedang beribadah. 

2. Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)

Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di duduki oleh Jepang.
Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara Seikerei. Upacara Seikerei
merupakan upacara penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk kearah
matahari terbit. Dengan cara seperti ini, masyarakat Singaparna merasa sangat dipermalukan dan
dilecehkan. Selain itu, mereka juga merasa menderita karena diperlakukan secara sewenang-
wenang dan kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna
melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal
Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari
1944, dan pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai Zainal harus menghentikan perjuangannya setelah
beliau dihukum mati.

3. .Perlawanan di Indramayu

Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu dipaksa
menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan diperlakukan secara sewenang-wenang. Oleh
karena itu, masyarakat Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pemberontakan
tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944. Selanjutnya beberapa bulan
kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan

4. Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)

Perlawanan juga terjadi di Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan
yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air) di bawah pimpinan Supriyadi.
Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang.Selain di
keempat wilayah tersebut, perlawanan juga terjadi di beberapa wilayah lain di Indonesia
Sekarang kalian tahu bagaimana bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia terhadap Jepang.
5. Perlawanan rakyat Irian Barat

Irian Barat juga mendapat perlakuan kejam dari Jepang. Mereka sering dipukuli dan
dianiaya di luar batas kemanusiaan. Tindakan semena-mena ini memicu perlawanan. "Gerakan
Koreri" adalah perlawanan yang cukup terkenal di Biak. Pemimpinnya L Rumkorem. Biak
menjadi basis perlawanan. Mereka melawan dengan gerilya. Jepang pun kewalahan
menghadapinya hingga akhirnya pergi meninggalkan Biak. Biak menjadi daerah bebas dan
merdeka pertama di Indonesia. Baca juga: PETA, Pasukan Indonesia Bentukan Jepang
Perlawanan di Biak juga meluas hingga ke Yaspen Selatan. Di Yaspen Selatan, perlawanan
dipimpin oleh Silas Papare. Perlawanan berlangsung sangat lama. Rakyat bahkan dibantu oleh
Sekutu. Jepang akhirnya dapat ditaklukkan.

6. Perlawanan rakyat Kalimantan

Di Kalimantan, rakyat melawan karena penindasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu
perlawanan di Kalimantan dipimpin oleh Pang Suma, pemimpin Suku Dayak. Pemimpin Suku
Dayak punya pengaruh luas di kalangan sukunya dari daerat Tayan, Meliau, dan sekitarnya. Pang
Suma melancarkan perlawanan dengan taktik perang gerilya. Meski jumlah pasukan sedikit,
mereka memanfaatkan alam Kalimantan yang berupa rimba belantara, sungai dan rawa.
Sayangnya, tak semua rakyat mau melakukan perlawanan. Ada yang malah menjadi mata-mata
Jepang,yang tak segan membunuh saudaranya sendiri yang pada akhirnya mengagalkan
perlawanan.

Perlawanan masyarakat Indonesia


H. RUNTUHNYA KEKUASAAN JEPANG DIINDONESIA

Pada bulan April 1944 Sekutu telah mendarat di Irian Barat. Kedudukan Jepang pun
semakin terjepit. Keadaan makin mendesak ketika pada bulan Juli 1944 Pulau Saipan pada
gugusan Kepulauan Mariana jatuh ke tangan Sekutu. Bagi Sekutu pulau tersebut sangat penting
karena jarak Saipan - Tokyo dapat dicapai oleh pesawat pengebom B 29 USA. Hal itu
menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang. Situasi Jepang pun semakin buruk. Akibat
faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut, menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo pada
tanggal 17 Juli 1944 dan digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Agar rakyat Indonesia
bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, maka pada tanggal 7 September 1944 Perdana
Menteri Koiso mengumumkan janji pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari.
Janji ini dikenal sebagai janji kemerdekaan Indonesia.

Sebagai realisasi dari janji kemerdekaan yang diucapkan oleh Koiso, maka pemerintah
pendudukan Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret
1945 mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yaitu BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai dalam bahasa jepangnya.Tugas
BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang penting yang berhbungan
dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPKI
memiliki anggota sebanyak 67 orang bangsa Indonesia ditambah 7 orang dari golongan Jepang.
BPUPKI diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat dan dibantu oleh dua orang ketua
muda yaitu R.P. Suroso dan Ichibangse dari Jepang.Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28
Mei 1945 di gedung Cuo SangiIn,Jalan Pejambon Jakarta (sekarang gedung Departemen Luar
Negeri). Selama masa berdirinya, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang
pertama berlangsung antara 29 Mei - 1Juni 1945 membahas rumusan dasar negara. Sidang kedua
berlangsung tanggal 10 - 16 Juli 1945 membahas batang tubuh UUD negara Indonesia
merdeka.Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus
1945 dan sebagai gantinya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau
Dokuritsu Junbi Inkai). PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno. Sementara itu, keadaan Jepang semakin
terjepit setelah dua kota di Jepang dibom atom oleh Sekutu. Pada tanggal 6 Agustus 1945
sebuah bom atom yang dijuluki little boy dijatuhkan di kota Hiroshima dan menewaskan 129.558
orang. Kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki dibom atom oleh Sekutu. Akibat
kedua kota tersebut dibom, Jepang menjadi tidak berdaya sehingga pada tanggal 14 Agustus
1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Kekuasaan Jepang di Indonesia tentang berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15
Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan
perang telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda
yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana,
dan lainnya.Setelah itu bangsa indonesia tidak menyia-nyiakan momentum kekalahan Jepang
untuk lepas dari penjajahannya karena jepang sudah melemah dan kemudian bangsa indonesia
mengumumkan proklamasi kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus tahun 1945 dengan
dikumandangkannya proklamasi maka ini brarti tanda bahwa kekuasaan jepang di Indonesia
sudah berakhir.
G. MENJELANG KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan
Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan
sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.7 Agustus - BPUPKI berganti nama dibuat menjadi PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia).Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat
diterbangkan ke Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia
pada 24 Agustus.Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio
pada tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah
tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bangun kemerdekaan yang
diberikan sebagai hadiah Jepang. Ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah cairan
pada tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak supaya Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI ketika itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang agung, dan
dapat berdampak sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.15 Agustus - Jepang
menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Tingkatan Laut Jepang sedang berkuasa di Indonesia
karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan
Belanda.Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah
tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik
Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai
peristiwa Rengasdengklok. Disini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah
menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.Malam harinya,
Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, berjumpa dengan Jenderal Moichiro Yamamoto dan
bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi.Dari komunikasi selang Hatta dan
tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta dibuat menjadi yakin bahwa
Jepang telah menyerah untuk Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan
kemerdekaan.Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi,
Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks
Proklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.

Jelang Kemerdekaan
H. PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

Pembacaan Teks Proklamasi

Setelah dirumuskan dan disahkan, pembacaan proklamasi dilakukan pada tanggal 17


Agustus 1945. Mulanya rakyat dan para tentara Jepang mengira bahwa pembacaan teks tersebut
akan dilakukan di lapangan Ikada. Bahkan atas dasar prasangka ini, tentara Jepang sudah
memblokade lapangan Ikada terlebih dahulu. Pemimpin barisan pelopor Sudiro yang hadir di
lapangan Ikada pada saat itu, kemudian menyampaikan situasi yang terjadi di sana kepada
Muwardi yakni kepala keamanan Soekarno. Saat itu ia mengetahui bahwa pembacaan
proklamasi ternyata akan diikrarkan di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56
Jakarta.Pada saat itu, halaman rumah Soekarno telah dipadati oleh massa menjelang detik detik
proklamasi. Semua sibuk mempersiapkan pembacaan teks, bahkan Fatmawati (istri Soekarno)
tengah menjahit bendera.

Pada pagi hari, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Mohammad Tabrani, dan Trimurti.
Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung
pidato singkat tanpa teks. Setelah itu, Sang Saka Merah Putih, yang telah dijahit oleh Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu dan
Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.Peristiwa Proklamasi kemerdekaan disiarkan melalui radio
keseluruh penjuru Nusantara melalui radio hingga sampai ke luar negri.

NASKAH PROKLAMASI

Proklamasi Klad adalah naskah asli proklamasi yang merupakan tulisan tangan sendiri oleh
Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Hatta dan
Achmad Soebardjo. Adapun perumus proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari
Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno,
dan Achmad Soebardjo.

NASKAH BARU SETELAH MENGALAMI PERUBAHAN


Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan
naskah "Proklamasi Otentik", adalah merupakan hasil ketikan Sayuti Melik, seorang tokoh
pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi
TUGAS SEJARAH INDONESIA
“KONDISI BANGSA INDONESIA SEJAK MASUKNYA JEPANG KE
INDONESIA HINGGA MERDEKA”

OLEH

NURUL MUTMAINNAH

ILMIANA

INDA NUR RAHMADANI

KHOLILURRAHMAN

NUR RAHMAT

Anda mungkin juga menyukai