Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia:

Kapan, Tujuan, & Kronologi

Perjanjian Kalijati yang diteken tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, dekat Subang, Jawa Barat.
merupakan tanda resmi menyerahnya Belanda kepada Jepang dalam Perang Asia Timur Raya atau
yang menjadi rangkaian dari Perang Dunia II. Lantaran Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang, maka kekuasaan atas wilayah koloni mereka yakni Hindia Belanda alias Nusantara atau
Indonesia diserahkan kepada pemerintah militer Dai Nippon.
Penyebab Kedatangan Jepang ke Indonesia
Sebenarnya, orang-orang Jepang memasuki Indonesia sebelum menyerahnya Belanda tahun 1942.
Tahun 1937 sedang terjadi krisis ekonomi yang melanda dunia. Jepang ternyata berhasil
mengantisipasi dampak buruk yang diakibatkan oleh resesi global tersebut. Onghokham dalam
Runtuhnya Hindia Belanda (1987:30) menyebutkan bahwa Jepang termasuk salah satu negara yang
mampu selamat dari krisis moneter dunia. Hal ini berbeda dengan Hindia Belanda (Indonesia di
bawah penjajah kolonial Belanda). Maka, ketika krisis ekonomi melanda dunia, Jepang mampu
bertahan berkat strategi perekonomian mereka. Sebaliknya, perekonomian Hindia Belanda kian
terpuruk. Inilah yang menjadi jalan masuk awal Jepang ke wilayah Indonesia. Pada 1938-1939, orang-
orang Jepang masuk ke Indonesia untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda. Selain itu,
Jepang juga menjadi salah satu negara utama tujuan ekspor komoditas dari Hindia Belanda yang
didapat dari kekayaan alam Nusantara. Jepang pada waktu itu menjadi pesaing negara-negara Eropa
dalam perebutan pasar ekonomi. Situasi demikian, membuat mereka mampu masuk ke Indonesia pada
tahun 1938-1939 untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda.
Tujuan Jepang Ingin Menguasai Indonesia
Pada 1 September 1939, Perang Dunia II dimulai. Jepang dan Belanda berada di kubu yang saling
berhadapan: Jepang di blok fasisme bersama Jerman dan Italia, sedangkan Belanda menjadi bagian
dari Sekutu yang dimotori Amerika Serikat dan Inggris. Situasi ini tentunya merugikan Jepang yang
telah menanamkan investasi di Indonesia serta mengimpor berbagai komoditas hasil alam dari Hindia
Belanda. Atas hal itulah Jepang kemudian mengincar Indonesia. Dengan demikian, tujuan awal
Jepang atas penguasaan terhadap Hindia Belanda adalah ingin menguasai kekayaan alam Nusantara
untuk kebutuhan perang dan industri. Jepang menjadi salah satu kekuatan penting dalam Perang
Dunia II. Bahkan, pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di
Pearl Harbour, Hawaii. Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) karya Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui Gubernur
Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang. Jepang
merespons tantangan tersebut dengan mengirimkan pasukannya ke wilayah Tarakan, Kalimantan
Timur, pada 11 Januari 1942. Keesokan harinya, wilayah Tarakan berhasil diduduki Jepang yang
segera merembet ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya, termasuk Maluku di kawasan timur.
Kronologi Masuknya Jepang ke Indonesia
Keberhasilan Jepang menduduki Tarakan kemudian diikuti dengan didudukinya wilayah-wilayah
lainnya. Balikpapan dan Pontianak, misalnya, masing-masing berhasil dikuasai Jepang tanggal 24
Januari 1942 dan 29 Januari 1942. Berikutnya, berturut-turut pada 3 Februari 1942 dan 10 Februari
1942, giliran Samarinda dan Banjarmasin yang direbut Jepang dari Belanda. Setelah menguasai
Kalimantan dan Maluku, pasukan Dai Nippon melanjutkan ekspansi ke wilayah Sumatera. Tanggal 14
Februari 1942, Jepang mengerahkan pasukan payung untuk menduduki Sumatera. Dua hari kemudian,
tepatnya tangga 16 Februari 1942, Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki. Keberhasilan tersebut
membuat Jepang semakin bertekad menguasai Jawa. Jepang menduduki wilayah Teluk Banten di
Jawa Barat dan Kragan di Jawa Tengah pada awal Maret 1942. Akhirnya, Batavia (Jakarta) yang
menjadi pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda direbut pada 5 Maret 1942 menyusul kemudian
Bandung yang diambil-alih dua hari berselang. Belanda yang semakin terdesak terpaksa menyetujui
untuk diadakan perundingan. Tanggal 8 Maret 1942, di Kalijati, dekat Subang, Jawa Barat, kedua
belah pihak bertemu. Dalam perundingan yang dikenal dengan nama Perjanjian Kalijati itu,
diputuskan bahwa Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Dikutip dari Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945 (2001)
karya Suhartono, pertemuan dilangsungkan di Kalijati pada 8 Maret 1942. Disepakati bahwa angkatan
perang Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Selanjutnya, dilakukan penyerahan kekuasaan
atas wilayah Indonesia oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
dan Letnan Jenderal Heindrik Ter Poorten yang merupakan Komandan Angkatan Perang Belanda di
Jawa kepada Jenderal Hitoshi Imamura selaku wakil delegasi Dai Nippon. Sejak saat itu, wilayah
Indonesia berada dalam pendudukan pemerintahan militer Jepang. Hingga akhirnya, Dai Nippon
mengalami kekalahan dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya yang membuka peluang bagi
bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Propaganda Jepang di Indonesia
Setelah resmi menduduki Indonesia sejak 8 Maret 1942, Jepang mulai menyusun pemerintahan demi
melancarkan pendudukan mereka di Indonesia. Selain itu, Dai Nippon juga melakukan aksi-aksi
propaganda demi menarik simpati rakyat Indonesia. Salah satu propaganda yang Jepang lakukan ialah
membentuk Gerakan 3A, yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya
Asia. Abdulsalam dalam Menudju Kemerdekaan (1964) menyebutkan bahwa gerakan 3A dibentuk
oleh Jepang diterapkan untuk membantu usaha peperangan mereka melawan Sekutu di Perang Dunia
Kedua. Selain Gerakan 3A, pemerintah militer Jepang juga menyebarkan berbagai propaganda
lainnya serta kegiatan-kegiatan dan membentuk deretan organisasi yang melibatkan orang-orang
Indonesia, seperti Pembela Tanah Air (PETA), Heiho, Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, dan
masih banyak lagi.

Jepang membutuhkan bantuan orang-orang Indonesia untuk menghadapi Sekutu di Perang Dunia
Kedua. Namun di sisi lain, pada perkembangannya, perlakuan Dai Nippon terhadap rakyat Indonesia
justru semakin kejam, penerapan kerja paksa romusha dan jugun ianfu adalah sedikit contohnya.
Selama kurang lebih 4,5 tahun Jepang menjajah Indonesia, banyak kerugian dan kesengsaraan yang
ditimbulkan. Semua diarahkan demi kepentingan perang untuk Jepang sehingga kehidupan
masyarakat Indonesia tersiksa, begitu pula dengan sumber daya alam yang dikuras oleh Dai Nippon.
Hingga akhirnya, pada pertengahan tahun 1945, Jepang menunjukkan tanda-tanda kekalahan dan
akhirnya menyerah kepada Sekutu. Situasi ini membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk
menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Anda mungkin juga menyukai