Anda di halaman 1dari 27

PROSES KEDATANGAN JEPANG KE INDONESIA

Serangan Jepang juga di arahkan ke Indonesia ,serangan terhadap Indonesia muncul dari utara
dan timur .Serangan ke Indonesia tersebut bertujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan
bahan industri perang seperti : minyak tanah,timah dan almunium .Sebab ,persediaan minyak di
Indonesia di perkirakan dapat mencukupi kebutuhan jepang selama Perang Pasifik. Pada tanggal
11 Januari 1942 Jepang menduduki daerah minyak dengan mendarat di Tarakan Kalimantan
Timur,di lanjutkan ke Balikpapan,Pontianak,Samarinda dan Banjarmasin.
Pada tanggal 16 Februari 1942 Jepang menduduki Palembang ,setelah daerah-daerah di luar di
kuasai ,Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah jawa sebagai pusat
pemerintahan Hindia Belanda dan pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang mendarat di Pulau Jawa
(Teluk Banten,Indramayu dan Banjarnegara) di bawah pimpinan Letjen Hitoshi Immamura.
Untuk menghadapi tentara Jepang ,Belanda pernah membentuk Komando Gabungan Tentara
Serikat yang di sebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang
bermarkas di Lembang .

Dalam upaya menguasai tanah Jawa ,telah terjadi pertempuran di laut Jawa ,yaitu Tentara Jepang
dengan Angkatan Laut Belanda di bawah pimpinan Laksamana Karel Doorman .Dalam
pertempuran ini Laksamana Karel Doorman dan beberapa kapal Belanda berhasil di
tenggelamkan oleh tentara Jepang. Meskipun Belanda sudah mempersiapkan diri yaitu : berupa
gabungan tentara ABDACOM di tambah satu Kompi Akademi Militer Kerajaan dan Korps
Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat ,di Jawa Tengah di siapkan 4 batalion infanteri ,dan
di Jawa Timur 3 batalion pasukan bantuan Indonesia dan 1 batalion marinir serta di bantu oleh
Inggris dan Amerika ,walaupun demikian tentara Jepang mendarat di Jawa dengan sangat
besar ,sehingga pasukan Belanda tidak mampu memberikan perlawanan .

Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa . Tanggal
5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang . Tentara jepang terus bergerak ke Selatan dan
menguasai kota Buitenzorg (Bogor) ,dengan mudah kota-kota lain juga jatuh ke tangan Jepang.
Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan
Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang di wakili
Letjen Hitoshi Immamura. Penandatanganan ini di laksanakan di Kalijati,Subang. Dengan
demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia ,kemudian Indonesia berada di bawah
pendudukan tentara Jepang

Keinginan Jepang menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang
dapat di manfaatkan untuk pengembangan industri Jepang,di samping itu ,juga terdorong oleh
ajaran yang berkaitan dengan Shintoisme ,khususnya tentang Hakko Ichiu ,yakni ajaran tentang
kesatuan kelurga umat manusia ,ajaran ini di terjemahkan bahwa tentara Jepang sebagai negara
maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan
dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia. Ajaran tersebut menyatakan
bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun

Kedatangan Jepang di Indonesia di sambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia . Jepang di
elu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang di pandang dapat membebaskan dari kekuasaan
Belanda . Tentara Jepang mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk
membebaskan rakyat dari cengkraman penjajahan bangsa barat ,Jepang juga akan membantu
memajukan rakyat Indonesia ,melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan
menyatukan seluruh rakyat Asia .Untuk meneguhkan propagandan Pan-Asia ,Jepang berusaha
membentuk perkumpulan yang di beri nama “GERAKAN TIGA A”

Sumber: http://www.donisetyawan.com/proses-kedatangan-jepang-ke-indonesia/

Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia

Jepang dalam membentuk struktur pemerintahan membagi Indonesia menjadi tiga zona wilayah.
Wilayah tersebut nantinya dibagi berdasarkan divisi-divisi angkatan bersenjata Jepang. Selain
fungsinya sebagai pembagian kekuasaan, pembagian zona ini bertujuan mengkonsolidasi
pertahanan untuk mengantisipasi serangan balasan dari Jenderal MacArthur yang berada di
Papua Nugini.
Jepang menggantikan sistem pemerintahan kolonial (pemerintahan sipil) dengan sistem
pemerintahan fasisme (militer). Kemudian Jepang membagi Indonesia ke dalam tiga zona militer
Pembagian Zona Pemerintahan

1. Pemerintahan Wilayah Sumatera, berpusat di Bukit Tinggi dibawahi oleh Tentara


Angkatan Darat (Rikugun) Divisi 25 ( Tomi Shudan )
2. Pemerintahan Wilayah Jawa, berpusat di Jakarta dibawahi oleh Tentara Angkatan Darat
(Rikugun) Divisi 16 ( Osami Sudan )
3. Pemerintahan Wilayah Indonesia Timur, berpusat di Makassar dibawahi oleh Tentara
Angkatan Laut Selatan (Kaigun) Divisi II ( Dai Ni Nankenkatai )

Ketiga zona pemerintahan ini dikomandoi secara pusat oleh Pemerintahan Militer (Gunshireikan)
wilayah selatan yang dipimpin oleh Marsekal Teraucchi (Saiko Sikikan) berpusat di Dalat,
Vietnam. Gunsenkanbu ini melakukan kordinasi dengan Jenderal Hitoshi Imammura sebagai
pemimpin tertinggi Tentara Jepang
Untuk wilayah pemerintahan Jawa terdapat tujuh karasidenan(syu) yang disesuaikan sejak jaman
Hindia Belanda , yaitu : Banten, Jakarta, Bogor, Priangan, Cirebon, Pekalongan, Banyumas,
Semarang, Pati, Kedu, Surabaya, Bojonegoro, Madiun, Kediri, Malang, Besuki, dan Madura.
Wilayah pemerintahan di Sumatera dibagi manjadi sembilan karasidenan: Sumatera Timur,
Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Lampung, dan Bangka Belitung
Wilayah pemerintahan di Indonesia Timur dibagi menjadi 3 kantor pemerintahan sipil
(Minseinfu) yang terbagi atas tiga : Kalimantan, Sulawesi, dan Seram (Maluku).

Sumber: https://www.hariansejarah.id/2017/01/pemerintahan-militer-jepang-di-indonesia.html

ORGANISASI PERGERAKAN MASA PENDUDUKAN JEPANG


Pada masa kedudukan Jepang, Indonesia dilarang untung membuat organisasi. Sehingga Jepang
membuat organisasi sebagai berikut:

A. Gerakan A3

Organisasi ini adalah organisasi pertama yang dibuat Jepang pada Maret 1942 diketuai oleh Mr.
Syamsuddin. Yang dimaksud dengan gerakan A3 adalah Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia. Gerakan ini bertujuan untuk kemakmuran bersama,
namun organisasi ini tidak bertahan lama.

B. PUTERA

Pada 16 April 1943, Putera dibentuk oleh Empat Serangkai. Organisasi ini dibuat karena para
pemimpin bangsa yang ingin menghadapi kekejaman militer Jepang. Dibantu dengan proganda
dari pihak Jepang, organisasi ini terbentuk dengan bertujuan untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dan membujuk rasa nasionalis untuk mengabdi dan untuk melawan
Sekutu. Namun pihak Jepang merasa tidak diuntungkan, organisasi ini hanya menguntungkan
pihak Indonesia. Lalu, Jepang memutuskan untuk membubarkan Putera.

C. Jawa Hokokai

Melalui Jawa Hokokai ini, tiga aspek (rela berkorban, memeprtebal persahabatan, melaksanakan
sesuatu yang membuahkan hasil) tradisi Jepang dituntut pula dari rakyat Indonesia. Para
pemimpin organisasi ini berada di bawah Gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan di tiap
daerah dipimpin oleh Syucokan (Gubenur/Residen). Dengan terbentuk Jawa Hokokai, maka
kaum Nasionalis bangsa Indonesia mulai tersisihkan dan terkendali dan merupakan kumpulan
dari Hokokai/profesi, antara lain izi Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai
(Himpunan Kebaktian Pendidik), Fujinkai (Oraganisasi Wanita) dan Keimin Bunko Syidosyo
(pusat budaya). Kegiatan Hokokai adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (ppenggerakan)
barangyang berguna untuk kepentingan perang.

D. Chou Sang In

Sebuah badan bertugas sebagai dewan pertimbangan pusat yang berada langsung dibawah
panglima tertinggi, tugasnya menyampaikan usul dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
pemerintah militer militer Jepang mengenai pemerintahan pemerintahan dan politik.
Organisasi Semi militer Jepag sangatlah kuat. Oraganisasi ini telah bisa memusnakan Sekutu di
Indonesia. Kekuatannya lebih besar dari pada Belanda sehingga mudah sekali untuk merebut dari
tangan Sekutu. Berikut adalah organisasi semi militer Jepang.

A. Seinendan (Barisan pemuda)

Dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk
mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya. Namun,
sebenarnya untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya.

B. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

Organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan. Pembentukan


Keibondan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar tidak
terpengaruh oleh golongan nasionalis. Pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai (Himpunan
Wanita). Usia minimum dari anggota Funjinkai adalah 15 tahun. Wanita-wanita tersebut juga
diberikan latihan-latihan militer.

C. Syuisyitai (Barisan Pelopor)

Dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semi militer ini dibentuk sebagai hasil
keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In ( Dewan Pertimbangan Pusat Barisan Pelopor)
dipimpin oleh Ir. Soekarno, sedangakan wakilnya yaitu R.P Suroso, Otto Iskandardinatadan dr.
Buntaran Martoatmojo. Organisasi ini menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk
menanamkan sara nasionalisme.

D. Funjikai ( Barisan Wanita )

Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara memngumpukan daa wajib
berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.

E. Hizbullah

Tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan suka relawan pemuda Islam yang dalam istilah
Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Tugasnya adalah sebagai pemuda Islam dengan
tugas dan program dan sebagai tentara cadangan dengan tuagas dan program.

Organisasi semi militer hanyalah sebgai cadangan bagi Jepang. Pada intinya, mereka membuat
organisasi militer resmi, sebagai berikut:
A. Heiho

Heiho merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945 oleh Bagian
Angkatan Darat MarkasBesar Umum Kemaharajaan Jepang pada tanggal 2 September 1942.
Heiho merupakan pasukan bentukan tentara Jepang pada masa perang dunia II, dibentuk
bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan sekutu. Organisasi ini merupakan
barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan
Jepang. Heiho dijadikan sebagai tenaga kasar, bertugas mengumpulkan pajak dari rakyat.

B. PETA

Dibentukan pada tanggal 3 Oktoer 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend. Kumakici
Harada (Panglima Tentara ke-16) yang merupakan bawahan dari organisasi Jepang. Anggota
PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang. PETA bertugas
mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua. PETA bertugas
sebagi mata-mata Jepang dan dibentuk bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang
melawan sekutu.

Daftar Pustaka

Organisasi Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang, http://www.gurusejarah.com


Organisasi Bersifat Sosial Kemasyarakatan Masa Jepang, http://www.gurusejarah.com
Organisasi Militer Bentukan Jepang, http://www.gurusejarah.com

Ekonomi Perang

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi


perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk
menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD
II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi
kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan
berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara
lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik
bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan
berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia
tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga
dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya
PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat
imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya.
Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi
sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian
menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak
laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.

Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam bidang


ekonomi yang sering disebut self help. Hasil perekonomian di Indonesia
dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang yang
sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga sering disebut dengan
Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat bagaimana tindakantindakan
Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia.

Pada waktu Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, ternyata tentara
Hindia Belanda telah membumihanguskan objek-objek vital yang ada di
Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Jepang mengalami kesulitan dalam
upaya menguasai Indonesia. Akibat dari pembumihangusan itu, keadaan
perekonomian di Indonesia menjadi lumpuh pada awal pendudukan Jepang.
Sehubungan dengan keadaan tersebut, langkah pertama yang diambil
Jepang adalah melakukan pengawasan dan perbaikan prasarana ekonomi.
Beberapa prasarana seperti jembatan, alat transportasi, telekomunikasi,
dan bangunan-bangunan diperbaiki. Kemudian beberapa peraturan yang
mendukung program pengawasan kegiatan ekonomi dikeluarkan termasuk
ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi mereka yang
melanggar, akan dijatuhi hukuman berat.

Sementara itu, bidang perkebunan di masa Jepang mengalami kemunduran.


Hal ini berkaitan dengan kebijakan Jepang yang memutuskan hubungan
dengan Eropa (yang merupakan pusat perdagangan dunia). Karena tidak
perlu memperdagangkan hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia,
seperti tebu (gula), tembakau, teh, dan kopi, maka Jepang tidak lagi
mengembangkan jenis tanaman tersebut. Bahkan tanah-tanah perkebunan
diganti menjadi tanah pertanian sesuai dengan kebutuhan Jepang. Tanahtanah
itu diganti dengan tanaman padi untuk menghasilkan bahan makanan
dan bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan, misalnya jarak. Tanaman
jarak waktu itu sangat dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak
pelumas mesin-mesin, termasuk mesin pesawat terbang. Tanaman kina juga
sangat dibutuhkan, yaitu untuk membuat obat antimalaria, sebab penyakit
malaria sangat mengganggu dan melemahkan kemampuan tempur para
prajurit. Pabrik obat yang sudah ada di Bandung sejak zaman Belanda terus
dihidupkan. Tanaman tebu di Jawa juga mulai dikurangi. Pabrik-pabrik gula
sebagian besar mulai ditutup. Penderesan getah karet di Sumatra mulai
dihentikan. Tanaman-tanaman tembakau, teh, dan kopi di berbagai tempat
dikurangi. Oleh karena itu, pada masa Jepang ini, hasil-hasil perkebunan
sangat menurun. Produksi karet juga turun menjadi seperlimanya produksi
tahun 1941. Pada tahun 1943 produksi teh turun menjadi sepertiganya dari
zaman Hindia Belanda. Beberapa pabrik tekstil juga mulai ditutup karena
pengadaan kapas dan benang begitu sulit. Dalam bidang transportasi,
Jepang merasakan kekurangan kapal-kapal. Oleh karena itu, Jepang terpaksa
mengadakan industri kapal angkut dari kayu. Jepang juga membuka pabrik
mesin, paku, kawat, dan baja pelapis granat, tetapi semua usaha itu tidak
berkembang lancar karena kekurangan suku cadang.

Kebutuhan pangan untuk menopang perang semakin meningkat, sehingga


kegiatan penanaman untuk menghasilkan bahan pangan terus ditingkatkan.
Dalam hal ini, organisasi Jawa Hokokai giat melakukan kampanye untuk
meningkatkan usaha pengadaan pangan terutama beras dan jagung. Tanah
pertanian baru, bekas perkebunan dibuka untuk menambah produksi beras.
Di Sumatra Timur, daerah bekas perkebunan yang luasnya ribuan hektar
ditanami kembali sehingga menjadi daerah pertanian baru. Di tanah Karo juga
dibuka lahan pertanian baru dengan menggunakan
tenaga para tawanan. Di Kalimantan dan Sulawesi juga dibuka tanah pertanian baru
untuk menambah hasil beras. Untuk kepentingan penambahan lahan pertanian ini, Jepang
melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran. Di Pulau Jawa
dilakukan penebangan hutan secara liar sekitar 500.000 hektar. Penebangan
hutan secara liar dan berlebihan tersebut mengakibatkan hutan menjadi gundul,
sehingga timbullah erosi dan banjir pada musim penghujan. Penebangan
hutan secara liar tersebut juga berdampak pada berkurangnya sumber
mata air. Dengan demikian, sekalipun tanah pertanian semakin luas, tetapi
kebutuhan pangan tetap tidak tercukupi. Keadaan ini semakin menambah
beban bagi pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Untuk mengatasi
keadaan ini kemudian pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan
beberapa ketentuan yang sangat ketat yang terkait dengan produksi padi.

a. Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Jepang.


    Hanya pemerintah Jepang yang berhak mengatur untuk produksi,
    pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam
    kaitan ini Jepang telah membentuk badan yang diberi nama Shokuryo
    Konri Zimusyo (Kantor Pengelolaan Pangan).
b. Penggiling dan pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus
    diatur oleh Kantor Pengelolaan Pangan.
c. Para petani harus menjual hasil produksi padinya kepada pemerintah
    sesuai dengan kuota yang telah ditentukan dengan harga yang telah
    ditetapkan pemerintah Jepang. Begitu juga padi harus diserahkan ke
    penggilingan padi yang sudah ditunjuk pemerintah Jepang. Dalam hal
    ini, berlaku ketentuan hasil keseluruhan produksi, petani berhak 40%,
    kemudian 30% disetor kepada pemerintah melalui penggilingan yang
    telah ditunjuk, dan 30% sisanya untuk persiapan bibit dengan disetor
    ke lumbung desa.

Pengertian Romusha
Untuk mendukung dan menjalankan Imperialisme Jepang, yaitu Kesemakmuran Asia Timur
Raya. Maka Jepang butuh dana besar untuk membiayai perang, baik itu Perang Dunia II maupun
perang memperjuangkan Imperialisme-nya. Tidak lain, dan tidak bukan adalah Kesemakmuran
Asia Timur Raya. Jepang juga membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana
pendukung perang, antara lain kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan
lapangan udara. Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga
kerja itu disebut romusha. Jika dirincikan maka pengertian romusha terbagi menjadi dua, yaitu

 Pengertian Romusha secara Bahasa, Romusha berarti Buruh, Pekerja.


 Pengertian Romusha secara Istilah, Romusha berarti panggilan bagi orang-orang
Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia
mulai tahun 1942 sampai 1945.
Pada mulanya, pelaksanaan romusha didukung rakyat. Rakyat Indonesia masih termakan
propaganda Jepang untuk membangun keluarga besar Asia. Tenaga-tenaga romusha ini
kebanyakan diambil dari desa-desa, umumnya orang-orang yang tidak bersekolah atau paling
tinggi tamat Sekolah Dasar.

Semula program romusha bersifat sukarela dan sementara. Akan tetapi, setelah kebutuhan


mendesak, pengerahan tenaga kerja berubah menjadi paksaan. Ribuan tenaga
kerja romusha dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri, seperti Burma, Malaysia, Thailand,
dan Indo-Cina. Dalam leteratur lain menyebutkan jumlah Romusha di Indonesia mencapai 4
sampai 10 juta.

Tenaga kerja romusha ini diperlakukan dengan sangat buruk, sehingga banyak di antara mereka
yang meninggal dunia. Pengerahan tenaga kerja tersebut telah membawa akibat dalam struktur
sosial di Indonesia.Banyak pemuda tani yang menghilang dari desanya karena mereka takut
dikirim sebagai romusha. Para romusha yang selamat kemudian kembali ke desa mereka.
Mereka ini memiliki banyak pengalaman di berbagai bidang. Mereka datang membawa gagasan-
gagasan baru sehingga desanya terbuka untuk perubahan.

Latar Belakang Dibentuknya Romusha


Romusha (rōmusha: “buruh”, “pekerja”) adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang
dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga
1945. Kebanyakan romusha adalah petani dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan
para petani menjadi romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia
serta Asia Tenggara. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha tidak diketahui pasti –
perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta. Salah satu bentuk represi yang dilakukan
oleh pemerintah jepang yaitu pengurasan tenaga kerja dengan menciptakan romusha sebagai
tenaga kerja paksa.

Tujuan Jepang melakukan tanam paksa atau Romusha yaitu, untuk persiapan perang Asia Timur
Raya serta memenuhi kebutuhan tentara jepang, untuk lebih jelasnya lagi akan di bahas sebagai
berikut: Pada mulanya tugas-tugas yang dilakukan itu bersifat sukarela dan pengerahan tenaga
tersebut tidak begitu sukar dilakukan karena orang masih terpengaruh oleh propaganda “untuk
kemakmuran bersama Asia Timur Raya”.  Hampir semua pemuda desa  dijadikan romusha untuk
diperjakan membuat lapangan terbang, tempat pertahanan, jalan, gedung, dll. Bukan hanya di
Indonesia saja tetapi mereka banyak yang dikirim ke Birma, Thailand dan Malaysia untuk
keperluan yang sama yaitu membuat tempat pertahanan dan memperlancar trasportas Pemerintah
jepang terus melancarkan kampanye pengerahan romusha yang diberi sebutan “ perajurit
ekonomi “ atau “ pahlawan kerja “ yang digambarkannya sebagai orang yang sedang menjalani
tugas suci guna memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada waktu itu pemerintah berhasil
mengerahkan romusha keluar jawa sebanyak 300.000 orang, sedangkan sekitar 70.000 orang
dalam keadaan yang menyedihkan.

Masuknya Jepang ke Indonesia, awalnya disambut gembira oleh para pejuang kemerdekaan
waktu itu. Jepang dianggap sebagai saudara, sesama Asia yang membantu mengusir Kolonial
Belanda . Namun, sesaat setelah Jepang mendarat di Hindia Belanda (Indonesia-saat ini),
ternyata Jepang berbuat yang tak kalah licik dan bengisnya. Jepang berupaya menghapus
pengaruh kultural barat yang telah hinggap di Hindi Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk
sumber sumber kekayaan alam startegi yang ada di tanah air kita. Pasokan sumber sumber ala
mini digunakan untuk membiayai perang Jepang dengan Sekutu di Asia Timur dan Pasifik.

Luasnya daerh pendudukan Jepang membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar.
Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang
bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa
yang cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusa. Jejaring
tentara Jepang untuk menjalankan romusha hingga ke desa desa. Dalam catatan buku ini,
setidaknya ada 300.000 tenaga romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara,
70.000 orang diantaranya dalam kondisi menyedihkan da berakhir dengan kematian.

Para romusa juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming iming
mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kamp kamp tertutup untuk dijadikan wanita
penghibur (Jugun Ianfu).

Romusa juga melibatkan tokoth tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk
menjadi tenaga tenaga paksa tersebut. Diantara para romusa yang berasal dari tokoh pergerakan
adalah Soekarno dan Otto Iskandardinata. Mereka berdua dipaksan tentara pendudukan Jepang
untuk membuat lapangan udara darurat.

Jepang melakukan rekruitmen calon calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi tenaga kerja
paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusa dan proyek proyeknya di Gunung Madur dan
sekitar Banten. Namun pada saat yang sama, Jepang berhasil memanipulasi keberadaan romusa
ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan romusa, Jepang memperhasul istilah
romusa dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja.
Pada pertengahan tahun 1943, para romusa semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena
kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusa romusa ini digunakan sebagai tenaga
swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang
membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada
situasi seperti ini, permintaan terhadap romusa semakin tak terkendali.

Jika kita melihat angka tahunnya, proyek romusa di Indonesia berjalan dalam tempo dua tahun.
Bukanlah waktu yang pendek untuk menghasilkan penderitaan dan kematian sebagaimana yang
terungkap dalam data diatas. Barulah pada tahun 1945, Hindia Belanda merdeka menjadi
Indonesia, serta mengakhiri proyek dan impian kolonialisasi Jepang.

Romusha yang diperkejakan di proyek-proyek, antara lain pembuatan jalan, jembatan, barak-
barak militer, berlangsung selama satu sampai tiga bulan. Lebih dari tiga bulan merupakan masa
kerja romusha yang diperkejakan di proyek-proyek diluar keresidenan mereka. Tidak hanya
keluar Jawa, bahkan eomusha dikirim ke luar Indonesia, seperti Birma, Muang,Tgai Vietnam dan
Malaysia.

Dampak Romusha Bagi Bangsa Indonesia

Romusha memberikan akibat yang mendalam bagi bangsa indonesia meskipun Jepang menjajah
Indonesia hanya seumur jagung apa yang dikatakan oleh ramalan Joyoboyo, atau lebih tepatnya
3 ½ tahun jepang menjajah indonesia yaitu pada tahun 1942-1945 tetapi dalam waktu yang
sesingkat itu memumbuhkan dampak yang sangat mendalam bagi bangsa indonesia karena pada
waktu itu sangat menderita dengan adanya romusha rakyat indonesia hidup bagaikan tulang
tanpa daging pakaian compang-camping kelaparan dimana-mana atau rakyat indonesia dibawah
titik nadir masyarakat yang terbelakang, miskin, teringgal untuk lebih khusus lagi akan
dipaparkan dampak dari Romusha sebagai berikut:

1. Bidang Ekonomi: Keadaan ekonomi di Indonesia mengalami kemerosotan. Penyebabnya


antara lain adalah sebagai berikut:
2. Para penyuluh pertanian bukan tenaga-tenaga ahli pertanian.
3. Hewan-hewan yang berguna bagi pertanian banyak yang dipotong.
4. Kurangnya tenaga kerja petani karena banyak yang dijadikan romusha.
5. Banyaknya penebangan hutan liar.
6. Kewajiban menyerahkan hasil bumi.
7. Bidang Sosial dan Budaya: kepala–kepala desa dan camat yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan itu sering menunjukkan untuk menjadi romusha dipilih orang–orang yang
tidak mereka sukai atau dipilih orang yang ditakuti oleh masyarakat desa setempat.
Berjuta- juta rakyat menderita kelaparan dan serba kekurangan. Dijalankannya program
kerja tanam paksa romusha lebih menambah hancurnya perasaan ketentraman masyarakat
jawa. Pengaruh buruk dari sistem romusha itu masih ditambah lagi oleh pelaksanaan
setempat yang memungkinkan dapat dibelinya pengecualian atau kewajiban menjadi
romusha. Tentu saja hal itu dapat dilakukan oleh golongan masyarakat kaya.
8. Dampak bagi pekerja

Para tenaga kerja yang disebut romusha kebanyakan meninggal karena kekurangan makan,
kelelahan, malaria dan terjangkit penyakit. Selain itu juga karena kerasnya pengawasan dan
siksaan Jepang yang kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Dibarak-barak romusha tidak tersedia
perawatan dan tenaga kesehatan. Seakan-akan telah menjadi rumus bahwa siapa yang tidak lagi
kuat bekerja maka akan mati. Sebagai mana alam pemikiran jepang, bahwa bukan manusianya
yang diperhitungkan melainkan tujuannya yaitu “menang perang”.

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP JEPANG


Pada awal kedatangan di Indonesia, Jepang mendapatkan sambutan hangat oleh rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia bersimpati dengan pihak Jepang dikarenakan propaganda
Jepang sangat menarik dan rakyat sudah sangat menderita akibat penjajahan Jepang. Maka saat
pertama kali mendarat di Indonesia, banyak orang Indonesia yang membantu Jepang dalam
mengalahkan tentara Belanda. Lama kelamaan nampaklah sifat Jepang yang sebenarnya. Jepang
begitu kejam terhadap rakyat Indonesia. Sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia
diperas habis-habisan untuk kepentingan perang Jepang.
Kesewenang-wenangan Jepang kemudian memunculkan perlawanan diberbagai daerah di
Indonesia, antara lain:

Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Jepang


Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawananan rakyat yang terjadi di Cot
Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Abdul Jalil adalah seorang ulama muda, guru mengaji di
daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh. Karena melihat kekejaman dan kesewenangan pemerintah
pendudukan Jepang, terutama terhadap romusa, maka rakyat Cot Plieng melancarkan
perlawanan.Abdul Jalil memimpin rakyat Cot Plieng untuk melawan tindak penindasan dan
kekejaman yang dilakukan pendudukan Jepang.

Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat


Selain penderitaan akibat adanya Romusha, Selain itu, rakyat juga diwajibkaan menyerahkan
padi dan beras dengan aturan yang sangat menjerat dan menindas rakyat, sehingga penderitaan
terjadi di mana-mana. Perlawanan rakyat Singaparna terhadap Jepang dipimpin oleh K.H Zainal
Mustofa. Sebab khusus dari perlawanan yang dilakukan oleh K.H Zainal Mustofa adalah adanya
perintah untuk melakukan Seikerei yaitu membungkukkan badan kea rah matahari terbit. Hal ini
sangat ditentang oleh K.H Zainal Mustofa dikarenakan menyalahi akidah agama Islam. Oleh
karena itu K.H Zainal Mustofa mengobarkan perlawanan terhadap Jepang.
Perlawanan Rakyat Indramayu terhadap Jepang
Perlawanan rakyat Indramayu antara lain terjadi di Desa  Kaplongan, Distrik Karangampel  pada
bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula perlawanan rakyat di Desa Cidempet,
Kecamatan Lohbener. Pemimpin perlawanan rakyat Indramayu terhadap jepang adalah Madriya.
Perlawanan tersebut terjadi karena rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan penarikan
hasil padi yang sangat memberatkan. Rakyat yang baru saja memanen padinya harus langsung
dibawa ke balai desa. Setelah itu, pemilik mengajukan permohonan kembali untuk mendapat
sebagian padi hasil panennya. Rakyat tidak dapat menerima cara-cara Jepang yang demikian.
Rakyat protes dan melawan. Mereka bersemboyan “lebih baik mati melawan Jepang daripada
mati kelaparan”. Setelah kejadian tersebut, maka terjadilah perlawanan yang dilancarkan oleh
rakyat. Namun, sekali lagi rakyat tidak mampu melawan kekuatan Jepang yang didukung dengan
tentara dan peralatan yang lengkap. Rakyat telah menjadi korban dalam membela bumi tanah
airnya.

Perlawanan Rakyat Kalimantan terhadap Jepang


Rakyat melawan Jepang karena himpitan penin  dasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu
perlawanan di Kalimantan adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin
Suku Dayak. Pemimpin Suku Dayak ini memiliki pengaruh yang luas di kalangan orang-orang
atau suku-suku dari daerah Tayan, Meliau, dan sekitarnya.

Perlawanan Rakyat Papua terhadap Jepang


Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah “Gerakan Koreri” yang berpusat di Biak
dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Biak merupakan pusat pergolakan untuk melawan
pendudukan Jepang. Rakyat Irian memiliki semangat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang
sangat kuat, sedangkan rakyat hanya menggunakan senjata seadanya untuk melawan. Selain di
Biak, di berbagai daerah lain di Papua juga melakukan perlawanan terhadap Belanda, seperti di
Yapen yang dipimpin oleh Nimrod, dan di tanah besar yang dipimpin oleh Simson.

Perlawanan PETA
PETA merupakan salah satu organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang. Peta adalah organisasi
militer. Karena itu, para anggota Peta juga mendapatkanlatihan kemiliteran.  Mula-mula yang
ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut 
Tokubetsu Han. tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi berdirilah Peta. Berdirinya Peta ini 
berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44.
Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda. Banyak di antara para
pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Anggota Peta
yang bergabung berasal dari berbagai golongan di dalam masyarakat. Tentara PETA hidup
dalam kamp kamp militer yang bentuk oleh Jepang. Kehidupan tentara PETA dijamin oleh
Jepang.
Anggota PETA menyadi penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia. Oleh karena itu
muncul berbagai perlawanan PETA, antara lain di Blitar, Aceh dan Cilacap.

Perlawanan PETA di Blitar dipimpin oleh Chudanco Supriyadi. Penyebab dari perlawanan
PETA di Blitar disebabkan oleh tindakan sewenang-wenang Jepang terhadap rakyat Blitar.
Tentara PETA merasa prihatin terhadap perlakuan tersebut, sehingga mengadakan perlawanan.
Akan tetapi pada akhirnya perlawanan dapat dipadamkan oleh Jepang. Setelah melalui beberapa
kali persidangan, mereka kemudian dijatuhi hukuman sesuai dengan peranan masing-masing 
dalam perlawanan itu. Ada yang mendapat pidana mati, ada yang seumur hidup, dan sebagainya.
Mereka yang dipidana mati  antara lain, dr. Ismail, Muradi, Suparyono, Halir Mangkudijoyo,
Sunanto, dan Sudarno. Sementara itu, Supriyadi tidak jelas beritanya dan tidak disebut-sebut
dalam peng  adilan tersebut.
Perlawanan tentara PETA di Aceh. Kebencian rakyat Aceh terhadap Jepang semakin meluas
sehingga muncul perlawanan di Jangka Buyadi bawah pimpinan perwira Gyugun Abdul
Hamid.Dalam situasi perang yang meluas ke berbagai tempat, Jepang mencari cara yang efektif
untuk menghentikan perlawanan Abdul Hamid. Jepang menangkap dan menyandera semua
anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan berat hati akhirnya Abdul Hamid mengakhiri
perlawanannya.

Perlawanan tentara PETA di Cilacap. Perlawanan PETA Cilacap dipimpin oleh Budanco
Kusaeri. Perlawanan direncanakan akan dimulai pada tanggal 21 April 1945 akan tetapi
diketahui oleh Jepang. Sehingga pada tanggal 25 April 1945, Kusaeri dan teman-temannya
ditangkap.

Sumber: http://www.donisetyawan.com/perlawanan-bangsa-indonesia-terhadap-jepang/

Pengertian BPUPKI
BPUPKI atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia adalah sebuah
badan yang dibentuk oleh pihak jepang pada tanggal 29 april 1945. Badan ini dibentuk dengan
alasan mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia supaya mau membantu bangsa jepang
dengan menjanjikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.

Badan ini diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat
serta wakilnya yaitu Ichibangase Yoshio (orang jepang) dan Raden Pandji Soeroso. Badan
ini beranggotakan 67 orang. BPUPKI mempunyai tugas yakni mempelajari dan menyelidiki hal-
hal yang bersifat dengan aspek-aspek politik ekonomi, tata pemerintahan serta hal lain yang
dibutuhkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.

Tak lama kemudian BPUPKI pun dibubarkan dibentuk sebuah badan baru untuk menggantikan
BPUPKI. Badan tersebut yakni PPKI atau Panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) dengan jumlah anggota 21 orang dengan ketuanya yaitu Ir.
Soekarno , wakilnya Drs. M. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.

Anggota dari PPKI tersebut dipilih dengan mewakili berbagai etnis yang mewakili Indonesia
diantaranya yakni : 12 orang asal jawa, 3 orang asal sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang
asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku dan terakhir 1
orang etnis Tionghoa.

Sejarah Pembentukan BPUPKI


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi
Cosakaiatau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh
pemerintah pendudukan balatentara Jepangpada tanggal 29 April 1945bertepatan dengan hari
ulang tahun KaisarHirohito.

Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan menjanjikan
bahwa Jepangakan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63 orang
yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningratdengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang
Jepang) dan R.P. Soeroso.

Adapun Sejarah Pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam Maklumat Gunseikan


nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar belakang dikeluarnya Maklumat No. 23 itu
adalah karena kedudukan Facisme (kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam.Maka
sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk BPUPKI bukan merupakan
kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya ingin mementingkan dirinya sendiri, yaitu
pertama; Jepang ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatannya dengan cara memikat hati rakyat
Indonesia,dan yang kedua; untuk melaksanakan politik kolonialnya.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang


beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan wakil Abdoel
Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai) dengan anggota berjumlah 21
orang sebagai upaya pencerminan perwakilan etnis [1]terdiri berasal dari 12 orang dari Jawa, 3
orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.

Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu.dengan pasukan jepang di Papua Nugini
Kepulauan Solomon,dan Kepulauan Marshall yang berhasil di pukul mundur oleh
pasukan sekutu.Dalam situasi kritis tersebut,pada tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral Kumakici
Harada, pimpinan pemerintah pendudukan jepang di jawa, mengumumkan pembentukan badan
penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekan INDONESIA (Dokuritsu Junbi Cosakai) .
pengangkatan pengurus ini di umumkan pada tanggal 29 april 1945 .

Dr.Radjiman Wediodiningrat diangkat sebagai (Kaico), sedangkan yang duduk sebagai ketua
muda (fuku kico) pertama di jabat oleh seorang jepang , Shucokai cirebon yang bernama
Icibangase . R .P .Suroso diangkat sebagai kepala sekertariat dengan di bantu oleh Toyohiti
Masuda dan Mr. A. G .

Pringodigdo pada tanggal 28 mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian badan penyelidik
Usaha-Usaha persiapan kemerdekaan bertempat di gedung Cuo sangi in, jalan pejambon
(Sekarang GedungDepartemen Luar negri) ,jakarta.

Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang yaitu jendral Itagaki (panglima
tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan letnan jendral nagano (panglima tentara
Keenam belas yang baru ). Pada kesempatan itu di kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh
Mr.A.G. pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera merah putih oleh toyohiko
Masuda.

Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi atas
janji tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau Dekoritsu Zyunbi Tioosakaiyang tugasnya menyelidiki segala sesuatu hal untuk
persiapan kemerdekaan Indonesia.

Pada hari itu juga di umumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta sebagian para anggota

Ketua (kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat


Ketua Muda (Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin) : Hibangse Yosio (Orang Jepang)
Ketua Muda ( Fuku kaico): R.P. Soeroso ( Merangkap Kepala atau Zimokyoku Kucoo) Anggota
60 orang :

Disamping itu, pada tanggal 29 april 1945 jepang memperbolehkan berkibarnya bendera merah
putih berdampingan dengan bendera Jepang.

Sidang BPUPKI Pertama


Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal
dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung
Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda

Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei
1945 dengan tema Dasar Negara. Sidang ini membahas dan merancang calon dasar Negara R.I.
yang akan merdeka. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu :

 1. Peri Kebangsaan
 2. Peri Kemanusiaan
 3. Peri Ketuhanan
 4. Peri Kerakyatan
 5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya mengusulkan lima
asas :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila, yaitu
:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi Trisila
atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan

Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali disebutnya sebagai
Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan
bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan.

Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilahPancasila, namun konsep bersikaf
kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan
aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

Sidang BPUPKI
Sidang Pertama
Sidang pertama BPUPKI diadakan di sebuah gedung yakni gedung Chuo Sang In di Jalan
Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan gedung Pancasila. Rapat pertama dibuka pada
tanggal 28 Mei 1945 dan dimulai pada keesokan harinya yakni pada tanggal 29 Mei 1945 yang
bertemakan Dasar Negara. Lalu pada sidang pertama ini ada 3 orang yang memberikan pendapat
mengenai Dasar Negara,  Mereka yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo dan Ir.
Soekarno.

Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengemukakan lima asas dari dasar
Negara, yaitu sebagai berikut :

 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ketuhanan
 Peri Kerakyatan
 Kesejahteraan Rakyat

Dua hari kemudian, Prof. Dr.Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 mengajukan Dasar Negara
Indonesia yaitu sebagai berikut:

 Persatuan
 Mufakat dan Demokrasi
 Keadilan Sosial
 Kekeluargaan
 Musyawarah

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno pun mengajukan lima asas Negara yang sekarang kita
kenal dengan nama Pancasila.

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial
 Ketuhanan Yang Maha Esa

Menurut Ir. Soekarno, kelima asas tersebut masih bisa diperas menjadi Ekasila atau Trisila.
Selanjutnya Lima Asas tersebut disebut dengan Pancasila dengan urutan yang berbeda. Lalu,
pada pembentukan sila tersebut menjadi perdebatan diantara peserta yang menghadiri siding
BPUPKI. Perdebatan ini membahas penetapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru

Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945 dan belum menghasilkan suatu
keputusan apapun akhir dari Dasar Negara Indonesia Merdeka hingga diadakan masa reses
selama 1 bulan

Pada tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 9 orang dan
disebut dengan panitia Sembilan. Anggota dari panitia Sembilan yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moch. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis

Seudah dilakukannya musyawarah dengan Panitia Sembilan, menghasilkan suatu rumusan yang


mendeskripsikan maksud dan tujuan dari pembentukan Negara Indonesia Merdeka. Oleh Mr.
Muhammad Yamin, rumusan tersebut dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Rumusan
tersebut yaitu sebagai berikut :

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan
perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang Kedua BPUPKI

Pada rapat kedua dari BPUPKI berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945 dengan topic bahasan
yakni bentuk Negara, wilayah Negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan Negara, pendidikan serta pengajaran.

Pada rapat kedua ini dibentuk panitia yang berjumlah 19 orang yang membahas rancangan
undang-undang dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno sendiri sobat. Tak lupa pula dibentuk
Panitia Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi
dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Moch. Hatta.

Berdasarkan hasil pemungutan suara, wilayah Indonesia Merdeka sudah ditentukan. Wilayah


tersbut mencakup wilayah Hindia Belanda dulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua,
Timor-Portugis serta pulau-pulau disekitarnya.

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil yang beranggota
7 orang, yaitu:

1. Prf. Dr. Mr. Soepomo


2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman

Persidangan Kedua BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945, dalam rangka menerima laporan Panitia
Perancang UUD , Ir. Soekarno melaporkan tiga hasil, yaitu sebagai berikut :

 Pernyataan Indonesia Merdeka


 Pembukaan UUD
 Batang Tubuh dari UUD

 Kronologis Perumusan Teks Proklamasi


 Setelah peristiwa Rengasdengklok, rombongan Ir. Soekarno segera kembali ke Jakarta
sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945. Semula tempat yang dituju adalah
Hotel des Indes (Duta Indonesia). Namun, tidak jadi karena pihak hotel tidak
mengizinkan kegiatan apa pun selepas pukul 22.30 WIB. Di hotel yang terletak di Jalan
Gajah Mada ini, pada pagi sebelumnya juga telah direncanakan pertemuan anggota PPKI,
tetapi pihak Jepang melarangnya. Dalam keadaan demikian, Achmad Soebardjo
membawa rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.
Setelah tiba di Jl. Imam Bonjol No. 1, Soekarno dan Moh. Hatta lalu diantarkan
Laksamana Maeda menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) Mayor
Jenderal Hoichi Yamamoto. Akan tetapi, Gunseikan menolak menerima Soekarno - Hatta
pada tengah malam. Dengan ditemani oleh Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro
Yoshizumi, dan Miyoshi sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco
(Direktur/ Kepala Departemen Umum Pemerintah Militer Jepang) Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura. Tujuannya untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
 Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara Soekarno - Hatta di satu pihak
dengan Nishimura di lain pihak. Soekarno - Hatta bertekad untuk melangsungkan rapat
PPKI pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 Rapat PPKI itu tidak jadi diadakan karena
mereka dibawa ke Rengasdengklok. Mereka menekankan kepada Nishimura bahwa
Jenderal Besar Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia kepada PPKI. Di lain pihak, Nishimura menegaskan garis kebijaksanaan
Panglima Tentara ke-XVI di Jawa, bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu
berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.
 Berdasarkan garis kebijaksanaan itu, Nishimura melarang Soekarno - Hatta untuk
mengadakan rapat PPKI dalam rangkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan.
Sampailah
 Soekarno - Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan soal
kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Mereka hanya berharap pihak Jepang
supaya tidak menghalang-halangi pelaksanaan Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.
 Proses Perumusan Teks Proklamasi
 Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah Maeda. Di rumah Maeda
telah hadir, para anggota PPKI, para pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan dan
beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di Jakarta. Setelah berbicara sebentar dengan
Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda minta
diri untuk beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin Indonesia berunding di
rumahnya. Para tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk merumuskan teks
proklamasi. Kemudian di ruang makan Maeda dirumuskan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung Maeda tidak hadir,
tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B. M.
Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo membahas perumusan
naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
 Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi sebagai judul pada pukul
03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan kalimat "Kami bangsa Indonesia dengan
ini menyatakan kemerdekaan Indonesia". Moh. Hatta menambahkan kalimat: "Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya". Soekarno menuliskan: Jakarta,
17 - 8 - 05 Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai penutup.
 Pada pukul 04.00 WIB dini hari Soekarno meminta persetujuan dan tanda tangan kepada
semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Para pemuda menolak dengan
alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang. Sukarno
mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh, yakni
Soekarno dan Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima. Dengan
beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada
Sayuti Melik untuk diketik. Perubahan dalam naskah Proklamasi terdiri dari:
        Kata tempoh diubah mendai tempo
        Kata-kata "wakil-wakil bangsa Indonesia" pada bagian akhir naskah diubah menjadi
"atas nama bangsa Indonesia".
        Perubahan penulisan tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05" menjadi Djakarta, hari 17
boelan 8 tahoen 05. Tahun 05 merupakan singkatan dari tahun Jepang (Sumera), yakni
tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi.
 Pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi. Agar seluruh rakyat Indonesia
mengetahuinya, naskah itu harus disebarluaskan. Timbullah persoalan tentang cara
penyebaran naskah tersebut ke seluruh Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah
tersebut dibacakan di Lapangan Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya
masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi. Namun, Soekarno
tidak setuju karena lapangan Ikada merupakan tempat umum yang dapat memancing
bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Ia sendiri mengusulkan agar Proklamasi
dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Usul tersebut disetujui dan
naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakannya bersama Hatta di tempat itu
pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.
 Inilah kronologis dan proses singkat dari sejarah perumusan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Indonesia berjuang hingga titik darah penghabisan
untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan ini mereka cari dan mereka gapai
bukan diberikan oleh negara-negara penjajah. Oleh karena itu, baiklah kita untuk
mengingat jasa para pahlawan kita dengan mengerti sejarah pada jaman penjajahan,
mengerti usaha yang mereka lakukan demi masa depan yang sekarang kita diami.

Sumber: https://www.kompasiana.com/leonjyz/5ca21b489715941f5912a542/perumusan-teks-
proklamasi-kemerdekaan-indonesia?page=all

Hasil Sidang PPKI 1, 2, 3 (Tanggal 18, 19, 22 Agustus 1945) dan


Penjelasannya
Hasil sidang PPKI 1, 2, 3 – PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah badan
khusus yang dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Tugas-tugas PPKI
memang untuk melakukan persiapan kemerdekaan. Wujudnya bisa dilihat dari hasil sidang PPKI
yang menghasilkan berbagai keputusan, seperti mengesahkan UUD 1945 dan membentuk komite
nasional.
Awalnya PPKI dibentuk sebagai pengganti dari BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang dibubarkan karena dianggap sudah menyelesaikan tugasnya.
Dalam bahasa Jepang, PPKI disebut Dokuritsu Junbi Iinkai.

Umumnya tugas PPKI yang paling utama adalah untuk mempersiapkan segala hal yang
berkaitan dengan kemerdekaan Republik Indonesia. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno, sedangkan
wakil ketuanya adalah Drs. Mohammad Hatta.
Terdapat 21 anggota awal PPKI yang kemudian bertambah 6 anggota lagi, sehingga total ada 27
anggota yang bergabung dengan PPKI. Di antara anggota PPKI juga meliputi Achmad
Soebardjo, Otto Iskandardinata, Dr. Soepomo dan Radjiman Widyodiningrat.

Usai pembacaan teks proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, PPKI


melaksanakan sidang di hari berikutnya. Sidang PPKI dilaksanakan sebanyak 3 kali yakni:
1. Sidang pertama PPKI dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945
2. Sidang kedua PPKI dilaksanakan tanggal 19 Agustus 1945
3. Sidang ketiga PPKI dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1945
Hasil sidang PPKI menghasilkan banyak keputusan penting, di antaranya adalah pengesahan
undang-undang dasar 1945, pengangkatan presiden dan wakil presiden Indonesia yang pertama,
pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi serta pembentukan komite nasional Indonesia
pusat.

Hasil Sidang PPKI


Sidang PPKI dilaksanakan 3 (tiga) kali, yakni pada tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945. Tiap
sidang menghasilkan ide, gagasan dan keputusan berbeda yang dibahas, meliputi pembentukan
konstitusi, struktur pemerintahan, komite nasional dan pasukan negara.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 18 Agustus 1945


Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
atau hasil sidang PPKI yang pertama.

1. Mengesahkan UUD 1945


Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai konstitusi negara.
PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945). Adapun rancangan batang tubuh UUD
1945 sudah dibuat oleh BPUPKI sebelumnya.

Selain itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta dimana kalimat ‘Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha
Esa’.

2. Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden
Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan mengangkat presiden serta wakil
presiden Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir. Soekarno terpilih
sebagai presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil
presidennya.

3. Membentuk Komite Nasional


Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi komite nasional ini
adalah untuk sementara membantu tugas tugas Presiden sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

Hasil Sidang PPKI Tanggal 19 Agustus 1945


Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945
atau hasil sidang PPKI yang kedua.

1. Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi


Hasil sidang PPKI kedua salah satunya adalah pembentukan pemerintah daerah. Indonesia dibagi
menjadi 8 provinsi, dimana tiap provinsi dipimpin oleh seorang gubernur sebagai kepala daerah.

Adapun 8 provinsi yang dibentuk beserta nama gubernurnya adalah :

No Provinsi Nama Gubernur

1 Sumatra Teuku Mohammad Hassan

2 Jawa Barat Sutarjo Kartohadikusumo

3 Jawa Tengah R. Panji Suroso

4 Jawa Timur R. A. Suryo

5 Sunda Kecil I Gusti Ketut Puja Suroso

6 Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Nor

7 Sulawesi Mr. J. Ratulangi

8 Maluku Dr G. S. S. J. Latuharhary
2. Membentuk komite nasional daerah
Setelah membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, selanjutnya juga dibentuk komite
nasional di tingkat daerah di tiap-tiap provinsi, mulai dari Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

3. Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara


Hasil sidang kedua PPKI berikutnya adalah pembentukan 12 kementrian kabinet di tiap
departemen serta 4 menteri negara non-departemen. Berikut merupakan nama-nama menteri dan
departemen yang dipimpin pada kabinet Republik Indonesia yang pertama.
No Nama Menteri Departemen

1 R.A.A. Wiranata Kusumah Departemen Dalam Negeri

2 Mr. Achmad Soebardjo Departemen Luar Negeri

3 Prof. Dr. Mr. Soepomo Departemen Kehakiman

4 Ki Hajar Dewantara Departemen Pengajaran

5 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Pekerjaan Umum

6 Abikusno Tjokrosujoso Departemen Perhubungan

7 A.A. Maramis Departemen Keuangan

8 Ir. Surachman Tjokroadisurjo Departemen Kemakmuran

9 Dr. Buntaran Martoatmojo Departemen Kesehatan

10 Mr. Iwa Kusuma Sumantri Departemen Sosial

11 Soeprijadi Departemen Keamanan Rakyat

12 Mr. Amir Syarifudin Departemen Penerangan

13 Wachid Hasjim non-departemen

14 Dr. M. Amir non-departemen

15 Mr. R. M. Sartono non-departemen

16 R. Otto Iskandardinata non-departemen


4. Membentuk Tentara Rakyat Indonesia
Usai sidang PPKI kedua dilakukan rapat kecil yang menghasilkan keputusan untuk segera
membentuk Tentara Rakyat Indonesia. Atas usulan Adam Malik, pembentukan pasukan tentara
nasional ini berasal dari tentara Heiho dan PETA.

Selain itu anggota kepolisian dimasukkan dalam departemen dalam negeri. Keputusan ini
dihasilkan dari buah pikiran Otto Iskandardinata. Kemudian Otto Iskandardinata, Abdul Kadir
dan Kasman Singodimerjo ditunjuk untuk mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan dan
kepolisian negara.

20 Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia dan


Perannya
Dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari
dimana Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan dan menandakan bahwa Indonesia telah
merdeka. Hari tersebut termasuk hari yang paling membanggakan dalam sejarah Indonesia
dengan memiliki makna proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa Tokoh Proklamator
Kemerdekaan Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno merupakan salah satu tokoh hebat yang berjuang dalam meraih kemerdekaan
Indonesia dan merupakan tokoh pertama yang menjadi presiden Republik Indonesia. Ir.
Soekarno, atau biasa disebut Bung Karno, lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur
dan meninggal pada tanggal 21 Juni 1970. Pada masa itu, Bung Karno memiliki konsep teks
proklamasi yang ingin dibacakan kepada rakyat Indonesia. Bung Karno juga yang menyusun
teks proklamasi bersama dengan Bung Hatta di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Kemudian
Bung Karno juga berperan dalam membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan
Pegangsaan Timur no. 56 daerah DKI Jakarta.

2. Drs. Moh. Hatta

Drs. Moh Hatta atau biasa disebut dengan Bung Hatta, lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di
daerah Bukittingi, Sumatera Barat dan meninggal pada tanggal 14 Maret 1980 pada umurnya
yang telah menginjak 77 tahun. Bung Hatta juga merupakan seseorang yang telah
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan merupakan wakil presiden pertama yang
memimpin Indonesia bersama Bung Karno. Bung Hatta memiliki peran yang besar juga dalam
proklamasi kemerdekaan, dimana beliau ikutserta dalam menyusun naskah proklamasi bersama
dengan Bung Karno dan Achmad Soebardjo di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Selain itu,
Bung Hatta juga seseorang yang menandatangani naskah proklamasi bersama dengan Bung
Karno.
3. Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisurjo

Mr. Achmad Soebardjo merupakan Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia, seorang


diplomat, dan seorang pahlawan Nasional Indonesia. Beliau adalah Menteri luar negeri pertama
di Indonesia dan memiliki gelar Meester in de Rechten yang diperoleh di Unicersitas Leiden,
Belanda pada tahun 1933. Achmad Soebardjo berperan dalam penyusunan konsep naskah
proklamasi kemerdekaan Indonesia di rumah seorang laksamana muda Jepang bersama Bung
Karno dan Bung Hatta.

4. Sutan Syahrir

Sutan Syahrir (dengan ejaan lama: Soetan Sjahrir) lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada
5 Maret 1909 dang meninggal pada tanggal 9 April 1966 di Zurich, Swiss pada umur 57 tahun.
Beliau adalah seorang politikus keturunan Bugis dan perdama Menteri pertama di Indonesia.
Beliau menjabat sebagai perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947
dan meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik. Sutan Syahrir ditetapkan sebagai
salah seorang pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 berdasarkan Keppres no.
76 tahun 1966. Sutan Syahrir berperan sebagai pemimpin perlawanan bawah tanah untuk
menyerang dan melawan Jepang pada masa-masa proklamasi. 
5. Sayuti Melik

Mohamad Ibnu Sayuti, atau biasa lebih dikenal dengan Sayuti Melik, diketahui dalam sejarah
sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau juga merupakan
suami dari Soerastri Karma Trimurti yang bekerja sebagai seorang wartawati dan aktifis
perempuan pada zaman pergerakan dan zaman pasca kemerdekaan. Peran beliau dalam
membantu berjalannya proklamasi adalah dengan mengetik naskah Proklamasi yang
disempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.

6. Soekarni Kartowirjo

Soekarni merupakan salah satu Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Gelar Pahlawan
Nasional Indonesia Sukarni disematkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November
2014 kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta. Sukarni berperan dalam masa
proklamasi dengan mengusulkan agar teks proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk
ditandatangi oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. 
7. Burhanuddin Mohammad Diah (B.M. Diah)

Burhanuddin Mohammad merupakan seorang pejuah kemerdekaan, diplomat, tokoh pers, dan
pengusaha Indonesia. B.M. Diah berperan sebagai wartawan dan bertugas untuk menyiarkan
kabar berita bahwa Indonesia telah merdeka ke seluruh penjuru tanah air pada masa proklamasi
kemerdekaan.

8. Jusuf Kunto

Jusuf Kunto lahir pada tanggal 8 Agustus 1921 di Salatiga. Jusuf Kunto memiliki nama asli
Kunto sebelum akhirnya diganti menjadi Jusuf Kunto sejak tahun 1937. Jusuf Kunto merupakan
salah satu anggota PETA yang ikut menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdngklok
pada tanggal 16 Agustus 1945 bersama Sukarni dan beberapa anggota PETA lainnya.
9. Latief Hendraningrat dan Suhud

Abdul Latief Hendraningrat merupakan salah satu prajurit PETA dengan pangkat Sudanco dan
pengibar bendera Sang Saka Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur 56 berdampingan dengan Suhud Sastro Kusumo.

10. Suwirjo

Raden Suwiryo merupakan salah satu Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia yang pernah
menjadi walikota Jakarta dan ketua umum PNI. Selain itu, beliau juga pernah menjadi wakil
perdana Menteri pada cabinet Sukiman-Suwiryo. Pada saat menjabat sebagai gubernur Jakarta,
beliaulah yang mengusahakan agar kegiatan upacara proklamasi berjalan dengan aman dan
lancar. 
11. Frans Sumarto Mendur
Frans Sumarto Mendur merupakan salah satu dari fotografer yang mengabadikan detik-detik
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai perekan sejarah, hasil potret beliau pada
peristiwa perjuangan kemerdekaan menjadi alasan mengapa sekarang kita bisa melihat foto
upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

12. Syahruddin

Syahruddin merupakan seorang telegrafis di kantor berita Jepang (DOMEI) dalam masa


penjajahan Jepang di Indonesia. Beliaulah yang berjasa dalam menyebarkan berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia secara sembunyi-sembunyi pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 4 sore.
13. Jusuf Ponodipuro

Jusuf Ponodipuro pada awalnya dikenal sebagai penyiar kemerdekaan Republik Indonesia secara
luas dan merupakan duta besar Indonesia. Beliau berperan dalam menyebarkan berita proklamasi
pada saat ia bekerja di Radio Hoso Kyoku.

14. Wikana

Wikana adalah seorang Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama Chaerul Saleh,
Sukarni, dan pemuda lainnya dalam menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Beliau
merupakan utusan yang menyampaikan keputusan kaum pemuda kepada Soekarno-Hatta.

15. Chaerul Saleh

Chaerul Saleh berperan besar dalam peristiwa Rengasdengklok dan menuntut Soekarno-Hatta
untuk segera membacakan proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1946, beliau bergabung dalam
Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka dan menuntut kemerdekaan 100%. Pada 1948, Tan
Malaka mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner dan menunjuk Chaerul Saleh sebagai
sekretaris.

16. Dr. Muwardi

Muwardi berperan dalam membacakan teks pembukaan UUD 1945 yang dibentuk oleh
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan masuk ke dalam sejarah pembentukan
PPKI. Beliau juga merupakan ketua Barisan Pelopor untuk seluruh Jawa dan memerintahkan
Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada yang rencananya akan digunakan sebagai
tempat pembacaan teks proklamasi sehari sebelum pembacaan.
17. Sudiro

Sudiro merupakan walikota Jakarta pada periode 1953 – 1960 dan menjadi saksi dalam
perumusan naskah proklamasi.

18. A.M. Hanafi

Hanafi emiliki peranan besar dalam meyakinkan Bung Karno untuk membacakan teks
proklamasi. Tanpa beliau, Bung Karno tidak berani untuk membacakan teks karena adanya
ancaman Jepang untuk membasmi siapa saja yang melawan.
19. A.R. Baswedan

A.R. Baswedan merupakan salah satu anggota BPUPKI dan memiliki peran dalam mendapatkan
pengakuan de facto dan de jure bagi eksistensi Indonesia.
20. Adam Malik

Adam Malik merupakan mantan Menteru Indonesia dan merupakan salah satu pahlawan
Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1998. Peran beliau dalam proklamasi adalah
sebagai wartawan yang menyampaikan berita proklamasi ke seluruh Indonesia.

Sumber: https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/tokoh-proklamator-kemerdekaan-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai