Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

1. Bersama ini kami mohon diterima booklet tentang


peran dan identitas Tentara Pembela Tanah Air
(PETA) yang mengungkapkan kedudukannya
sebagai sayap Militer dari pergerakan kebangsaan
nasional dan bersama-sama dengan sayap Politik
telah berhasil mempersiapkan dan
melaksanakan/mengawal Proklamasi Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

2. Uraian singkat tertera dalam booklet ini


merupakan Amanat bagi Generasi Muda
Indonesia pada umumnya dan Generasi Muda
TNI-ABRI pada khususnya. Sehingga menjadi
bekal bagi kelanjutan perjuangan bangsa dalam
mempertahankan eksistensi Republik Indonesia
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat di
tengah-tengah pertarungan kekuatan global dunia
pada era globalisasi.

3. Bagi para mantan anggota Tentara PETA


khususnya dan bagi para pejuang/Angkatan 45

1
kemerdekaan nasional serta kedudukan Tentara PETA
sebagai Perintis dari TNI ABRI dan kedudukannya
sebagai founding father dari sistim pertahanan rakyat
semesta RI., agar tercapai suatu pemahaman bersama
tentang peran Tentara PET A dan identitasnya.
MENYATAKA N

MENETAPKAN:

l .Mengukuhkan identitas dan peran Tentara PETA


sebagai sayap militer pergerakan kemerdekaan
nasional PRA Proklamasi Kemerdekaan R.I., 17
Agustus 1945, yang kemudian menjadi TNI ABRI
serta merupakan founding father dari sistim
pertahanan rakyat semesta R.I., sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang tercantum pada pasal 30
Undang-undang Dasar 1945, bawa setiap warga h
negara berhak dan berkewajiban untuk turut serta
dalam usaha pembelaan negara.

2. Rumusan uraian ringkas tentang hal-hal tersebut ad


1. dalam lampiran pada surat pernyataan ini, untuk
disampaikan kepada seluruh generasi penerus Bangsa
Indonesia guna menjadi pegangan dalam melanjutkan
perjuangan mempertahankan eksistensi R.I. sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat di tengah-tengah
percaturan kekuasaan global antar bangsa-bangsa di
dunia.

2
3.Pernyataan ini merupakan amanat dari para mantan
anggota Tentara PETA sebagai bekal bagi generasi
penerus TNI ABRI dalam menjalankan tugas
pertahanan negara baik untuk masa sekarang maupun masa
yang akan datang.

Jakarta, 07 Januari 1999

PENDIRI YA YASAN PEMBELA TANAH AIR

R. Soedirgo

3
LAMPIRAN PADA SURAT PERNYATAAN
Nomor: 0003/P-Yapeta/SP.1/1/1999
Tanggal 07 Januari 1999

RUMUSAN:

1. Amanat Bung Karno sebagai Presiden Republik


Indonesia, bahwa Perintis Kemerdekaan itu adalah
semua mereka yang mempertaruhkan jiwa raganya
untuk mencapai Indonesia merdeka, sehingga
terwujudnya Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
2. Dalam perjoangan kemerdekaan sejak
Kebangkitan Nasional tahun 1908, terdapat dua
unsur utama :
a) Sayap politik yang terdiri dari berbagai
partai-partai politik, sejak 1908.

b) Sayap militer yang terdiri dari Tentara PETA


(Pembela Tanah Air) dengan unit-unit para

4
militer, terdiri dari mahasiswa, pemuda dan
pelajar yang telah mendapat latihan dasar
kemiliteran dari Tentara PETA, sejak tahun
1943.

3. Sebenarnya menjadi jelas bahwa tentara PETA itu


sebagai sayap militer, adalah produk dari
pergerakan kemerdekaan nasional itu sendiri untuk
melengkapi strategi merebut kemerdekaan. Bahwa
untuk memperoleh teknologi militer telah
dipergunakan fasilitas-fasilitas militer Jepang pada
tahun 1943, disebabkan oleh kenyataan bahwa
usaha mendapat fasilitas militer tersebut dari fihak
Belanda pada tahun 1916 dan tahun 1940 telah
ditolak oleh fihak Belanda.

4. Sayap militer tersebut diatas meliputi sekitar


80.000 pasukan Tentara PETA di Jawa dan
Sumatera beserta sekitar 400.000 tenaga para
militer, sehingga menjelang proklamasi 17 Agustus

5
1945, bangsa Indonesia sudah memiliki kekuatan
militer yang riil untuk dihadapkan kepada fihak
manapun yang akan mencoba menghalangi atau
mengganggu bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-cita Indonesia merdeka, yang berpuluh-puluh
tahun diperjoangkan sejak kebangkitan nasional
tanggal 20 Mei 1908.

5. Kapitulasi Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945


dan mendaratnya Sekutu di Indonesia baru pada
akhir September 1945, telah menimbulkan vakum
kekuasaan yang bagi bangsa Indonesia merupakan
peluang emas untuk memproklamasikan negara
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat
atas kekuatan sendiri.

6. Sejak berdirinya Tentara PETA pada tahun 1943,


terus menerus terjadi bentrokan-bentrokan
bersenjata, baik kecil maupun besar antara
pasukan-pasukan PETA dengan tentara Jepang,

6
disebabkan tindakan-tindakan tentara Jepang
yang melanggar hak-hak azasi rakyat Indonesia
yang menyinggung semangat kemerdekaan dan
semangat membela tanah air dari Tentara PETA.
Bentrokan berseajata tersebut antara lain terjadi di
Blitar, Gumilir-Cilacap, Cimahi-Pengalengan,
Pematang Siantar dan dilain tempat yang tersebar
dipulau Jawa dan Sumatera baik yang terkenal
dan tidak terkenal yang merupakan rintisan
pertempuran dari perang kemerdekaan 1945-
1950.

7. Puncak bentrokan-bentrokan tersebut terjadi di


Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945.
Kecamatan Rengasdengklok berhasil dibebaskan
dari kekuasaan Jepang oleh kompi PETA
setempat, sehingga bendera Jepang dapat
diturunkan dan sang Merah Putih dikibarkan,
menandakan Rengasdengklok menjadi daerah
Indonesia Merdeka yang pertama. Inilah

7
keberhasilan PETA sebagai sayap militer dalam
merintis Proklamasi Kemerdekaan.
Untuk membulatkan tekad bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan, maka pada hari
itu juga tokoh-tokoh perjoangan Soekarno-Hatta
oleh fihak Tentara PETA bersama Pemuda
dibawa ke Rengasdengklok, untuk menyaksikan
keberhasilan pergerakan sayap militer dalam
rangka perintisan Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.

8. Pada acara Proklamasi Kemerdekaan esok


harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 dirumah
kediaman Bung Karno dijalan Pegangsaan Timur
56, Jakarta Pusat, satu kompi PETA dipimpin
oleh Danki Latief Hendraningrat, bertindak
sebagai pasukan pengawal untuk menghadapi
segala kemungkinan dari tentara Jepang, yang
telah mendapat perintah dari fihak Sekutu sebagai
pemenang perang dunia untuk mempertahankan

8
apa yang dinamakan keadaan status quo, berarti
mencegah bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan.
Sesudah Bung Karno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, maka Danki Tentara
PETA Latief Hendraningrat mengibarkan bendera
pusaka Merah Putih, sehingga proklamasi
terlaksana dengan aman.
Namun beberapa saat kemudian sekelompok
Kenpeitai (polisi militer Jepang) dengan senjata
lengkap dan bayonet terhunus mengancam
Proklamator untuk menarik kembali proklamasi.
Tetapi setelah melihat kompi PETA disekeliling
gedung dalam posisi siap tempur dan anggotanya
menyertai Proklamator, maka kelompok
Kenpeitai Jepang terpaksa mundur, sehingga
ancaman untuk membatalkan proklamasi menjadi
gagal.
Maka dengan demikian, tentara PETA sebagai
sayap militer dari gerakan kebangsaan, telah

9
menyelesaikan amanat untuk merintis dan
mengawal proklamasi Kemerdekaan.

9. Sementara beberapa eksponen PETA dalam


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia seperti
antara lain Haji Agus Salim, Abdul Kadir dan
Kasman Singodimedjo aktif berpartisipasi dalam
merumuskan azas-azas pertahanan negara dalam
Undang-undang Dasar 1945 melalui ketentuan-­
ketentuan seperti dalam pasal 30 UUD 1945,
bahwa setiap warga negara berhak dan
berkewaj iban untuk turut serta dalam usaha
pembelaan negara, menunjukkan bahwa Republik
Indonesia pada hakekatnya menganut sistim
milisi. Pemahaman sistim perta.lianan tersebut di
ilhami oleh pengalaman Tentara PETA yang pada
waktu itu telah melatih sekitar 400.000 tenaga
paramiliter, terdiri dari mahasiswa, pelajar dan
pemuda lainnya.

10
10. Pada tanggal 18 Agustus 1945 setelah Undang-­
Undang Dasar 1945 dicanangkan, maka beralaskan
isi naskah Proklamasi untuk mengadakan peralihan
kekuasaan sesegera mungkin dan dengan seksama,
Tentara PETA mengambil prakarsa untuk
mewujudkan dan menjabarkan ketentuan seperti
termaktub dalam pasal 30 UUD 1945 tentang
pertahanan negara. Perwira PET A Daan Yahya
dari Markas Besar PETA (Gyugun Sidobu)
bersama seorang tenaga paramiliter yaitu
mahasiswa Subiyanto Djojohadikusumo menemui
Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dengan usul
agar supaya Tentara PET A secara keseluruhannya
segera dinyatakan menjadi Angkatan Perang
Republik Indonesia.

11. Karena W akil Presiden Drs. Mohammad Hatta


tidak segera dapat menanggapi usul dari pihak
PETA itu, maka esok harinya tanggal 19 Agustus
1945 bertempat di asrama mahasiswa dijalan

11
Prapatan 10, Jakarta Pusat diadakan suatu
pertemuaan bersama, yang dihadiri oleh Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta,
anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan R.I., Ki
Hajar Dewantara, beberapa perwira PETA yaitu
Kasman Singodimedjo, Daan Y ahya dan Oetarjo
serta beberapa mahasiswa Soebijanto
Djojohadikusumo, Suroto Kunto, Erie Soediwo,
Soejono (Markas) dan Engelen untuk
membicarakan pembentukan organisasi
ketentaraan Republik Indonesia. Atas permintaan
Presiden Soekarno disepakati bahwa dengan
pertimbangan untuk tidak bersikap konfrontatif
terhadap Sekutu, maka pada tahap pertama akan
dibentuk kesatuan-kesatuan BKR (Badan
Keamanan Rakyat) disetiap daerah berintikan
Tentara PETA dan tenaga paramiliter setempat
ditambah dengan eksponen-eksponen eks Heiho
dan eks KNIL.

12
12. Berkat persiapan-persiapan dari Tentara PETA
sebagai sayap militer pergerakan kemerdekaan
pada masa Pra Proklamasi maka dalam sekejap
waktu rata-rata setiap batalyon Tentara PETA
dapat dibentuk menjadi satu resimen BKR dibawah
pimpinan seorang perwira PETA, yang siap tempur
untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan Republik Indonesia. Disemua daerah di
seluruh wilayah Republik Indonesia pasukan-
pasukan BKR dengan serentak memulai operasi
melucuti tentara Jepang baik melalui perundingan
secara damai ataupun melalui pertempuran
berdarah sesuai dengan sifat dan kebijaksanaan
dari komandan tentara Jepang setempat. Dalam
pada itu sebagai pimpinan BKR Pusat ditetapkan
mantan Danyon PETA Kasman Singodimedjo.

13. Ketika pada akhir September 1945 tentara Sekutu


mulai mendarat di Indonesia, temyata bahwa lebih
dari separuh persenjataan Jepang sudah jatuh

13
ditangan pihak Republik Indonesia sehingga
kesatuan-kesatuan BKR dengan perse:njataan
tersebut dapat melakukan perlawanan yang efektif
disemua tempat pendaratan Sekutu di Medan,
Padang, Palembang, Jakarta dan Semarang dengan
klimaksnya tercapai pada pertempuran Surabaya
tanggal 10 Nopember 1945, sehingga sesudah itu
gerak maju pasukan-pasukan Sekutu untuk lebih
jauh memasuki wilayah kekuasaan Republik
Indonesia praktis terhenti sama sekali dan sejumlah
35.000 tentara Jepang dan 40.000 APWI (Allied
Prisoners of War and Internees) hingga akhir
Nopember 1945 masih berada di wilayah
kekuasaan Republik Indonesia di luar jangkauan
pasukan-pasukan Sekutu. Hal ini berarti bahwa
strategi militer Republik' Indonesia untuk dengan
kekuatan senjata mempertahankan kedaulatan dan
integritas teritorial Republik Indonesia telah
berhasil dengan baik berkat pimpinan yang efektif

14
dari para mantan perwira PETA yang menjadi
komandan dari kesatuan-kesatuan BKR setempat.

14. Kesatuan-kesatuan BKR yang dengan demikian


sudah teruji dalam operasi-operasi merebut senjata
dari tentara Jepang maupun operasi-operasi
melakukan perlawanan terhadap pasukan-pasukan
Sekutu disemua tempat pendaratannya, pada
tanggal 5 Oktober 1945 ditingkatkan struktur dan
organisasinya menjadi TKR (Tentara Keamanan
Rakyat) dengan mantan Danyon PETA Soedirman
diangkat menjadi Panglima Besar R.I. pada tanggal
18 Desember 1945, sesuai dengan keberhasilannya
rnemimpin pasukan-pasukan BKR-TKR dalarn
pertempuran-pertempuran melawan Sekutu di
Ambarawa.

15. Kemudian berturut-turut TKR berganti nama


menjadi TKR (Tentara Keselamatan Rakyat),
kemudian menjadi TRI (Tentara Republik

15
Indonesia), terakhir TNI (Tentara Nasional
Indonesia) / APRI (Angkatan Perang Republik
Indonesia).

16. Berkat keberhasilan perang rakyat semesta


yang berdasarkan sistim milisi dimana juga beribu-
ribu pemuda/rakyat di desa-desa setempat
dimobilisasi secara besar-besaran sehingga
desa-desa tersebut menjadi benteng-
benteng pertahanan Republik Indonesia
dibawah pimpinan Jenderal Soedirman.
Dengan demikian operasi kolonial Belanda
mengalami kegagalan total, sehingga kedaulatan
Indonesia pada akhir 1949 diakui oleh dunia
intemasional, dan negara kesatuan Republik
Indonesia pada bulan September 1950 secara
resmi diterima sebagai anggota penuh dari
Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa sesuai
dengan tujuan dari Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

16
17. Demikianlah secara ringkas uraian tentang
identitas dan peran Tentara PETA sebagai sayap
militer pergerakan kemerdekaan nasional serta
kedudukannya sebagai perintis TNI/APRI dan
sebagai founding father dari sistim
Pertahanan Rakyat Semesta sebagaimana
dimaksud oleh pasal 30 UUD 1945, bahwa
setiap warga negara berhak dan
berkewajiban untuk turut serta dalam
pembelaan negara.

Jakarta, 07 J anuari 1999

PENDIRI YAYASAN PEMBELA TANAH AIR

ttd ttd

R. Soedirgo Pamoe Rahardjo

17

Anda mungkin juga menyukai