1
kemerdekaan nasional serta kedudukan Tentara PETA
sebagai Perintis dari TNI ABRI dan kedudukannya
sebagai founding father dari sistim pertahanan rakyat
semesta RI., agar tercapai suatu pemahaman bersama
tentang peran Tentara PET A dan identitasnya.
MENYATAKA N
MENETAPKAN:
2
3.Pernyataan ini merupakan amanat dari para mantan
anggota Tentara PETA sebagai bekal bagi generasi
penerus TNI ABRI dalam menjalankan tugas
pertahanan negara baik untuk masa sekarang maupun masa
yang akan datang.
R. Soedirgo
3
LAMPIRAN PADA SURAT PERNYATAAN
Nomor: 0003/P-Yapeta/SP.1/1/1999
Tanggal 07 Januari 1999
RUMUSAN:
4
militer, terdiri dari mahasiswa, pemuda dan
pelajar yang telah mendapat latihan dasar
kemiliteran dari Tentara PETA, sejak tahun
1943.
5
1945, bangsa Indonesia sudah memiliki kekuatan
militer yang riil untuk dihadapkan kepada fihak
manapun yang akan mencoba menghalangi atau
mengganggu bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-cita Indonesia merdeka, yang berpuluh-puluh
tahun diperjoangkan sejak kebangkitan nasional
tanggal 20 Mei 1908.
6
disebabkan tindakan-tindakan tentara Jepang
yang melanggar hak-hak azasi rakyat Indonesia
yang menyinggung semangat kemerdekaan dan
semangat membela tanah air dari Tentara PETA.
Bentrokan berseajata tersebut antara lain terjadi di
Blitar, Gumilir-Cilacap, Cimahi-Pengalengan,
Pematang Siantar dan dilain tempat yang tersebar
dipulau Jawa dan Sumatera baik yang terkenal
dan tidak terkenal yang merupakan rintisan
pertempuran dari perang kemerdekaan 1945-
1950.
7
keberhasilan PETA sebagai sayap militer dalam
merintis Proklamasi Kemerdekaan.
Untuk membulatkan tekad bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan, maka pada hari
itu juga tokoh-tokoh perjoangan Soekarno-Hatta
oleh fihak Tentara PETA bersama Pemuda
dibawa ke Rengasdengklok, untuk menyaksikan
keberhasilan pergerakan sayap militer dalam
rangka perintisan Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
8
apa yang dinamakan keadaan status quo, berarti
mencegah bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan.
Sesudah Bung Karno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, maka Danki Tentara
PETA Latief Hendraningrat mengibarkan bendera
pusaka Merah Putih, sehingga proklamasi
terlaksana dengan aman.
Namun beberapa saat kemudian sekelompok
Kenpeitai (polisi militer Jepang) dengan senjata
lengkap dan bayonet terhunus mengancam
Proklamator untuk menarik kembali proklamasi.
Tetapi setelah melihat kompi PETA disekeliling
gedung dalam posisi siap tempur dan anggotanya
menyertai Proklamator, maka kelompok
Kenpeitai Jepang terpaksa mundur, sehingga
ancaman untuk membatalkan proklamasi menjadi
gagal.
Maka dengan demikian, tentara PETA sebagai
sayap militer dari gerakan kebangsaan, telah
9
menyelesaikan amanat untuk merintis dan
mengawal proklamasi Kemerdekaan.
10
10. Pada tanggal 18 Agustus 1945 setelah Undang-
Undang Dasar 1945 dicanangkan, maka beralaskan
isi naskah Proklamasi untuk mengadakan peralihan
kekuasaan sesegera mungkin dan dengan seksama,
Tentara PETA mengambil prakarsa untuk
mewujudkan dan menjabarkan ketentuan seperti
termaktub dalam pasal 30 UUD 1945 tentang
pertahanan negara. Perwira PET A Daan Yahya
dari Markas Besar PETA (Gyugun Sidobu)
bersama seorang tenaga paramiliter yaitu
mahasiswa Subiyanto Djojohadikusumo menemui
Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dengan usul
agar supaya Tentara PET A secara keseluruhannya
segera dinyatakan menjadi Angkatan Perang
Republik Indonesia.
11
Prapatan 10, Jakarta Pusat diadakan suatu
pertemuaan bersama, yang dihadiri oleh Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta,
anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan R.I., Ki
Hajar Dewantara, beberapa perwira PETA yaitu
Kasman Singodimedjo, Daan Y ahya dan Oetarjo
serta beberapa mahasiswa Soebijanto
Djojohadikusumo, Suroto Kunto, Erie Soediwo,
Soejono (Markas) dan Engelen untuk
membicarakan pembentukan organisasi
ketentaraan Republik Indonesia. Atas permintaan
Presiden Soekarno disepakati bahwa dengan
pertimbangan untuk tidak bersikap konfrontatif
terhadap Sekutu, maka pada tahap pertama akan
dibentuk kesatuan-kesatuan BKR (Badan
Keamanan Rakyat) disetiap daerah berintikan
Tentara PETA dan tenaga paramiliter setempat
ditambah dengan eksponen-eksponen eks Heiho
dan eks KNIL.
12
12. Berkat persiapan-persiapan dari Tentara PETA
sebagai sayap militer pergerakan kemerdekaan
pada masa Pra Proklamasi maka dalam sekejap
waktu rata-rata setiap batalyon Tentara PETA
dapat dibentuk menjadi satu resimen BKR dibawah
pimpinan seorang perwira PETA, yang siap tempur
untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan Republik Indonesia. Disemua daerah di
seluruh wilayah Republik Indonesia pasukan-
pasukan BKR dengan serentak memulai operasi
melucuti tentara Jepang baik melalui perundingan
secara damai ataupun melalui pertempuran
berdarah sesuai dengan sifat dan kebijaksanaan
dari komandan tentara Jepang setempat. Dalam
pada itu sebagai pimpinan BKR Pusat ditetapkan
mantan Danyon PETA Kasman Singodimedjo.
13
ditangan pihak Republik Indonesia sehingga
kesatuan-kesatuan BKR dengan perse:njataan
tersebut dapat melakukan perlawanan yang efektif
disemua tempat pendaratan Sekutu di Medan,
Padang, Palembang, Jakarta dan Semarang dengan
klimaksnya tercapai pada pertempuran Surabaya
tanggal 10 Nopember 1945, sehingga sesudah itu
gerak maju pasukan-pasukan Sekutu untuk lebih
jauh memasuki wilayah kekuasaan Republik
Indonesia praktis terhenti sama sekali dan sejumlah
35.000 tentara Jepang dan 40.000 APWI (Allied
Prisoners of War and Internees) hingga akhir
Nopember 1945 masih berada di wilayah
kekuasaan Republik Indonesia di luar jangkauan
pasukan-pasukan Sekutu. Hal ini berarti bahwa
strategi militer Republik' Indonesia untuk dengan
kekuatan senjata mempertahankan kedaulatan dan
integritas teritorial Republik Indonesia telah
berhasil dengan baik berkat pimpinan yang efektif
14
dari para mantan perwira PETA yang menjadi
komandan dari kesatuan-kesatuan BKR setempat.
15
Indonesia), terakhir TNI (Tentara Nasional
Indonesia) / APRI (Angkatan Perang Republik
Indonesia).
16
17. Demikianlah secara ringkas uraian tentang
identitas dan peran Tentara PETA sebagai sayap
militer pergerakan kemerdekaan nasional serta
kedudukannya sebagai perintis TNI/APRI dan
sebagai founding father dari sistim
Pertahanan Rakyat Semesta sebagaimana
dimaksud oleh pasal 30 UUD 1945, bahwa
setiap warga negara berhak dan
berkewajiban untuk turut serta dalam
pembelaan negara.
ttd ttd
17