Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi, Soekarno membacakan
pernyataan kemerdekaan tersebut di hadapan sekelompok orang yang
relatif sedikit jumlahnya di luar rumahnya sendiri : membacakan teks
Proklamasi.1
Adapun arti dari proklamasi itu dalam garis besarnya ialah: (1).
Saat pencetusan revolusi rakyat Indonesia yang terus bergolak, (2).
Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, (3). Dasar dan
dorongan revolusi yang membawa kebenaran asas dan tujuan, (4).
Puncak perjuangan kebangsaan yang menyatakan kematangan
pemikiran, pengorganisasian setelah berjuang berpuluh-puluh tahhun
sebelum 17 Agustus 1945, (5). Titik tolak dari pada pelaksanaan
amanat penderitaan rakyat.2
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno – Hatta atas paksaan
rakyat Jakarta, yang dipimpin oleh pemuda yang bermarkas di Menteng
31, memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang bentuk
pemerintahannya ialah Republik, proklamasi 17 Agustus tidak lain
daripada pelaksanaan hak mutlak rakyat Indonesia sendiri diantaranya
adalah:
1. Hak atas kemerdekaan
2. Hak hidup dan membela diri

1
M.c. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: Serambi,
2008), p. 444.
2
Kansil, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 1986), p. 45.

1
2

3. Hak bergaul dengan bangsa lain


4. Hak atas kehormatan sebagai bangsa dll.3
Menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia presiden
Soekarno – Hatta melakukan kegiatan untuk mempersiapkan
pembentukan Indonesia merdeka. Salah satu kegiatan tersebut adalah
merumuskan dasar negara. Hal itu dilakukan dalam rangka rapat-rapat
panitia penyelidik persiapan kemerdekaan. Dalam rapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa mereka menganggap dasar negara Indonesia
merdeka adalah kekeluargaan atau gotong royong. Disamping
penegasan ditekankan pula bahwa rakyat Indonesia menolak dasar
negara yang dianut oleh negara di barat. Pada satu pihak mereka
menolak atas liberalism yang menonjolkan hak-hak individu dan pada
pihak lain menolak dasarn “negara golongan” yang didasarkan atas
kekuasaan satu golongan saja.
Dalam peroide antara November 1945 sampai Desember 1949
yaitu selama berkobarnya perang kemerdekaan melawan kerajaan
Belanda yang dibantu oleh kekuatan senjata Inggris dan Jepang, secara
resmi UUD 1945 masih ada tetapi dalam kenyataannya, sistem yang
berlaku adalah sistem parlementerisme barat yang liberalisasi
berdasarkan sistem banyak partai. 4
Menjelang beberapa hari setelah kemerdekaan berlangsung
rakyat Indonesia menjalankan sidang panitia membentuk Badan
Keamanan Rakyat (BKD). Pada tanggal 30 Agustus 1945 Pemerintah
Republik Indonesia mengesahkan berdirinya BKR. Di Jawa Barat,

3
Soejitno Hardjo Sodiro, Proklamasi 17 Agustus 1945, (Depok: Paguyuban
Keluarga Besar Soejitno Hardjosoediro, 2006), p. 102-103.
4
Nugroho Notosusanto, Peluang dan Prajurit, (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1991),p. 33-35.
3

BKR didirikan di daerah-daerah dengan pusatnya masing-masing di ibu


kota Karesidenan. Maka didirikanlah BKR Karesidenan Banten di
Serang. Pada umumnya pemuka-pemuka BKR adalah mantan Perwira-
perwira PETA, unsur pimpinan BKR Banten adalah K.H Achmad
Chatib, K.H Syam’un, E. Tornaya, Jayarukmantara, K.H. Junaedi dan
H. Abdullah.5
Informasi kekalahan Jepang dapat diterima dan disebarkan
kepada penduduk di Serang pada tanggal 20 Agustus 1945 oleh Pandu
Kartawiguna, Inu Parna, Abdul Muluk dan Azis mereka merupakan
pemuda Jakarta yang diutus oleh Chaerul Saleh untuk menyiarkan
berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ke Banten. Berita
tersebut disampaikan kepada tokoh masyarakat Serang seperti KH.
Ahmad Khotib, KH.Syam’un dan Zulkarnain Surya serta para pemuda
seperti Ali Amangku dan Ayip Dzuhri dengan tujuan agar mereka
dapat menyebarkan berita tersebut ke seluruh masyarakat di
Keresidenan Banten. 6
Pada awal tahun 1946 Belanda kembali penduduki Indonesia
yaitu Jakarta yang menjadi tempat untuk bersinggah. Belanda datang ke
Indonesia ingin menguasai kembali Indonesia salah satunya daerah
Jawa dan Sumatera.7 Pada tanggal 27 Juli 1947 Belanda melancarkan
serangan agresi militernya terhadap Indonesia. Ini merupakan Agresi

5
Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah, (Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia, 2003) ,p. 167-168.
6
Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan…, p.164.
7
M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern… ,p. 462.
4

Militer yang pertama yang merusak dan merobek-robek perjanjian


Linggarjati secara sepihak. 8
Belanda kembali melanggar perjanjiannya dan akan melakukan
Agresi Militer yang kedua kalinya, peristiwa ini berlangsung diluar
dugaan rakyat Indoneisa.9 Melanggar perjanjian Renville pada 18
Desember 1948 wakil kerajaan Belanda di Indonesia, Dr. Beel
memberitahukan kepada pihak RI bahwa Belanda tidak mengakui dan
tidak terikat lagi pada perjanjian renville. Keesokan harinya 19
Desember 1948 pukul 06.00, Belanda melancarkan Agresi Militer yang
ke II. Dengan pasukan lintar udara, mereka menyerang ibu kota RI
secara mendadak. Namun pemerintah RI masih sempat mengirimkan
surat kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang
berada di Sumatera untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik
Indonesia. Untuk mengatur pemerintahan di Pulau Jawa pemerintah RI
menetapkan Soesanto Tirtoprodjo sebagai Komisaris PDRI. 10
Setelah 5 hari peristiwa Agresi Militer Belanda II tepatnya pada
tanggal 23 Desember 1948 tiba di daerah Banten. Tentara Negara
Indonesia Pusat (TNIP) bersama rakyat Banten dengan perintah
komando untuk berhati-hati serta waspada dikhawatirkan akan ada
serangan dari Kolonial Belanda. TNI dan pemerintahan Banten
berusaha mempertahankan diri di Hutan. Dalam hal ini, kaum jawara
ikut andil dalam menghadapi Belanda, mereka melakukan pengacuan
dan mengganggu ketentraman Belanda. Banten dicoba diisclasi

8
Andi Wasis, Leksikon Sejarah Nasional-Umum-Islam, (Jakarta: PT. Raksa
Samasta, 2004),p. 6.
9
Sri Indra Gayati, Sejarah Pemikiran Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1966),p. 202.
10
Andi Wasis, Leksikon Sejarah Nasional…, p.7.
5

Belanda dengan melakukan blockade baik darat maupun laut.


Hubungan Banten dengan daerah luar, termasuk dengan pemerintah
pusat di Yogyakarta sangat sulit, akibatnya pasokan bahan pangan tidak
ada.11
Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menguasai
Jawa dan Sumatera. Daerah Banten di bawah pimpinan KH. Syam’un
selaku Bupati merasa tertantang untuk memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat Banten, baik berupa logistik maupun lainnya
dalam melawan Kolonial Belanda. Pejuang Indonesia melawan dengan
taktik gerilyanya sehingga Belanda hanya mampu menguasai kota-kota,
sedangkan daerah pedalaman masih dalam kekuasaan Indonesia.12
Bertepatan dengan terjadinya Agresi Militer Belanda ke II pada
tanggal 19 Desember 1948, Belanda melakukan serangan ke bagian
daerah Banten yaitu seluruh Kabupaten Serang, Pandeglang, Rangkas
Bitung berhasil di duduki oleh Belanda. Batalyon III/ Sachre dengan
tepat dapat mengundurkan diri kedaerah Paheut. Setelah mengadakan
pertempuran-pertempuran Pasukan Batalyon mengundurkan diri ke
daerah Taktakan (Padukan, Pereng dan Sekitarnya). Belanda
melakukan perlawanan dengan rakyat pedesaan yang bertujuan untuk
memberantas para pejuang. 13
Situasi dan kondisi sosial rakyat pedesaan tepatnya di daerah
Kabupaten Serang saat itu masih sangat sukar. Perubahan-perubahan
masih terus berlangsung. Sementara hal itu terjadi, pola-pola
masyarakat lama, masyarakat tradisional, masih terlihat walaupun

11
Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan…, p. 178.
12
Andi Wasis, Leksikon Sejarah Nasional…, p.8
13
Adjat Soedrajat, Sejarah Perjuangan Brigade Tirtayasa Daerah Banten
1945-1950, (Serang: Legiun Veteran Republik Indonesia Prov. Banten, 1980),p. 38.
6

banyak hal pola-pola itu semakin terdesak dengan pola-pola yang baru
yang sedang membentuk diri. Pola-pola masyarakat tradisional itu
terdapat pada masyarakat kota maupun pada masyarakat pedesaan.14
Menurut keterangan dari H. Muhdi bahwa di kampung Cibetung
Desa Pereng terdapat Markas yang dikenal dengan Markas Macan
Loreng, tetapi masyarakat setempat mengatakan Tugu Phatron. Markas
tersebut merupakan salah satu tempat yang bersejarah di desa Cibetung
karena markas tersebut tempat persembunyian, tempat istirahat
kelompok pejuang dan Tentara Macan Loreng. Untuk mengenang
kejadian dimasa lalu dibuatlah tugu Macan Loreng oleh pemerintah
setempat yang berlokasi di tengah-tengah hutan gunung Gedor,
Cibetung.15

B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Indonesia?
2. Bagaimana Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Banten?
3. Bagaimana Terjadinya Jalanya Peristiwa Macan Loreng Tahun
1948-1949?

C. Tujuan Penelitian
Dengan bertitik tolak pada perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

14
Boedihartono, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009),p. 295.
15
Wawancara dengan bpk H Muhdi selaku tokoh masyarakat Gunungsari
(Serang, Gunungsari) tanggal 21 November 2016, pukul 15.30 Wib.
7

1. Mengetahui Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Indonesia


2. Mengetahui Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Banten
3. Mengetahui Terjadinya Jalanya Peristiwa Macan Loreng Tahun
1948-1949

D. Kajian Terdahulu
Kajian ilmiah yang secara khusus dan detail membahas tentang
Agresi Militer Belanda II adalah buku Agresi Militer Belanda
Memperebutkan pending zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945/1949.
Buku ini ditulis oleh Pieere Heijboer diterbitkan Gramedia pada tahun
1998, Jakarta. Buku ini menjelaskan tentang perjalanan peristiwa agresi
militer Belanda I sampai kedua dengan secara terperinci mulai dari
Yogyakarta sampai daerah-daerah yang terpencil.
Selaian buku tersebut, buku Perjuangan Politik Bangsa
Indonesia Renville. Buku ini ditulis oleh K.M.L Tobing terbit pada
tahun 1948 dengan penerbit PT Gunung Agung, Jakarta. buku ini yaitu
buku yang menjelaskan tentang perjanjian Renville mulai dari
pembuatan naskah persetujuan Renville sampai Aksi Militer Belanda
ke dua.
Buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Buku ini adalah
hasil kajian tentang proses terjadinya Agresi Militer Belanda II. Buku
ini ditulis oleh A.H. Nasution terbitan tahun 1988, dalam proses
pencetakan buku ini penulis bekerjasama dengan percetakan Angkasa,
Bandung.
Buku Sejarah Pemikiran Indonesia. Buku ini ditulis oleh Sri
Indra Gayati diterbitkan pada awal tahun 1966 yang bekerja sama
dengan percetakan Gramedia, Jakarta. Kesimpulan dari buku ini adalah
8

membahas dari Agresi Militer Belanda I sampai II serta dengan proses


berjalannya perjanjian linggardjati dan perjanjian renville.
Selain buku-buku ada juga, skripsi dengan judul Agresi Militer
Belanda II dan Pengaruhnya Terhadap Perjuangan Diplomasi
Indonesia-Belanda 1948-1963. Di Susun oleh M. Sarmada. CH, pada
tahun 2001. Skripsi ini menjelaskan tentang proses terjadinya Agresi
Militer Belanda di Indonesia tepatnya di Yogyakarta serta menjelaskan
akibat dan dampak dari Agresi Militer Belanda. Kelebihan dari skripsi
ini penulis sangat detail dalam menjelaskan setiap periode bahkan
dalam setiap point penulis selalu memberi keterangan dengan jelas
sehingga skripsinya dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami.
Kekurangan dari skripsi ini, penulis banyak menggunakan sumber dari
internet tetapi alamat yang digunakan tidak jelas sehingga membuat
ragu.

E. Kerangka Pemikiran
Dalam kamus Bahasa Indonesia Peristiwa merupakan suatu
kejadian yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat dan
mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat. 16 Adapun menurut
pendapat Ibnu Khaldun seluruh peristiwa dalam panggung sejarah
kemanusiaan itu adalah suatu garis yang menarik dan meningkat ke
arah kemajuan dan kesempurnaan. Pencetus teori Progresif ini
memandang bahwa peristiwa sejarah berlangsung dalam satu garis
linier, garis lurus yang merujuk ke progres dan perfeksi, dengan

16
Yenri Salim, Kamus Bahasa Indoneisa Kontenporer, (Jakarta: 1991), p.
1141.
9

indikator peristiwa atau fakta-fakta sejarah sebagai hasil perbuatan


manusia yang mengandung nilai-nilai kesejarahan.17
Secara umum, tipe dan intensitas peristiwa perlawanan sangat
tergantung pada situasi masing-masing daerah. Hal ini antara lain
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti berikut. Pertama, hubungan antar
alite, peran ulama dan pasar berpengaruh di daerah itu. Kedua, terdapat
hubungan yang kuat antara pemberontak dan para pembangkang.
Seperti itu yang terjadi di masa lampau, masing-masing Negeri
memberikan reaksi sesuai dengan gaya dan kondisi kejiwaan mereka.
Umumnya, perlawanan atau pemberontak yang terjadi pada satu atau
dua Negeri tidak berlangsung lama. Perlawanan tersebut dengan mudah
dapat ditumpas oleh pemerintah. Akan tetapi kegagalan tersebut tidak
dapat mencegah Negeri lain untuk melakukan perlawanan seperti yang
dilakukan Negeri lain.18
Sejarah yang membahas peristiwa yang terjadi dimasa lampau,
dapat diungkap kembali oleh para ahli sejarah dengan cara merujuk
kepada sumber-sumber sejarah yang ditemukan. Peran sumber sejarah
bagi penulis sangat penting, karena pengumpulan data-data sejarah dari
sumber-sumber sejarah mesti dilakukan dengan baik sesuai dengan
metode penelitian sejarah.
Dengan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peristiwa
merupakan suatu kejadian yang luar biasa yang benar-benar serta
sangat penting untuk diperingati.19 Suatu usaha rakyat untuk melawan

17
Rustam. E. Tambumka, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat dan IPTEK (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),p. 1.
18
Wiendu Nuryanti, Indonesia Dalam Arus Sejarah Kolonialisasi dan
Perlawanan (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010),p. 259.
19
http://kbbi.web.id/peristiwa
10

para penjajah serta untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang


seharusnya di dapat. Jika dikaitkan dengan permasalahan yang di bahas
dalam hal ini adalah Peristiwa Macan Loreng merupakan peristiwa
perlawanan antara rakyat Banten yang bergabung dengan Pasukan
Macan Loreng melawan Belanda pada tahun 1948 di Desa Cibetung
Taktakan.

Agresi Militer Belanda I Di Indonesia terjadi pada 21


Juni 1947. terjadi di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Banten dan Yogja merupakan daerah yang
tidak dapat dikuasai Belanda pada Agresi Militer
pertama, dua wilayah ini hanya diblokade untuk
melemahkan wilayahnya.
Belanda
Agresi Militer Belanda II Peristiwa Macan Loreng
terjadi pada 19 Desember merupakan salah satu
1948. Banten dikuasai, kebijakan pemerintahan
Belanda berhasil TBA dalam pembersihan
membentuk pemerintahan tentara dan pejuang.
sipilnya yang bernama
Pemerintahan Territoriaal
Bestuurs Adviseur (TBA)
Belanda di banten pada Peristiwa macan Loreng
akhir Desember 1948. terjadi pada 28
Desember 1948 di desa
Cibetung, Kec. Taktakan,
Kota Serang

F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni
metode yang bertujuan untuk membuat rekontruksi sejarah yang
sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
11

memferivikasi dan mensitesiskan data-data sehingga diperoleh fakta-


fakta sejarah yang credible, melalui tahapan penelitian sebagai
berikut.20
1. Tahapan Heuristik
Tahapan heuristik adalah tahapan mencari dan mengumpulkan
sumber, Heuristik berasal dari bahasa yunani yaitu Heuriskein,
artinya menemukan. Jadi Heuristik adalah proses mencari
sumber dan jejak-jejak peristiwa sejarah. Dalam tahapan ini,
mengadakan studi lapangan dengan teknik wawancara,
dokumentasi dan studi kepustakaan.21 Adapun perpustakaan
umum yang penyusun kunjungi adalah perpustakaan IAIN SMH
Banten, perpustakaan daerah Provinsi Banten dan perpustakaan
BP3ES. Dari studi pustaka ditemukan sejumlah buku. Adapun
buku-buku yang menjadi sumber rujukan antara lain: Prof. Dr.
Slamet Muljana, Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme
Sampai Kemerdekaan, Yogyakarta, Pelangi Aksara, 2008.
Anthony J. S. Reid, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta,
Pustaka Sinar Harapan, 1996. Suharto, Banten Masa Revolusi,
1945-1949 Proses Integrasi Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Depok, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2001.
Harry A. Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri, Dan Revolusi
Indonesia, Jilid 3, Jakarta, SNS Reaal Fonds, 2010. K.M.L
Tobing, Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville, Jakarta,
Gunung Agung, 1986. Pierre Heijboer, Agresi Militer Belanda

20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta; Tiara Wacana,
2013), p.73-80.
21
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999) ,p.55.
12

Memperebutkan Pending Zamrud Sepanjang Khatulistiwa


1945/1949, Jakarta, Grasindo, 1998. Dadan Sujana, Bank
Banten, Banten, Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011. M.C.
Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta,
Serambi 2008. Sagimun dkk, Perlawanan dan Pengasingan
Pejuang Pergerakan Nasional, Jakarta, Inti Idayu Press, 1986.
Boedihartono, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial,
Jakarta, Rajawali Pers, 2009. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu
Sejarah, Yogyakarta; Tiara Wacana, 2013. Wiendu Nuryanti,
Indonesia Dalam Arus Sejarah Kolonialisasi dan Perlawanan,
Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010. Andi Wasis,
Leksikon Sejarah Nasional-Umum-Islam, Jakarta, PT. Nimas
Multima, 2004. Halwani Michrob, Catatan Masa Lalu Banten,
Banten, Edisi ke 4, Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi
Banten, 2011. Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah,
Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2003. Ajat Soedrajat,
Sejarah Perjuangan Brigade Tirtayasa Daerah Banten 1945-
1950, Serang, Leguim Veteran Republik Indonesia Prov
Banten, 1980. Sri Indra Gayati, Sejarah Pemikiran Indonesia,
Jakarta, Gramedia, 1966. Yenri Salim, Kamus Bahasa
Indoneisa Kontenporer, Jakarta 1991. Rustam Tambumka,
Penganntar Ilmu Sejarah, Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat
dan IPTEK, Jakarta, Rineka Cipta, 1999. Dudung
Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta, Logos
Wacana Ilmu, 1999. dan lain sebagainya.
2. Tahapan Kritik
13

Tahapan kritik atau tahapan verifikasi yaitu pengujian untuk


memperoleh keabsahan sumber data, baik keaslian dan
keshahihannya melalui kritik external dan internal. Verivikasi
dilakukan melalui penelaahan terhadap sifat dan pengarang
sumber, serta perbandingan sumber, baik melalui uji silang atau
melalui kolaborasi, yaitu dengan membandingkan sumber-
sumber antara satu dengan yang lainnya.22
3. Tahapan Interpretasi
Tahapan Interpretasi atau penafsiran sumber dilakukan setelah
diperoleh data-data sejarah hasil pengujian dan analisis data.
Pada tahapan ini dilakukan penafsiran dan perangkaian data-
data, sehingga didapatkan rangkaian data yang saling berkaitan
satu dengan yang lain. 23
4. Tahapan Historiografi
Historiografi adalah penulisan sejarah. Dalam historiografi
diusahakan dengan selalu memperhatikan aspek kronologis dan
penyajian bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan tema-tema
penting dari setiap perkembangan obyek penelitian.24

G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini disusun menjadi lima bab, yaitu:

22
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah…, p. 58.
23
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah…, p. 64.
24
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah…, p.67.
14

Bab Pertama Adalah Pendahuluan yang berisi tentang latar


belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka
pemikiran, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua Membahas Agresi Militer Belanda di Indonesia,
meliputi Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda I, Persiapan
Agresi Militer Belanda I, Terjadinya Agresi Militer Belanda I.
Bab Ketiga Membahas Agresi Militer Belanda di Banten
meliputi Kondisi Sosial politik di Banten Sebelum Agresi Militer
Belanda II, Agresi Militer Belanda II Menguasai Banten, Respon
Masyarakat Banten Terhadap Agresi Militer Belanda II.
Bab Keempat Membahas Jalannya Peristiwa Macan Loreng
meliputi Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Macan Loreng, Jalannya
Peristiwa Macan Loreng, Tokoh-tokoh Yang Terlibat Dalam Peristiwa
Macan Loreng, Dampak dari Peristiwa Macan Loreng.
Bab kelima Adalah Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai