Tujuan konsep EPR ini yaitu mendorong industri yang ada agar dapat
meminimalisir pemakaian bahan-bahan yang sulit terurai dan merancang kemasan suatu
produk dengan bahan-bahan yang eco-lingkungan. Tidak hanya itu, industri yang ada pun
harus bertanggung jawab secara fisik dan finansial terhadap barang-barang yang mereka
hasilkan. Perancangan mengenai suatu produk, pemilihan bahan, proses pembuatan,
pemakaian produk sampai ke tahap pembuangan pun harus dirancang sebelum membuat
suatu produk agar nantinya barang yang sampai ke masyarakat tidak menjadi salah satu
penyebab banyaknya sampah saat ini.
Tentu saja didalam sebuah konsep akan terdapat keuntungan dan kerugian jika
nantinya konsep tersebut diterapkan. Keuntungan dengan adanya konsep EPR ini ialah
mendorong kreativitas industri demi terciptanya kemasan yang eco-lingkungan, selain itu
dengan adanya konsep ini kita dapat menekan penurunan angka secara signifikan
sampah-sampah yang ada di Indonesia. Hal ini terbukti ketika konsep EPR ini
diberlakukan di negara Jerman pada tahun 1991. Ketika konsep ini diberlakukan, Jerman
berhasil mengurangi angka konsumsi kemasan per kapita dari angka 94,2 kg menjadi 84
kg pada tahun 1998.
Tidak hanya menghasilkan berbagai macam keuntungan saja, nyatanya konsep ini
pun dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Penerapan konsep ini nantinya akan
menekan industri yang mau tidak mau menaikkan harga sebuah produk karena biaya
lingkungan dimasukkan ke dalam biaya produksi. Hal ini mempunyai efek panjang yaitu
terjadinya inflasi karena barang-barang yang beredar di masyarakat menjadi tidak
terjangkau. Belum lagi seperti barang-barang elektronik atau yang lebih sering disebut E
waste menghasilkan kandungan-kandungan seperti Timbal, Berilium, Merkuri, BFR
(Brominated Flame Retardants) yang terbukti memiliki dampak negatif terhadap
kesehatan dan lingkungan. Mendaur ulang barang-barang elektronik pun bukanlah
perkara mudah, dibutuhkan ketelitian dan biaya yang tidak murah untuk melakukannya.
Nantinya, karena pengolah E Waste itulah yang membuat harga barang-barang elektronik
semakin tidak terkendali.
Lantas apa yang masih membuat sampah di Indonesia kian hari kian meningkat,
mengingat begitu banyak regulasi yang dibuat guna menanggulangi permasalahan
sampah yang ada? Apakah ini merupakan kesalahan pemerintah ? Masyarakat? Terdapat
2 kemungkinan mengapa regulasi tersebut tidak dapat berjalan dengan sebagaimana
mestinya. Pertama, kurangnya sosialisasi mengenai regulasi tersebut entah kepada
masyarakat maupun industri yang ada di Indonesia dan kurangnya fungsi pengawasan
oleh DPR terhadap UU yang berlaku. Kedua, masyarakat mengetahui tentang adanya
regulasi tersebut tetapi tidak ada sanksi yang tegas jika mereka lalai dalam menjalankan
kewajibannya, jadi mereka acap kali abai menjalankan kewajiban mereka. Ini
membuktikan sanksi yang ada tidak dapat menimbulkan efek jera kepada para industri
yang masih memproduksi suatu barang yang didalamnya terdapat bahan-bahan yang sulit
terurai secara alami.
Bukan hanya itu saja masih banyak lagi tantangan yang harus dihadapi oleh
bangsa Indonesia jika ingin menerapkan konsep EPR. Sulitnya mengubah pola hidup
masyarakat yang cenderung membuang langsung sampah rumah tangga tanpa memilah-
memilah kembali masuk dalam kategori mana sampah yang mereka buang. Ketiga,
lemahnya pengawasan oleh pemerintah terhadap produk-produk yang menghasilkan
bahan-bahan yang sulit terurai. Hal ini membuat industri yang ada sesuka hati dalam
memilih bahan yang akan digunakan dalam proses produksi mereka
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai suatu upaya penerapan EPR di
Indonesia adalah, sebagai berikut :
Mengubah pola hidup seseorang tentu saja membutuhkan waktu yang sangat
lama, kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan keyakinan kita bahwa sewaktu-waktu
pola hidup seseorang akan berubah. Ini harus dibarengi dengan sebuah aksi yang di
pelopori oleh sebuah komunitas, organisasi ataupun yang lain-lain. Begitu pula dengan
masalah sampah, perlu adanya tindakan nyata untuk menanganinya salah satunya ialah
kebijakan EPR (Extended Producer Responsibility), dengan adanya kebijakan ini kita pun
dapat mengurangi permasalahan sampah yang menjadi isu hangat di tengah-tengah
masyarakat kita ini, tanpa adanya kesadaran dari masyarakat bahwa menjaga lingkungan
itu penting, maka Indonesia dalam beberapa tahun ke depan pun akan lebih buruk lagi,
oleh karena itulah industri-industri yang ada di Indonesia harus turut andil dalam
mengatasi permasalahan sampah yang ada demi terciptanya lingkungan yang layak, sehat,
dan aman untuk kita tempati.
DAFTAR PUSTAKA