Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

GREEN CHEMISTRY, GREEN INDUSTRY

Pada hari Jum’at, 15 April 2011, telah diadakan kuliah kimia dan masyarakat dengan
tema Green Chemistry. Narasumber yang diundang berasal dari salah satu perusahaan di
Indonesia yang peduli terhadap dampak aktivitas industri perusahaan terhadap lingkungan,
yaitu Bapak Uli Hasuri dari PT. Titan Petrokimia Nusantara. Beliau menjelaskan mengenai
kebijakan dan pelaksanaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada proper.

PROPER telah dipuji oleh berbagai pihak termasuk Bank Dunia, bahkan PROPER
menjadi salah satu bahan studi kasus di Harvard Institute for International Development
(HIID). Sejak dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1995, PROPER telah menjadi contoh di
berbagai negara di Asia, Amerika Latin dan Afrika sebagai instrumen penaatan alternatif.
Pada tahun 1996, PROPER mendapatkan penghargaan Zero Emission Award dari United
Nations University di Tokyo. PROPER adalah instrumen kebijakan alternatif untuk
mendorong penaatan dan kepedulian perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup
melalui penyebaran informasi tingkat kinerja penaatan perusahaan kepada publik dan
stakeholder (public information disclosure). Latar belakang diterapkannya PROPER ini adalah
untuk menyadarkan masyarakat tentangnya pentingnya menjaga keserasian hidup dengan
lingkungan sekitar kita, salah satu caranya adalah dengan melakukan pengelolaan
lingkungan berdasarkan amdal, seperti mengolah limbah, meminimisasi limbah,
memanfaatkan limbah, dan menciptakan produk yang ramah lingkungan. Apabila suatu
industri telah mendaftar atau terdaftar di PROPER, maka setelah dilakukan pertimbangan-
pertimbangan, tim KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) dan Dewan Pertimbangan PROPER
akan mengumumkan peringkat PROPER perusahaan tersebut. Perolehan peringkat warna
PROPER 2010 terdiri dari : emas (telah secara konsisten menunjukkan keunggulan
lingkungan [environmental excellency] dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan
bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat), hijau (telah melakukan
pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan [beyond
compliance] melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya
secara efisien melalui upaya 4R [Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery], dan melakukan

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

upaya tanggung jawab sosial [CSR/Comdev] dengan baik), biru (telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku), merah (upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan
belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi administrasi), dan hitam (sengaja
melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi). Berdasarkan pembagian peringkat
warna tersebut, PT.TITAN telah berhasil memperoleh biru pada tahun 2009 dan 2010,
sedangkan untuk tahun ini perusahaan menargetkan untuk peningkatan peringkat menjadi
hijau. Menurut saya, PROPER merupakan salah satu langkah yang baik demi penerapan
Green Chemistry di Indonesia. Apabila ditinjau dari aktivitas yang industri lakukan, maka
sudah menjadi kewajiban mereka untuk bertanggung jawab terhadap dampak aktivitas
tersebut terhadap lingkungan. Dengan adanya PROPER, diharapkan perusahaan industri
yang besar dapat ikut mendorong kesadaran masyarakat sekitar dan perusahaan industri
menengah dan kecil agar ikut dalam gerakan kepedulian lingkungan, baik itu dalam proses
produksi maupun pengelolaan limbah. Berdasarkan data yang Bapak Uli perlihatkan kepada
kami, tampak bahwa jumlah peserta PROPER dari tahun 2002 sampai sekarang semakin
meningkat. Selain itu perolehan peringkat kususnya warna biru semakin meningkat pula. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan di Indonesia yang sadar untuk taat dan
peduli terhadap lingkungan hidup.

Bahasan selanjutnya yang disampaikan oleh Bapak Uli adalah mengenai kriteria
penilaian pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada PROPER. Berdasarkan PP
No. 18/1999 Jo. PP No. 85/1999 “Pengelolaan Limbah B3”, Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengelolaan secara khusus terhadap LB3 tersebut. Sebelum dikelola, LB3 perlu
diidentifikasi terlebih dahulu, meliputi : sumber, karakteristik (mudah terbakar, mudah

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

meledak, infeksius, reaktif, korosif, dan beracun), dan uji toksokologi. Prinsip pengelolaan
LB3 (PP 18/1999 Jo PP 85/1999) meliputi rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan
limbah B3. Hal ini sesuai dengan istilah “From Cradle to Grave” (mulai dihasilkan sampai
penimbunan). Setelah dilakukan pengelolaan LB3, hasilnya akan diberi penilaian meliputi
hitam (tidak melakukan pengelolaan LB3), merah (kinerja pengelolaan LB3 dan penaatan
terhadap izin pengelolaan limbah B3 min 90%), biru (kinerja pengelolaan LB3 dan penaatan
terhadap izin pengelolaan limbah B3 100%), hijau, dan emas (mengurangi limbah B3 dan
limbah non B3 serta melakukan 3R: limbah B3 dan limbah non B3, serta memenuhi passing
grade). Dalam rangka penaatan terhadap izin, KLH membuat tata cara dan persyaratan
satiap tahap dalam pengelolaan LB3. Hal ini bertujuan agar jalur pengelolaan tetap dapat
dipantau dan tidak menimbulkan permasalahan. Menurut saya, ini merupakan salah satu
tahapan yang baik dalam PROPER. Dengan dilakukan pengelolaan terhadap LB3, maka saat
limbah tersebut melalui siklus alam, tidak akan mencemari dan memberikan dampak negatif
terhadap organisme-organisme lain.

PT. TITAN Kimia Nusantara merupakan salah satu penghasil untuk Biaxially Oriented
Polypropylene (BOPP film) di Indonesia, dengan nama dagang “Falene”, termasuk salah satu
produk film terbaik di Indonesia. Teknologi yang digunakan berasal dari Mitsubishi Heavy
Industries, Japan dan DMT, SA - France, perusahan yang memproduksi bervariasi film.
Produk “Falene” yang dihasilkan, terbagi menjadi empat kategori, yaitu : “Falene Plain”,
“Falene Heat Sealable”, “Falene Cigarette” dan “Falene Metalizable”. Produk-produk
tersebut digunakan sebagai bahan pembungkus produk makanan, rokok, sabun, kosmetik,
peralatan elektronik, dan produk lain yang membutuhkan plastik sebagai bahan utama
pembungkusnya. Pihak PT. TITAN Kimia Nusantara menyadari bahwa mereka memiliki
kewajiban untuk bersikap peduli pada lingkungan terutama mengenai dampak dari aktivitas
industri mereka. Salah satu filosofi yang disebutkan di website mereka adalah “We shall
preserve the environment to ensure that future generations can enjoy this earth”. Selain itu
tindakan nyata yang telah mereka lakukan adalah memiliki dewan Occupational Health
Safety and Environment (OHSE) dan menerapkan PROPER dalam aktivitas industri.

Tindakan-tindakan lain yang dilakukan oleh perusahaan industri demi mewujudkan


kelestarian lingkungan, adalah dengan berbagai macam kegiatan Corporate Social

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

Responsibility (CSR). Industri dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi
dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan
pembangunan bangsa. Sinergi keduanya akan membawa perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Maka CSR bertujuan untuk mewujudkan hal tersebut.
Kegiatan CSR peduli lingkungan diantaranya adalah pembuatan hutan dan taman,
mendukung upaya konservasi lahan, aplikasi pengelolaan air limbah (water waste
treatment) yang dilakukan oleh Toyota Astra Motor; perbaikan dam, irigasi pertanian, dan
mengembangkan sistem pertanian terpadu yang ramah lingkungan bersama masyarakat
setempat yang dilakukan oleh PT Tirta Investama. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan
untuk peduli terhadap lingkungan tidak hanya berhubungan dengan pengelolaan limbah
yang dihasilkan oleh suatu industri, namun juga dapat berupa kontribusi dalam kegiatan
sehari-hari masyarakat di sekitar kawasan industri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa PROPER merupakan salah satu kebijakan yang
bertujuan untuk menerapkan Green Chemistry dalam perusahaan.

Green Chemistry, atau dikenal juga dengan istilah sustainable chemistry adalah
sebuah konsep/desain untuk produk-produk kimia dan prosesnya agar dapat mengurangi
atau menghilangkan penggunaan substansi-substansi yang berbahaya. Green Chemistry
dapat diaplikasikan dalam siklus produk kimia, meliputi konsep, pembuatan, dan
penggunaannya. Dengan diterapkan teknologi Green Chemistry, diharapkan akan diperoleh
manfaat-manfaat, meliputi: mengurangi limbah, mengurangi biaya pengelolaan,
menghasilkan produk yang lebih aman, mengurangi penggunaan energi dan SDA (Sumber
Daya Alam), meningkatkan kompetisi terhadap industri lain dan dalam mendapatkan
pelanggan. Intinya Green Chemistry menerapkan konsep yang ramah terhadap lingkungan,
dengan mengedepankan inovasi-inovasi dan mempromosikan pembuatan produk yang
ramah lingkungan dan ekonomis.

Berdasarkan artikel mengenai Green Chemistry, dengan judul “From Dark to Green
Ages”, saya memperoleh informasi bahwa industri kimia merupakan salah satu industri
terpenting di dunia, dengan nilai manfaat yang mengejutkan, yaitu sekitar US$3.6 trilliun per
tahun. Tapi ini tidak sebanding dengan dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan di
sekitarnya. Namun setelah adanya bencana besar di Bhopal dan Seveso serta beberapa

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

tempat lain, kesadaran terhadap kelestarian lingkungan mulai muncul, dasar industri kimia
beralih dari dirty chemistry menjadi green chemistry. Pada tahun 1976, gas dioxin yang
berasal dari pabrik industri di Saveso, Italia Utara, mencemari daerah tersebut. Awan gas
dioxin, ribuan kali lebih berbahaya dibandingkan Kalium Sianida, menyebabkan kematian
dan kerusakan dimana-mana, tanaman menjadi layu dan mengkerut, daun pohon-pohon
menjadi rontok, dan ribuan binatang mati. Delapan tahun kemudian, terjadi juga kecelakaan
di bidang industri di Bhopal, India. Lima puluh ton gas metil isosianat terlepas ke udara, yang
berasal dari pabrik Kimia Union Carbide (sekarang menjadi Dow Chemical). Hal ini
menyebabkan beberapa ribu orang meninggal dan hampir setengah juta orang masih
merasakan dampaknya hingga saat ini. Selain itu, bencana tercemarnya zat kimia juga
terjadi di Eropa. Salah satu gudang milik industri kimia Sandoz terbakar. Hal ini
menyebabkan pestisida beracun yang disimpan di dalam gudang terbawa aliran sungai
Rhine, akibatnya ratusan kilometer air menjadi berwarna merah; ratusan ton ikan mati di
sepanjang sungai tersebut. Bencana-bencana di Bhopal, Seveso, Sandoz diduga disebabkan
oleh kelalaian atau kecerobohan manusia. Begitu banyak yang terkena dampak dari bencana
tersebut, ditambah lagi kebiasaan industri kimia yang membuang limbah sehingga
mencemari lingkungan. Hal itu mengubah pandangan masyarakat mengenai kata “zat kimia”
menjadi identik dengan “racun”. Namun dengan adanya bencana-bencana tersebut,
masyarakat dunia mulai menyadari betapa pentingnya penggunaan zat kimia yang aman
bagi lingkungan. Perubahan-perubahan kebiasaan terjadi perlahan-lahan dan semakin
meningkat, seperti: pada tahun 1990, Environmental Protection Agency (EPA), Amerika
Serikat, mensahkan undang-undang pencegahan polusi sehingga industri-industri harus
mulai beralih ke proses pembuatan dan produk yang berkelanjutan (aman bagi lingkungan)
serta mengurang terbentuknya polusi. Paul Anastas, dianggap ”Father of Green Chemistry”,
menyatakan bahwa setelah ditetapkannya konsep (cara berpikir) tentang Green Chemistry,
kita dapat mulai mengaplikasikannya. Pada tahun 1998, Ia mengambil langkah awal, dengan
mempublikasikan “Twelve Principles of Green Chemistry”. Paul Anastas berharap dengan
adanya prinsip-prinsip ini, maka Green Chemistry dapat diaplikasikan di seluruh negara;
diimplementasikan di segala bidang, seperti akademik, penelitian, dan khususnya industri.

Konsep Green Chemistry meliputi zat-zat kimia dan proses kimia yang didesain untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Kegunaan dan

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

produksi bahan-bahan kimia ini melibatkan komponen-komponen yang tidak beracun “non-
toxic”, pengurangan limbah, dan peningkatan efisiensi produk. Berdasarkan konsep ini, Paul
Anastas and John Warner mempublikasikan “12 Principles of Green Chemistry”, yaitu :
1. Prevention
It is better to prevent waste than to treat or clean up waste after it has been created.
2. Atom Economy
Synthetic methods should be designed to maximize the incorporation of all materials used in the
process into the final product.
3. Less Hazardous Chemical Syntheses
Wherever practicable, synthetic methods should be designed to use and generate substances that
possess little or no toxicity to human health and the environment.
4. Designing Safer Chemicals
Chemical products should be designed to effect their desired function while minimizing their
toxicity.
5. Safer Solvents and Auxiliaries
The use of auxiliary substances (e.g., solvents, separation agents, etc.) should be made
unnecessary wherever possible and innocuous when used.
6. Design for Energy Efficiency
Energy requirements of chemical processes should be recognized for their environmental and
economic impacts and should be minimized. If possible, synthetic methods should be conducted at
ambient temperature and pressure.
7. Use of Renewable Feedstocks
A raw material or feedstock should be renewable rather than depleting whenever technically and
economically practicable.
8. Reduce Derivatives
Unnecessary derivatization (use of blocking groups, protection/ deprotection, temporary
modification of physical/chemical processes) should be minimized or avoided if possible, because such
steps require additional reagents and can generate waste.
9. Catalysis
Catalytic reagents (as selective as possible) are superior to stoichiometric reagents.
10. Design for Degradation
Chemical products should be designed so that at the end of their function they break down into
innocuous degradation products and do not persist in the environment.
11. Real-time analysis for Pollution Prevention
Analytical methodologies need to be further developed to allow for real-time, in-process
monitoring and control prior to the formation of hazardous substances.
12. Inherently Safer Chemistry for Accident Prevention
Substances and the form of a substance used in a chemical process should be chosen to minimize
the potential for chemical accidents, including releases, explosions, and fires.

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, diharapkan penghasil polutan terbanyak di


dunia, yaitu industri, dapat mengubah haluannya menjadi Green Industry. Jadi teknologi
Green Chemistry dapat diterapkan di semua tipe proses kimia dalam industri, meliputi:
sintesis, katalisis, pemisahan, analisis, pengkondisian reaksi, dan pemantauan. Selain itu,
teknologi Green Chemistry dapat melibatkan implementasi peningkatan di tahap manapun.
Contohnya adalah dengan menggunakan bahan baku, katalis, reagen, atau pelarut yang

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

lebih aman (greener). Teknologi Green Chemistry juga dapat melibatkan substitusi produk
yang akan ditingkatkan atau keseluruhan tahap sintesis. Idealnya, Teknologi Green
Chemistry menggabungkan prinsip-prinsip Green Chemistry untuk menghasilkan produk dan
proses yang ramah lingkungan.
Beberapa aspek yang berpotensi untuk dikembangkannya Green Industry sehingga
dapat meminimalkan kerusakan terhadap lingkungan, yaitu :

1. Angin
Beberapa lahan di Australia, Eropa, dan Amerika Serikat yang berpotensi sangat
berangin telah menciptakan ide untuk dibangunnya kincir-kincir angin raksasa
sebagai alat pengubah angin menjadi listrik. Hal ini berdasarkan pada fakta
bahwa angin merupakan salah satu sumber energi terbaharukan. Contoh industri
dalam bidang pengembangan sumber daya angin adalah General Electric.
2. Air
Salah satu SDA (sumber daya alam) terpenting yang dibutuhkan oleh manusia
adalah air. Dengan semakin meningkatnya populasi manusia (di akhir 2011,
menurut Divisi Populasi PBB, akan ada tujuh miliar manusia), semakin meningkat
pula kebutuhan terhadap sumber air bersih. Oleh karena itu, dengan
kesenjangan antara permintaan kebutuhan dan ketersediaan kebutuhan ini,
industri yang berpotensi adalah industri penjernihan air, contohnya : Aqua
America dan ITT Industries.
3. Energi Matahari
Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia mendapatkan intensitas cahaya
sinar matahari yang berlimpah. Cahaya matahari tersebut dapat dikonversi
menjadi energi dengan menggunakan sel surya. Perkembangan sel surya hingga
sekarang cukup pesat, telah muncul generasi baru yang menunjukkan inovasinya
demi peningkatan efisiensi sel surya, salah satunya dengan diaplikasikannya
nanoteknologi. Contoh industri yang bergerak di bidang ini adalah Evergreen
Solar, Nano Solar, dan Sunpower Corp.

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

4. Pengontrol Polusi
Peningkatan jumlah industri dimulai sejak revolusi industri di Eropa. Semakin
meningkatnya industri di berbagai macam bidang demi kebutuhan manusia,
semakin meningkat pula polusi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu cara pengurangan jumlah polusi. Pengurangan merupakan kata kunci
dalam aspek ini. Dimulai dengan emisi gas rumah kaca yang berasal dari industri
hingga emisi yang berasal dari kendaraan bermotor, harus dilakukan
pengurangan. Beberapa contoh industri yang mengembangkan teknologi untuk
mengontrol polusi adalah Fuel-Tech dan Versar.
5. Pengurangan Limbah
Saat ini, salah satu cara yang praktis dan standar bagi kebanyakan orang untuk
mengurangi limbah adalah daur ulang. Barang-barang yang dibuang karena tidak
terpakai lagi dapat diubah menjadi barang lain sehingga memiliki nilai lagi.
Banyak orang sadar bahwa produk rumah tangga seperti kertas, logam, dan gelas
dapat diproses ulang (daur ulang) atau digunakan ulang. Namun ada juga produk
yang tidak bisa daur ulang, seperti : minyak sayur, baterai, telepon, komputer,
dan barang-barang elektronik. Beberapa contoh industri yang mengurus limbah
ini yaitu : Allied Waste Industries dan Waste Management.
6. Organik
Green Chemistry identik dengan bahan-bahan organik yang dampaknya aman
bagi tubuh kita. Pertanian produk pangan organik menghindari pestisida,
sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain itu, pertanian produk pangan
organik menghindari penggunaan hormon dan antibiotik karena dapat
mengganggu keharmonisan alam (rantai makanan serta sumber air dan tanah
pertanian tersebut). Beberapa contoh industri yang berkembang di bidang
pangan organik adalah Whole Foods Markets, United Natural Foods, dan NBTY.

Beberapa penelitian mengenai Green Chemistry dan aplikasinya di bidang industri


telah banyak dikembangkan, contohnya adalah pelarut supercritical CO2, green catalysts,
nano material, dan sintesis alternatif. Penggunaan pelarut supercritical CO2 bertujuan untuk
menggantikan pelarut yang bersifat toxic, seperti : chlorofluorocarbons, benzene, dan
carbon tetrachloride. Kelebihan pelarut supercritical CO2 adalah bersifat selektif, mengurangi

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

limbah (bisa dipakai berulang-ulang), dan dapat melestarikan energi. Selain itu proses
sintesis yang menggunakan pelarut supercritical CO2 lebih ekonomis karena menggunakan
sistem tertutup.
Salah satu contoh green catalysts adalah yang berasal dari enzim dan protein dari
tubuh organisme. Green catalysts dibutuhkan karena kebanyakan katalis pengoksidasi
bersifat toxic, menghasilkan limbah yang berbahaya, dan konversinya rendah. Penelitian
yang sedang dikembangkan hingga saat ini didesain untuk mengevaluasi selektifitasnya,
kondisi optimumnya, dan kemampuannya untuk menggunakan oksigen sebagai molekul
tunggal pengoksidasi.
Sintesis alternatif sangat dibutuhkan untuk reaksi-reaksi dengan multi komponen,
tujuannya adalah menghemat energi yang digunakan dan waktu sintesis. Salah satu sintesis
alternatif yaitu proses sintesis tanpa pelarut menggunakan mechanochemical (grinding) dan
reagen-reagen tambahan; sintesis organik melalui aktivasi dengan irradiasi microwave dan
ultrasound di dalam media yang ramah lingkungan. Reaksi sintesis tanpa pelarut
memberikan keuntungan karena tingkat selektif dan efisiensinya lebih tinggi, mudah
dimanipulasi, dan keuntungan yang utamanya adalah pelarut yang bersifat mudah menguap
dan toxic dapat dihindari. Irradiasi MW, sumber energi yang tidak konvensional, telah
digunakan untuk meningkatkan waktu reaksi pada berbagai jenis transformasi organik pada
reaksi-reaksi kimia, hal ini disebabkan oleh kemampuan absorpsi gelombang MW bersifat
selektif, yaitu untuk molekul polar, sedangkan molekul non-polar bersifat inert.
Perkembangan teknologi nanomaterial sudah mulai diaplikasikan hampir dalam
semua bidang ilmu. Tidak hanya dalam bidang rekayasa material, melainkan juga bidang
genetika dan rekayasa kimia. Hal ini disebabkan semakin kecil ukuran kristal suatu material,
maka luas permukaanya akan semakin besar sehingga material dalam orde nanometer
mempunyai jarak antar atom yang sangat kecil akan memudahkan terjadinya reaksi antar
atom. Oleh karena itu, dengan dibutuhkannya bahan baku yang berjumlah lebih sedikit,
maka limbah yang dihasilkan pun akan sedikit pula. Hal ini berarti kerusakan teradap
lingkungan akibat limbah dapat diminimalisir. Nanomaterial memiliki sifat fisik dan kimia
yang unik, seperti konduktivitas, sensitivisitas optik, reaktivitas, ukuran, luas permukaan,
komposisi kimia, bentuk, kelarutan, dan agregasi. Karena variasi sifat inilah, nanomaterial
dapat diaplikasikan di berbagai macam bidang. Pengembangan dan produksi nanoteknologi
menghasilkan peluang untuk menawarkan pendekatan terhadap perlindungan kesehatan

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry


Tugas Kimia dan Masyarakat Miranti Banyuning Bumi (10508053)

publik dan masa depan lingkungan. Beberapa contoh pembuatan nanomaterial adalah
vitamin B1 dan B2 dapat berfungsi sebagai pereduksi dan capping agents dalam metode
untuk mensintesis nanospheres, nanorods, nanowires, dan nanoballs; penggunaan
gelombang MW untuk membuat struktur nano melalui reduksi spontan dari gold, silver,
platinum, dan palladium, dengan larutan gula, seperti : alfa-D-glukosa, sukrosa, dan
maltosa; dan pembuatan nanokomposit dari ikatan silang PVA, sistem metal, seperti : Pt, Cu,
dan In serta sistem bimetal seperti : Pt-In, Ag-Pt, Pt-Fe, Cu-Pd, Pt-Pd dan Pd-Fe. Harapan
jangka panjang terhadap nanomaterial adalah dapat memproduksi nanomaterial untuk
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia dengan mengurangi resiko
terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Sedangkan untuk jangka pendek,
bertujuan untuk sumber material pembuatan nanometals/ polymer nanostructures/
nanopolymer composites dan sebagai bahan pengkajian sifat-sifat katalitiknya untuk
berbagai macam reaksi dan aplikasi remediasi lingkungan.
Selain terus dilakukan penelitian dan pengembangan produk berdasarkan Green
Chemistry, industri-industri di beberapa negara telah memulai untuk mengaplikasikan dan
mengkomersialkannya (Green Industry). Diantaranya adalah industri kosmetik mengadopsi
solusi Green Chemistry untuk mengurangi dampak dari produk mereka. Caranya adalah
dengan menggunakan bahan-bahan alami (green product) dan sintesis berdasarkan atas
prinsip Green Chemistry; industri Yogurt Co. menggantikan kemasan produk mereka dari
plastik yang terbuat dari polistiren menjadi plastik yang berbahan dasar jagung, sehingga
bisa didegradasi. Hal ini dapat mengurangi kerusakan lingkungan karena plastik yang terbuat
dari jagung lebih mudah unutk didegradasi. Di Indonesia, salah satu industri yang telah
memproduksi plastik yang dapat didegradasi adalah PT Inter Aneka Lestari Kimia. Nama
dagang produknya adalah enviplast, merupakan 100% plastik biodegradable yang terbuat
dari pati berdasarkan polimer sehingga bisa didegradasi dengan bantuan mikroorganisme,
cahaya matahari, dan air.
Jadi, kesimpulan untuk artikel “GREEN CHEMISTRY, GREEN INDUSTRY” adalah konsep
Green Chemistry bukan merupakan solusi untuk semua masalah lingkungan tapi merupakan
pendekatan fundamental untuk mencegah polusi lingkungan.

Kimia – ITB 2008 | Green Chemistry

Anda mungkin juga menyukai