Anda di halaman 1dari 8

Tinjauan Pustaka

KEAMANAN PANGAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN


DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT

FOOD SECURITY AND BEHAVIOUR OF FOOD HANDLERS IN HOSPITAL


NUTRITION INSTALLATION

Euis Nurlaela

E-mail : nurlaela.euis@ymail.com

Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Kemenkes, Kendari

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar

Abstract

Implementation of food in hospitals should be optimal and accordance with the standards of health care
quality. Food security is a condition and an efforts to prevent food from possible contamination of biological,
chemical and other objects that may interfere, harm and endanger human health. Food handlers defined as
people who work / activity of preparing food from the food to cooked and ready for consumption. Purpose of
restructuring the food is good availability of food quality and safety for patients, and to the establishment of
cooperative behavior in a healthy and hygienic food handling, so that patients avoid the risk of transmission
of diseases and food poisoning. So it needs a systematic approach by Hazard identification such as physical,
chemical and microbiology matters in processing of food and doing Hazard Analysis Critical Control Point
called HACCP but surely must be supported by the approach of good practices and implementation of
improved sanitation. By food handlers that working as implementation of food in hospital.

Keywords : food security, food handlers, hospital

Pendahuluan angkanya cenderung naik, pada tahun 2003 sebesar


0,71%, tahun 2004 sebesar 0,91% dan tahun 2005 naik
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit harus optimal menjadi 1,83%.4
dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan
serta indikasi penyakit pasien.1 Penyelenggaraan Hasil pemeriksaan total mikroba pada makanan dan
makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan peralatan makan yang diolah di Instalasi Gizi RSUD Dr.
(tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang Soedarso diketahui tergolong tinggi (di atas nilai
proses perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya ambang batas 100 koloni/g makanan), yaitu bubur rata-
infeksi silang (cross infection) atau infeksi nosokomial rata total mikrobanya 4.896 koloni/gr, nasi 1.949
(infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang di koloni/g, tempat bubur 383.506,75 koloni/cm , tempat
2

antaranya dapat melalui makanan.2 Data tentang nasi 443.765.50 koloni/cm . Sedangkan total mikroba
2

terjadinya infeksi nosokomial khususnya yang pada sendok nasi dan bubur juga sama-sama tinggi yaitu
berhubungan dengan penyelenggaraan makanan di 2.937,38 koloni/cm2 pada sendok nasi dan 2.937,38
5
rumah sakit belum tercatat, akan tetapi timbulnya koloni/cm2 pada sendok bubur. Tingginya total mikroba
infeksi nosokomial secara umum diketahui angkanya pada makanan dan peralatan pengolahan, menunjukkan
tergolong tinggi. Angka infeksi nosokomial di Jakarta bahwa makanan dapat berperan sebagai agen penyakit.
sebesar 41,1%, di Surabaya 73,3%, dan Yogyakarta Hal ini disebabkan makanan dapat berfungsi sebagai
kurang lebih 5,9%.3 Sedangkan di Pontianak meskipun media perkembangbiakan mikroba, sarana penyebaran
angka kejadian infeksi nosokomial kecil, namun

1
Keamanan Pangan dan Perilaku Penjamah Makanan (Euis)

(vehicle) dan sebagai penyebab agen timbulnya dirawat di rumah sakit, yang tubuhnya dalam
kesakitan.6 keadaan lemah, sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit, termasuk penyakit–penyakit
Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan sistematis yang ditularkan melalui makanan. Keamanan
melalui upaya pengidentifikasian bahaya (hazard) baik
pangan pada dasarnya adalah upaya hygiene
fisik, kimiawi, dan mikrobiologis pada proses
pengolahan makanan dan melakukan pengendalian
sanitasi makanan, gizi dan safety. Hygiene sanitasi
bahaya pada titik kritis, yang dikenal dengan HACCP makanan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(Hazard Analysis Critical Control Point).7 Dalam disebut penyehatan makanan, merupakan upaya
penyelenggaraan makanan di rumah sakit, HACCP untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan,
adalah teknik yang dianjurkan untuk penyehatan orang dan makanan yang dapat atau mungkin
makanan karena HACCP merupakan pendekatan paling menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan
efektif dari segi biaya untuk menjamin keamanan makanan. Tujuan penyehatan makanan di rumah
makanan di semua tahap penyediaannya dibandingkan sakit adalah tersedianya makanan yang bermutu
dengan pengawasan tradisional atau dengan pengujian baik dan aman untuk pasien dan konsumen, serta
hasil akhir produk. HACCP juga merupakan jaminan
terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan higienis
mutu terhadap produk makanan yang diakui secara
internasional.8
dalam penanganan makanan, sehingga pasien dan
konsumen lainnya terhindar dari risiko penularan
Namun dalam pelaksanaannya tentu harus ditunjang penyakit atau gangguan kesehatan dan keracunan
dengan pendekatan good practices dan penerapan makanan.10
sanitasi yang baik oleh penjamah makanan (food
handler) yang bekerja pada penyelenggaraan makanan Faktor yang Mempengaruhi Keamanan
di rumah sakit. Pendekatan terpadu dalam upaya Makanan
mencegah risiko penyakit bawaan makanan adalah
melalui pendidikan dan pelatihan bagi para penjamah Menurut Anwar11, pangan yang tidak aman dapat
makanan tentang 2 (dua) aspek keamanan, yaitu prinsip- menyebabkan penyakit yang disebut dengan
prinsip higienis yang baik dan penerapan konsep foodborne diseases yaitu gejala penyakit yang
HACCP dalam penyelenggaraan makanan.9
timbul akibat mengkonsumsi pangan yang
mengandung bahan/senyawa beracun atau
Mutu dan Keamanan Makanan
organisme patogen. Penyakit-penyakit yang
ditimbulkan oleh pangan dapat digolongkan ke
Makanan bermutu adalah makanan yang dipilih,
dalam dua kelompok utama, yaitu infeksi dan
dipersiapkan, dan disajikan dengan cara
intoksikasi. Istilah infeksi digunakan bila setelah
sedemikian rupa sehingga tetap terjaga nilai
mengkonsumsi pangan atau minuman yang
gizinya, dapat diterima, serta aman dikonsumsi
secara mikrobiologi dan kimiawi. PP Nomor 28 mengandung bakteri patogen, timbul gejala-gejala
penyakit. Intoksikasi adalah keracunan yang
tahun 2004 menyatakan bahwa mutu pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria disebabkan karena mengkonsumsi pangan yang
mengandung senyawa beracun. Beberapa faktor
keamanan pangan, kandungan gizi dan standar
yang menyebabkan makanan menjadi tidak aman
perdagangan terhadap bahan makanan, makanan
dan minuman. Kelayakan pangan adalah kondisi adalah :
pangan yang tidak mengalami kerusakan,
1. Kontaminasi.
kebusukan, menjijikkan, kotor, tercemar atau
Kontaminasi adalah masuknya zat asing ke
terurai. Keamanan pangan adalah kondisi dan
dalam makanan yang tidak dikehendaki atau
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan
diinginkan. Kontaminasi dikelompokkan ke
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
dalam empat macam, yaitu :
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan
a. Kontaminasi mikroba seperti bakteri, jamur,
dan membahayakan kesehatan manusia.5
cendawan.
b. Kontaminasi fisik seperti rambut, debu,
Keamanan pangan merupakan kebutuhan
tanah, serangga dan kotoran lainnya.
masyarakat, karena diharapkan melalui makanan
c. Kontaminasi kimia seperti pupuk, pestisida,
yang aman, masyarakat akan terlindungi dari
merkuri, arsen, cyianida dan sebagainya.
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Mutu
makanan harus terjamin, terutama bagi pasien yang

2
Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 1,No. 1,Agustus 2011 : 1-7

d. Kontaminasi radioaktif seperti radiasi, sinar d. Zat kimia, yaitu bahan berbahaya dalam
alfa, sinar gamma, radio aktif, sinar cosmis makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam
dan sebagainya. jumlah membahayakan.
Terjadinya kontaminasi dapat dibagi dalam tiga e. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam
cara, yaitu : makanan yang dapat menimbulkan reaksi
a. Kontaminasi langsung (direct sensitif kepada orang-orang yang rentan.6
contamination) yaitu adanya bahan
pencemar yang masuk ke dalam makanan Penjamah Makanan (Food Handler)
secara langsung karena ketidaktahuan atau
kelalaian baik disengaja maupun tidak Menurut Adams12, penjamah makanan diartikan
disengaja. Contoh, potongan rambut masuk sebagai orang yang pekerjaannya menyiapkan
ke dalam nasi, penggunaan zat pewarna kain bahan makanan hingga siap untuk dikonsumsi.
dan sebagainya. Ditinjau dari lokasi kerjanya, penjamah makanan
b. Kontaminasi silang (cross contamination) dibedakan menjadi dua yaitu penjamah makanan
yaitu kontaminasi yang terjadi secara tidak rumah ; individu yang menyiapkan makanan untuk
langsung sebagai akibat ketidaktahuan keluarga, sedangkan penjamah makanan
dalam pengolahan makanan. Contohnya, professional ; individu yang bekerja di perusahaan
makanan mentah bersentuhan dengan yang menyelenggarakan pangan banyak. Penjamah
makanan masak, makanan bersentuhan makanan merupakan salah satu dari pihak yang
dengan pakaian atau peralatan kotor, berperan dalam keamanan pangan selain
misalnya piring, mangkok, pisau atau pengambil keputusan, produsen, pengelola dan
talenan. konsumen pangan. Pada usaha tata boga baik di
c. Kontaminasi ulang (recontamination) yaitu katering maupun di instalasi gizi rumah sakit,
kontaminasi yang terjadi terhadap makanan penjamah makanan adalah ujung tombak
yang telah dimasak sempurna. Contoh, nasi penyelenggaraan pangan.
yang tercemar dengan debu atau lalat karena
tidak ditutup. Seperti dikemukakan oleh Tamaroh13, faktor yang
2. Keracunan terpenting pada keamanan pangan adalah
Keracunan adalah timbulnya gejala klinis penjamah makanan. Penjamah makanan yang
suatu penyakit atau gangguan kesehatan lainnya berpendidikan rendah akan melaksanakan tugasnya
akibat mengkonsumsi makanan yang tidak hanya mengandalkan kebiasaan yang dimilikinya
hygienis. Makanan yang menjadi penyebab tanpa mengetahui alasan yang benar yang
keracunan umumnya telah tercemar oleh unsur- melatarbelakangi tindakannya.
unsur fisika, mikroba atau kimia dalam dosis
yang membahayakan. Kondisi tersebut Perilaku penjamah yang tidak mendukung tentunya
dikarenakan pengelolaan makanan yang tidak akan menimbulkan masalah terhadap keamanan
memenuhi persyaratan kesehatan dan atau tidak pangan. Sebagaimana beberapa hasil penelitian,
memperhatikan kaidah-kaidah hygiene dan Afriani menyatakan bahwa lemahnya personal
sanitasi makanan. Keracunan dapat terjadi hygiene dapat mengakibatkan kontaminasi
karena : terhadap makanan dan lainya. Hal ini didasarkan
a. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang pada hasil pemeriksaan total mikroba pada makanan dan
secara alami telah mengandung racun seperti peralatan makan yang diolah di Instalasi Gizi RSUD Dr.
Soedarso yang diketahui tergolong tinggi (di atas nilai
jamur beracun, ikan, buntel, ketela hijau,
ambang batas 100 koloni/g makanan) yaitu untuk bubur
umbi gadung atau umbi racun lainnya. rata-rata total mikrobanya 4.896 koloni/gr, nasi 1.949
b. Infeksi mikroba, yaitu bakteri pada makanan koloni/g, tempat bubur 383.506,75 koloni/cm , dan
2

yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tempat nasi 443.765.50 koloni/cm , sedangkan total
2

besar (infektif) dan menimbulkan penyakit mikroba pada sendok nasi dan bubur juga sama-sama
seperti cholera, diare, disentri. tinggi yaitu 2.937,38 koloni/cm2 pada sendok nasi dan
c. Racun/toksin, mikroba yaitu racun atau 2.937,38 koloni/cm2 pada sendok bubur.14 Dari hasil
toksin yang dihasilkan oleh mikroba dalam penelitian di Sicily, Italy ditemukan bahwa dari 401
makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam perawat (279 (37,1%), dari rumah sakit umum dan
jumlah membahayakan (lethal dose). 122 (53,5%) dari rumah sakit anak ) yang
menjawab, di antaranya memiliki pengetahuan

3
Keamanan Pangan dan Perilaku Penjamah Makanan (Euis)

umum yang masih rendah tentang agen etiologi yang berhubungan dengan hygiene personal
dan pembawa makanan terkait dengan penyakit dan pelatihan.5
bawaan makanan. Oleh b. Penerapan Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan merupakan salah satu
karena itu, penelitian ini menekankan perlunya upaya pencegahan yang menitikberatkan
manajemen yang lebih aman pada katering di pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
rumah sakit, dan ditempat para penjamah makanan membebaskan makanan dan minuman dari
nonprofesional seperti perawat atau staf domestik segala bahaya yang dapat mengganggu atau
yang terlibat dalam fungsi pelayanan makanan.15 merusak kesehatan mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama proses
Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan pengolahan, penyiapan, pengangkutan,
penjualan sampai pada saat makanan dan
Makanan mempunyai rute perjalanan makanan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi
yang sangat panjang yang dapat dibagi dalam dua konsumen.1
rangkaian, yaitu :
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah
a. Rantai Makanan (Food Chain) penyehatan makanan dan minuman. Kegiatan
Rantai makanan yaitu rangkaian perjalanan penyehatan makanan di rumah sakit menekankan
makanan sejak dari pembibitan, pertumbuhan, pada tersedianya makanan yang berkualitas baik
produksi bahan pangan, panen, penggudangan, dan aman bagi kesehatan konsumen, menurunnya
pemasaran bahan sampai kepada pengolahan kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan
makanan untuk disajikan. Pada setiap rantai tadi kesehatan melalui makanan, serta terwujudnya
terdapat banyak titik dimana makanan telah dan perilaku kerja yang sehat dan benar dalam
akan mengalami pencemaran sehingga mutu penanganan makanan. Instalasi gizi selaku
makanan menurun. Untuk itu, perlu perhatian pelaksana penyelenggaraan makanan di rumah
khusus dalam mengamankan titik-titik tersebut sakit menggunakan pedoman Pelayanan Gizi
selama di perjalanan. Rumah Sakit (PGRS) dalam melaksanakan seluruh
b. Laju Makanan (Food Flow) kegiatannya.5
Laju makanan yaitu perjalanan makanan dalam
rangkaian proses pengolahan makanan. Setiap Prinsip penyehatan makanan dalam
tahap dalam laju pengolahan makanan akan penyelenggaraan makanan dapat menggunakan
ditemukan titik-titik yang bersifat rawan teknik HACCP (Hazard Analysis Critical Control
pencemaran (critical point). Titik ini harus Point) meliputi bahan makanan, penjamah
dikendalikan dengan baik agar makanan yang makanan dan cara kerja yang dilakukan serta
dihasilkan menjadi aman.10 upaya pengendalian pertumbuhan kuman yang
Agar dapat menjamin mutu dan kemanan berbahaya.1
pangan bagi penyelenggara makanan di rumah
sakit, perlu diterapkan : Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
a. Good Practices
Penjaminan mutu dan keamanan pangan HACCP atau Analisis Bahaya pada Titik
dimulai dari hulu ke hilir, sesuai dengan Pengendalian Kritis adalah sebuah pendekatan
rantai makanan. Pasokan bahan dan sistematis untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya,
penanganan bahan yang baik; proses tindakan-tindakan pengendalian dalam proses
pengolahan dan pengemasan yang baik; persiapan makanan, dimana pengendalian penting
penyimpanan dan distribusi yang baik dalam memastikan keamanan pangan.5 Pengertian
dengan memperhatikan pengendalian suhu, lain HACCP adalah suatu alat (tools) yang dipakai
kelembaban dan sebagainya. WHO untuk mengukur tingkat bahaya, menduga
menyatakan bahwa aturan praktik hygienis perkiraan resiko dan menetapkan ukuran yang
yang baik terutama berkaitan dengan 3 (tiga) tepat dalam pengawasan, dengan menitikberatkan
area yang berbeda: faktor-faktor fisik yang pada pencegahan dan pengedalian proses
berhubungan dengan penanganan makanan pengolahan makanan.16
secara higienis dan faktor-faktor personal

4
Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 1,No. 1,Agustus 2011 : 1-7

Pendekatan HACCP dapat disesuaikan dengan yang diterima dengan nilai yang tidak dapat
perkembangan desain, prosedur, proses atau diterima.
teknologi pengolahan makanan. Sebagai nilai 4. Melakukan penyusunan sistem pemantauan
tambah dari penerapan HACCP adalah Penyusunan sistem pemantauan ini bertujuan
meningkatkan keamanan makanan, keuntungan untuk mengumpulkan informasi tentang
penggunaan bahan baku terbaik dan reaksi cepat masing-masing bahan pangan, serta tahap dan
dalam mengatasi masalah produksi yang timbul. prosedur yang disusun untuk meyakinkan
Penerapan HACCP juga membantu tugas bahwa proses berlangsung secara terkendali.
pengawasan rutin oleh pemerintah dan 5. Melakukan tindakan perbaikan
memfokuskan pengawasan pada makanan yang Tindakan ini dilakukan bila kriteria yang
berisiko tinggi bagi kesehatan dan meningkatkan ditetapkan tidak tercapai, serta situasi berada
kepercayaan dalam perdagangan lokal maupun pada kondisi “di luar pengendalian“. Oleh
internasional. HACCP dapat diterapkan pada karena itu, harus segera diperbaiki sehingga
seluruh rantai perjalanan makanan (food chain) tindak lanjut yang tepat dalam proses produksi
mulai dari produsen primer sampai produsen akhir. akan diambil.
Untuk itu, HACCP perlu dipahami oleh pengusaha 6. Menetapkan prosedur verifikasi
dan industri makanan tak terkecuali rumah sakit Prosedur verifikasi dan pengujian mencakup
dan para pejabat pemerintah. pengambilan contoh secara acak dan hasil
analisanya dapat dipergunakan untuk
Secara garis besar menurut Badan Standardisasi menentukan apabila system HACCP telah
Nasional tentang HACCP serta pedoman bekerja dengan benar.
penerapannya, bahwa dalam pelaksanaan HACCP 7. Mencatat dan mendokumentasikan
ada 7 prinsip, di antaranya : Pencatatan dan pembukuan yang efisien serta
akurat penting dalam penerapan sistem
1. Mengidentifikasi bahaya atau ancaman HACCP. Dokumen yang akurat dapat menjadi
Merupakan upaya untuk mengkaji seberapa dasar dan ukuran dalam prosedur yang
jauh akibat dan risiko yang akan ditimbulkan bersangkutan.17
oleh ancaman tersebut. Pada tahap ini, perlu
mempelajari jenis-jenis mikroba makanan , Beberapa penelitian yang terkait dengan penerapan
bahan-bahan kimia yang berbahaya dan benda- HACCP dengan keamanan makanan menyatakan
benda asing yang membahayakan konsumen. bahwa ketika kebersihan makanan menjadi
Perlu dipertimbangkan pada prinsip ini adalah masalah bagi penyediaan makanan atau diet
bahan mentah, bahan baku dan parameter yang dengan rendah bakteri bagi penyakit HIV/AIDS
mempengaruhi keamanan pangan. Disamping dikarenakan laju peningkatan morbiditasnya, maka
itu, pembuatan diagram alir dalam penanganan penerapan sistem HACCP menjadi penting dalam
pangan mulai dari bahan mentah hingga menyediakan makanan yang aman dikonsumsi,
makanan tersebut siap dikonsumsi akan sangat utamanya pada pasien dengan kekebalan tubuh
membantu dalam mengidentifikasi bahaya. terganggu.18 Penelitian lainnya menyatakan bahwa
2. Menentukan titik pengendalian kritis (CCP= penerapan HACCP pada makanan anak berbasis
Critical Control Point ) hewani ternyata berpengaruh terhadap menurunnya
Pada tahap ini, diagram alir sudah tersedia, bahaya mikrobiologis. Ada perbedaan yang
sehingga tim pengendali akan mengenali titik- bermakna rata-rata jumlah total mikroba sebelum
titik yang berpotensi menimbulkan kontaminasi dan sesudah penerapan HACCP.19 Begitu juga
dengan menghilangkan atau mengurangi bahaya penelitian yang dilakukan Arias tentang
yang dapat terjadi. implementasi HACCP terhadap kontaminasi
3. Menetapkan batas kritis dan spesifikasi batas bahaya mikrobiologis, seperti E.coli, Pseudomonas
kritis. sp. dan Listeria sp. pada makanan enteral (enteral
Titik-titik pengendali kritis (CCP) dapat berupa feeding) di Rumah Sakit Costa Rica pada tahap
bahan mentah/baku, lokasi, tahapan persiapan dan penanganan makanan enteral
pengolahan, serta praktek atau prosedur kerja (enteral tube feeding) dapat menurunkan
yang sangat spesifik. Dari titik pengendali kritis pertumbuhan mikroorganisme pathogen.20
tersebut kemudian ditentukan batas kritis. Batas
kritis adalah nilai yang memisahkan antara nilai

5
Keamanan Pangan dan Perilaku Penjamah Makanan (Euis)

Walaupun HACCP adalah suatu manajemen 6. Dirjen PPM & PL. Bakteri Pencemar
keamanan pangan yang terbukti sistem kerjanya Makanan dan Penyakit Bawaan Makanan.
didasarkan pada pencegahan, yang memberikan Jakarta: Depkes RI; 2000.
kontribusi untuk penurunan ke tingkat yang dapat 7. Sudarmadji. Analisis Bahaya dan
diterima atau penghapusan bahaya di bidang Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
produksi makanan di katering rumah sakit, namun Critical Control Point). Jurnal Kesehatan
pada kenyataannya HACCP belum dapat secara Lingkungan 2005.
keseluruhan diterapkan oleh penyelenggara 8. Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4852).
makanan baik jasa boga maupun rumah sakit. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian
Hasil penelitian menyatakan bahwa posisi jasa Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman
katering dalam rumah sakit sering diberikan Penerapannya. Jakarta: Badan Standardisasi
prioritas yang rendah dibandingkan dengan Nasional (BSN); 1998.
layanan medis yang tinggi, sehingga kebutuhan 9. Widyastuti P. Ed. Penyakit Bawaan Makanan.
penerapan HACCP di katering rumah sakit tidak Fokus Pendidikan Kesehatan WHO. Jakarta:
menghasilkan tingkat yang sama dengan kegiatan EGC; 2006.
lainnya.21 10. Ditjen PPM & PL. Prinsip Hygiene dan
Sanitasi Makanan. Jakarta; 2001.
Penerapan HACCP dalam kegiatan 11. Anwar, F. Keamanan Pangan. Dalam :
penyelenggaraan makanan di rumah sakit mutlak Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
dilakukan namun tentunya harus ditunjang dengan Swadaya; 2004.
pendekatan dari good practices dan penerapan 12. Adams, M, Motarjemi, Y. Dasar-Dasar
sanitasi yang baik. Tidak kalah pentingnya Keamanan Makanan untuk Petugas
diperhatikan adalah penjamah makanan (food Kesehatan. Jakarta: EGC; 2004.
handler) yang bekerja pada penyelenggaraan 13. Tamaroh S. Knowledge, Practices and
makanan di rumah sakit idealnya harus menerima Attitude on Food Safety of Food Handlers in
pelatihan dan pendidikan tentang 2 (dua) aspek Catering Establishmen in Yogjakarta.
keamanan yaitu prinsip-prinsip higienis yang baik Dibawakan pada Seminar Nasional PAPTI,
dan penerapan konsep HACCP dalam Malang, Indonesia, 30–31 Juli 2002.
penyelenggaraan makanan. 14. Afriani R. Hubungan Total Mikroba Peralatan
Makan dengan Total Mikroba pada Makan
Daftar Pustaka Siang Pasien di Ruang Isolasi Dalam Menular
Rumah Sakit Umum (RSUD) dr. Soedarso
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pontianak. Laporan Riset Tenaga Kesehatan
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS): Dirjen (Risnakes). Pontianak: Politeknik Kesehatan
Binkesmas; 2005. Depkes; 2004.
2. Iskak R. Infeksi Nosokomial dan 15. Buccheri Cecilia. Food Safety in Hospital :
Staphylococcus Epidermidis. Republika: Knowledge, Attitudes and Practices of
2006. Nursing Staff of Two Hospitals in Sicily,
3. Hasyim H. Manajemen Hyperkes dan Italy. BMC Health Services Research: 2007.
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan 16. Ditjen PPM & PL. Pengendalian Mutu
Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Mandiri Hazard Analysis Critical Control
Institusi Sarana Kesehatan). Jurnal JMPK Point. Jakarta; 2001.
2007; 08(02). 17. Badan Standardisasi Nasional. Sistem Analisa
4. RSUD Dr. Soedarso. Medical Record Rumah Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
Sakit Umum Daerah. Pontianak: RSUD Dr. (HACCP) serta Pedoman Penerapannya.
Soedarso; 2005. Jakarta; 1998.
5. Krisnamurni,S. Keamanan Pangan pada 18. S.M. Hanekom. Food Safety Risk Factors in A
Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit. Hospital Food Service Unit Serving Low
Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Microbial Diets to Immune-Compromised
Asosiasi Dietisien Indonesia ke III, Semarang, Patients. African Journal of Food, Agriculture,
Indonesia, 19–21 Juli 2007. Nutrition and Development. Available at :
www.FindArticles.com. Diakses pada 13
Oktober, 2011.

6
Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 1,No. 1,Agustus 2011 : 1-7

19. Puspita LW. Penerapan Hazard Analysis


Critical Control Point (HACCP) terhadap
Penurunan Bahaya Mikrobiologis pada
Makanan Khusus Anak Berbasis Hewani di
RSUD dr. Soedarso Pontianak. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia 2010; 7(01): 8-16.
20. Arias, Monge, Chavez. Microbiological
Contaminaton of Enteral Feeding Solutions Used
in Costa Rican Hospital. PubMed Indexed for
Medline 2003;53(3): 277-81.
21. Georgia P. The Significance of the Application
of Hazard Analysis Critical Control Point
System in Hospital Catering. Health Science
Journal 2010; 4(2).

7
Keamanan Pangan dan Perilaku Penjamah Makanan (Euis)

Anda mungkin juga menyukai